KEJADIAN PHLEBITIS PADA PASIEN BALITA DI RSIA IPHI BATU
NAMA : MEGA YESI MAGRAPI P.
NIM : P00320018031 KELAS : TK. IIA KEPERAWATAN PENDAHULUAN • Terapi cairan intravena merupakan terapi pemberian cairan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena untuk menggantikan cairan yang hilang, yang biasanya dilakukan pada pasien dehidrasi. • Salah satu komplikasi dari terapi cairan intravena adalah terjadinya phlebitis. • Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan prosedur pemberian terapi cairan intravena dengan kejadian phlebitis pada pasien balita. Menurut data survelans World Health Organisation (WHO) tahun 2012, dinyatakan bahwa kejadian infeksi nosokomial berupa phlebitis cukup tinggi yaitu 5% per tahun. Di Indonesia belum ada angka yang tepat tentang prevalensi infeksi phlebitis pada pasien yang mendapatkan terapi cairan intravena. Jumlah kejadian plebitis menurut Distribusi Penyakit Sistem Sirkulasi Darah Pasien Rawat Inap Indonesia Tahun 2012 berjumlah 744 orang (17,11%), (Kemenkes RI, 2012). PENGERTIAN PHLEBITIS
• Phlebitis merupakan inflamasi vena yang
disebabkan baik dari iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena.
• Phlebitis dikarakteristikan dengan adanya dua
atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi, dan teraba mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intravena. • Pasien balita adalah pasien yang rentan terhadap phlebitis. Anak-anak rewel yang sering menggerak- gerakkan area yang terpasang infus dan pasien atau penjaga pasien yang lupa mematikan infus pada saat pasien ke kamar mandi akan menyebabkan phlebitis dengan gejala pembengkakan, kemerahan serta nyeri di sepanjang vena.
• Kejadian phlebitis akibat pemasangan infus dapat
menimbulkan masalah ketidaknyamanan pada pasien anak-anak, menambah kesakitan, menambah lama perawatan, menambah biaya perawatan bagi banyak pihak terutama pasien itu sendiri. METODE PENELITIAN • Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan jenis penelitian survei. • Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien di Ruang Perawatan Anak yang diberikan terapi cairan intravena di RSIA IPHI Batu dalam kurun waktu penelitian yang berjumlah 50 orang. • Sampel dalam penelitian ini adalah pasien di Ruang Perawatan Anak yang diberikan terapi cairan intravena di RSIA IPHI Batu. • Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling, dengan kriteria inklusi responden yang berusia 1-5 tahun, didapatkan sampel yaitu sebanyak 33 orang. • Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian terapi cairan intravena sedangkan yang termasuk variabel dependen adalah kejadian phlebitis. • Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: variabel independen menggunakan Lembar observasi berupa check list, sedangkan variabel dependen diukur menggunakan VIP Score Andrew Jackson. • Lokasi penelitian dilaksanakan di Ruang Perawatan Anak RSIA IPHI Batu Kota Batu Jawa Timur. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa hasil perhitungan Spearman Rank hubungan prosedur pemberian terapi cairan intravena (IV) dengan kejadian phlebitis pada pasien balita di RSIA IPHI Batu didapatkan nilai Sig. (signifikan) = 0,029 (α ≤ 0,05) yang berarti data dinyatakan signifikan dan H1 diterima.
Artinya ada hubungan prosedur pemberian terapi cairan
intravena (IV) dengan kejadian phlebitis pada pasien balita di RSIA IPHI Batu. Pada hasil analisis juga ditemukan nilai koefisien korelasi (Correlation Coefficient) -0,811 yang berarti semakin baik pemberian terapi cairan intravena maka semakin berkurang kejadian phlebitis pada pasien. Prosedur Pemberian Terapi Cairan Intravena
• Terapi cairan infus adalah pemberian cairan ke dalam
tubuh dengan jalan memasukkan jarum ke dalam pembuluh vena untuk menggantikan cairan yang hilang. Biasanya, pemasangan infus dilakukan pada pasien dehidrasi atau kekurangan cairan, pasien yang susah makan dan lain-lain. Perawatan terapi intravena merupakan suatu upaya atau cara untuk mencegah masuknya mikroorganisme pada vasikuler sehingga tidak menimbulkan terjadinya infeksi saat terpasang infus yaitu dengan cara: • memakai sarung tangan, membasahi plester dengan alkohol dan membuka balutan dengan menggunakan pinset, membersihkan bekas plester, perawat memeriksa tempat penusukan IV setiap hari, perawat mengganti infus set sedikitnya setiap 3 hari, membersihkan daerah tusukan dan sekitarnya dengan NaCL, mengolesi tempat tusukan dengan iodin, dan menutup dengan kasa steril dengan rapi (Aprillin, 2011). • Sementara itu, perawatan pada tempat penusukan juga harus dilakukan, antara lain: 1. Balutan steril diperlukan untuk menututup tempat masuk kanula IV perifer. 2. Balutan harus diganti jika balutan basah, kotor, atau lepas. 3. beberapa jenis balutan meliputi balutan transparan, perban steril, kasa dan plester, dapat digunakan sepanjang sterilisasi dapat dipertahankan.
Dalam memberikan terapi intravena yang paling penting
perawat untuk mengobservasi selama pemberian infus pertama adalah reaksi pasien terhadap bahan-bahan yang diberikan atau terhadap daerah yang diberikan (pucat, keringat dingin, denyut jantung lemah), hal ini harus dilaporkan pada dokter (Aprillin, 2011). KESIMPULAN 1. Pemberian terapi cairan intravena hampir seluruhnya dikategorikan baik. 2. Kejadian phlebitis hampir seluruh responden dikategorikan hanya mengalami tanda awal phlebitis. 3. Terdapat hubungan prosedur pemberian terapi cairan intravena dengan kejadian phlebitis pada pasien balita di RSIA IPHI Batu.