Anda di halaman 1dari 17

Osteoartritis Genu

Rio Irawan
Citra Asti Hartitagini
Ibnu Maulani
Keishya Lavidita
Wulan Mayasari
Lita Sabarti Mulyawati

1
Definisi

Osteoartritis genu adalah suatu penyakit


sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi lutut, merupakan
suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat dan tidak diketahui
penyebabnya, meskipun terdapat beberapa
faktor resiko yang berperan.

2
Prevalensi

 ± 40% dari populasi usia > 70 tahun menderita OA


 80% pasien OA mempunyai keterbatasan gerak
dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat 
mengurangi QOL.
 Di Jawa Tengah : prevalensi OA lutut mencapai
15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita 40-60
tahun.
 Prevalensi ini semakin meningkat dengan
bertambahnya usia.

3
4
Faktor Risiko

1. umur
 Prevalensi dan beratnya penyakit osteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur.
2. jenis kelamin
 wanita lebih sering terkena osteoartritis genu
 laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha,
pergelengan tangan dan leher.
 < 45 tahun frekuensi osteoartritis laki-laki = wanita,
 >50 tahun setelah menopause frekuensi osteoartritis
wanita > pria.
3. pekerjaan
 pekerjaan berat maupun pemakaian satu sendi yang
terus-menerus berkaitan dengan peningkatan risiko
osteoartritis.
5
Faktor Risiko
 4. kegemukan
 5. suku bangsa
– osteoartritis genu lebih sering ditemukan pada orang Asia,
– osteoartritis panggul lebih sering pada orang Kaukasia.
– osteoartritis paha lebih jarang pada kulit hitam dan asia dibanding
kaukasia.
 6. genetik
– adanya mutasi pada gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain
untuk unsur-unsur tulang rawan seperti kolagen tipe IX dan XII,
protein pengikat atau proteoglikan
 7. faktor lain
– tingginya kepadatan ulang dikatakan dapat meningkatkan risiko
timbulnya osteoartritis.

6
Gambaran klinik

Gejala dapat berupa:


 1. nyeri sendi
– Ada tiga tempat yang dapat menjadi sumber nyeri, yaitu
sinovium, jaringan lunak sendi dan tulang.
– Nyeri sinovium 
 akibat reaksi radang yang timbul akibat adanya debris dan
kristal dalam cairan sendi.
 akibat kontak dengan rawan sendi pada waktu sendi bergerak.
– Nyeri jaringan lunak: robekan ligamen dan kapsul sendi,
peradangan pada bursa atau kerusakan meniskus.
– Nyeri dari tulang  akibat rangsangan pada periosteum
karena periosteum kaya akan serabut-serabut penerima
nyeri.

7
– Biasanya mempunyai irama diurnal,
– Nyeri akan menghebat pada waktu bangun tidur
dan sore hari.
– Dapat timbul juga bila banyak berjalan, naik dan
turun tangga atau bergerak tiba-tiba.
– Nyeri yang belum lanjut biasanya akan hilang
dengan istirahat, tetapi pada keadaan lanjut, nyeri
akan menetap walaupun penderita sudah istirahat

8
Gambaran Klinik

 2. hambatan gerak sendi


– Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan
pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
– dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris
(salah satu arah gerakan saja)
 3. kaku pagi
– gejala yang sering ditemukan,
– biasanya tidak lebih dari 30 menit.
– muncul pada pagi hari atau setelah imobilitas seperti duduk
di kursi atau mobil dalam waktu cukup lama atau bahkan
setelah bangun tidur.

9
Gambaran Klinik

 4. krepitasi
– Krepitasi berupa rasa gemeretak kadang-kadang dapat
terdengar.
– Dapat ditemukan tanpa disertai rasa nyeri, tapi biasanya
berhubungan dengan nyeri yang tumpul.
– Mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang
sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif
dimanipulasi.
 5. pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
– Kadang-kadang ditemukan pembengkakan sendi akibat
efusi cairan sendi yang biasanya tak banyak

10
Pemeriksaan penunjang

 Gambaran radiografi sendi yang


menyokong diagnosis OA adaah:
– Penyempitan celah sendi yang
sering asimetris (lebih berat
pada bagian yang menanggung
beban)
– Peningkatan densitas (sklerosis)
tulang subkondral)
– Kista tulang
– Osteofit pada pinggir sendi
– Perubahan struktur anatomi
sendi

11
Terapi

 Obat-obatan
– Mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas
dan mengurangi ketidakmampuan.
– Obat-obatan anti inflamasi non steroid bekerja
sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi
viskositas, meskipun tak dapat memperbaiki
ataupun menghentikan proses patologis
osteoarthritis.

12
Terapi
 Perlindungan sendi
– Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit
misalnya dengan modifikasi tempat duduk dan mengurangi
aktivitas jongkok dan berlutut.
– Bila diperlukan dapat juga menggunakan tongkat atau alat listrik
yang dapat meringankan kerja sendi.
 Diet
– Penurunan berat badan seringkali mengurangi timbulnya keluhan.
 Dukungan psikososial
– Dukungan psikososial diperlukan karena sifatnya yang menahun
dan ketidakmampuan yang ditimbulkan.
– Pasien kadang ingin menyembunyikan kemampuannya tapi dia
juga ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya.

13
Terapi

 Fisioterapi
– Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan
pasien osteoarthritis,
– dapat berupa terapi panas dan dingin serta program
latihan yang tepat.
– Pemakaian panas sebelum latihan  mengurangi
rasa nyeri dan kekakuan.
– Pada sendi yang masih akut  terapi dingin.

14
Terapi

 Operasi
– Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien OA
dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri
menetap dan kelemahan fungsi.
– Tindakan yang dapat dilakukan  osteotomi 
mengoreksi ketidaklurusan atau ketidak sesuaian,
debridemen sendi untuk mengghilangkan
fragmen tulang rawan sendi, pembersihan
osteofit, artroplasti parsial dan total, artrodesis
dan kondroplasti.

15
– Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti
hidrokolator, bantalan listrik, ultrasonik,
inframerah, diatermi, mandi parafin dan mandi
dari pancuran panas.
– Program latihan  memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik di sekitar
sendi OA.
– Latihan isometrik lebih baik daripada isotonik 
mengurangi tegangan pada sendi

16
17

Anda mungkin juga menyukai