1. NOVINDA WATALIWUTAN
2. FEBRIANTI PULONGKO
3. HANA FEGA TOMBUKU
4. LIDYA MURARY
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal.
ginjal adalah organ berbentuk kacang yang berfungsi sebagai bagian
dari sistem kemih seseorang. Ini membantu untuk menyaring limbah
dan cairan ekstra dari aliran darah, membuat urin, yang pindah ke
kandung kemih dan keluar dari tubuh. Manusia dilahirkan dengan
dua ginjal. Tumor Ginja terbentuk ketika sel tumbuh terlalu cepat
dalam ginjal. Biasanya, sel yang lebih tua mati dan diganti oleh sel
baru.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron). sebuah
nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan
dinding yang berlubang (kapsula bowman), yang mengandung
seberkas pembuluh darah (glomerulus). kapsula bowman dan
glomerulus membentukkorpuskulum renalis.
Kedua ren terletak retroperitoneal pada dinding abdomen,
masing-masing di sisi kanan dan di sisi kiri columna
vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebrata L3.
Ren dexter terletak sedikit lebih rendah daripada ren
sinister karena besarnya lobus hepatis dexter. Masing-
masing ren memiliki facies anterior dan facies posterior,
margo medialis dan margo lateralis, extremitas superior
dan extremitas inferior (Keith, 2002).
a. Tumor Jinak
1. Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang
terdiri atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos.
2. Fibroma Renalis
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma
renalis atau tumor sel interstisial reno-medulari.
3. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus
berwarna kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20
mm, yang terletak dalam korteks ginjal. Tumor ini jarang ditemukan,
pada autopsi didapat sekitar 20% dari seluruh autopsi yang
dilakukan.
4. Onkositoma
5. Tumor Jinak Lainnya
Tumor jinak dapat timbul dari jenis sel apapun dari dalam ginjal. Beberapa
menyebabkan masalah klinis, seperti hemangioma yang dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan, sehingga memberikan rasa nyeri atau merupakan
predisposisi kehilangan darah yang banyak sewaktu terjadi trauma.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Anamnesa
2. Inspeksi
3. Palpasi
4. Perkusi
5. Auskultasi
1. Nyeri akut b.d agen pencedera
fisiologis ( mis : inflamasi, iskemik,
neoplasma) d.d mengeluh nyeri
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d
mengeluh leleh
3. Risiko infeksi b.d efek prosedur
invasive
Dx 1 : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis ( mis : inflamasi, iskemik, neoplasma) d.d
mengeluh nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam klien melaporkan nyeri berkurang atau
hilang
Intervensi :
- Manajemen nyeri
- Pemberian analgesic
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam klien dapat bertoleransi terhadap aktifitas
Intervensi :
- Manajemen energi
- Terapi aktivitas
Dx 3 : Risiko infeksi b.d efek prosedur invasive
Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama
2x24 jam klien tidak mengalami infeksi
Intervensi :
- Manajemen imunisasi/vaksinasi
- Pencegahan infeksi