Anda di halaman 1dari 35

KEAMANAN

DAN
KESELAMATAN KERJA
PLTA / PLTGU

GARDU INDUK
PLTG
STEP UP

UNIT PENGATUR
DISTRIBUSI
SALURAN
TRANSMISI
INDUSTRI
BESAR GARDU INDUK
70 kV
PLTD

GARDU INDUK
SALURAN
150 kV
TRANSMISI

KANTOR / PERTOKOAN
JARINGAN
INDUSTRI TM / TR
MENENGAH / KECIL

SEKOLAH / PERGURUAN PERUMAHAN


TINGGI 5/32
INDUSTRI

BISNIS

PLTA
PLTD RUMAH
PLTP
PLTG TRAFO
PLTU STEP DOWN SOSIAL/
PLTGU PUBLIK
GARDU GARDU
STEP-UP STEP DOWN

SISTEM PEMBANGKIT SISTEM TRANSMISI SISTEM DISTRIBUSI KONSUMEN

 Mulai dari pembangkitan, penyaluran, pendistribusian sampai dengan


pemanfaatan :
• Terkait, terikat dan harus memenuhi regulasi dan kebijakan
Pemerintah.
• Melibatkan banyak pihak (pemerintah, PLN, komunitas masyarakat
ketenagalistrikan, masyarakat umum dan pelanggan).
• Timbul kompleksitas permasalahan.

6/32
1. PENGERTIAN/ DEFINISI

1.1. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Upaya atau pemikiran dan penerapannya
yang ditujukan untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya,untuk meningkatkan kesejahteraan
tenaga kerja
Lanjutan 1.1.

1.1. Keselamatan (Safety):


• Suatu keadaan selamat, bebas
dari cedera atau bahaya atau
perasaan takut akan celaka,
cedera dan resiko bahaya.

1.2. Kesehatan (Health):


• Suatu keadaan kejiwaan, fisik ,
dan sosial yang sehat, serta bebas
dari ancaman penyakit akibat
kerja.

1.3. Lingkungan(Environment):
• Suatu keadaan disekeliling tempat
perusahaan beroperasi, termasuk
udara, air, tanah, sumber daya
alam, flora & fauna, manusia, dan
interaksinya.
2. DASAR HUKUM

2.1. Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 :


Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

2.2. UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan –ketentuan


Pokok Mengenai ketenagakerjaan.

a. Pasal 3
Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan
penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.
Lanjutan 2.2.

a. Pasal 9

Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas


keselamatan , kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan
moril kerja serta perlakuanyang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama.

b. Pasal 10

Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja


yang meliputi :

1. Norma keselamatan kerja.


2. Norma kesehatan kerja
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan
rehabiltasi dalam hal kecelakaan kerja.
C. UU KESELAMATAN KERJA No. 1 Tahun 1970-1

LATAR BELAKANG

3.1. Yuridis VR 1910 Stbl No. 406


3.2. Industrialisasi, elektrifikasi, modernisasi –
peningkatan intensitet kerja.
3.3. Upaya preventif mulai dari perencanaan.
4. OBJECTIVE K3

4.1 Melindungi para pekerja dan orang lainnya


ditempat kerja (formal maupun informal).

4.2. Menjamin setiap sumber produksi dipakai


secara aman dan efisien.

4.3 Menjamin proses produksi berjalan


lancar.
5. SEJARAH KESELAMATAN KERJA
ABAD 18
TAHUN 1841 DI PERANCIS :
1. UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR PEKERJA ANAK-ANAK DALAM
PERUSAHAAN INDUSTRI, PABRIK , BENGKEL, YANG MENGGUNAKAN
TENAGA MEKANIK.
2. MELAKSANAKAN PROSES TERUS MENERUS.
3. MEMPERKERJAKAN LEBIH DARI 20 ORANG.
TAHUN 1893 MENJADI UU KESELAMATAN KERJA.
KASUS KECELAKAAN MENINGKAT, KESADARAN KESELAMATAN KERJA MENJADI
PERHATIAN SERIUS, ORANG MULAI BERUPAYA MEMPROTEKSI OPERASIONAL
KERJA SEBAIK-NAIKNYA.

DI INDONESIA ABAD 19
TANGGAL 28 PEBRUARI 1852 MENUJU KE MASYARAKAT INDUSTRI.
1. BERUPA STAATBLAD NO. 20. PENGGUNAAN MESIN-MESIN DIESEL
DAN MESIN LISTRIK MENINGKAT.
2. PENJAGAAN KESELAMATAN KERJA
PADA PEMAKAIAN PESAWAT UAP. KASUS KECELAKAAN KERJA SEMAKIN
LUAS DAN BERAGAM.
3. INSTANSI PENGAWASAN
“DIENSVANHET STOOMWEZEN UPAYA KESELAMATAN KERJA MULAI
DITERAPKAN DENGAN KONSEP YANG
LEBIH JELAS MENYANGKUT
PENGAMANAN PEKERJA, PERALATAN
SAAT INI DI INDONESIA DAN MATERIAL
DIKELOLA / DITANGANI OLEH DEPNAKER.
ADA KETENTUAN STANDAR MENGENAI
KESELAMATAN KERJA.
MASING-MASING UNSUR MEMPUNYAI
PERATURAN KESELAMATAN KERJA SESUAI
SPESIFIK
DENGAN SPESIFIKASI PEKERJAAN MASING-
MASING.
6. RUANG LINGKUP

6.1. Keselamatan , Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L) :


Suatu program untuk menciptakan lingkungan yang sehat, aman,
sejahtera dan produktif melalui upaya peningkatan kesehatan dan
kesematan tenaga kerja serta penyerasian lingkungan di dalam dan
di sekitar perusahaan.

6.2. Sistem Manajemen Keselamatan,


Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L) :
a. Bagian dari keseluruhan sistem manjemen yang mencakup :
b. Struktur Organisasi
c, Perencanaan kegiatan
d. Uraian tangunga jawab
e. Hasil pelaksanaan, prosedur dan proses kegiatan
f. Ketersediaan sumber daya (manusia, dana & sarana)
g. Untuk mengembangkan, mengimplementasikan, mencapai,
mengevaluasi dan memelihara Kebijakan Keselamatan,
Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L).
7. SASARAN KESELAMATAN KERJA
7.1. UNSUR MANUSIA
a. Upaya preventif meniadakan / menekan terjadinya kecelakaan.
b. Mencegah/ mengurangi timbulnya cidera, cacat & kehilangan jiwa.
c. Meningkatkan etos kerja, produktifitas dan efisiensi kerja
d. Meningkatkan kesejahteraan pekerja

7.2. UNSUR PEKERJAAN


a. Mengamankan tempat kerja, peralatan dan material, konstruksi,
instalasi dan sumber daya lainnya.
b. Meningkatkan produktivitas pekerjaan dan menjami kelangsungannya.
c. Terwujudnya tempat kerja yang aman, nyaman dan terjamin
kelangsungannya.
d. Terwujudnya pekerjaan yang tepat waktu dan hasil yang memuaskan.

7.3. UNSUR PERUSAHAAN


a. Menekan biaya operasional, sehingga keuntungan meningkat dan
perusahaan berkembang.
b. Mewujudkan kepuasan pelanggan, sehingga kesempatan mendapatkan
pekerjaan lebih mudah.
c. Terwujudnya perusahaan yang sehat.
8. PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN

8.1. INTERNAL ( INDIVIDUAL)


a. Kecenderungan mendapatkan kecelakaan.
b. Kemampuan/ kecakapan terbatas (tidak berimbang
dengan pekerjaan yang ditangani).
c. Sikap dan perilaku yang tidak baik.

8.2. EKTERNAL (LINGKUNGAN)


a. Job Discription tidak proporsional dan tidak jelas.
b. Pekerjaan mempunyai resiko tinggi kecelakaan.
c. Prasarana & sarana kerja tidak memadai.
d. Upah dan kesejahteraan karyawan yang rendah.
e. Keresahan pada pekerja.
9. PENYEBAB KECELAKAAN OLEH FAKTOR MANUSIA
PENELITIAN ARBOUS & KERRICH (1953), DI EVALUASI KEMBALI OLEH SUCHMAN
& SCHERZER, MENGURAIKAN TENTANG PENYEBAB KECELAKAAN YANG
DISEBABKAN OLEH FAKTOR INDIVIUDAL

NO JENIS PENYEBAB KECELAKAAN PROSENTASE

1. Sikap Kerja yang tidak tepat 14%


2. Kegagalan mengenal bahaya potensial 12%
3. Kegagalan perkiraan jarak dan kecepatan 12%
4. Sikap selalu menggampangkan 10%
5. Sikap tidak bertanggung jawab 8%
6. Kegagalan perhatian yang konstan 8%
7. Rasa takut gagal 6%
8. Penglihatan tidak sempurna 4%
9. Gangguan – gangguan organis 4%
10. Reaksi lambat 4%
11. Tekanan darah tinggi 2%
12. Rasa rendah diri 2%
13. Tekanan mental dan rasa selalu was-was 2%
14. Kelelahan phisik 2%
15. Tidak berpengalaman 2%
16. Perhatian terhadap lingkungan yang tidak sempurna 2%
17. Lain-lain 6%
10. KEADAAN DARURAT

• SITUASI YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN/


DIIDENTIFIKASI SEBAGAI KEADAAN DARURAT
ADALAH : KEBAKARAN, PENCEMARAN ATAU
TUMPAHAN BAHAN KIMIA, BANJIR, ANGIN
TOPAN/BADAI, HURU-HARA, LEDAKAN DAN
LAIN-LAIN.
11. KEWAJIBAN PERUSAHAAN

Berkaitan dengan keadaan darurat tersebut, perusahaan memiliki kewajiban untuk


membuat rencana dalam mengantisipasi dan menghadapi keadaan darurat, yaitu
dengan :
11.1. Mengidentifikasi secara jelas dan komprehensif jenis keadaan darurat yang
mungkin/ berpotensi terjadi didalam maupun diluar tempat kerja.
11.2. Menyediakan peta evakuasi dan titik berkumpul yang telah ditentukan dan
dikomunikasikan ke seluruh karyawan (mengenai jalur evakuasi bagi karyawan/
penghuni dan tamu ke tempat tertentu yang lebih aman).
11.3. Menyediakan tim penanggulangan keadaan darurat terlatih beserta tanggung
jawab dan struktur organisasinya.
11.4. Menyediakan dan memelihara sarana penanggulangan/evakuasi keadaan
darurat.
11.5. Menyediakan prosedur untuk mencegah dan mengantisipasi keadaan darurat
(kesiapsiagaan dan tanggap darurat).
11.6. Melakukan uji coba secara periodik beberapa prosedur yang dapat dipraktekkan.
11.7. Mereview dan merevisi (kalau perlu) prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat
setelah terjadinya accident atau situasi darurat.
11.8. Memeriksa, menguji dan memelihara sarana atau sistem proteksi keadaan darurat,
misalnya : APAR, hidran, detector, sprinkler, pompa hidran dan lain-lain.
12. KOORDINASI PENGAWASAN FUNGSIONAL K3

Standar K3 :
a. Personil
b. Alat/ Mesin
c. Sistem
d. Kelembagaan K3
13. DATA KECELAKAAN LISTRIK (PLN) 1995-1999

13.1. Jumlah kasus 1.458 kasus kecelakaan


Korban tewas 835 orang
- Karyawan 183 orang
- Masyarakat 635 orang
- Luka serius 476 orang
Kasus kebakaran 741 kasus
Gangguan teknis 2720 kasus
Kerugian Rp. 25,5 milyar
14. DASAR HUKUM K3

14.1. UU 1/ 1970 tentang Keselamatan Kerja


- Pasal 2 ayat (1) huruf q (Ruang Lingkup)
Setiap tempat dimana listrik dibangkitkan, ditransmisikan, dibagi-
bagikan, disalurkan dan digunakan.

- Pasal 3 ayat (1) huruf q (Objective)

- Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat


keselamatan kerja untuk :
q. Mencegah terkena aliran listrik berbahaya.

- Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI


No. Kep 75/ Men/ 2002
Pemberlakuan PUIL 2000 PUIL 2000 SNI 04-0225-2000

14.2. UU 20/ 2002 tentang Ketenagalistrikan


15. STANDAR K3 LISTRIK DI INDONESIA
16. PERSYARATAN K3 PADA PUIL 2000
17. BAHAYA LISTRIK
Lanjutan 17.
18. BAHAYA SAMBARAN PETIR
19. PROSES PENGESAHAN GAMBAR INSTALASI LISTRIK
20. PERIJINAN K3 LIFT (PERMENAKER : PER03/MEN/1999)
21. KLASIFIKASI & KOMPETENSI TEKNISI LIFT
22. PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
22. 1. Peraturan
22. 2. Standardisasi
22. 3. Pengawasan
22. 4. Penelitian Teknik
22. 5. Penelitian Medis
22. 6. Penelitian Medis
22. 7. Penelitian Statistik
22. 8. Pendidikan
22. 9. Pelatihan
22.10. Persuasi
22.11. Asuransi
22.12. Penerangan 22.1 s/d 22.
Ref. Accident Preventions, ILO
Lanjutan 22.12.

KONDISI PENYEBAB
UNSAFE CONDITIONS UNSAFE ACTION
PERALATAN KERJA TIDAK BAIK.
BEKERJA SEMBARANGAN (MENGABAIKAN PERATURAN
MESIN YANG TIDAK TERLINDUNGI. KESELAMATAN KERJA).
TEMPAT KERJA MEMBAHAYAKAN (LICIN, BERDEBU, MEMAKAI BAJU YANG TIDAK LAYAK.
PANAS, BECEK, BERMINYAK, BERBAU MENYENGAT,
DLL). BEKERJA SAMBIL BERSENDA GURAU, MEROKOK DLL.
KONSTRUKSI/ INSTALASI PEKERJAAN YANG DENGAN SENGAJA MERUSAK/ MELEPAS SEBAGIAN
MEMBAHAYAKAN. INSTALASI PEKERJAAN.

PENCEGAHAN

MEMPERSIAPKAN PEKERJAAN UNTUK MENYIAPKAN PRASARANA & SARANA


BEKERJA DENGAN AMAN KERJA YANG MEMADAI
PENJELASAN DAN CONTOH MELAKSANAKAN PEKERJAAN. MENYEDIAKAN TEMPAT KERJA YANG MEMENUHI
KETENTUAN KESELAMATAN.
PENJELASAN DAN CONTOH MELAKSANAKAN PEKERJAAN
YANG AMAN. PENEMPATAN PERLATAN KERJA DENGAN BAIK.
PENJELASAN JENIS PERALATAN KERJA & CARA MENYIAPKAN ALAT KERJA YANG MEMADAI.
PEMAKAIANNYA.
MESIN-MESIN DAN PERALATAN HARUS TERLINDUNGI
PENJELASAN TENTANG BAHAYA POTENSIAL SUATU DENGAN BAIK.
PEKERJAAN.
RUANGAN TEMPAT BERJALAN YANG LONGGAR.
MEMBERIKAN BUKU PEDOMAN K-3.
MEMBERIKAN PEDIDIKAN DAN PELATIHAN K-3.
PENGAWASAN, KOREKSI DAN BIMBINGAN.
23. PERLENGKAPAN & PERALATAN KESELAMATAN
KERJA

23.1. PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA


a. PAKAIAN KERJA.
b. SABUK PENGAMAN (SAFETY BELT).
c. TOPI/HELM PENGAMAN (SAFETY HELMET)
d. SEPATU KERJA.
e. ALAT PENUTUP TELINGA.
f. SARUNG TANGAN.
g. KACA MATA.
h. MASKER HIDUNG.
i. ALAT BANTU PERNAFASAN (BREATHING APPARATUS).
j. PENUTUP DADA UNTUK LAS LISTRIK.
k. JAS HUJAN.
l. DAN LAIN SEBAGAINYA.
Lanjutan 23.1.l

23.2. PERALATAN KESELAMATAN


KERJA UNTUK PEKERJAAN
LISTRIK :

a. Earth Resistance Tester.


b. Voltage Tester
c. Short Circuit Grounding.
d. Dan lain sebagainya.
24. KESELAMATAN KERJA

24.1. Tersedianya alat pertolongan.


24.2. Setiap kecelakaan yang membutuhkan
pengobatan, pertolongan, atau perawatan,
terlebih dulu harus dilaporkan secepat mungkin
kepada orang yang diberi wewenang mengepalai
pekerjaan yang bersangkutan, yang selanjutnya
akan melaporkan kejadian itu secara terinci
kepada ahli teknik atasannya.
25. PENCATATAN DATA KECELAKAAN

SETIAP KECELAKAAN HARUS DICATAT DALAM SEBUAH BUKU


YANG ANTARA LAIN HARUS BERISI DATA BERIKUT

 nomor urut,
 nama penderita,
 jam, hari, tanggal, dan tahur terjadinya kecelakaan,
 sebab kecelakaan,
 macam dan akibat kecelakaan,
 pertolongan pertarna yang diberikan dengan menyebutkan jam,
tanggal, dan macam pertolongan pertarna tersebut,
 nama saksi yang melihat kecelakaan, dan
 keterangan lain yang diperlukan.
26. RUANG KERJA LISTRIK YANG DENGAN TERATUR DAN TERUS
MENERUS DILAYANI DAN DIJAGA

26.1. PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK, GARDU INDUK, GARDU HUBUNG, BENGKEL LISTRIK
DAN GUDANG, HARUS DILENGKAPI PERLENGKAPAN PENCEGAH BAHAYA
KEBAKARAN. DI TIAP RUANG HARUS TERSEDIA ALAT PEMADAM KEBAKARAN RACUN
API DENGAN ISI OBAT RACUN API YANG CUKUP, SESUAI DENGAN KETENUAN YANG
BERLAKU.

26.2. RUANG KERJA LISTRIK YANG DENGAN TERATUR ATAU TERUS MENERUS DILAYANI
ATAU DIJAGA OLEH PETUGAS, SEPERTI PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK, GARDU INDUK,
GARDU HUBUNG, DAN BENGKEL LISTRIK, HARUS DILENGKAPI PERLENGKAPAN
KECELAKAAN SEPERTI OBAT-OBATAN (PPPK), TANDA, TANDU DAN LAIN
SEBAGAINYA.

26.3. PADA RUANG KERJA LISTRIK BERBAHAYA SEPERTI PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK,
GARDU INDUK, GARDU HUBUNG, GARDU DISTRIBUSI, BENGKEL LISTRIK, GUDANG
LISTRIK, HARUS DIPASANGI PAPAN LARANGAN MASUK BAGI SETIAP ORANG YANG
BUKAN PETUGAS ( YANG TIDAK BERKEPENTINGAN).

26.4. DALAM RUANG KERJA LISTRIK BERBAHAYA PARA PETUGAS HARUS MENGGUNAKAN
PAKAIAN KERJA YANG BAIK, KERING DAN COCOK MENURUT KEADAAN IKLIM DAN
AMAN SESUAI DENGAN SIFAT PEKERJAAN YANG DIHADAPI

Anda mungkin juga menyukai