Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH PEREKONOMIAN

INDONESIA

Disusun oleh :
Sriyanto., SE., MM
Sejarah Perekonomian Indonesia

Periode orde lama sampai tahun 1966


Pada masa ini :
- Aspek ekonomi relatif tertinggal.
- Miskinnya pendataan mengenai keadaan ekonomi yang
memang sudah tertinggal.
- Pengisian kemerdekaan ditekankan pada aspek politik.
Terdapat 3 periode:
A. Periode 1945 – 1950
- November 1945 – Desember 1949 (4 Tahun).
- Desember 1949 – September 1950
Kabinet Hatta, (konsentrasi pada penyatuan politis wilayah
Indonesia dalam Negara Indonesia Serikat, dan reformasi
moneter “Devaluasi mata uang dan pemotongan uang yang
beredar pada bulan Maret.
Lanjutan

B. Periode Demokrasi Parlementer (1951 – 1959)


- Disebut juga periode Demokrasi Liberal.
- Berakhir pada Juli 1959
Dekrit Presiden Soekarno “kembali ke UUD’45”
- Ada 7 pemerintahan :
1. Kabinet Natsir (September 1950 – Maret 1951)
Kabinet I dalam negara Kesatuan RI.
Syafruddin Prawiranegara (Mentri Keuangan).
Sumitro (Mentri Perdagangan dan Industri).
Pada masa ini ekspor terdorong kuat, sehingga mampu
mengatasi kesulitan neraca pembayaran, sekaligus
penerimaan pemerintah naik, Import diliberalisasikan untuk
menekan harga umum di dalam negeri, Kredit untuk
perusahaan asing di perketat, untuk pribumi di perlunak,
terumuskan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian).
Bercorak Sosialis – Pragmatis.
Lanjutan

2. Kabinet Sukiman (April 1951 – Februari 1952)


- Nasional De Javasche Bank : Bank Indonesia (22 Mei 1951).
- Memburuknya situasi fiskal.
- Eksport menurun, akibat bom Korea.
- Dihapusnya sistem kurs berganda (Multiple Exchange Rate
System).
- Surplus anggaran berbalik menjadi defisite besar.
- Jatuh karena isu penandatanganan persetujuan keamanan bersama
dengan AS.
3. Kabinet Wilopo (April 1952 – Juni 1953)
- Konsep anggarannya berimbang (Balanced Budget) dalam APBN.
- Import di perketat, diberlakukan pembayaran dimuka.
- Rasionalisasi angkatan bersenjata melalui modernisasi dan
pengurangan personil.
- Menekan pengeluaran pemerintah, > 25% pengeluaran total tahun
sebelumnya.
- Cadangan devisa merosot tajam.
- Melanjutkan RUP, program banteng
Lanjutan

4. Kabinet Ali I (Agustus 1953 – Juli 1955)


- Defisit baik dalam anggaran belanja maupun dalam neraca
pembayaran.
- Melindungi importir pribumi.
- Kegagalan fiskal.
- Terjadinya kegoncangan kabinet berdampak pada kurang
suksesnya upaya pengendalian laju uang yang beredar, dan tindakan
restabilisasi di arahkan pada pembatasan import.
5. Kabinet Burhanudin (Agustus 1955 – Maret 1956)
- Dikenal dengan sebutan Kabinet Interim.
- Tindakan penting:
Liberalisasi Import (Politik Rasialisme terhadap Impotir
dihapuskan.
Pembayaran di muka atas impor
- Nilai rupiah naik 8% terhadap emas.
- Konsisten melaksanakan RUP.
- Membentuk Dewan alat-alat pembayaran luar negeri.
Lanjutan

6. Kabinet Ali II (April 1956 – Maret 1957)


- Merosotnya cadangan devisa akibat penyeludupan.
- Defisite besar dalam anggaran.
- Dicairkan sertifikat pendorong ekspor.
- Penerimaan bantuan dari IMF US$55 Juta.
- Pengajuan UU tentang penanaman Modal Asing.
- Dihentikan Program Banteng oleh presiden Soekarno.
- Dicanangkan RLT (Rencana Lima Tahun 1956 – 1960), dengan
tujuan untuk mendorong industri dasar, jasa pelayanan umumum
dan sektor publik.
7. Kabinet Djuanda (Maret 1957 – Agustus 1959)
- Disebut Kabinet Karya.
- Disebut juga Kabinet Kerja Darurat Ekstra Parlementer
- Bersifat terpimpin.
- Cikal bakal demokrasi terpimpin.
Lanjutan

C. Periode tahun 1959 – 1965


•Gejolak politik dalam negeri dan beberapa pemberontakan
•Periode 1959 – 1965, pertumbuhan ekonomi 1,9% dan stagflasi (high
rate of unemployment and inflation)
•Periode 1959 – 1965, rata-rata pendapatan pemerintah Rp 151 juta
dan pengeluaran Rp 359 juta
•Produksi sektor pertanian dan perindustrian sangat rendah sebagai
akibat dari kurangnya kapasitas produksi dan infrastruktur pendukung
•Jumlah uang yang beredar berlebihan, sehingga terjadi inflasi
•Demokrasi terpimpin
•Dilakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan belanda.
•Lebih cenderung kepada pemikiran sosialis komunis
•Politik tidak stabil sampai pada puncaknya pada September 1965
Perekonomian Indonesia Orde Baru

Program Pembangunan Nasional


1. Jangka Panjang 25 tahunan
2. Jangka Menengah 5 tahunan ( PELITA I – PELITA VI )
3. Jangka Pendek 1 tahunan ( mulai 1 April 1969)

PELITA I
Pelita I dimulai 1 April 1969 – 31 Maret 1947
Pelita ini menekan pada rehabilitas ekonomi, khususnya
mengangkat hasil pertanian dan penyempurnaan system irigasi dan
transportasi. Hampir seluruh target di sektor produksi berhasil
dicapai, bahkan produksi beras meningkat 25%. Tujuan pelita I
adalah menaikkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan
dasar-dasar yang kuat bagi pembangunan nasional.
Lanjutan

• PELITA II
Pelita II berlangsung pada tanggal 1 April 1974 – 31 Maret 1979.
Pelita II menekan pada peningkatan standar hidup bangsa Indonesia.
Tujuan tersebut di wujudkan dengan menyediakan pangan, sandang,
dan papan yang lebih baik, meningkatkan pemerataan
kesejahteraan; dan menyediakan lapangan kerja.

PELITA III
Pelita III dimulai tanggal 1 April 1979 – 31 Maret 1989.
Pelita ini menekankan pada sektor pertanian untuk mencapai
swasemada pangan dan pemantapan industri yang mengolah bahan
dasar atau bahan baku menjadi bahan jadi. Pelita II meningkat
27,4% di banding pelita sebelumnya. Penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan tinggal 26,9% dari jumlah penduduk tahun
1980.
Lanjutan

• PELITA IV
Pelita IV dimulai 1 April 1984 – 31 Maret 1989.
Pelita ini menekankan pada sektor pertanian untuk mempertahankan swasembada pangan
sekaligus meningkatkan industri yang dapat memproduksi mesin – mesin untuk industri
ringan maupun berat. Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan tinggal 16,4% dari
jumlah penduduk tahun 1987.

PELITA V
Pelita dimulai tanggal 1 April 1989 – 31 Maret 1994.
Pelita ini menekankan pada sektor industri yang didukung oleh pertumbuhan yang mantap
di sektor pertanian.

PELITA VI
Pelita VI dimulai 1 April 1994 – 31 Maret 1999.
Pelita VI merupakan awal pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua (PJPT II). Pada
tahap ini bangsa Indonesia memasuki proses Tinggal Landas menuju terwujudnya
masyarakat maju, adil dan mandiri. Pelita VI menitik beratkan pada bidang ekonomi dengan
keterkaitan antara industri dan pertanian serta bidang pembangunan lainnya guna
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Masa Pemerintahan Transisi

- Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah.


- Semakin besarnya ketidakpuasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan
Soeharto.
- Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu kerusuhan Mei 1998 sehari
setelahnya.
- Dibawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih
untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
- Pemerintahan transisi merupakan peralihan antara pemerintahan zaman Soeharto ke
pemerintahan B.J. Habibie.
- Karakteristik Pemerintahan Transisi :
a. Kegoncangan terhadap rupiah terjadi pada pertengahan 1997, pada saat itu dari Rp
2.500 menjadi Rp 2.650 per dollar AS. Sejak masa itu keadaan rupiah menjadi
tidak stabil.
b. Krisis rupiah akhirnya menjadi semakin parah dan menjadi krisis ekonomi yang
kemudian memunculkan krisis politik terbesar sepanjang sejarah Indonesia.
c. Pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie disebut pemerintahan reformasi.
Namun, ternyata pemerintahan baru ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya,
sehingga kalangan masyarakat lebih suka menyebutnya sebagai masa transisi
karena KKN semakin menjadi, banyak kerusuhan
Pemerintahan Reformasi
Masa Pemerintahan BJ. Habibi
-Mulai kerjasama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu
dalam proses pemulihan ekonomi.
-Melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi.
-Dibidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar
yang masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. menjadi Rp 6.500 per dolar
AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya.
-Selain itu, ia juga memulai menerapkan independensi Bank Indonesia agar
lebih fokus mengurusi perekonomian.
-Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan
BPPN (Badan Penyehehatan Perbankan Nasional) dan unit Pengelola Aset
Negara.
-Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat.
-Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Masa Pemerintahan KH Abdurrahman Wahid

- Kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan.


- Pernyataan2 presiden sering mebingungkan peleku2 ekonomi, KKN
meraja lela, instrik2 sosial banyak yang tidak terselesaikan.
- Hubungan dengan IMF juga tidak baik, terutama karena masalah
amandemen UU No. 23 tahun 1999 mengenai Bank Indonesia; penerapan
otonomi daerah, terutama menyangkut kebebasan daerah untuk pinjam
uang dari luar negeri; dan revisi APBN 2001 yang terus tertunda
pelaksanaannya. Tidak tuntasnya revisi tersebut mengakibatkan IMF
menunda pencairan bantuannya kepada pemerintah Indonesia.
- Indonesia terancam dinyatakan bangkrut oleh Paris Club (negara-negara
donor) karena kondisi perekonomian yang semakin buruk dan defisit
keuangan membengkak, tidak mungkin mampu membayar utangnya yang
akan jatuh tempo tahun 2002. Bank Dunia juga mengancam akan
menghentikan pinjaman jika kesepakatan IMF dengan pemerintah
Indonesia macet.
Masa Pemerintahan Megawati Sukarno Putri

- Masalah yang perlu dipecahkan adalah pemulihan ekonomi dan


penegakan hukum.
- Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi persoalan-
persoalan ekonomi antara lain:
- Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 miliyar
pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan
pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
- Kebijakan privatisasi BUMN.
- Direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
- Meski ekonomi Indonesia mengalami banyak perbaikan, seperti nilai
mata tukar rupiah yang lebih stabil, namun Indonesia pada masa
pemerintahan tetap tidak menunjukkan perubahan yang berarti
dalam bidang-bidang lain.
Masa Pemerintahan SBY

Periode I (2004-2009)
-Kebijakan kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata
lain menaikkan harga BBM.
-Kebijikan kontroversial, Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat
miskin.
-Diadakan Indonesian Infrastructure Summit pada November 2006 yang
mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
-Pertengahan Oktober 2006, Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada
IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS.
-Birokrasi pemerintah terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya
realisasi belanja Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan
anggaran .
-Namun, masa pemerintahan SBY, perekonomian Indonesia memang
berada pada masa keemasannya. Indikator yang cukup menyita perhatian
adalah inflasi.
Lanjutan

Periode II (2009-2014)
Pada periode ini, pemerintah khususnya melalui Bank Indonesia menetapkan
empat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional negara
yaitu:
1. BI rate
2. Nilai tukar
3. Operasi moneter
4. Kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan
makroprudensial lalu lintas modal.

Dengan kebijakan-kebijakan ekonomi diatas, diharapkan pemerintah dapat


meningkatan pertumbuhan ekonomi negara yang akan berpengaruh pula pada
meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Indonesia masa ini menjadi ekonomi nomor 17 terbesar di dunia.
Bagaimana dengan Pemerintahan
Presiden Joko Widodo ???

Anda mungkin juga menyukai