Bipolar Multipolar
Sel Saraf
motorik
Fungsi
sensorik
SSP interneuron
Perbesaran 40x
Klasifikasi
• Demensia alzheimer
• Demensia vaskuler
• Demensia penyakit prakinson
• Demensia frontotemporal
Tanda gejala
• Penurunan daya ingat
• Penurunan fungsi kognitif
Diagnosis
• adanya gangguan memori ditambah satu dari afasia, apraksia, agnosia atau
disfungsi eksekutif (DSM V)
Tatalaksana Demensia
Medikamentosa
• Inhibitor asetilkolinesterase (AChe 1) yang bekerja sebagai penguat kognisi
dengan meningkatkan kadar asetilkolin diotak untuk mengkompensai hilangnya
fungsi kolienergik
• donezepil
• galantamin
• rivastigmin
• antagonis reseptor MDA (memantin)
• kombinasi AChe1 dengan memantin
Intervensi psikososial
• mempertahankan fungsi
• Meningkatkan kemandirian
• memelihara fungsi kognitif
• Menejemen perilaku sulit agitasi, agresi dan psikosis
• Mengurangi gangguan emosional komorbid
3. Alzheimer
DEFINITION SIGNS AND SYMPTOMPS
• an acquired disorder of cognitive and – Mild :
behavioral impairment that markedly • Memory loss
• Confusion
interferes with social and occupational
• Increased anxiety
functioning incurable disease with a
– Moderate :
long and progressive course
• Shortened attention span
INITIAL MENTAL STATUS TEST: • Problems recognizing friends and
– Attention and concentration family members
• Difficulty organizing thought and
– Recent and remote memory thinking logicalliy
– Language – Severe :
– Praxis (ie, ability to perform skilled • Weight loss
motor tasks without nonverbal • Seizures, skin infections, difficulty
swallowing
prompting) • Lack of bladder and bowel control
– Executive function
– Visuospatial function TREATMENT • Beta-blockers
• Acetylcholine / • Antiepileptic drugs
DIAGNOSIS: • EEG glutamate (for their effects on
• Antidepressants behavior)
• CT scan • Lumbar puncture
• Anxiolytics • Neuroleptics
• MRI
• Antiparkinsonian
• Blood studies agents
GANGGUAN NEUROVASKULAR
1. Transient ischemic attack (TIA)
• Serangan iskemik transien (transient ischemic
attack, TIA) adalah hilangnya fungsi sistem
saraf pusat fokal secara cepat yang
berlangsung kurang dari 24 jam, dan diduga
diakibatkan oleh mekanisme vaskular emboli,
thrombosis, atau hemodinamik.
• 2m-30m biasa maksimal 2 jam
• Hipertensi
• Diabetes
• Merokok
• Dislipidemia
Tanda dan gejala
Karotis (paling sering) Vertebrobasillar
Hemiparesis Paresis
Hilangnya sensasi hemisensorik Kebutaan mendadak bilateral (pada
Disfasia pasien usia lanjut)
Kebutaan monocular (amaurosis fugax) Diplopia, ataksia, vertigo, disfagia –
yang disebabkan oleh iskemia retina setidaknya dua dari tiga gejala ini
terjadi secara bersamaan.
Pemeriksaan penunjang
• Rontgen toraks dan ekokardiogram curiga ada emboli kardiogenik,
• CT scan kranial mendeteksi penyakit serebrovaskular yang telah ada sebelumnya,
dan menyingkarkan kemungkinan lesi structural seperti tumor yang menunjukkan
gejala seperti TI,
• USG karotis atau angiografi untuk mendeteksi stenosis karotis pada pasien TIA
dengan lokasi lesi karotis
Non-Medikamentosa
Tatalaksana
Medikamentosa
• Obat antiplatelet (aspirin 75 mg per
hari)
– Kontraindikasi pada pasien ulkus
peptikum aktif.
– Clopidogrel merupakan obat
antiplatelet pilihan untuk pasien
yang tidak dapat mentoleransi
aspirin.
• Antikoagulan (warfarin)
– Jika diketahui sumber emboli dari
jantung (kardiogenik), meliputi Prognosis
fibrilasi atrium nonreumatik. • Risiko awal stroke setelah mengalami TIA
• Endarterektomi karotis adalah sekitar
– 4% pada 2 hari,
– Setelah terjadi TIA atau stroke
– 8% pada 30 hari, dan
minor, mungkin diperlukan – 9% pada 90 hari.
intervensi bedah untuk – 24-29% pada 5 tahun
membersihkan ateroma pada arteri • Selain itu, pasien dengan TIA atau stroke
karotis berat yang simtomatik. memiliki risiko penyakit arteri koroner.
2. Infark Serebral
Definisi
• Kematian jaringan otak yang
disebabkan oleh iskemia jaringan otak.
3. Perdarahan Intraserebral
TANDA & GEJALA
DEFINISI • Nyeri kepala yang berat dan sering sewaktu
• Ekstravasasi darah yang berlangsung melakukan aktivitas
spontan dan mendadak ke dalam
parenkim otak yang bukan disebabkan • Kelemahan atau kelumpuhan setengah
oleh trauma. badan
• Kesemutan
ETIOLOGI • Hilang sensasi atau mati rasa setengah badan
• Dapat dikelompokkan dalam 3 • Sulit bicara atau bicara pelo,mulutnya merot
kategori: ke samping
– Faktor anatomik p.d otak • Merasa bingung,masalah
– Faktor hemodinamik penglihatan,mual,muntah,kejang dan
– Faktor hemostatik kehilangan kesadaran secara umum
PATOFISIOLOGI
• Hipertensi kronisp.d arteriol yang berdiameter 100-400 mm mengalami perubahanyg
patologi. Perubahan berupa lipohyalinosis,fragmentasi,nekrosis fibrinoid dan mikroaneurisma
pd arteri perforans kecil di otak.
• Kenaikan tek.darah yang mendadakmenginduksi pecahnya p.dperdarahanbelanjut
selama 6 jam&volume perdarahan besarkerusakan pada struktur anatomi otakdestruksi
jar.otak,peningkatan TIK,penurunan perfusi ke otak,ggn drainase otak dan bisa herniasi otak.
PEMERIKSAAN FISIK KOMPLIKASI
• penurunan kesadaran • Intrakranial: herniasi,TIK meningkat,kejang.
• disatria&afasia • Ekstrakranial: dekubitus,sepsis.
• Hipertensi.
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG • SAH,stroke iskemik,subdural hematoma,
• Radiologi TIA, tumor otak, meningitis, migraine.
• CT scan kepala: hiperdens
• MRI TATALAKSANA
• MR angiografi serebral
• Lab
• Evaluasi cepat dan diagnosis
• Pemeriksaan gula darah • Terapi umum(suportif)
• Pemeriksaan darah lengkap – Stabilisasi jalan napas dan
pernapasan
PEMERIKSAAN NEUROLOGI – Stabilisasi hemodinamik/sirkulasi
• Gangguan N.VII dan XII central – Pemeriksaan awal fisik umum
• Kelemahan atau kelumpuhan pd – Pengendalian peninggian TIK
salah satu sisi tubuh
• Hemihiperestesi – Penanganan transformasi
hemoragik
• Refleks fisiologis pd sisi lumpuh
meningkat – Pengendalian kejang&suhu tubuh.
TINDAKAN BEDAH PROGNOSIS
– Kontraindikasi: – Ditentukan oleh beberapa kondisi:
• Pasien dg perdarahan kecil atau derajat kesadaran,usia,volume
defisit neurologis minimal perdarahan.
• Pasien dg GCS <4 – Pada umumnya prognosis buruk
– Indikasi: dan outcome fungsionalnya jg
• Pasien dg perdarahan serebral >3cm sangat buruk dg tingkat mortalitas
dg perburukan klinis atau kompresi yang tinggi.
batang otak dan hidrosefalus dari
obstruksi ventrikel harus secepatnya
dibedah
• ICH dg lesi struktural
• Pasien usia muda dg perdarahan
lobar sedang sehingga besar
memburuk
• Pembedahan untuk mengevakuasi
hematoma thd pasien usia muda dg
perdarahan lobar yang luas masih
menguntungkan
4. Subarachnoid Hemorrhage
Definisi
• Ekstravasasi darah ke dalam ruang subarachnoid antara
pial dan membran arachnoid
Etiologi
• Trauma dan cedera iatrogenik selama pembedahan
• Aneurisma serebral dan malformasi arteriovenosa
• perdarahan intraserebral
• Vaskulitis
• Penyebab hematologik (DIC, hemofilia, purpura trombotik
/ trombositopenik)
• Tumor susunan saraf pusat
Faktor resiko
• Penggunaan kontrasepsi oral
• Terapi penggantian hormon
• hiperkolesterolemia
• aktivitas fisik yang kuat
Subarachnoid Hemorrhage
Tanda dan Gejala Diagnosa
• Sakit kepala (48%) (“the worst
headache of my life”) • Biasanya tergantung pada indeks
kecurigaan yang tinggi klinis
• Pusing (10%)
dikombinasikan dengan konfirmasi
• nyeri orbital (7%) radiologis melalui mendesak
• Diplopia (4%) noncontrast CT, diikuti oleh pungsi
• Visual loss (4%) lumbal atau CT angiografi otak. Setelah
• Tanda-tanda ini sebelum SAH adalah diagnosis ditegakkan, pencitraan lebih
sebagai berikut: lanjut harus dilakukan untuk
• Sensorik atau motorik gangguan (6%) mengkarakterisasi sumber perdarahan.
• Kejang (4%)
Komplikasi
• Ptosis (3%)
• Bising (3%) • hidrosefalus
• Disfasia (2%) • perdarahan ulang
• tanda-tanda prodromal dan gejala • vasospasme
biasanya adalah hasil dari kebocoran • kejang
sentinel, efek massa ekspansi
• disfungsi jantung
aneurisma, emboli, atau kombinasi
keduanya.
Subarachnoid Hemorrhage
Tatalaksana
• obat antihipertensi (misalnya, IV beta blocker) ketika rata-rata tekanan arteri
melebihi 130 mm Hg
• Menghindari nitrat (yang meningkatkan ICP) jika memungkinkan
• Hydralazine dan calcium channel blockers
• enzyme (ACE) inhibitor angiotensin-converting (agen tidak lini pertama di
akut SAH)
• Pada pasien dengan tanda-tanda peningkatan TIK atau herniasi : intubasi dan
hiperventilasi
• intervensi lain untuk meningkatkan ICP:
• agen osmotik (misalnya manitol)
• diuretik loop (misalnya furosemid)
• steroid IV (kontroversial tapi direkomendasikan oleh beberapa)
5. Stroke
Sindrom yg terdiri dari tanda & / gejala hilangnya fungsi SSP fokal yg
berkembang cepat (dlm dtk /mnt)
Clinical Neurology
CLINICAL ANATOMIC
CORRELATION
• A. cerebralis anterior
– Paralisis kontralateral
– Sensory loss t.u kaki
– Disconnection syndromes (alien hand)
– Transcortical expressive aphasia
• A. cerebralis media
– Superior division stroke hemiparesis dan hemisensori kontralateral (wajah,
tangan dan jari) ttp (x) kaki , apahsia (kena broca)
– Inferior division stroke hemianopia kontralateral , ggg fx sensorik korteks
(graphesthesia dan stereognosis) kontralateral , ggg spatial anosognosia, ggg
wenickle
– Oklusi pd percabangan A. cerebralis media gabungan gx inf dan sup
– Oklusi batang dari A. cerebralis media = dgn gx oklusi pd trifukasi, o.k kena
kapsula interna, paralisis kaki kontralateral , hemiplegia menyeluruh
5.A. Stroke Iskemik
MEDIKAMENTOSA
• Coma
• Labetalol 300mg/hr. dimulai dari
• Death
20mg dinaikkan sampai 80mg
• Stroke
• Fenildopam 0,003 mcg/kg/min IV
sampai 1,6 mcg/kg/min. (gagal ginjal • Nephropathy
kronis) • Myocardial ischemia or infarction
• Sodium nitroprusside 0,3-0,5 • Nephropathy
mcg/kg/min I V • Retinopathy
dinaikkan hingga 1-6 mcg/kg/min • Peripheral vascular disease
NON-MEDIKAMENTOSA
• Hindari alcohol, rokok dan kopi
• Turunkan kadar kolesterol, tingkatkan
HDL: alpukat dsb
• Ganti minyak goreng dengan olive oil
• Awasi natrium sodium intake, diet
rendah garam
GANGGUAN PADA TULANG
BELAKANG
1. Acute Spinal Cord Compression
ETIOLOGI
• Trauma (often) vertebral crush • a neurologic emergency
fracture with displacement of fracture • develops within minutes to hours.
fragments, acute disk
herniation,severe bone or ligamentous SIGNS AND SYMPTOPMS
injury causing hematoma, vertebral • segmental deficits
subluxation or dislocation.
• paraparesis or quadriparesis
• Metastatic tumor
• hyporeflexia followed by hyperreflexia,
• Abscess (occasionally) an extensor plantar responses, loss of
• spontaneous epidural hematoma (rare) sphincter tone (with bowel and bladder
dysfunction), and sensory deficits.
PHYSICAL EXAMINATION
• Corresponds to the location of the tumor, degree of cord impingement, and duration of
involvement.
• The entire spine should be palpated to determine whether there is any tenderness or
pain.
• If cord compression is left untreated, weakness often develops, preceded or
accompanied by sensory loss
• A rectal examination should be performed to assess sphincter tone.
DIAGNOSIS TREATMENT
• MRI • Relief of compression
• CT myelography • Radiation therapy
• Surgery is indicated in the following
cases:
PROGNOSIS • Neurologic deficits worsen
• Spinal cord compression is fatal despite nonsurgical treatment.
only if it occurs in the cervical • The spine is unstable.
region of the spinal cord (C4 and • Tumors recur after radiation
above) and if it results in therapy.
respiratory paralysis that is • An abscess or a compressive
uncompensated by mechanical subdural or epidural hematoma is
ventilation suspected.
Drislane FW et al. Neurology. Blueprints. Philadelphia; Lippincot Williams & Wilkins : 2009
Ginsberg L. Lecture notes neurology. 8th ed. Jakarta: Erlangga, 2007.
Drislane FW et al. Neurology. Blueprints. Philadelphia;
Lippincot Williams & Wilkins : 2009 https://radiologypics.com/2015/04/13/chiari-1-malformation/
3. Compressive Myelopathies
NEOPLASTIC SPINAL CORD
COMPRESSION
• Almost any malignant tumor can
metastasize to the spinal column, with
breast, lung, prostate, kidney, lymphoma,
and plasma cell dyscrasia being particularly
frequent.
CLINICAL FINDING
• Pain is usually the initial symptom; it may
be aching and localized or sharp and
radiating in quality.
• This spinal ache typically worsens with
TREATMENT
movement, coughing, or sneezing and
characteristically awakens patients at night. • Glucocorticoids (dexamethasone, up
to 40 mg daily)
• A recent onset of persistent back pain, • Radiotherapy
particularly if in the thoracic spine (which is
• Biopsy
uncommonly involved by spondylosis),
should prompt consideration of vertebral • Surgery
metastasis
NONCOMPRESSIVE
MYELOPATHIES
• The most frequent causes of
noncompressive acute transverse
myelopathy (ATM) are spinal cord
infarction; systemic inflammatory
disorders.
TRAUMA
1. Complete Spinal Transaction
• SCI: cedera/kerusakan medula spinalis perubahan
fungsional dpt temporer/permanen, pd fungsi motorik,
sensorik, / otonom.
• American Spinal Injury Association (ASIA):
o Complete SCI : cedera yg melibatkan seluruh segmen sakral dr medulla spinalis(S4
& S5) fungsi sensorik & motorik tidak ada sama sekali Absence of sensory and
motor functions in the lowest sacral segments
o Incomplete SCI : tidak melibatkan segmen sakral S4 & S5 fungsi sensorik &
motorik masih ada
http://emedicine.medscape.com/article/793582-clinical
Diagnosis
Laboratory studies
• Arterial blood gas
(ABG) measurements
• Lactate levels
• Hemoglobin and/or
hematocrit levels
• Urinalysis
Imaging studies
• Plain radiography
• Computed tomography
(CT) scanning
• Magnetic resonance
imaging (MRI)
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/793582-clinical
The Canadian C-Spine Rule
Gambar dikutip dari: Stiell et al. The Canadian C-Spine Rule versus the NEXUS Low-Risk Criteria in Patients with Trauma. N Eng J Med 2003;349:2510-8
Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3232636/
Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3232636/
MEDIKAMENTOSA
Glucocorticoids
• Methylprednisolone: 1st hour(30 mg/kg IV over 15 minutes), Next 23 hours: 5.4
mg/kg/hr IV by continuous infusion
Analgesics, Other
• GABA analogs have been shown to be effective in treating neuropathic pain in
spinal cord injuries.
• Pregabalin Initial: 150 mg/day PO divided q12hr; may increase within 1 week to
300 mg/day PO divided q12hr
• If there is insufficient pain relief after 2-3 weeks and 300 mg/day dose is tolerated,
may increase dose again up to 600 mg/day PO divided q12hr
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/793582-clinical
2. Amnesia Pasca Trauma
DEFINISI TANDA GEJALA
• Disorientasi atau kebingungan
• sebagai periode setelah • halusinasi
trauma kapitis dimana • gelisah, pukulan, kebutuhan mengguluyur
informasi tentang kejadian • Konfabulasi
yang berlangsung tidak • agresif dan agitasi
tersimpan. • pengulangan gerakan dan pikiran
• mengerang, memanggil, perilaku
kekanakan
KLASIFIKASI • fiksasi pada satu topik
• Amnesia retrograde • ketidakmampuan atau periaku sosial tidak
memadai
• Amnesia anterograde • mengantuk, gangguan siklus bangun
• takut dan paranoid
• Impulsif
• sangat sensitif pada cahaya
• Turunnya pemecahan masalah
• lemas atau kemampuan berencana
• penurunan perhatian dan konsentrasi
TATALAKSANA PROGNOSIS
• Jika memungkinkan, pasien
ditempatkan dalam ruang • pulih seiring berjalan nya
yang berkapasitas khusus waktu.
untuk satu pasien. • Selama proses
• Lingkungan yang tenang,
pemulilihan, mereka
untuk mengurangi
stimulus eksternal biasanya mengingat
seperti televisi, radio, memori yang sudah
lampu terang, dan lama disimpan, lalu baru
kebisingan mengingat memori yang
• Buat lingkungan yang lebih baru terjadi,
aman dan familiar
sampai seluruh memori
kepada pasien,
menggunakan benda- yang hilang pulih..
benda dan gambar
3. Subdural Hematoma
DEFINISI ETIOLOGI
• Perdarahan yang terjadi dibawah • Head trauma
lapisan duramater namun masih diluar • Coagulopathy or medical anticoagulation
otak (eg, warfarin [Coumadin], heparin,
hemophilia, liver disease,
PATOFISOLOGI thrombocytopenia)
• Nontraumatic intracranial hemorrhage
• Subdural hematoma terjadi ketika
due to cerebral aneurysm, arteriovenous
rusaknya bridging vein yang
malformation, or tumor (meningioma or
menghubungkan otak dan lapisan
dural metastases)
duramater yang disebabkan oleh
• Postsurgical (craniotomy, CSF shunting)
akselerasi dan deakselerasi secara
• Intracranial hypotension (eg, after lumbar
cepat (trauma)
puncture, lumbar CSF leak,
TANDA DAN GEJALA • Lethargy or lumboperitoneal shunt, spinal epidural
excessive anesthesia [12]
• Headache
drowsiness • Child abuse or shaken baby syndrome (in
• Confusion the pediatric age group)
• Change in • Weakness
• Spontaneous or unknown (rare)
behavior • Apathy
• Dizziness • Seizures
• Nausea and
DIFFERENTIAL DIAGNOSA TATALAKSANA • trepination
• Dementia • Craniotomy • Physiotherapy
• Stroke • Craniectomy • Terapi okupasi
• Transient ischemic attack • Burrhole
• Tumor
• Subarachnoid hemorrhage
KOMPLIKASI
• Meningitis
• Brain herniation
• Encephalitis
• Gejala persisten seperti sakit kepala
• Epidural hematoma
• kejang
• Intracranial hematoma
• Kelumpuhan sementara atau
• Subarachnoid hematoma permanen
• afagia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• CT scan
• MRI PROGNOSIS
• Buruk, terutama pada acute subdural
hematoma yang butuh tatalaksana
bedah. Hanya sekitar 14-40% kembali
ke fungsi semula. Angka mortalitas
cukup tinggi sekitar 36-79%. Resiko
meningkat seiring berjalannya umur
4. Epidural Hematom
• Pengumpulan darah diantara tengkorak dan duramater (hematom ekstradural)
• Timbul akibat fraktur linier yang menimbulkan laserasi langsung pada A.
meningea media (tersering) atau vena
• Tanda dan gejala: interval lusid, hemiplegia, pupil anisokor, peningkatan TIK,
epilepsi
• Pemeriksaan penunjang: CT Scan, MRI
• DD: Hematom epidural dari perdarahan arteri atau vena
• Terapi: pembedahan
• Mortalitas: 7-15%, cacat sisa 5-10%
Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA. Netter’s neurology. 2nd Ed. Elsevier Saunders:
Kesimpulan dan Saran
• Sakit kepala dapat disebabkan oleh
peningkatan tekanan intrakranial.
• Kaku kuduk yang (+) dapat disebabkan oleh
perdarahan yang sehingga terjadi peningkatan
TIK ke rongga SAH CSS terisi darah tekan
batang otak kaku kuduk (+)
• Disarankan melakukan pemeriksaan
penunjang seperti CT scan kepala dan
angiografi serebral.
Daftar Pustaka
• Sobotta Atlas of Human Anatomy. London: Urban&
Fischer
• Difiore –Atlas of Histology
• Lecture notes neurology. 8th ed. 2007
• Clinical neurology. 9th ed. 2015
• Harrison”s neurology in Clinical Medicine
• Drislane FW et al. Neurology. Blueprints. Philadelphia;
Lippincot Williams & Wilkins : 2009
• http://www.medscape.com
• Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA. Netter’s
neurology. 2nd Ed. Elsevier Saunders: Philadelphia;
2012