Anda di halaman 1dari 64

KODE ETIK

DALAM PENELITIAN

1
ETIKA DAN KODE ETIK

Menurut Nazif (2003) etika ialah panduan berbuat


bagi orang lain di lingkungan organisasi atau
profesi atau cabang ilmu pengetahuan itu:
(1)Semacam rambu-rambu- dalam hal ini
menjadilah etika sebagai bagian awal
pengaturan- atau
(2)Sebagai yang ideal yang ingin dicapai-dalam
hal ini menjadi semacam yang ingin dituju
sebagai suatu kemuliaan atau dambaan. 2
ETIKA : Dinyatakan sebagai kajian umum dan
sistematik tentang apa yang seharusnya menjadi prinsip
benar dan salah dari perilaku manusia.

MORAL (MORALITAS) Adalah standar benar dan


salah yang praktis, spesifik, disepakati bersama, dan
dialihkan secara kultural.

Beberapa filosof menggunakan istilah etika dan moral


dalam pengertian yang dapat saling dipertukarkan
(Johannesen, 2001)
URGENSI ETIKA PENELITIAN BAGI PENELITI KOMUNIKASI
(Sebuah Tinjauan) Oleh : Hasyim Ali Imran [1])

3
KODE ETIK:

ATURAN-ATURAN ATAU NORMA-NORMA YANG


DIJADIKAN PEDOMAN DALAM MELAKSANAKAN
TUGAS FUNGSI SEMUA ORANG YANG TERLIBAT
DALAM SUATU ORGANISASI.

Jadi nilai-nilai atau norma-norma itu


terkandung di dalam suatu sistem yang
dijadikan pedoman untuk bertingkah laku
ataupun dalam menjalankan tugas yang
berlaku bagi sekelompok orang yang terlibat
dalam kelompok profesi (KOMPASIANA)

4
PROFESI

Suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh
pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap
sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan
kejuruan,juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan
teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan
antara teori dan penerapan dalam praktek.

Menurut DE GEORGE:

PROFESI : adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk


menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

PROFESIONAL : adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau
dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi
waktu luang.

BUKU AJAR ETIKA PROFESI, R. Rizal Isnanto, ST, MM, MT

5
KODE ETIK PROFESI

Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para


Pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak
dapat merusak etika profesi
Dikutip dari Anonim, Kode Etik Profesi (Transparansi)

MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN)

Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku


dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari-hari.

BUKU AJAR ETIKA PROFESI, R. Rizal Isnanto, ST, MM, MT

6
FUNGSI KODE ETIK PROFESI

Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota


profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi
mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang
tidak boleh dilakukan.

Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial


bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan

Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar


organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan
profesi.

Dikutip dari Anonim, Kode Etik Profesi (Transparansi)

7
KODE ETIK PROFESIONAL
Dikutip dari TOT reviewer internal PT, dit. Litabmas
ditjen dikti, kemendikbud, 2012

MENGATUR TATA CARA HUBUNGAN ANTAR PROFESIONAL


(ASESOR, PENILAI, REVIEWER, PENELAAH, JURI DSB.)

MENJURUSKAN PERILAKU PROFESIONAL MENGELUARKAN:


(KODE KEHORMATAN, KODE PROFESIONAL, KODE
BERPERILAKU)

TIDAK BERSANKSI PIDANA


(PELANGGAR TIDAK MASUK PENJARA)
Mengambil bukan haknya = AMORAL


Batasan tidak jelas  - DIBIARKAN
- DICIBIR
(Sebelum ada Permendiknas 17/2010)
(Pencegahan & Penanggulangan Plagiat di PT)


Saat ini  ADA SANKSI

TOT reviewer internal PT, dit. Litabmas ditjen dikti, kemendikbud, 2012
FUNGSI KODE ETIK PENELITI DAN REVIEWER
(DIKUTIP DARI TULISAN PROF.RUSDI MUCHTAR APU)

1. MEMELIHARA HATI NURANI (CONSCIENCE) DIRI


PENELITI DAN REVIEWER DG BERPEGANG PD
MORALITAS PENELITI DAN REVIEWER
2. MENGAWAL PENGHORMATAN PADA NILAI-NILAI
ETIKA DALAM PENELITIAN
3. MEMBANGUN IKLIM PENELITIAN YG SEHAT,
KUAT DAN BERMARTABAT
4. SEBAGAI BAGIAN SISTEM IPTEK YG
MENENTUKAN KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN

10
KODE ETIK PENELITI
Jurnal.Informatika.Lipi.Go.Id

I. KODE ETIK DLM PENELITIAN


II. KODE ETIK DALAM BERPRILAKU
III. KODE ETIK DALAM PENULISAN

11
I.KODE ETIK DALAM PENELITIAN
1. Peneliti membaktikan diri pada pencarian kebenaran
ilmiah utk memajukan pengetahuan, menemukan
teknologi dan menghasilkan inovasi bagi peningkatan
peradaban dan kesejahteraan manusia

2. Peneliti melakukan kegiatannya dalam cakupan dan


batasan yang diperkenankan oleh hukum yang berlaku,
bertindak dengan mendahulukan kepentingan dan
keselamatan semua pihak yang terkait dg penelitiannya,
berlandaskan tujuan mulia berupa penegakan hak-hak
asasi manusia dengan kebebasan-kebebasan
mendasarnya

3. Peneliti mengelola sumber daya keilmuan dengan penuh


rasa tanggung jawab terutama dalam pemanfaatannya
dan mensyukuri nikmat anugerah tersedianya sumber
daya keilmuan baginya

12
II. KODE ETIK DALAM BERPRILAKU
1. Peneliti mengelola jalannya penelitian secara jujur, bernurani dan
berkeadilan terhadap lingkungan penelitiannya

2. Peneliti menghormati objek penelitian manusia, sumber daya alam


hayati dan non hayati secara bermoral, berbuat sesuai dengan
perkenan kodrat dan karakter objek penelitiannya tanpa
diskriminasi dan tanpa menimbulkan rasa merendahkan martabat
sesama ciptaan Tuhan

3. Peneliti membuka diri terhadap tanggapan, kritik dan saran dari


sesama peneliti terhadap proses dan hasil penelitian yang
diberinya kesempatan dan perlakuan timbal balik dan setimpal
saling menghormati melalui diskusi dan pertukaran pengalaman
dan informasi ilmiah yg obyektif

13
III.KODE ETIK DALAM PENULISAN
1. Peneliti mengelola, melaksanakan dan melaporkan hasil penelitiann
ilmiahnya secara bertanggung jawab, cermat dan seksama
2. Peneliti menyebarkan informasi tertulis dari hasil penelitiannya,
informasi pendalaman pemahaman ilmiah dan/atau pengetahuan
baru yg terungkap dan diperolehnya, disampauikan ke dunia ilmu
pengetahuan pertma kali dan sekali tanpa mengenal duplikasi atau
berganda atau berulang-ulang
3. Peneliti memberikan pengakuan melalui
(a) penyertaan sebagai penulis pendamping
(b) melalui pengutipan pernyataan atau pemikiran orang lain
dan/atau
(c) dalam bentuk ucapan terima kasih yang tulus kepada peneliti
yang memberikan sumbangan berarti dalam penelitiannya dan
mengikuti dari dekat jalannya penelitian itu

14
PERILAKU PENELITI TIDAK JUJUR.
(journal INKOM vo.2.pdf)
Perilaku tidak jujur mencakup baik perilaku tidak jujur dalam penelitian
maupun perilaku curang sebagai peneliti. Batasan ini tidak dapat dikenakan
pada hal-hal : kejadian yang sejujurnya keliru; pertikaian pendapat;
perbedaan dalam penafsiran data ilmiah, dan; selisih pendapat berkenaan
dengan rancangan penelitian. Perilaku peneliti tidak jujur tampak dalam
bentuk:

(i) PEMALSUAN HASIL PENELITIAN (FABRICATION) yaitu mengarang,


mencatat, dan/atau mengumumkan hasil penelitian tanpa pembuktian telah
melakukan proses penelitian;

(ii) PEMALSUAN DATA PENELITIAN (FALSIFICATION) YAITU


MEMANIPULASI bahan penelitian, peralatan, atau proses, mengubah atau
tidak mencantumkan data atau hasil sedemikian rupa, sehingga penelitian
itu tidak disajikan secara akurat dalam catatan penelitian;

15
(III) PENCURIAN PROSES DAN/ATAU HASIL (PLAGIAT) dalam mengajukan usul
penelitian, melaksanakannya, menilainya dan dalam melaporkan hasil-hasil suatu penelitian,
seperti pencurian gagasan, pemikiran, proses dan hasil penelitian, baik dalam bentuk data
atau kata-kata, termasuk bahan yang diperoleh melalui penelitian terbatas (bersifat rahasia),
usulan rencana penelitian dan naskah orang lain tanpa menyatakan penghargaan;

(IV) PEMERASAN TENAGA PENELITI DAN PEMBANTU PENELITI (EXPLOITATION)


seperti peneliti senior memeras tenaga peneliti yunior dan membantu penelitian untuk
mencari keuntungan, kepentingan pribadi, mencari, dan/atau memperoleh pengakuan atas
hasil kerja pihak lain;

(V) PERBUATAN TIDAK ADIL (INJUSTICE) sesama peneliti dalam pemberian hak
kepengarangan dengan cara tidak mencantumkan nama pengarang dan/atau
salah mencantumkan urutan nama pengarang sesuai sumbangan intelektual
seorang peneliti. Peneliti juga melakukan perbuatan tidak adil dengan
mempublikasi data dan.atau hasil penelitian tanpa izin lemabaga
penyandangan dana penelitian atau menyim[ang dari konvensi yang disepakati
dengan lembaga penyandang dana tentang hak milik karya intelektual (HAKI)
hasil penelitian;

Sumber
[1] Majelis Profesor Riset, Kode Etika Peneliti, LIPI Press, 2007
[2] IEEE, A Plagiarism FAQ, diakses dari
http://www.ieee.org/publications_standards/publications/rights/plagiarism_FAQ.html
16
(VI) KECEROBOHAN YANG DISENGAJA (INTENDED CARELESS)
dengan tidak menyimpan data penting selama jangka waktu sewajarnya,
mengunakan data tanpa izin
pemiliknya, atau tidak mempublikasikan data penting atau penyembunyian
data tanpa penyebab yang dapat diterima; dan

(VII) PENDUPLIKASIAN (DUPLICATION) temuan-temuan sebagai asli


dalam lebih dari satu saluran, tanpa adanya penyempurnaan, pembaruan
isi, data dan tidak merujuk publikasi sebelumnya.

Sumber
[1] Majelis Profesor Riset, Kode Etika Peneliti, LIPI Press, 2007
[2] IEEE, A Plagiarism FAQ, diakses dari
http://www.ieee.org/publications_standards/publications/rights/plagiarism_FAQ.html

17
PLAGIARISME
Buku Kode Etika Peneliti (MPR LIPI, 2007) :
Sebagai pengambil alih gagasan, atau kata-kata
tertulis dari seseorang tanpa pengakuan
pengambilalihan dan dengan niat menjadikannya
sebagai bagian dari karya keilmuan yang mengambil

IEEE : Plagiarisme adalah penggunaan ulang ide


seseorang, proses, hasil, atau kata-kata tanpa
memberikan pengakuan kepada pengarang dan
sumber aslinya

Jurnal.informatika.lipi.go.id

18
19
LIMA TINGKAT PLAGIARISME (IEEE)
TINGKAT I : menyalin kata perkata dari seluruh tulisan atau sebagian
besar tulisan (>50%) atau menyalin kata-perkata dalam lebih dari satu
tulisan dg tanpa memberi pengakuan
TINGKAT II : menyalin kata-perkata sebagian tulisan (20-50%) atau
menyalin kata-perkata lebih dari satu tulisan tanpa memberikan
pengakuan
TINGKAT III : menyalin kata-perkata elemen-elemen tulisan (paragraf,
kalimat,ilustrasi) yang memberikan bagian penting hingga 20% dalam
tulisan tanpa memberi pengakuan
TINGKAT IV : menyalin dengan memparafrasakan secara tidak benar
paragraf atau halaman tanpa memberi pengakuan
TINGKAT V : menyalin dengan memberi pengakuan kata-perkata
sebagian besar tulisan tanpa memberikan delineation (quote atau indent)
yang jelas
Sumber: Majelis Profesor Riset, Kode Etika Peneliti, LIPI Press, 2007

20
21
22
KODE ETIK REVIEWER
Dikutip dari TOT reviewer internal PT, dit. Litabmas ditjen dikti, kemendikbud, 2012

1. Menjunjung tinggi posisi terhormat sebagai


reviewer, dengan bertindak obyektif sesuai dengan
yg diketahui, diyakini, & kemampuan yg dimilikinya
2. Memahami & mematuhi segala peraturan dalam
Buku Panduan Penelitian (skim, sistematika, per-
syaratan dll.), serta mengetahui tentang ruang
lingkup tugas, tanggung jawab, hak&kewajibannya
3. Berlaku jujur pada diri sendiri, mengakui keter-
batasan kemampuannya, mendiskualifikasi diri
apabila terjadi conflict of interest, & mau menyata-
kan secara terbuka apabila merasa tidak kompeten
mereview
23
4. Mau mengakui kekhilafan & kesalahannya, agar
dapat dilakukan perbaikan
5. Perlu memiliki pikiran terbuka terhadap perkem-
bangan & informasi baru yg mungkin bertentangan
dengan pendapat umum, sehingga perlu berpikir
dua kali sebelum meloloskan/menolak proposal
6. Taat azas, tidak memenangkan pendapat sendiri &
pandangan teman/orang yg disenangi, sehingga
tidak pilih kasih (selain terkait dengan segi teknis
persoalan yg direview)
7. Bekerja tekun dengan disiplin waktu yg ketat,
sehingga tetap menjaga kelancaran tugas
24
8. Memperhatikan aspek kerahasiaan dengan tidak
mengiklankan diri, tugas, fungsi, & macam peker-
jaannya yg berkaitan sebagai reviewer
9. Selalu menolak segala bentuk pemberian & ke-
mudahan dari pihak yg dpt mempengaruhi
tugasnya
10.Demi menjunjung integritas pribadi, tidak meng-
ambil keuntungan dari informasi & substansi pro-
posal yg direview, apalagi sampai mendiamkan/
menolaknya untuk kemudian menyadap & meng-
gunakan sebagai gagasannya

25
11.Untuk kebakuan & tertib administrasi, pekerjaan mereview
harus mengikuti sistem sehingga semua langkah kegiatan
terekam, walau berazas rahasia (classified), segala
sesuatunya harus dapat di-buktikan memiliki sifat
• keterbukaan (transparancy),
• keterlacakan (traceability),
• ketaatazasan (consistency),
• keadilan (fairness) dan
• ketepatwaktuan (timeliness)
12.Saat akan meloloskan proposal (terutama yg meragukan
mutunya), dituntut untuk instropeksi diri secara jujur,
bersediakah dirinya & lingkungan dekatnya menggunakan
produk terkait nantinya?

26
INFORMED CONSENT INDIVIDU
• HAK SUBYEK MEMILIH SECARA BEBAS APAKAH AKAN
BERPARTISIPASI ATAU TIDAK
• MELINDUNGI OTONOMI INDIVIDU
• MERUPAKAN PELINDUNG YANG TIDAK SEMPURNA
BAGI INDIVIDU DENGAN DILENGKAPI TINJAUAN ETIK
USULAN PENELITIAN & INDPENDEN
• PADA ORANG RENTAN, HARUS MEMPEROLEH
PERSETUJUAN WALI (WAKIL HUKUM/ YG
BERWENANG LAINNYA)
INFORMASI ESENSIAL UNTUK CALON
SUBYEK PENELITIAN(1)
• SETIAP INDIVIDU DIUNDANG SEBAGAI SUBYEK
PENELITIAN
• PERKIRAAN LAMA PENELITIAN
• MANFAAT YANG DIHARAPKAN PADA SUBYEK &
ORANG LAIN
• PERKIRAAN RESIKO ATAU KETIDAKNYAMANAN
• PROSEDUR PENGOBATAN ALTERNATIF
• SEJAUH MANA KERAHASIAAN DIPERTAHANKAN
INFORMASI ESENSIAL UNTUK CALON
SUBYEK PENELITIAN(2)
• SEJAUH MANA TANGGUNG JAWAB PENELITI UNTUK
MEMBERI PELAYANAN
• TERAPI DIBERI CUMA-CUMA UNTUK CEDERA
TERTENTU AKIBAT PENELITIAN
• APAKAH SUBYEK ATAU KELUARGA SUBYEK
MENDAPAT KOMPENSASI BAGI
KECACATAN/KEMATIAN AKIBAT CEDERA
• BEBAS MENOLAK BERPARTISIPASI & BEBAS MENARIK
DIRI DARI PENELITIAN SETIAP SAAT TANPA SANKSI
KEWAJIBAN PENELITI BERKENAAN DENGAN
INFORMED CONSENT
• MENGKOMUNIKASIKAN SEMUA YANG DIPERLUKAN
• MEMBERI KESEMPATAN BERTANYA UNTUK KEJELASAN
INFORMED CONSENT
• MENGEKSLUKSIKAN KEMUNGKINAN PENGELABUAN,
PENGARUH TIDAK LAYAK & INTIMIDASI
• PERSETUJUAN BILA SUBYEK BERSEDIA BERPARTISIPASI
• FORMULIR INFORMED CONSENT SEBAGAI BUKTI
• MEMPERBAHARUI INFORMED CONSENT JIKA ADA
PERUBAHAN
BUJUKAN BERPARTISIPASI
• SUBYEK HARUS DIBAYAR UNTUK KETIDAKNYAMANAN,
WAKTU YANG DIHABISKAN
• SUBYEK JUGA DAPAT MENERIMA PELAYANAN GRATIS
SECARA CUMA-CUMA
• PEMBAYARAN TIDAK BOLEH DALAM JUMLAH BESAR &
PELAYANAN TIDAK BOLEH TERLALU LUAS  CALON
BERSEDIA BERPARTISIPASI AKIBAT ADANYA DORONGAN
YANG TIDAK LAYAK
• PEMBAYARAN, PENGGATIAN BIAYA & PELAYANAN YANG
DIBERIKAN HARUS DISETUJUI KOMITE PENINJAU ETIK
PENELITIAN YANG MELIBATKAN ANAK
• ANAK-ANAK TIDAK DAPAT DILIBATKAN BILA DAPAT
DILAKUKAN PADA ORANG DEWASA
• BERTUJUAN HANYA UNTUK KEBUTUHAN ANAK-
ANAK
• MEMPEROLEH PERSETUJUAN ORANGTUA ATAU WALI
HUKUM
• PERSETUJUAN SEJAUH KEMAMPUAN ANAK
• PENOLAKAN ANAK HARUS DIHARGAI
• INTERVENSI MANFAAT TERAPEUTIK SAMA SEPERTI
MANFAAT INTERVENSI ALTERNATIF
PENELITIAN YANG MELIBATKAN ORANG DENGAN
GANGGUAN MENTAL ATAU TINGKAH LAKU(1)

• SUBYEK PENELITIAN INI TIDAK SAMA DENGAN


ORANG YANG KECAKAPAN MENTAL YANG BAIK
• TUJUAN PENELITIAN: RELEVANSI KEBUTUHAN
KESEHATAN TERTENTU
• PERSETUJUAN DARI SETIAP SUBYEK
• PENOLAKAN CALON SUBYEK HARUS DIHARGAI
PENELITIAN YANG MELIBATKAN ORANG DENGAN
GANGGUAN MENTAL ATAU TINGKAH LAKU(2)

• BILA SUBYEK TIDAK KOMPETEN, INFORMED


CONSENT DITERIMA DARI WAKIL HUKUM /
ORANG YANG BERWENANG
• TINGKAT RESIKO SETARA DENGAN NORMAL
• INTERVENSI MANFAAT TERAPEUTIK SETARA
DENGAN SUATU ALTERNATIF
PENELITIAN YANG MELIBATKAN TAWANAN

• TAWANAN DENGAN PENYAKIT SERIUS ATAU


BERESIKO TERHADAP PENYAKIT SERIUS TIDAK
BOLEH DENGAN SEMENA-MENA DITOLAK
AKSESNYA TERHADAP OBAT, VAKSIN ATAU
ALAT-ALAT LAINNYA (YANG SEDANG DITELITI)
YANG MENUNJUKKAN MANFAAT TERAPEUTIK
ATAU PREVENTIF
PENELITIAN YANG MELIBATKAN SUBYEK DI
MASYARAKAT TERBELAKANG

• BIASANYA TIDAK DILIBATKAN SEBAGAI SUBYEK


PENELITIAN
• KEKURANGMENGERTIAN MENGHAMBAT PROSES
PERSETUJUAN PENELITIAN
• KOMITE PENINJAU ETIK HANYA MENYETUJUI
BILA PENELITIAN UNTUK MENGENAL KEBIASAAN
& TRADISI MASYARAKAT TERSEBUT
INFORMED CONSENT DALAM PENELITIAN
EPIDEMIOLOGIK
• UNTUK BEBERAPA TIPE PENELITIAN
EPIDEMIOLOGIK, INFORMED CONSENT TIDAK
PRAKTIS / TIDAK DIANJURKAN
• KOMITE PENINJAU ETIK MEMUTUSKAN:
– PERLU TIDAKNYA INFORMED CONSENT
– APAKAH PENELITIAN TERSEBUT MELINDUNGI
KEAMANAN?
– APAKAH PENELITIAN TERSEBUT MELINDUNGI
PRIVATISASI?
– MEMPERTAHANKAN KERAHASIAN DATA HARUS
MEMADAI
DISTRIBUSI BEBAN DAN MANFAAT YANG
MERATA
• MASYARAKAT DIUNDANG & DISELEKSI
SEHINGGA BEBAN & MANFAAT MERATA
• DIPERLUKAN ALASAN KHUSUS UNTUK
MENGUNDANG PARA INDIVIDU YANG RENTAN
 HAK & KESEJAHTERAAN MEREKA HARUS
DILINDUNGI
• PEMBENARAN ETIK HARUS DISYAHKAN OLEH
KOMITE PENINJAU ETIK
SELEKSI WANITA HAMIL ATAU MENYUSUI
SEBAGAI SUBYEK

• HANYA BERTUJUAN UNTUK MEMPEROLEH


PENGETAHUAN TENTANG KEHAMILAN &
LAKTASI DIMANA WANITA TIDAK HAMIL ATAU
MENYUSUI DIANGGAP TIDAK SESUAI
• MENGANDUNG RESIKO MINIMAL PADA JANIN
ATAU BAYI MENYUSUI
PEMBENARAN ETIK OLEH KOMITE PENINJAU
ETIK PADA SUBYEK RENTAN
• PENELITIAN SETARA DENGAN SUBYEK
NORMAL
• HASIL PENELITIAN MEMANG DITUJUKAN
PADA SUBYEK RENTAN ATAU SUBYEK AKTUAL
• RESIKO YANG DIDAPAT BUKAN BERSIFAT
MINIMAL
• INFORMED CONSENT DISETUJUI WALI HUKUM
/ WALI YANG BERWENANG
Issu Etik Dalam Keperawatan
Etika Profesi
• Adalah : prilaku yang diharapkan bagi setiap
anggota profesi untuk bertindak sesuai
dengan kapasitas profesionalnya.(tabbner)
• Etika Profesi sebagai pedoman menumbuhkan
tanggung jawab atau kewajiban bagi anggota
profesi tentang hak-hak yang diharapkan orang lain.
• Anggota profesi memiliki pengetahuan atau
keterampilan khusus yang dipergunakan untuk
membuat keputusan yang mempengaruhi orang
lain.-> menerapkan kode etik.
• Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar
manusia dan dasar hukum untuk melindungi
anggotanya dan keselamatan klien/pasien, dengan
menjamin pelayanan yang diberikan berdasarkan
standar dan pelaksana pelayanan merupakan
tenaga profesional yang kompeten
• Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice
dicipline -> asuhan/praktik keperawatan
• Etika profesi keperawatan ad filsafat yang
mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan.
• Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi
keperawatan-> perawat
Manfaat
• Sumber dalam merumuskan standar dan
prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam
berprilaku serta membuat keputusan untuk
melindungi hak-hak manusia.
• Etika  semua profesi  mendasari prinsip-
prinsip suatu profesi dan tercermin dalam
standar praktik profesi----Etika keperawatan
Etika Keperawatan
• Berkaitan dengan moralitas – benar/salah
• Kegiatan/kajian kritis dan sistematis dari nilai
moral yang ada dalam kehidupan dirancang
untuk memberikan pencerahan/arah terhadap
tindakan/keputusan yang dilaksanakan dalam
kegiatan sehari-hari.
• Tidak terpisahkan dari praktik keperawatan
yang diselenggarakan oleh perawat
Fungsi etika keperawatan
1. Perawat bekerja dengan manusia
2. Perawat membuat keputusan
3. Tanggung gugat perawat
4. Peran dan hubungan perawat
5. Komitmen perawat
6. Kemajuan teknologi
Tujuan Etika Keperawatan
• American Ethics Commision Bureau on Theaching
1. Mengenal dan Mengidentifikasi unsur moral dalam
praktik keperawatan
2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis
masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik
yang dapat dipertanggungjawabkan pada diri
sendiri, keluarga,masyarakat, dan kepada tuhan
sesuai dengan kepercayaannya.
• National League for Nursing (NLN)
1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang
hubungan antar profesi kesehatan lain dan
mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim
kesehatan tersebut
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan
yang bersifat moralitas, keputusan tentang baik
dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan
kepada tuhan sesuai dengan kepercayaannya
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap
profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang penting untuk dasar
praktik keperawatan profesional
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik
menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam praktik dan dalam
situasi nyata.
Dasar penting dalam etika keperawatan
1. Advokasi : Melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan
praktik tidak syah yang tidak kompeten dan
melanggar etika yang dilakukan oleh siapa
pun.(ANA)
Peran perawat sebagai advokat klien : memberi
informasi dan memberi bantuan (peran aksi &
nonaksi)kepada klien atau keputusan apapun yang
dibuat klien
Perawat menghargai klien -> individu yang memiliki
berbagai karakteristik
2. Akuntabilitas : dapat
mempertanggungjawabkan suatu tindakan
yang dilakukan dan dapat menerima
konsekuensi dari tindakan tersebut.(kozier)
Komponen : tanggung jawab dan tanggung
gugat.
Lanjutan Akuntabilitas

• Kerangka hirarki akuntabilitas dimulai dari tk


individu, tk institusi/profesional dan tk sosial.
a. Tk individu : proses pembuatan keputusan etika
perawat,kompetensi,komitmen,dan integritas
b. Tk institusi : pernyataan falsafah & tujuan bidang
keperawatan
c. Tk Profesional : standar praktek keperawatan
d. Tk sosial : UU yang mengatur praktik keperawatan
3) Loyalitas : simpati,peduli dan hubungan
timbal balik terhadap pihak yg secara
profesional berhub dg perawat
PRINSIP-PRINSIP MORAL DALAM KEPERAWATAN

• Respect for outonomy


• Non-Maleficience
• Beneficience
• Justice
Respect for Outonomy (Menghargai hak otonomi
klien/pasien)

• Menghargai hak klien dalam menentukan diri sendiri


dalam hal perawatan /pengobatan yang dijalani klien
– sesuai dengan nilai & norma yang diyakininya.
• Penerapan dalam praktik keperawtan
– Memberikan informasi yang benar
– Privasi klien
– Melindungi informasi yang sifatnya rahasia
– Memperoleh persetujuan untuk setiap tindakan yang akan
dilakukan terhadap klien  informed consent
Non-maleficence (Tidak mengakibatkan injury)

• Kewajiban bagi tenaga keperawtan untuk tidak


mengakibatkan injury terhadap klien
• Penerapan dalam praktik keperawatan menekankan
perlunya diterapkan standar untuk mencegah
terjadinya injury pada klien:
– Standar praktik keperawatan
– Standar asuhan keperawatan
– Standar prosedur
– Standar tenaga keperawatan
Beneficencec (Berbuat Kebaikan)

• Kewajiban moral untuk mencegah terjadinya injury


• Bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan klien
• Termasuk melindungi hak-hak pasien dalam
pelayanan kesehatan
• Hak untuk mendaapatkan pelayanan bermutu
– Akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan
– Akses – pelayanan kesehatan sesuai dengan nilai & norma
kultural klien
– Pelayanan kesehatan yang berkualitas
• Hak untuk mendapatkan informasi
• hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan
• hak untuk mendapatkan informed consent
• hak untuk menolak consent
• hak untuk mengetahui nama dan status tim
kesehatan
• hak untuk mendapatkan second opinion
• hak untuk diperlakukan dengan respect
• ------------- confidentiality
Justice (Prinsip keadilan)

– Kewajiban perawat untuk bertindak fair/adil pada semua


orang/klien
– Justice hadir jika:
• Pembagian/perhatian yang sama pada individu
• Memperlakukan individu/klien sesuai kebutuhannya
• Sesuai dengan usaha yang dilakukannya
• Sesuai dengan kontribusinya
• Sesuai dengan penghargaan
HUBUNGAN PERAWAT-KLIEN

• Profesional
– Veracity  jujur/berkata benar
– Fidelity  memegang janji/komitmen
– Confidentiality  mempertahankan informasi
klien yang sifatnya rahasia
– Emphaty  memahami apa yang dirasakan klien,
sensitive/tajam mengenali permasalahan klien &
objective dalam melihat klien. Lebih baik dalam
memebrikan pertolongan pada klien.
• Sympathy  human relatyionship
Merasakan apa yang dirasakan klien,
kebutuhan klien dirasakan sebagai kebutuhan
perawat. Perawat sharing perasaan,hubungan
per “teman” an timbulkan kesulitan – tidak
objektive – identifikasi permasalahan – sulit
memberikan pertolongan yang tepat dan
benar

Anda mungkin juga menyukai