Anda di halaman 1dari 12

TEORI DAN PENANGANAN KASUS

GADAR KAPAL KARAM ATAU


TENGGELAM

KELOMPOK 3
KELAS A4 SEMESTER V
FAKULTAS KEPERAWATAN
ANGGOTA KELOMPOK 3

1. Enjie E. Purukan 4. Febrianti Pulongko


2. Yunisari Wowiling 5. Fini Mori
3. Putri Rumambi 6. Niken Bogar
TEORI TENGGELAM

World Health Organization mendefinisikan tenggelam


sebagai suatu proses kerusakan pernapasan akibat
masuknya sebagian atau seluruhnya air ke dalam
sistem pernapasan.
ETIOLOGI TENGGELAM
Tenggelam bisa merupakan kejadian utama atau sekunder dari beberapa
kejadian, misalnya kejang, trauma kepala atau spinal, aritmia jantung,
hipotermia, konsumsi obat atau alkohol, pingsan, apneu, hiperventilasi, bunuh
diri atau hipoglikemia.
Proses tenggelam terjadi secara diam-diam dan cepat. Gambaran klasik dari
korban adalah helplessly gasping (terengah-engah dengan pasrah)
KLASIFIKASI TENGGELAM

Berdasarkan kondisi paru-paru Berdasarkan kondisi kejadian


1. Typical drowning 1. Tenggelam
2. Atypical : dry downing, 2. Hampir tenggelam
immersion syndrome, submension
of the unconscious, delayed dead
PATOFISIOLOGI TENGGELAM
Involuntary gasp
(aspirasi air ke hipolaring)
Spasme laring
(parasympathetically medicated)
Hipoksia serebral / asidosis /
henti jantung
Cedera otak / kematian otak
KOMPLIKASI
Pneumonia
Sindrom distres pernapasan akut
Gangguan elektrolit
Cedera ginjal akut (acute kidney injury – AKI)
Aritmia
Rhabdomiolisis, dan
Henti jantung
PROGNOSIS

Korban yang dalam keadaan koma, menerima RJP terlambat, dilatasi pupil yang
tetap dan respirasinya tidak spontan memiliki prognosis yang buruk. 35-60%
yang membutuhkan RJP hingga ke instalasi gawad darurat (IGD) meninggal
dan 60-100% yang selamat mengalami sekuele neurologis jangka panjang. Pada
anak, kurang lebih 30% yang membutuhkan perawatan khusus di pediatric
intensive care unit (PICU) meninggal. Anak yang selamat 10-30% dapat
mengalami kerusakan otak yang berat.
HASIL

Lamanya tenggelam dapat menjadi predictor yang ideal untuk


memperkirakan kelangsungan hidup korban. Tanda-tanda prognositk
yang buruk untuk sembuh adalah tidak adanya saksi saat kejadian,
resusitasi yang terlambat, kebutuhan RJP di tempat kejadian, kebutuhan
untuk melanjutkan RJP di IGD dan koma panjang
PENAGANAN KORBAN TENGGELAM SECARA
GADAR KELAUTAN DI TEMPAT KEJADIAN
Berdasarkan AHA Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care 2010, RJP pada pertolongan korban
near drowning siklus A-B-C tetap dipertahankan oleh karena sifat hipoksia dari arrest yang terjadi sehingga apabila korban hanya
mengalami henti nafas dapat segera merespon tindakan yang diberikan. Indikasi penghentian RJP adalah apabila pasien sadar atau
dapat bernafas spontan, pasien meninggal atau penolong mengalami kelelahan.
Korban terlebih dahulu dikeluarkan dari air secara hati-hati dengan praduga cedera servikal. Para penolong tidak boleh
mengansumsikan bahwa korban tidak dapat ditolong kecuali korban sudah meninggal beberapa saat lalu. Panggil bantuan dan
defribilator (AED) jika ada, buka baju pasien, lakukan pengecekan CAB (circulation, airway, breathing) kemudian segera lakukan RJP.
Jika pasien mengalami penurunan status mental, periksa jalur napas dari benda-benda asing dengan manuver finger-sweep. Sesaat
setelah AED datang, segera pasang alat tersebut dengan mengeringkan badan pasien terlebih dahulu. Usahakan pemasangan tidak
mengganggu atau mengganggu kompresi seminimal mungkin. Setelah pemberian kejutan, periksa kembali nadi dan pernapasan. Jika
nadi dan pernapasan kembali, posisikan pasien ke recovery position. Jika ritme unshockable, RJP terus dilakukan hingga bantuan datang
atau ritme shockable. Korban dapat muntah saat dilakukannya kompresi dada. Jika muntah, miringkan tubuh korban dan bersihkan
muntahannya dengan menggunakan jari, pakaian atau disedot (suction). Jika curiga cedera spinal, korban digulingkan sedemikian rupa
sehingga kepala, leher dan badan berputar sebagai sebuah unit untuk melindungi cedera spinal
PENAGANAN KORBAN TENGGELAM SECARA
GADAR KELAUTAN DI RUMAH SAKIT
Kelompok 1: pasien tanpa inhalasi yang jelas
• Lakukan observasi, Analisis gas darah, monitor SaO2, Kaji hipotermia, Periksa elektrolit, apusan darah tepi, Glukosa, Rontgen
dada
Kelompok 2: pasien dengan ventilasi yang adekuat
• Oksigen dengan masker atau sirkuit CPAP, Pantau SaO 2 dan PaO 2 Infus infus cairan hangat dan Kaji hipotermia dan asidosis
metabolik Periksa rontgen dada, hitung darah lengkap, urea, elektrolit, glukosa Pindahkan ke ICU sedapat mungkin
Kelompok 3: pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat
• Intubasi dan ventilasi dengan oksigen 100%, Lanjutkan IPPV. Pertahankan PaO 2 >8 kPa, Infus intravena, Gunakan PEEP jika
perlu Pindahkan ke ICU
Kelompok 4: pasien dengan henti jantung
• Bersihkan jalan napas, jantung IPPV segera, Kompresi dada, EKG segera mungkin, Kanulasi intravena, Kaji hipotermia
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai