Anda di halaman 1dari 40

Wida Arindya Sari, S.E., M.

Ak
PENGERTIAN METODE HARGA POKOK PESANAN

Metode ini digunakan oleh perusahaan yang berproduksi


berdasarkan pesanan.
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan
tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan
jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
SIKLUS PEMBUATAN PRODUK SIKLUS AKUNTANSI BIAYA
Penentuan harga
Pembelian dan pokok bahan baku
penyimpanan yang dibeli
bahan baku

Penentuan harga Penentuan harga Penentuan harga


Pengolahan pokok bahan baku pokok bahan baku pokok bahan baku
bahan baku yang dipakai yang dipakai yang dipakai
menjadi
produk jadi
Pengumpulan
biaya produksi

Penyimpanan
produk jadi dalam
gudang Penentuan harga
pokok produk jadi
Karakteristik Usaha Perusahaan Yang Produksinya
berdasarkan Pesanan :
1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus.
2. Produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang diminta
pemesan.
3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan.
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan ke pemesan.
2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
3. Memantau realisasi biaya produksi.
4. Menghitung laba/rugi tiap pesanan.
5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk
dalam proses yang disajikan dalam neraca.
1. Digunakan jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk
sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu
dihitung harga pokoknya secara individual.
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya
dengan produk : biaya produksi langsung dan biaya produksi tak
langsung.
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung, sedang biaya produksi tak langsung disebut
biaya overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sbg HPP pesanan tertentu
berdasarkan biaya yg sesungguhnya terjadi, sedangkan BOP
diperhitungkan kedalam HPP pesanan berdasarkan tarif.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi.
Rekening Kontrol Rekening Pembantu
Persediaan bahan baku Kartu Persediaan
Persediaan Bahan Penolong Kartu Persediaan
Barang dalam proses Kartu Harga Pokok
Biaya overhead pabrik Kartu Biaya
sesungguhnya Kartu Biaya
Biaya adminstrasi & umum Kartu Biaya
Biaya Pemasaran
Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku

Barang Dalam proses-Biaya TKL

Barang Dalam Proses-BOP


 Taksiran biaya produksi utk pesanan Rp XX
 Taksiran biaya nonproduksi* yg dibebankan kpd pesanan XX
Taksiran total biaya pesanan Rp XX
 Laba yang diinginkan XX
Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp XX

Utk menaksir biaya bahan baku yg akan dikeluarkan :


a. Taksiran biaya bahan baku Rp XX
b. Taksiran biaya TK langsung XX
c. Taksiran BOP XX
Taksiran biaya produksi Rp XX

*Biaya non produksi : Biaya adm dan umum; biaya pemasaran


Perhitungan biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan
tertentu :

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp XX


Biaya TK sesungguhnya XX
Taksiran BOP XX
Total biaya produksi Rp XX

Menghitung Laba / Rugi Bruto Tiap Pesanan


Harga jual yg dibebankan kpd konsumen Rp XX
Biaya Produksi Pesanan Tertentu:
Biaya bahan baku sesungguhnya XX
Biaya TK Langsung sesungguhnya XX
Total Biaya Produksi Pesanan XX
Rp XX
Laba Bruto Rp XX
Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga
pokok pesanan. Kartu ini berfungsi sebagai rekening pembantu, yang
digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk.
Biaya produksi untuk mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara rinci
didalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.

Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang
bersangkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung
dicatat dalam kartu harga pokok berdasarkan suatu tarif tertentu.
KARTU PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN
PT “LOGAM KUAT” No. : …….
JL Rajawali no 77 Tlp 13030 Yogyakarta

Job Order Cost Sheet

Pemesan : ………… Tgl Mulai : …………….


Produk : ……….. Tgl Pesan :……………..
Jumlah : …………

BBB BTK BOP


Tgl Ket Kuantitas Jumlah Tgl Jumlah Tgl Jumlah

12
1. Pembelian bahan baku:
Persediaan bahan baku xxx
Utang dagang / Kas xxx
2. Pembelian bahan penolong:
Persediaan bahan penolong xxx
Utang dagang / Kas xxx
3. Pemakaian bahan baku :
BDP – Biaya bahan baku xxx
Persediaan bahan baku xxx
4. Pemakain bahan penolong:
BOP sesungguhnya xxx
Persediaan bahan penolong xxx
5. Biaya tenaga kerja :
a. Yang terutang oleh perusahaan:
Gaji dan upah xxx
Utang gaji dan upah xxx
b. Distribusi
BDP – BTKL xxx
BOP sesungguhnya xxx
Biaya adm. & umum xxx
Biaya pemasaran xxx
Gaji dan upah xxx
c.Pembayaran
Utang gaji dan upah xxx
Kas xxx
6. BOP yang dibebankan :
BDP – BOP xxx
BOP yg dibebankan xxx
7. BOP yang sesungguhnya :
BOP yg sesungguhnya xxx
Macam-macam rek. Yg dikredit xxx
8. Penutup BOP yg dibebankan :
BOP yg dibebankan xxx
BOP yg sesungguhnya xxx
9. Selisih BOP :
Selisih (kurang) BOP xxx
BOP yg sesungguhnya xxx
10. Pencatatan harga pokok produk jadi :
Persediaan produk jadi xxx
BDP - Biaya bahan baku xxx
BDP – Biaya tenaga kerja langsung xxx
BDP – Biaya overhead pabrik xxx
11. Pencatatan harga pokok produk dalam proses :
Persediaan produk dalam proses xxx
BDP - Biaya bahan baku xxx
BDP – Biaya tenaga kerja langsung xxx
BDP – Biaya overhead pabrik xxx
12. Pencatatan harga pokok produk yang dijual :
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan produk jadi xxx
13. Pencatatan pendapatan penjualan :
Piutang dagang / Kas xxx
Hasil Penjualan xxx
PENGOLAHAN/PRODUKSI NON DEPARTEMEN

Perusahaan mebel “ANTIK” berproduksi atas dasar pesanan. Biaya-biaya

dikumpulkan atas dasar pesanan. Pada tanggal 17 Juli 2009, perusahaan

“ANTIK” mendapat pesanan untuk membuat meja dari HOTEL GARUDA

dengan biaya atau kontrak sebesar Rp12.000.000,00. Pesanan harus sudah

selesai paling lambat tanggal 12 Agustus 2009. Atas pesanan tersebut

perusahaan “ANTIK” memberi kode job nomor 58.


Transaksi yang terjadi sehubungan dengan pesanan job nomor 58
tersebut adalah sebagai berikut:

Pembelian bahan-bahan yang dilakukan:


20 keping kayu mahoni @ Rp500.000,00
100 liter politur @ Rp5.000,00
15 peti lem @ Rp20.000,00
5 peti paku @ Rp40.000,00

Permintaan bahan baku untuk memproduksi job nomor 58


5 keping kayu mahoni
10 liter politur
1 peti lem
1 peti paku
• Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk mengerjakan pesanan:
Tenaga kerja langsung Rp3.500.000,00
Tenaga kerja tidak langsung Rp1.000.000,00
• Biaya overhead pabrik sesungguhnya selain yang terjadi di atas
adalah sebesar Rp2.000.000,00
• Biaya overhead pabrik dibebankan atas dasar tarif yaitu 75% dari
biaya tenaga kerja langsung.
• Pesanan tersebut dapat diselesaikan dan diserahkan kepada
pemesannya sedangkan pembayarannya diterima 20 hari kemudian.
Diminta:

1. Jurnal-jurnal yang diperlukan.


2. Kartu biaya atas pesanan tersebut.
Jurnal-jurnal yang diperlukan :
Mencatat pembelian bahan-bahan:
Persediaan bahan Rp11.000.000
Utang dagang Rp11.000.000

Mencatat pemakaian bahan baku dan bahan pembantu:


BDP-BBB (Job Nomor 58) Rp2.500.000
BOP-sesungguhnya Rp 110.000
Persediaan bahan Rp2.610.000

Mencatat pembayaran gaji dan upah:


Biaya gaji dan upah Rp4.500.000 -
Utang gaji/Kas - Rp4.500.000
Mencatat biaya gaji dan upah langsung dan tidak langsung:
BDP-BTKL Job 58 Rp3.500.000
BOP-sesungguhnya Rp1.000.000
Biaya gaji dan upah Rp4.510.000

Mencatat BOP-sesungguhnya yang lain:


BOP-sesungguhnya Rp2.000.000
Macam-macam kredit Rp2.000.000

Mencatat BOP-dibebankan pada Job 58, sebesar 75% x Rp3.500.000:


BDP-BOP Job 58 Rp2.625.000
BOP-dibebankan Rp2.625.000
Mencatat produk selesai (Job 58):
Persediaan barang jadi Rp8.625.000
BDP-Job 58 Rp8.625.000
atau
Persediaan barang jadi Rp8.625.000
BDP-BBB Rp2.500.000
BDP-BTKL Rp3.500.000
BDP-BOP Rp2.625.000

Mencatat penyerahan produk selesai (Job 58):


Piutang dagang Rp12.000.000
Harga pokok penjualan Rp8.625.000
Persediaan barang jadi Rp8.625.000
Penjualan Rp12.000.000
PENGOLAHAN/PRODUKSI MELALUI LEBIH DARI SATU
DEPARTEMEN

PT Eliona berusaha dalam bidang percetakan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan


spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima.
Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan setiap bukti
pembukuan diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan. Dalam bulan Nov 2012 PT
Eliona mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1500 lembar dari PT
Rimendi. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp 3000,- per lembar.
Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan
sebanyak 20.000 lembar dari PT Oki dengan harga yang dibebankan kepada pemesan
sebesar Rp 1000,- per lembar. Pesanan dari PT Rimendi diberi nomor 101 dan pesanan dari
PT Oki diberi nomor 102. Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk
memenuhi pesanan tersebut !
Bahan baku:
 Kertas jenis x 85 rim @ Rp 10.000,- Rp 850.000,-
 Kertas jenis y 10 roll @ Rp 350.000,- Rp 3.500.000,-
 Tinta jenis A 5 kg @ Rp 100.000,- Rp 500.000,-
 Tinta jenis B 25 kg @ Rp 25.000,- Rp 625.000,-
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp 5. 475.000,-
Bahan Penolong:
 Bahan Penolong P 17 kg @ RP 10.000,- Rp 170.000,-
 Bahan Penolong Q 60 liter @ Rp 5.000,- Rp 300.000,-
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp 470.000,-
Jumlah total Rp 5. 945.000,-
Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat
persediaan bahan yaitu Persediaan Bahan Baku dan Persediaan Bahan
Penolong, sehingga jurnal untuk mencatat pembelian bahan adalah :

Jurnal 1:
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000,-
Utang Dagang Rp 5.475.000,-

Jurnal 2:
Persediaan Bahan Penolong Rp 470.000,-
Utang Dagang Rp 470.000,-
Untuk memproses pesanan no. 101 dan 102 bahan baku yang digunakan adalah
sebagai berikut:

Bahan baku untuk pesanan no 101:


Kertas jenis x 85 rim @Rp 10.000,- Rp 850.000,-
Tinta jenis A 5 kg @Rp 100.000,- Rp 500.000,-
Jumlah bahan baku untuk pesanan 101 Rp1.350.000,-

Bahan baku untuk pesanan 102:


Kertas jenis y 10 roll @RP 350.000,- Rp 3.500.000,-
Tinta jenis B 25 kg @Rp 25.000,- Rp 625.000,-
Jumlah bahan baku untuk pesanan no 102 Rp 4.125.000,-
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp 5.475.000,-
Sedangkan bahan penolong yang terpakai untuk memproses dua pesanan
tersebut adalah sebagai berikut:

Bahan penolong P 10 kg @ Rp 10,000,- Rp 100.000,-


Bahan penolong Q 40 ltr @ Rp 5.000,- Rp 200.000,-
Jumlah bahan penolong Rp 300.000,-

Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku :


Jurnal 3:
Barang Dalam Proses Rp 5.475.000,-
Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000,-
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah sebagai berikut:

Jurnal 4:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 300.000,-
Persediaan Bahan Penolong Rp 300.000,-
Dari contoh di atas misalnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi
adalah sebagai berikut:
Upah lgsg pesanan no 101, 225 jam @Rp4.000 = Rp 900.000
Upah lgsg pesanan no 102, 1.250 jam @Rp4.000 = Rp 5.000.000
Upah tidak lgsg Rp 3.000.000
Jumlah upah Rp 8.900.000

Gaji karyawan Administrasi dan umum Rp 4.000.000,-


Gaji karyawan bagian pemasaran Rp 7.500.000,-
Jumlah gaji Rp 11.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp 20.400.000,-
Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 tahap berikut:

A. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.

Jurnal 5:
Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-
B. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.

Jurnal 6:
Barang Dalam Proses Rp 5.900.000,-
BOP Sesungguhnya Rp 3.000.000,-
Biaya Administrasi dan Umum Rp 4.000.000,-
Biaya Pemasaran Rp 7.500.000,-
Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-

C. Pencatatan pembayaran gaji dan upah.

Jurnal 7:
Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000,-
Kas Rp 20.400.000,-
D. Dari contoh diatas misalnya BOP dibebankan kepada produk atas dasar tarif
sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan demikian BOP yang
dibebankan kepada tiap pesanan dihitung sebagai berikut:

Pesanan no 101 150% x Rp 900.000,- Rp 1.350.000,-


Pesanan no 102 150% x Rp 5.000.000,- Rp 7.500.000,-
Jumlah BOP yang dibebankan Rp 8.850.000,-

Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan


tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal 8:
Barang Dalam Proses Rp 8.850.000,-
BOP yang dibebankan Rp 8.850.000,-
Misalkan dari contoh diatas BOP sesungguhnya terjadi ( selain biaya
bahan penolong Rp 300.000,- dan biaya tenaga kerja tak langsung
sebesar Rp 3.000.000,- ) adalah:

Biaya depresiasi mesin Rp 1.500.000,-


Biaya depresiasi gedung pabrik Rp 2.000.000,-
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp 700.000,-
Biaya pemeliharaan mesin Rp 1.000.000,-
Biaya pemeliharaan Gedung Rp 500.000,-
Jumlah Rp 5.700.000,-
Jurnal 9:
BOP Sesungguhnya Rp. 5.700.000
Akumulasi Depresiasi Mesin Rp. 1.500.000
Akumulasi Depresiasi Gedung Rp. 2.000.000
Persekot asuransi Rp. 700.000
Persediaan suku cadang Rp. 1.000.000
Persediaan bahan bangunan Rp. 500.000

Jurnal penutup BOP:


Jurnal 10:
BOP yang dibebankan Rp.8.850.000
BOP Sesungguhnya Rp. 8.850.000
Selisih BOP:
Debet: Kredit:
Jurnal 4 Rp. 300.000 Jurnal 8 Rp. 8.850.000
Jurnal 6 Rp. 3.000.000
Jurnal 9 Rp. 5.700.000
Jumlah Rp. 9.000.000

Terjadi selisih pembebanan kurang (underapplied) sebesar Rp 150.000


BOP Sesungguhnya > BOP dibebankan

Jurnal 11:
Selisih BOP Rp. 150.000
BOP sesungguhnya Rp. 150.000
E. Pencatatan Harga Pokok Produk jadi (setelah pesanan selesai
diproduksi):
Biaya Bahan Baku Rp. 1.350.000
BTKL Rp. 900.000
BOP Rp. 1.350.000
Jml HP Pesanan 101 Rp. 3.600.000

Jurnal 12:
Persediaan Produk Jadi Rp. 3.600.000
BDP – Biaya Bahan Baku Rp. 1.350.000
BDP – BTKL Rp. 900.000
BDP – BOP Rp. 1.350.000
F. Pencatatan Harga Pokok Produk Yang Dijual

Jurnal 13:

Harga Pokok Penjualan Rp. 3.600.000

Persediaan Produk Jadi Rp. 3.600.000

G. Pencatatan Pendapatan Penjualan Produk

Jurnal 14:

Piutang Dagang Rp. 4.500.000  1500 * Rp. 3000

Hasil Penjualan Rp. 4.500.000


H. Pencatatan Harga Pokok Produk Dalam Proses

Misalnya, pesanan 102 pada akhir periode akuntansi belum selesai


dikerjakan.

Jurnal 15:

Persediaan Produk Dalam Proses Rp. 16.625.000

BDP – BBB Rp. 4.125.000

BDP – BTKL Rp. 5.000.000

BDP – BOP Rp. 7.500.000

Anda mungkin juga menyukai