Anda di halaman 1dari 21

Asuhan keperawatan

Pneumonia “ARDS”
Kelompok 8
Definisi
 Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi
atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi
dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis,
embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang
menyababkan gagal nafas. Komplikasi dari penumonia adalah Adult
Respiratory Distress Syndrome atau ARDS.
 ARDS merupakan bentuk gagal nafas yang berbeda ditandai
dengan hipoksemia berat yang resisten terhadap pengobatan
konvensional. ARDS terjadi setelah berbagai penyakit (sepsis,
aspirasi isi lambung, trauma serius), yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas dan edema paru non kardiogenik yang
berat.
Etiologi
1. Kerusakan paru tidak langsung
Infeksi berat dan luas (sepsis)
Kelainan paru akibat kebakaran
 Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
Terhirupnya makanan ke dalam paru (aspirasi asam lambung)
Tenggelam
Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi
tinggi inhalasi oksigen)
Emboli paru
Pankreatitis idiopatik
Koagulasi intravascular tersebar/DIC (Dissemineted
Intravaskuler Coagulation)
lanjutan
2. Obat-obatan
 Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
3. Lain-lain
 Emboli lemak
 Emboli cairan amnion
 Rudapaksa paru
 Kelainan metabolik(uremia)
 Tranfusi masif
 Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary
 Eklampsia
4. Infeksi (injuri langsung paru) seperti virus, bakteri, jamur dan TB
paru.
Patofisiologi
 ARDS adalah bentuk akumulasi cairan di paru-paru yang tidak dijelaskan oleh gagal jantung
(edema paru nonkardiogenik). Ini biasanya dipicu oleh cedera akut pada paru-paru yang
mengakibatkan banjir kantung udara mikroskopis paru - paru yang bertanggung jawab untuk
pertukaran gas seperti oksigen dan karbon dioksida dengan kapiler di paru-paru. Temuan umum
tambahan pada ARDS termasuk kolaps parsial paru-paru ( atelektasis ) dan kadar oksigen yang
rendah dalam darah ( hipoksemia ). Sindrom klinis dikaitkan dengan temuan patologis termasuk
pneumonia, pneumonia eosinofilik , pneumonia pengorganisasian kriptogenik , pneumonia
pengorganisasian fibrosis akut, dan kerusakan difus alveolar (DAD) .
 Dari jumlah tersebut, patologi yang paling sering dikaitkan dengan ARDS adalah DAD, yang
ditandai dengan peradangan jaringan paru yang difus. Penghinaan yang memicu jaringan
biasanya menghasilkan pelepasan awal sinyal kimia dan mediator inflamasi lainnya yang
disekresikan oleh sel epitel dan endotel local. Neutrofil dan beberapa limfosit T dengan cepat
bermigrasi ke jaringan paru yang meradang dan berkontribusi dalam amplifikasi fenomena.
Presentasi histologis yang khas melibatkan kerusakan alveolar difus dan pembentukan membran
hialin di dinding alveolar.
Manifestasi Klinis

Penurunan kesadaran mental


Dispnea serta takipnea yang berat akibat hipoksemia
Terdapat retraksi interoksa
Sianosis
Hipoksemia
Auskultasi paru: ronkhi basah,krekels, wheezing
Hipotensi
Klasifikasi

Berdasarkan karakteristik gambaran


histopatologinya ARDS dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Fase akut (hari 1-6)
2. Fase sub-akut (hari 7-14)
3. Fase kronis (setelah hari ke-14)
Terapi Farmakologi

Farmakologi
Inhalasi NO2 dan vasodilator lain
Kortikosteroid
Ketoconazole : inhalasi poten untuk sintesis trombokson,
dan menghambat biosintesis leukotrienes → mungkin bisa
digunakan untuk mencegah ARDS
Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kritis ARDS
PENGKAJIAN
 Pengkajian primer
 Airway : Mengenali adanya sumbatan
jalan napas  Sesak napas atau tidak
 Peningkatan sekresi pernapasan  Kedalaman Pernapasan
 Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi  Retraksi atau tarikan dinding dada atau
tidak
 Jalan napas adanya sputum, secret, lendir,
darah, dan benda asing,  Reflek batuk ada atau tidak
 Jalan napas bersih atau tidak  Penggunaan otot Bantu pernapasan

 Breathing  Penggunaan alat Bantu pernapasan ada


atau tidak
 Distress pernapasan : pernapasan cuping
hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.  Irama pernapasan : teratur atau tidak

 Frekuensi pernapasan : cepat  Bunyi napas Normal atau tidak


Circulation Disability
Penurunan curah jantung : Keadaan umum : GCS,
gelisah, letargi, takikardia kesadaran, nyeri atau tidak
Sakit kepala adanya trauma atau tidak
Gangguan tingkat kesadaran pada thorax
: ansietas, gelisah, kacau Riwayat penyakit dahulu /
mental, mengantuk sekarang
Papiledema Riwayat pengobatan
Penurunan haluaran urine Obat-obatan / Drugs
 Pengkajian Sekunder
 Identitas Pasien
 Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
 Riwayat Penyakit Sekarang
 Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyait yang sama ketika
klien mauk rumah sakit.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
 Pemeriksaan Fisik
 B1 (Breath)
Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, apakah terdapat suara tambahan seperti krekel,
ronchi, wheezing.
 B2 (Blood)
Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia).
 B3 (Brain)
Tingkat kesadaran menurun (seperti bingung atau agitasi), pingsan,
nyeri kepala (penyebabnya karena adanya trauma), mata berkunang-
kunang, berkeringat banyak.
 B4 (Bowel)
Adakah penurunan prouksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).
 B5 (Bladder)
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status
nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan seperti cairan yang
berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat edema paru.
 B6 (Bone)
Kelemahan otot, mudah lelah.
Diagnosa keperawatan

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan


dengan hilangnya fungsi jalan napas, peningkatan
sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan
napas.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
hipoventilasi alveoli, penumpukan cairan di alveoli,
hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
pertukaran gas tidak adekuat, peningkatan secret,
penurunan kemampuan untuk oksigenasi,
kelelahan
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor fungsi 1. Penggunaan otot-otot

napas tidak efektif keperawatan selama 3x24 pernapasan, Frekuensi, interkostal/abdominal/leher


jam diharapkan Jalan nafas irama, kedalaman, dapat meningkatkan usaha
berhubungan
kembali normal dan efektif. bunyi dan penggunaan dalam bernafas
dengan hilangnya
Kriteria Hasil: otot-otot tambahan. 2. Pemeliharaan jalan nafas
fungsi jalan napas,
 Pasien dapat 2. Berikan Posisi semi bagian nafas dengan paten
peningkatan sekret mempertahankan jalan Fowler 3. Mengeluarkan secret
pulmonal, nafas dengan bunyi 3. Berikan terapi O2 meningkatkan transport
peningkatan nafas yang jernih 4. Lakukan suction oksigen
resistensi jalan  Pasien bebas dari 5. Berikan fisioterapi dada 4. Untuk mengeluarkan secret

napas. dispneu 5. Meningkatkan drainase sekret


 Mengeluarkan secret tanpa paru, peningkatan efisiensi
kesulitan penggunaan
 Memperlihatkan tingkah
laku mempertahankan
jalan nafas
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji status pernapasan , 1. Takipneu adalah mekanisme

pertukaran gas intervensi keperawatan catat peningkatan kompensasi untuk hipoksemia


selama 3 x 24 diharapakan respirasi dan perubahan dan peningkatan usaha nafas
berhubungan
klien mengalami penurunan pola napas . 2. Selalu berarti bila diberikan
dengan
penumpukan cairan di 2. Kaji adanya sianosis dan oksigen (desaturasi 5 gr dari
hipoventilasi alveoli,
alveoli. Observasi Hb) sebelum cyanosis muncul
penumpukan Kriteria Hasil: kecenderungan hipoksia Menyimpan tenaga pasien,
cairan di alveoli,  Pasien dapat dan hiperkapnia mengurangi penggunaan
hilangnya surfaktan meperlihatkan ventilasi 3. Berikan istirahat yang oksigen

pada permukaan dan oksigenasi yang cukup dan nyaman 3. Memaksimalkan pertukaran
adekuat dengan nilai 4. Berikan humidifier oksigen secara terus menerus
alveoli
AGD normal. oksigen dengan masker dengan tekanan yang sesuai
 Bebas dari gejala distress CPAP jika ada indikasi 4. Untuk mencegah kondisi lebih
pernapasan. 5. Berikan obat-obat jika buruk pada gagal nafas.
ada indikasi seperti
steroids, antibiotik,
bronchodilator dan
ekspektorant
3 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital signs seperti 1. Berkurangnya
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 tekanan darah, heart volume/keluarnya cairan
pertukaran gas tidak jam, diharapkan volume rate, denyut nadi (jumlah dapat meningkatkan heart
adekuat, peningkatan cairan di paru berkurang/ dan volume). rate, menurunkan TD, dan
secret, penurunan menghilang 2. Amati perubahan volume denyut nadi menurun
kemampuan untuk Kriteria Hasil: kesadaran, turgor kulit, 2. Mempengaruhi perfusi/fungsi
oksigenasi, kelelahan  Pasien tidak sesak kelembaban membran cerebral. Deficit cairan dapat
.  Menunjukkan bernafas mukosa dan karakter diidentifikasi dengan
dengan efektif sputum. penurunan turgor kulit,
 Berat badan kembali 3. Hitung intake, output dan 3. Keseimbangan cairan negatif
normal balance cairan. Amati merupakan indikasi terjadinya
 Pengeluaran urin normal “insesible loss” deficit cairan.
4. Timbang berat badan 4. Perubahan yang drastis
setiap hari merupakan tanda penurunan
5. Berikan cairan IV dengan total body wate
observasi ketat 5. Mempertahankan/memperbai
ki volume sirkulasi dan tekanan
osmot
Implementasi
 Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup
melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-
hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat.
 Evaluasi
 Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap
proses keperawatan (Diagnosa, tujuan intervensi) harus di evaluasi dengan
melibatkan klien, perawatan dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan
untuk menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan tercapai atau tidak
untuk malkukan pengkajian ulang jika tindakan belum berhasil.
Pencegahan Kasus ARDS
1. Pencegahan primer
 Menjelaskan mengenai ARDS: perjalanan penyakit, penyebab, komplikasi,
prognosis, mortalitas, tata laksana yang diperlukan
 Efek samping tata laksana yang dilakukan, terutama jika mendapatkan
perawatan di ICU atau menggunakan ventilator
 Pasien pasca ARDS dapat mengalami depresi dan penurunan fungsi paru
secara signifikan, sehingga memerlukan masa rehabilitasi yang panjang
 Kualitas hidup pasien pasca ARDS umumnya akan sangat menurun,
sehingga memerlukan perawatan dan dukungan khusus.
2. Pencegahan Sekunder
 Pencegahan sekunder dilakukan dengan identifikasi faktor risiko
pada pasien-pasien risiko tinggi untuk dapat mendeteksi awal gejala
distress pernapasan. Pengawasan PaO2/FiO2 dan deteksi dini
terutama harus dilakukan pada pasien-pasien pneumonia, sepsis,
aspirasi, pasien rawat intensif, dan trauma toraks.

3. Pencegahan Tersier
 Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan meminimalisir
penggunaan ventilator. Pemantauan penanda biologis/biomarker
serta evaluasi orang sistem skoring pada pasien risiko tinggi juga
dapat dilakukan untuk mencegah perburukan ARDS.
1. Jurnal Rizky Amalia (2018) dengan Judul “Pengaruh latihan
Pursed Lips Breathing terhadap perubahan RR pasien Pneumonia
di RSUD Lawang”
 Pursed Lips Breathing diberikan untuk membantu mengatasi
ketidakefektifan ersihan jalan nafas pada pasien dengan pneumonia
dengan cara meningkatkan pengembangan alveolus pada setiap
lobus paru sehingga tekanan alveolus meningkat dan dapat
membantu mendorong sekret pada jalan nafas saat ekspirasi dan
dapat menginduksi pola nafas menjadi normal. Caranya dengan
menentangkan bibir selama ekspirasi tekanan nafas didalam dada
dipertahankan, mencegah kegagalan nafas dan kollaps, selama
dilakukan Pursed Lips Breathing saluran udara terbuka selama
ekspirasi dan aka semakin meningkat sehingga mengurangi sesak.
 Hasil penelitian setelah diberikan Pursed Lips Breathing selama 10
menit sebanyak 2x dalam waktu 3 hari, terjadi perubahan RR diatas
normal menjadi menurun.
Menurut jurnal _The management of ARDS : what is really
evidance based?_ dari Jean-Louis 2018.
 ARDS bukan penyakit tunggal melainkan sindrom yang dapat terjadi
sebagai akibat dari berbagai kondisi. Saat ini, tidak ada intervensi anti-
ARDS farmakologis spesifik yang telah ditunjukkan untuk
meningkatkan hasil. Oleh karena itu ARDS harus dikelola
menggunakan kombinasi ventilasi "rendah", perawatan suportif, dan
perawatan efektif dari penyebab yang mendasarinya. Mungkin aspek
terpenting dari perawatan pasien saat ini adalah untuk menghindari
intervensi yang dapat memperburuk cedera paru yang sudah ada.
Dengan demikian, membatasi volume tidal dan menghindari kelebihan
cairan adalah tindakan pembatasan kerusakan utama.
 Pedoman terbaru dari American Thoracic Society, European Society of
Intensive Care Medicine dan Society of Critical Care Medicine
memberikan rekomendasi yang kuat untuk penggunaan volume tidal
rendah (4-8 ml / kg PBW) untuk semua pasien dewasa dengan ARDS
membutuhkan ventilasi mekanis.

Anda mungkin juga menyukai