Anda di halaman 1dari 33

Proposal Tesis

DESAIN MODEL GANG PERMUKIMAN KOTA


RAMAH ANAK DAN LINGKUNGAN

JUNI APRI MULYO


NIM: 186000100111011

PENGELOLAAN
SUMBERDAYA LINGKUNGAN DAN
PEMBANGUNAN
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Interaksi Sosial


2.2. Jaringan Jalan Pemukiman
2.3. Lingkungan Permukiman Kota
2.4. Kota Layak Anak (KLA)
2.5. Pengertian Lingkungan Ramah Anak
2.6. Anak-anak dalam ruang publik
2.7. Perilaku sosial
2.8. Teritorialitas dan perilaku
2.9. Ruang Publik Berdasarkan Sifatnya
2.10. Peran Ruang Publik

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode
3.2. Prosedur Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel
3.4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

 Setiap “Gang” jalan kecil ( path ) di permukiman kota memiliki ciri khas
ruang publik yang digunakan warga setempat untuk melakukan berbagai
aktivitas.

 Gang adalah jalan lingkungan yang berfungsi sebagai sarana sirkulasi warga
yang menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya.

 Adapun kampung kota


merupakan area permukiman yang umumnya terletak di belakang pertokoan atau
perumahan elit dipinggir jalan besar

 Gang dapat juga diartikan


sebagai jalan lingkungan, kondisi ini terjadi dikarenakan pada permukiman
kampung kota, lahan yang penuh dengan padatnya penduduk dan bangunan
seringkali tidak menyisakan tempat untuk masyarakat melakukan kegiatan-
kegiatan kesehariannya dan ketiadaan ruang publik yang bisa digunakan untuk
bersosisialisasi sehingga keberadaan ruang gang mau tidak mau akhirnya menjadi
wadah bagi beragam aktivitas warga permukiman kampung kota.
 Kenyataan tersebut di atas memunculkan fenomena-fenomena yang penting
untuk dikaji karena multifungsi ruang gang menjadikan jenis jalan ini penuh
dengan aktivitas masyarakat sepanjang hari. Mulai dari terbit fajar hingga
tengah malam koridor gang tidak pernah sepi dari aktivitas warga yang tidak
hanya menjadikan ruang jalan yang tetapi juga menjadi sarana berbagai
aktivitas masyarakat lainnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

 Gang merupakan ruang publik terbuka secara responsive, gang dirancang


sebagai alur sirkulasi. Tetapi, gang disini bernilai meaningful karena dipakai
berulang kali oleh anak-anak untuk bermain sepeda dan berlari-larian.
Meskipun lebar jalan tidak cukup comfort untuk dilalui banyak orang, tetapi
jalan pada gang ini dianggap cukup democratic bagi pengguna untuk berbagai
macam kegiatan

Ruang terbuka menurut sifatnya Anita, dkk(2012) mengutip Stephen Carr dkk (1992:19) terdapat 3 (tiga)
kualitas utama sebuah ruang publik, yaitu:

1. Responsive, berarti bahwa ruang tersebut dirancang dan dikelola dengan mempertimbangkan
kepentingan para penggunanya.
2. Democratic, berarti bahwa hak para pengguna ruang publik tersebut terlindungi, pengguna ruang publik
bebas berekspresi dalam ruang tersebut, namun tetap memiliki batasan tertentu karena dalam
penggunaan ruang bersama perlu ada toleransi diantara para pengguna ruang.
3. Meaningful, berarti mencakup adanya ikatan emosional antara ruang tersebut dengan kehidupan para
penggunanya
Fungsi gang di kampung kota tidak sekedar sebagai sarana sirkulasi warga, tetapi
juga menjadi ruang publik

Fungsi ruang publik secara umum di kampung kota sebagai sarana hiburan dan
rekreasi secara alamiah, aktivitas konomi, promosi budaya dan religi, serta untuk
estetika lingkungan

Gang juga menjadi sarana bermain anak ketika keberadaan ruang khusus untuk
anak semakin terbatas. Dengan demikian, gang sebagai ruang publik memiliki
kondisi yang bersifat dinamis menyesuaikan kompleksitas ruang dan
kemajemukan pelaku warga setempat

Kondisi jalur gang yang menyesuaikan rumah-rumah warga dengan segala bentuk
aktivitasnya, termasuk anak-anak di lingkungan setempat membentuk karakteristi
dan keunikan tersendiri dari masing masing lokasi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

 Berdasarkan latar belakang terkait multifungsi ruang gang dengan aktivitas


warganya, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik fisik gang dan aktivitas harian warga dalam pemanfaatan
ruang gang?
2. Bagaimana desain ruang gang permukiman kampung kota sebagai ruang publik
ramah anak yang ada pada saat ini?
3. Bagaimana desain ruang gang yang mampu mengakomodir akvitas bermain
anak tanpa menganggu fungsi utama gang sebagai sarana sirkulasi milik public ?
1.3.Tujuan Penelitian

 Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan desain model gang permukiman


kampung kota sebagai ruang publik ramah anak dan lingkungan. Tujuan
pokok tersebut dirinci dalam beberapa tujuan khusus seperti berikut:

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik fisik gang dan aktivitas harian warga


dalam pemanfaatan ruang gang.
2. Untuk mengidentifikasi desain ruang gang permukiman kampung kota
sebagai ruang publik ramah anak dan lingkungan yang ada pada saat ini.
3. Membuat desain model gang yang mampu mengakomodir akvitas bermain
anak tanpa menganggu fungsi utama gang sebagai sarana sirkulasi milik
publik.
1.4 Manfaat Penelitian

 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi


pengembangan ilmu pengetahuan, serta kontribusi pemikiran bagi pembuat
kebijakan untuk bahan kajian dalam membuat putusan-putusan bagi perbaikan
permukiman kumuh /marginal di masa yang akan datang. Serta secara terinci
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk “desain model gang
permukiman kampung kota sebagai ruang publik ramah anak dan lingkungan”
1. Memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya di bidang
arsitektur lingkungan dan perilaku dalam hubungannya
dengan penggunaan ruang gang sebagai wadah bagi aktivitas
masyarakat di permukiman kampung kota.
2. Memberi masukan bagi pengembangan interaksi masyarakat
permukiman kampung kota dengan lingkungannya dan antar
anggota masyarakat sendiri, untuk meningkatkan kehidupan
bermukim yang lebih berkualitas.
3. Memberi masukan bagi perencanaan dan perancangan
arsitektur perumahan dan permukiman kampung kota yang
berkualitas dan mampu mengakomodasi kebutuhan
karakteristik masyarakat pengguna.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

 Interaksi Sosial
 Interaksi sosial merupakan hubungan- hubungan yang dinamis menyangkut
hubungan antar orang, antar kelompok, maupun antar individu dengan
kelompok manusia (Gillin dalam Waluyo, 2008:43).
 Gillin (dalam Soekanto, 2006) membedakan bentuk interaksi sosial ada dua
macam yaitu asosiatif (menguatkan ikatan sosial, bersifat mendekatkan atau
positif) dan disosiatif (merusak ikatan sosial, bersifat negatif).
 Ruang publik sebagai ruang interaksi sosial merupakan ruang bersama suatu
komunitas yang di dalamnya terdapat aktifitas sosial kemasyarakatan secara
rutin/ setiap hari dan aktifitas ketika ada event tertentu (Carr, et al,1992:11).
Ruang publik dapat berbentuk cluster maupun linier dalam ruang terbuka
maupun tertutup. Carr et al (1992:79-84) menjelaskan tipologi/ bentuk
kontemporer dari suatu ruang publik perkotaan yaitu taman-taman publik,
lapangan dan plasa, tempat peringatan, pasar, jalan (pedestrian ways,
pedestrian mall, jalur lambat, gang/ jalan kecil), lapangan bermain anak, ruang
terbuka untuk masyarakat, jalur hijau, atrium/ pasar tertutup, dan ruang di
lingkungan bertetangga.
Pencapaian ke lokasi pemukiman kampong kota
type tertutup : hanya dapat di akses melalui satu gang
type terbuka :gang dapat di akses melalui lebih dari satu jalan
 Jaringan Jalan Pemukiman
 Jalan perumahan merupakan salah satu struktur penting dari dalam suatu
sistem jaringan jalan perkotaan. Sehingga, peranan jalan ini jika berfungsi
dengan baik dapat menentukan kualitas sebuah kota, serta memberikan
kenyamanan dan kesejahteraan bagi warganya (SNI 03-6967-2003 Persyaratan
umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan).
 Michael Southworth & Eran ben – Joseph (1996:6-7) menjelaskan bahwa
jalan-jalan di lingkungan permukiman tidak hanya berfungsi sebagai akses
kendaraan, tetapi sebagai tempat aktivitas sosial termasuk tempat bermain
anak dan tempat rekreasi. J.B. Jackson (dalam Girling dan Helpband, 1994:34)
menjelaskan pengertian jalan adalah koridor sirkulasi, tempat orang berjalan,
ruang sosial, dan ruang terbuka utama untuk rekreasi. Lynch (1991:306)
berpendapat bahwa jalan jalan juga dapat berfungsi sebagai identitas yang
mencerminkan karakter dari suatu tempat dan menjadi tempat yang bisa
dikenang/ tak terlupakan.
 Lingkungan Permukiman Kota
 Permukiman merupakan wadah fisik (perumahan) beserta sarana prasarana
penunjangnya dan merupakan perpaduan antara wadah dan isinya yakni manusia yang
hidup bermasyarakat dengan unsur budaya dan lingkungannya (Sudharto, 2005:104).
Permukiman terbentuk atas kesatuan antara manusia dan lingkungan di sekitarnya.
Permukiman terdiri dari dua bagian yaitu manusia (baik sebagai pribadi maupun dalam
hubungan sosial) dan tempat yang mewadahi manusia berupa bangunan (baik rumah
maupun elemen penunjang lain). Menurut Costantinos A. Doxiadis (1968), terdapat
lima elemen dasar permukiman, yakni alam (nature), manusia (antropos), masyarakat
(society), ruang kehidupan (shell), dan jaringan atau sarana prasarana (networks).
 Berkaitan dengan masalah penelitian yaitu jalan digunakan masyarakat sebagai ruang
interaksi sosial, maka elemen lingkungan permukiman yang berkaitan secara langsung
adalah masyarakat dan jaringan. Masyarakat merupakan kesatuan kelompok orang
(keluarga) dalam suatu permukiman yang membentuk suatu komunitas tertentu.
 Penilaian terhadap kondisi sosial masyarakat dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kekerabatan masyarakat dan permasalahan yang ditimbulkan dari kegiatan masyarakat
di jalan dan gang. Penilaian terhadap jaringan yaitu penilaian terhadap kondisi fisik
jalan dan sekitarnya (drainase dan kebersihan lingkungan). Kedua penilaian tersebut
dilakukan untuk memperlihatkan pengaruh yang telah diberikan dari berbagai macam
kegiatan di jalan dan gang permukiman.
 Kota Layak Anak (KLA)
 Konsep Kota Layak Anak (KLA) sebenarnya berawal dari proyek yang
diinisiasi oleh UNESCO dengan program Growing Up City. Kegiatan ini
sendiri diujicobakan di empat negara terpilih, yaitu Argentina, Australia,
Mexico dan Polandia. Tujuan dari program ini adalah mengetahui
bagaimanakah sekelompok anak-anak usia belasan tahun menggunakan dan
menilai lingkungan keruangan (spatial space) sekitarnya. Selanjutnya, konsep
kota layak anak diperkenalkan oleh UNICEF dengan tujuan menciptakan
suatu kondisi yang mengaspirasi hak-hak anak melalui tujuan, kebijakan,
program-program dan struktur pemerintahan lokal Konsep Kota Layak Anak
diharapkan pemerintah di suatu kota mampu memberikan suatu jaminan
terhadap hak-hak anak, seperti: kesehatan, perlindungan, perawatan,
pendidikan, tidak menjadi korban diskriminasi, mengenal lingkungan dan
budayanya dalam arti yang luas, berpartisipasi dalam merencanakan kota
tempat tinggalnya, memiliki kebebasan bermain, dan memperoleh lingkungan
yang bebas dari polusi. Pada dasarnya tujuan dari suatu kota layak anak bagi
anak-anak muda adalah :
a. Mampu berkontribusi dalam pengambilan keputusan mengenai kota tempat tinggalnya
b. Mengekspresikan pendapat
c. Berpartisipasi di dalam keluarga, komunitas dan kehidupan sosialnya
d. Memperoleh akses terhadap pelayanan dasar seperti kesehatan, pendidikan dan tempat
tinggal
e. Memperoleh akses untuk meminum air yang sehat dan sanitasi yang memadai
f. Terlindungi dari eksploitasi, kekerasan dan pelecehan
g. Berjalan dengan aman di jalanan
h. Berjumpa teman dan bermain
i. Memiliki ruang hijau untuk tanaman dan hewan peliharaan
j. Tinggal di lingkungan yang sehat yang bebas polusi
k. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kebudayaan
l. Didukung, dicintai dan memperoleh kasih saying
m. Sama seperti warga lainnya dalam memperoleh akses terhadap setiap
n. pelayanan tanpa memandang suku, agama, pendapatan, jenis kelamin dan
o. keterbatasan (disability)
 Di Indonesia, konsep kota layak anak sudah terakomodasi dalam satu
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 02 Tahun 2009
mengenai Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak. Di dalam Peraturan
Menteri tersebut diketahui bahwa terdapat indikator kota layak anak di
Indonesia, antara lain kesehatan, pendidikan, perlindungan, infrastruktur,
lingkungan hidup dan pariwisata. Indikator-indikator tersebut menurut
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan di atas merupakan
indikator umum, sedangkan kebijakan mengenai Kota Layak Anak merupakan
indikator khusus. Dari konsep Kota Layak Anak yang mengacu pada tumbuh
kembang anak, wali kota Malang menginstruksikan terbentuknya Ruang
Terbuka Hijau dengan harapan terdapat keseimbangan polusi udara terhadap
kehidupan kota yang merupakan pengembangan ekosistem berdampak pada
kehidupan sosial termasuk pendidikan, kesehatan, dan hak perlindungan. Hal
ini relevan dengan Surat Keputusan Kota Malang tentang Rencana Aksi
Daerah Pengembangan Kota Layak Anak sebagaimana yang tercantum
Nomor 188.45/149/35.73.112/2013.
 Pengertian Lingkungan Ramah Anak
 Lingkungan ramah adalah lingkungan sosial bagi perkembangan anak.
Menurut Urin Bonfrenbrenner, seorang pakar perkembangan mengatakan
bahwa, anak-anak berkembang dipengaruhi oleh konteks sosial dalam
kehidupan anak-anak. Lingkuangan atau Ruang publik menurut teori ekologi
ditempatkan sebagai mesosistem, yakni ruang kolektif di mana anak-anak
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya di luar rumah. Ruang kolektif ini
sangat menentukan kualitas perkembangan anak, sehingga ruang publik
adalah bagian penting dari pembentukan kualitas sosial perkembangan anak di
luar rumah. Ruang publik berupa taman bermain adalah suatu lingkungan
yang penting bagi anak-anak untuk bermain dan bergaul dengan teman sebaya
mereka.
 Aktivitas anak-anak pada taman bermain akan lebih hidup jika pada taman
bermain dilengkapi dengan fasilitas bermain yang aman dan nyaman sehingga
anak-anak merasa senang dan menikmati waktu mereka. Meskipun aman dan
nyaman, pengawasan orang tua tetapdibutuhkan untuk memastikan bahwa
anak-anak tersebut dijaga sehingga aman. Mengawasi anak secara langsung
atau bahkan bermain dengan anak adalah suatu kesempatan bagi orang tua
untuk mengakrabkan diri sekaligus menjalankan kewajiban orang tua untuk
mendidik anak. Pengawasan orang tua menjadi hal yang penting dan
merupakan salah satu persyaratan ruang publik ramah anak. Perlindungan anak
diusahakan oleh setiap orang, orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah
maupun negara. Sesuai dengan Undang- Undang No. 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak yang menyebutkan bahwa negara, pemerintah, masyarakat,
keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak. Kalau kita merujuk kembali ke Undang-
Undang Perlindungan Anak No 35 Tahun 2014 dan peraturan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, berikut ini adalah beberapa
hak anak yang dapat terpenuhi dengan adanya taman bermain yang ramah
anak12:
1. Anak dapat bertemu dan bermain bersama teman-temannya
2. Anak aman bermain di taman ini
3. Merupakan ruang hijau dan pohon-pohonnya berfungsi membersihkan udar
4. Semua orang bisa mengakses taman karena tidak dikenakan biaya masu
5. Menjadi sarana berkegiatan bersama keluarga (membantu orang tua
melaksanakan kewajiban orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak,
pasal 26, Perkembangan ruang ramah anak tidak membutuhkan modal besar,
hanya sebuah taman yang dilengkapi sarana permainan anak dan berbagai
jenis pohon dan tanaman sebagai vegetasi yang dapat menyejukkan dan
memberi rasa nyaman
 Anak-anak dalam ruang publik
 Ruang Publik, adalah ruang yang dirancang dan dibangun sebagai wadah
aktifitas bersifat publik bagi masyarakat. Pengguna ruang publik bermacam,
dan secara umum dibedakan berdasarkan usia dan juga gender.
 Perbedaan usia berhasil meraih perhatian yang berlebih. Karena dalam setiap
fase perkembangan usia, manusia akan mengalami perubahan baik dari segi
fisik, psikis maupun mental dan hal itu secara langsung maupun tidak
langsung pasti akan berdampak pada kondisi lingkungan di sekitarnya, tak
terkecuali pada ruang publik yang dipakai atau diakses. kata ‘publik’
menunjukkan adanya kebebasan, atau sifat dapat digunakan atau diakses oleh
siapa saja.
 Lingkungan sekitar anak-anak merupakan faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak-anak, baik secara fisik, sosial dan mental. Pengaruh lingkungan
(keluarga, teman, atau masyarakat) sangat menentukan bagaimana seorang
anak dapat tumbuh. Jika anak-anak mendapat perlindungan yang aman dan
kondisi nyaman di dalam rumah dan bisa melakukan aktifitas dengan baik
seperti belajar, bermain dan beristirahat, begitu pula yang harus terjadi di luar
rumah
 Ruang ruang luar rumah harus dibentuk sebagai wadah yang sesuai bagi anak-
anak dalam perkembangan mereka. ruang tersebut tidak harus berupa area
bermain tetapi juga ruang publik yang dapat diakses dengan aman oleh siapapun
termasuk anak-anak. Sehingga sudah sewajarnya bahwa ruang publik dapat
memenuhi.
 Ruang publik sebagai ruang yang dapat diakses oleh setiap orang dengan
sendirinya harus memberikan kebebasan bagi penggunanya tidak terkecuali anak
anak. Secara fungsional ruang publik adalah jalan raya, tetapi berdas arkan
kesepakatan formal dan komunikasi massa maka berubah menjadi ruang
interaksi. ruang publik tidak terbentuk dari aktifitas atau proses komunikasi tapi
berdasarkan adanya akses. kebutuhan penggunanya melalui desain yang sesuai
atau responsive, tidak terkecuali untuk anak-anak. Lingkungan sekitar anak-anak
merupakan faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak-anak, baik secara
fisik, sosial dan mental.
 Pengaruh lingkungan (keluarga, teman, atau masyarakat) sangat menentukan
bagaimana seorang anak dapat tumbuh. Jika anak-anak mendapat perlindungan
yang aman dan kondisi nyaman di dalam rumah dan bisa melakukan aktifitas
dengan baik seperti belajar, bermain dan beristirahat, begitu pula yang harus
terjadi di luar rumah. Ruang ruang luar rumah harus dibentuk sebagai wadah
yang sesuai bagi anak-anak dalam perkembangan mereka.ruang tersebut tidak
harus berupa area bermain tetapi juga ruang publik yang dapat diakses dengan
aman oleh siapapun termasuk anak-anak
 Ruang publik sebagai ruang yang dapat diakses oleh setiap orang dengan
sendirinya harus memberikan kebebasan bagi penggunanya tidak terkecuali
anak anak. Secara fungsional ruang publik adalah jalan raya, tetapi berdas
arkan kesepakatan formal dan komunikasi massa maka berubah menjadi
ruang interaksi. ruang publik tidak terbentuk dari aktifitas atau proses
komunikasi tapi berdasarkan adanya akses.
 Aktivitas yang dilakukan di ruang publik oleh anak-anak lebih mengarah pada
aktivitas bermain meskipun ruang yang digunakan tidak dirancang secara
khusus untuk permainan misalnya kolam air mancur yang dibangun sebagai
point of view untuk dinikmati secara visual dapat menjadi tempat bermain air
oleh anak anak, sehingga erat kaitannya antara kondisi fisik dengan perilaku
anak pada suatu ruang publik. Seperti manusia pada umumnya, anak-anak
tidak bisa hanya berdiam diri di dalam rumah. Ruang gerak motorik pada
pemukiman sangat tidak memungkinkan anak-anak untuk bermain, sehingga
anak- anak badran membutuhkan ruang publik. Ketersediaan ruang publik
adalah bagian dari lingkungan belajar anak, kecuali anak-anak yang mengalami
gangguan atau hambatan perkembangan
Perilaku sosial
 Seorang individu dalam lingkungannya menurut Laurens (2004) dapat diamati
dari: (1) fenomena perilaku lingkungan, (2) kelompok- kelompok pemakai dan
(3) tempat terjadinya aktivitas. Fenomena-fenomena tersebut menunjuk pada
pola-pola perilaku pribadi yang berkaitan dengan lingkungan fisik yang ada,
terkait dengan perilaku interpersonal manusia atau perilaku sosial manusia.

Teritorialitas dan perilaku


 Teritorialitas adalah suatu konsep sosio-arsitektur yang diturunkan dari konsep
psikokologi-lingkungan tentang perasaan kepemilikan (psychological ownership) yang
menurut Pierce (2001) adalah suatu perasaan memiliki dan keterikatan secara
psikologis dengan suatu objek tertentu. Teritorialitas diartikan sebagai suatu set
perilaku dan kognisi yang ditampilkan oleh individu atau kelompok yang didasarkan
pada pemahaman atas kepemilikan ruang fisiknya (Halim, 2005).
 Teritori adalah area yang secara spesifik dimiliki dan dipertahankan baik secara fisik
maupun non fisik (dengan aturan-aturan atau norma-norma tertentu). Teritori ini
biasanya dipertahankan oleh sekelompok penduduk yang mempunyai kepentingan
yang sama dan saling bersepakat untuk mengontrol areanya (Haryadi, 1996). Misalkan
anak-anak di kampung yang mempunyai teritori untuk bermain, yang menyiratkan
pemahaman, penguasaan atas area bermain tersebut.
 Salah satu bentuk pelanggaran terhadap teritori diantaranya adalah invansi yang
berarti seseorang secara fisik memasuki teritori yang bukan miliknya dengan
maksud mengambil kendali atas teritori tersebut dari pemiliknya. Hal ini bisa
terjadi pada berbagai tingkatan, misalnya warga yang mengambil alih ruang gang
yang berada tepat di depan petak rumahnya yang semula adalah untuk jalur
sirkulasi dan menggantikannya untuk perluasan lahan rumah dengan
menjadikannya tempat penyimpanan benda-benda yang tidak tertampung di
rumahnya (sebagai gudang atau lebih parah lagi dengan mendirikan kandang
ayam/burung).
 Fisher seperti dikutip oleh Laurens (2004) mengatakan bahwa kepemilikan atau
hak dalam teritorialitas ditentukan oleh persepsi orang yang bersangkutan sendiri.
Persepsi ini bisa aktual yaitu memang pada kenyataannya ia benar memiliki
seperti hak milik atas rumah yang disahkan secara hukum tetapi juga bisa hanya
merupakan kehendak untuk menguasai atau mengontrol suatu tempat seperti
meja makan di kantin atau restoran

 Menurut Altman (Haryadi, 1996), Laurens (2004) dan Halim (2005) Teritori
terdiri dari tiga kelompok, yaitu: (1) Teritori utama (primary), (2) Teritori
sekunder (secondary); dan (3) Teritori publik.
 Teori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya, yang hanya
boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah sangat akrab atau yang sudah
mendapatkan izin-izin khusus. Teritori ini dimiliki oleh perseorangan atau
sekelompok orang yang juga mengendalikan penggunaan teritori tersebut
secara relatif tetap, berkenaan dengan kehidupan sehari-hari ketika
keterlibatan psikologis penghuninya sangat tinggi. Misalnya, ruang tidur atau
ruang kantor. Meskipun ukuran dan jumlah penghuninya tidak sama,
kepentingan psikologis dan teritori primer bagi penghuninya selalu tinggi.
 Teritori sekunder adalah tempat-tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah
orang yang sudah cukup saling mengenal. Kendali pada teritori ini tidaklah
sepenting teritori primer dan kadang berganti pemakai, atau berbagi
penggunaan dengan orang asing. Misalnya, ruang kelas, kantin kampus, dan
ruangan latihan olah raga.
 Teritori publik adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum. Pada
prinsipnya, setiap orang diperkenankan untuk berada di tempat tersebut.
Misalnya pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, lobi hotel, dan ruang sidang
pengadilan yang dinyatakan terbuka untuk umum. Kadang-kadang terjadi
teritori publik dikuasai oleh kelompok tertentu dan tertutupbagi kelompok
yang lain, seperti bar yang hanya untuk orang dewasa atau tempat-tempat
hiburan yang terbuka untuk dewasa umum, kecuali anggota TNI, misalnya.
 Ruang Publik Berdasarkan Sifatnya
 Menurut Stephen Carr dkk (1992:19) terdapat 3 (tiga) kualitas utama sebuah
ruang publik, yaitu:
 Tanggap (responsive), berarti bahwa ruang tersebut dirancang dan dikelola
dengan mempertimbangkan kepentingan para penggunanya.
 Demokratis (democratic), berarti bahwa hak para pengguna ruang publik
tersebut terlindungi, pengguna ruang publik bebas berekspresi dalam ruang
tersebut, namun tetap memiliki batasan tertentu karena dalam penggunaan
ruang bersama perlu ada toleransi diantara para pengguna ruang.
 Dan bermakna (meaningful), berarti mencakup adanya ikatan emosional antara
ruang tersebut dengan kehidupan para penggunanya.
 Peran Ruang Publik
 Menurut Carr et al. dalam Carmona dkk.(2003), ruang publik dalam suatu
permukiman akan berperan secara baik jika mengandung unsur antara lain :
 Comfort,

Merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan ruang publik. Lama tinggal
seseorang berada di ruang publik dapat dijadikan tolok ukur comfortable tidaknya
suatu ruang publik. Dalam hal ini kenyamanan ruang publik antara lain
dipengaruhi oleh : environmental comfort yang berupa perlindungan dari pengaruh
alam seperti sinar matahari, angin; physical comfort yang berupa ketersediannya
fasilitas penunjang yang cukup seperti tempat duduk; social and psychological comfort.

 Relaxation,
Merupakan aktifitas yang erat hubungannya dengan psychological comfort. Suasana
rileks mudah dicapai jika badan dan pikiran dalam kondisi sehat dan senang.
Kondisi ini dapat dibentuk dengan menghadirkan unsur-unsur alam seperti
tanaman / pohon, air dengan lokasi yang terpisah atau terhindar dari kebisingan
dan hiruk pikuk kendaraan di sekelilingnya.
 Passive engagement,
Aktifitas ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Kegiatan
pasif dapat dilakukan dengan cara duduk-duduk atau berdiri sambil melihat
aktifitas yang terjadi di sekelilingnya atau melihat pemandangan yang berupa
taman, air mancur, patung atau karya seni lainnya.
 Active engagement,
Suatu ruang publik dikatakan berhasil jika dapat mewadahi aktifitas
kontak/interaksi antar anggota masyarakat (teman, famili atau orang asing)
dengan baik.
 Discovery,
Merupakan suatu proses mengelola ruang publik agar di dalamnya
terjadi suatu aktifitas yang tidak monoton
BAB III
METODE PENELITIAN
 Penelitian ini berkaitan dengan problematikan relasi antara perilaku manusia dengan
lingkungan, khususnya perilaku individu-individu masyarakat di permukiman kampung
kota, yang secara metodologis, substansi akan dikaitkan atas dasar paradigma
naturalistik dengan pendekatan fenomenologis. Model pendekatan ini menekankan
pada pemahaman yang holistik terhadap suatu fenomena. Untuk melihat keseluruhan
fenomena dilakukan dengan melakukan observasi keadaan dan kegiatan di lokasi yang
dijadikan sampel penelitian agar mendapatkan suatu kondisi tertentu dengan segala
keunikan yang terjadi di dalamnya.
 Untuk mendapatkan tolok ukur perancangan ruang gang dengan berbagai ragam
aktivitas warga, data dikumpulkan dari sejumlah kawasan permukiman kampung kota
yang dapat mewakili segmen sosial masyarakat (dibedakan atas masyarakat dengan
penghasil menengah dan masyarakat dengan penghasilan rendah). Permukiman
kampung kota yang berada di kawasan kelurahan Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen
merupakan kasus terpilih sebagai sampel penelitian dengan alasan bahwa di kelurahan
ini terdapat banyak kampung kota yang dihuni masyarakat berpenghasilan rendah
sekaligus terdapat kampung kota yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan
menengah.
 Pengumpulan data dilakukan berdasarkan parameter penelitian yang disusun berdasar
kajian pustaka dan studi literature. Penggalian dan perekaman data menggunakan
teknik-teknik observasi dan wawancara.

 Metode
 Penelitian ini berkaitan dengan problematikan relasi antara perilaku manusia dengan
lingkungan, khususnya perilaku individu-individu masyarakat di permukiman kampung
kota, yang secara metodologis, substansi akan dikaitkan atas dasar paradigma
naturalistik dengan pendekatan fenomenologis. Model pendekatan ini menekankan
pada pemahaman yang holistik terhadap suatu fenomena. Untuk melihat keseluruhan
fenomena dilakukan dengan melakukan observasi keadaan dan kegiatan di lokasi yang
dijadikan sampel penelitian agar mendapatkan suatu kondisi tertentu dengan segala
keunikan yang terjadi di dalamnya. Pengamatan dilakukan terhadap aspek-aspek
penelitian pada objek fisik ruang gang di permukiman kampung kota yang dipilih
menjadi lokasi penelitian beserta nilai sosial kultural yang terkandung dalam aktivitas
masyarakat penghuninya dalam menggunakan ruang gang dalam kehidupan sehari-hari
dan bentuk-bentuk invansi lahan oleh warga terhadap ruang gang
 Prosedur Penelitian
 Untuk mencapai tujuan penelitian, disusun langkah-langkah/prosedur penelitian
dengan sistematika sebagai berikut:
1. Pengkajian dan pengembangan teori yang mencakup teori-teori tentang interaksi
manusia dengan lingkungan yang mencakup teori-teori tentang permukiman, teori
perilaku spasial: teritori dan kesesakan (crowding), dan teori perancangan ruang publik.
Pengkajian dan pengembangan teori yang mendukung tujuan penelitian ini dilakukan
secara deduktif
2. Merumuskan parameter penelitian untuk digunakan sebagai indikator pengukur gejala.
3. Menyusun instrumen pengumpulan data sesuai dengan parameter yang dirumuskan
4. Pemilihan unit analisis penelitian, yaitu sejumlah permukiman kampung kota
5. Pengumpulan data melalui observasi lapangan, dokumentasi dan wawancara untuk
menggali fenomena yang terjadi pada sejumlah kasus sampel di lapangan
6. Melakukan analisis data secara induktif melalui pengkategorisasian fenomena yang
disusun atas dasar karakteristik perilaku dan tuntutan arsitektural.
7. Perumusan temuan penelitian yang berupa tolok ukur untuk membuat kerangka acuan
(guidelines) untuk perancagan ruang gang yang mampu mengakomodasi karakteristik
sosial kultural masyarakatnya.
 3.3. Populasi dan Sampel
 Untuk mendapatkan tolok ukur perancangan ruang gang dengan berbagai ragam
aktivitas warga, data dikumpulkan dari sejumlah kawasan permukiman kampung kota
yang dapat mewakili segmen sosial masyarakat ( dibedakan atas masyarakat dengan
penghasil menengah dan masyarakat dengan penghasi1an rendah). Pennukiman
kampung kota yang di kawasan kelurahan Teratai RT.06 dan RT.07 kecamatan
Kepanjen Malang merupakan kasus terpilih sebagai sampel penelitian dengan alasan
bahwa di kelurahan ini terdapat banyak kampung kota yang dihuni masyarakat
berpenghasilan rendah sekaligus terdapat .kampung kota yang dihuni oJeh masyarakat
berpenghasilan menengah.
 Sampel lokasi gang untuk permukiman kampung kota dengan penghuni mayoritas
berpenghasilan rendah adalah gang Teratai RT.06 dan RT.07 yang terletak di
lingkungan Kelurahan Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen, sedangkan sampel lokasi
untuk permukiman kampung kota dengan penduduk mayoritas berpenghasilan
menengah adalah gang kampung kota di jalan yang terletak di lingkungan RW 01 gang
Teratai RT.06 dan RT.07 Kelurahan Cepokomulyo Kecamatan Kepanjen (untuk
kampung kota di jalan Teratai RT.06 dan RT.07 rencanannya penelitian akan dilakukan
di tahun kedua). Kedua gang ini meskipun berada pada kelurahan yang sama namun
memiliki ciri-ciri fisik gang yang berbeda. Demikian pula dengan kegiatan-kegiatan
warganya dalam melakukan aktivitas di ruang gang lingkungan permukimannya terlihat
perbedaan yang mencolok.
 3.4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

 Pengumpulan data dilakukan berdasarkan parameter arsitektural yang telah


disimpulkan dari Kajian Pustaka. Penggalian dan perekaman data menggunakan
teknikteknik berikut ini:

1. Observasi awal yang dalam penelitian ini menggunakan istilah grand tour untuk
pengamatan awal guna mendapatkan unit- unit amatan yang sesuai dengan tujuan
penelitian yang dalam penelitian ini
2. Observasi mendalam yang dalam penelitian ini menggunakan istilah mini tour untuk
pengamatan mengenai adalah karakteristik fisik gang dan jenis-jenis kegiatan yang
dilakukan masyarakat pada ruang gang. Karakteristik ruang gang yang diamati dan
direkam berupa dimensi gang, material penutup tanah pada gang, akses masuk.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan warga/masyarakat diruang gang diamati dan direkam
pada pagi, siang dan malam.
3. Observasi dan wawancara dilakukan untuk pengambilan data berupa invasi lahan yang
dilakukan oleh warga pada ruang gang sehingga membuat fungsi utama gang
terganggu.
Untuk mendapatkan data-data penelitian seperti tersebut di atas, disusun
langkah langkah pengumpulan data dengan sistematika sebagai berikut:

 1. Melakukan grand tour atau pengamatan awal yang menyeluruh, dengan tujuan
untuk menemukan unit-unit amatan penelitian.
 2. Melakukan mini tour atau pengamatan mendalam, dengan tujuan untuk
menemukan unit-unit informasi/fenomena berdasar parameter dan indicator gejala
seperti yang telah dirumuskan.
 3. Melakukan pengamatan dan perekaman terhadap unit-unit informasi yang
berupa: (i) sistem aktivitas atau perilaku manusia, (ii) sistem spasial, dan (iii) bentukan
fisik dan (iv) invasi lahan oleh warga terhadap ruang gang.
 4. Melakukan wawancara dan perekaman terhadap unit-unit informasi yang berupa
system nilai atau segala sesuatu yang dipikirkan atau diketahui oleh warga (responden)
tentang hal-hal yang berhubungan dengan parameter penelitian.
 5. Melakukann pengelompokan atau kategorisasi fenomena-fenomena yang sama,
mirip, atau saling berhubungan sehingga memunculkan tema-tema.
 6. Melakukan analisa hubungan atau dialog antar tema untuk tolok ukur
perancangan ruang gang.
DESAIN MODEL GANG PERMUKIMAN KOTA
RAMAH ANAK DAN LINGKUNGAN

OLEH :
JUNI APRI MULYO
NIM: 186000100111011

PENGELOLAAN
SUMBERDAYA LINGKUNGAN DAN
PEMBANGUNAN

Anda mungkin juga menyukai