Anda di halaman 1dari 16

TEMA : KEGAWATDARURATAN NEONATAL

(BBLR, HYPHOTERMI, HIPERBILLIRUBIN, GAWAT


NAFAS, INFEKSI, POLA NUTRISI)

KELOMPOK 6

Ade Hayatunisa M 11194441920079


Angela Desvini Bataha 11194441920081
Chintya Yolanda Wulandari 11194441920085
Fauziah 11194441920089
Norlinda Sari 11194441920099
Putri Wulandari 11194441920104
Latar Belakang
Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat
mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika
kelahiran bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan
selama kehamilan yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang
akan dilahirkan. Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena jika lambat
dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir
(Walyani & Purwoastuti, 2015).
BBLR
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu.
(Marmi dan Rahardjo, 2012).

Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu
faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan neonatal.

Berat badan lahir rendah (BBLR) di bedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR
karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR
karena intrauterin growth retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi
berat kurang untuk usiannya. (Dep Kes RI, 2010).
Hipotermia
Menurut Setiati (2014), hipotermia disebabkan oleh lepasnya panas karena
konduksi,konveksi, radiasi, atau evaporasi. Hipotermia adalah keadaan suhu
tubuh di bawah 35 ̊C, dan dapat dikategorikan sebagai berikut:
Hipotermia ringan: 32 –35 ̊C
Hipotermia sedang: 28 –32 ̊C
Hipotermia berat: di bawah 28 ̊C

Sindrom Gawat Nafas


Sindrom gawat nafas neonatus dalam bahasa Inggris disebut respiratory distress
syndrome (RDS) merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea
dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu
ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi.

Pola Nutrisi
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi.Nutrisi
adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan berkembang.
Hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana produksi bilirurin yang
berlebihan di dalam darah. (Slusher 2013).

Pengertian
Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa pewarnaan kuning
pada kulit, sedangkan hiperbilirubin lebih mengacu pada gambaran kadar
bilirubin serum total (Abdellatief dkk., 2012).

Secara garis besar, Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi
karena keadaan sebagai berikut; Polychetemia (Peningkatan jumlah sel darah merah),
Isoimmun Hemolytic Disease, Kelainan struktur dan enzim sel darah merah, keracunan
obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol), Hemolisis ekstravaskuler,
Etiologi
Cephalhematoma, Ecchymosis, Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase,
obstruksi empedu (atresia biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia,
hipotiroid jaundice ASI dan adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi.
Menurunnya ikatan albumin; lahir prematur, asidosis. (Sumber: IDAI, 2011)
Patofisiologi

Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel darah merah/RBCs.
Ketika RBCs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi, diimana hemoglobin pecah menjadi heme
dan globin. Gloobin {protein} digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme akan diruah menjadi
bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin. Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi
pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan
beban Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau
pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan
merusak jaringan tubuh.
Manifestasi Klinis Hiperbilirubin

Ikterus patologis :
Ikterus Fisiologis : 1. Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam.
1. Warna kuning akan timbul pada hari kedua atau ketiga 2. Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang
setelah bayi lahir dan tampak jelas pada hari kelima memerlukan fototerapi.
sampai ke enam dan menghilang sampai hari kesepuluh. 3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg/dl
2. Kadar bilirubin indirek tidak lebih dari 10 mg/dl pada pada neonatus kurang bulan dan 12,5 mg/dl
neonatus kurang bulan dan 12,5 mg/dl pada neonatus pada neonatus cukup bulan.
cukup bulan. 4. Peningkatan bilirubin total serum > 0,5
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg/dl/jam.
mg/dl per hari. 5. Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari
4. Kadar bilirubin direk tidak lebih dari 1 mg/dl pada setiap bayi muntah, letargis, malas
5. Tidak memiliki hubungan dengan keadaan patologis yang menetek, penurunan berat badan yang cepat,
berpotensi menjadi kern icterus (ensefalopati biliaris apnea, takipnea atau suhu yang tidak stabil.
adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin 6. Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi
indirek pada otak). cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi
kurang bulan.
Komplikasi Hiperbilirubin Penatalasanaan Hiperbilirubin

a. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian


a. Bilirubin encephahalopathi
makanan sejak (pemberian ASI).
b. Kernikterus, kerusakan neurologis, cerebral
b. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada
palis, retardasi mental, hyperaktif, bicara
masa kelahiran misalnya sulfa furokolin.
lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan
c. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus
yang melengking.
dan janin.
c. Asfiksia
d. Fenobarbital
d. Hipotermi
e. Fototerapi
e. Hipoglikemi
f. Transfusi tukar.
a. Pencegahan primer

Pencegahan 1) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi nya paling sedikit 8-12
Hiperbilirubin kali/hari untuk beberapa hari pertama.
2) Tidak memberikan cairan tambahan lainnya selain ASI dan
mencegah terjadinya dehidrasi pada bayi.

b. Pencegahan Sekunder
1) Setiap wanita hamil harus diperiksakan golongan darah ABO dan
rhesusu serta penyaringan serum untuk antibody isoimun.
2) Memastikan pada saat bayi baru lahir terhadap timbulnya icterus yang
dinilai pada saat pemeriksaan tanda tanda vital bayi segera setelah
lahir.
Keluhan Utama :
Contoh kasus Bayi menangis kuat, bergerak aktif dan tampak ikterik di
kepala sampai kaki dibawah dengkul sejak hari kedua kelahiran

Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Kurang Baik
Kesadaran : Composmentis
Data Objektif Tanda-tanda Vital : -Respirasi : 43x/mnt.
- Suhu : 35,50C
- Nadi : 120 x/mnt
- Spo2 : 98 %
Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada trauma persalinan seperti caput
succedaneum, tidak ada chepal hematom
Muka : Simetris, tidak odem, tampak kuning
Mata : Bentuk simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tampak kekuningan.
Leher :Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid, warna kulit leher
kuning
Dada :Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada Retaksi dada dan tampak
ikterik
Ekstermitas:
1. Tangan : simetris, jumlah jari tangan lengkap, pada tangan danjari tidak ada sianosis,
tampak ikterik dan gerakan aktif.
2. Tungkai : simetris, jumlah jari kaki lengkap, pada kaki tidak ada sianosis, tampak
ikterik dan gerakan aktif.
ANALISA DATA
Diagnosa kebidanan : By. Ny. H hari ketiga dengan Hiperbilirubin
Masalah : Suhu Tubuh tidak stabil
Kebutuhan : Mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif menjaga supaya
lingkungan sekitar tetap nyaman dan hangat serta memenuhi pemberian
cairan yang cukup.
PENATALAKSANAAN

1. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital dan Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa bayinya
dalam keadaan kurang baik, yang ditandai dengan warna kulit yang tampak ikterik di kepala sampai
kaki dibawah dengkul dan suhu 35,5ºc, nadi 120 x/menit, R 43 x/menit dan Spo2 98%.
“ibu mengetahui hasil pemeriksaan”
2. Menjelaskan kepada orang tua bayi bahwa bayinya mengalami peningkatan kadar bilirubin dalam
darah yang menyebabkan perubahan warna kulit yang ditandai dengan warna kuning pada bagian
kepala sampai kaki dibawah dengkul dengan derajat 4 namun masih dalam batas normal.
“Orang tua bayi mengerti dengan penjelasan yang diberikan”
3. Melakukan foto terapi 1x24 jam dengan sinar ultraviolet buatan untuk mengurangi kadar
bilirubin pada bayi.
“terapi sudah diberikan”
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan cara menghindari
meletakkan bayi tanpa alas, meletakkan bayi dekat jendela atau kipas angin serta selalu
tutupi kepala, tangan dan kaki bayi dengan topi, sarung tangan, dan sarung kaki dan
membedon bayi untuk mencegah hipotermia.
“ibu bersedia melakukan anjuran yang diberikan”

5. Menjaga personal hygine bayi dengan :


a. Mengganti popok bayi segera jika bayi BAK/BAB.
b. Mengganti pakaian dan linen yang kotor.
c. Menyeka bayi dengan air hangat 1 kali sehari.
“ personal hygine bayi sudah dilakukan”
6. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI yaitu setiap kali bayi menginginkan ASI
saat bayi merasa lapar dan sampai bayi merasa kenyang minimal tiap 3 jam sekali
tanpa tambahan makanan dan cairan lainya, dan pemberian ASI ekskulusif sampai
usia bayi 6 bulan dan menjelaskan pentingnya ASI untuk perkembangan dan
pertumbuhan bayi.
“Ibu sudah memahami penjelasan tentang pentingnya pemberian ASI dan bersedia
melakukan anjuran yang diberikan ”

7. Memberitahu ibu bagaimana cara perawatan tali pusat yaitu :


a. Jangan membubuhi bahan-bahan atau ramuan apapun
b. Biarkan tali pusat dalam keadaan terbuka
c. Jika hendak dibungkus gunakan kassa steril
d. Jika tali pusat terkontaminasi kotoran atau tinja maka
bersihkan dengan air hangat dan keringkan.
“Ibu sudah mengerti tentang cara perawatan tali pusat”

Anda mungkin juga menyukai