Anda di halaman 1dari 30

REFLEKSI

KASUS
SKABIES Ni Kadek Priskila Septiani
42180272

Pembimbing:
dr. Trijanto Agung Nugroho.,
M.Kes., Sp.KK
BAB I. PENDAHULUAN
 Skabies = infestasi tungau Sarcoptes scabiei var hominis (S. scabiei)  terowongan pada lapisan stratum korneum dan stratum
granulosum pejamu.

 Prevalensi di puskesmas seluruh Indonesia 2008 adalah 5,6-12,9% = penyakit kulit terbanyak ke-3

 Mudah sekali menular , sangat gatal  malam hari.

 Predileksi: axilla, areola mammae, sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volar, sela-sela jari tangan,
siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.

2
Rumusan Masalah
Bagaimana patogenesis skabies?
Bagaimana manifestasi klinis skabies?
Bagaimana cara menegakkan diagnosis skabies?
Bagaimana penatalaksanaan skabies?

Tujuan
Mengetahui patogenesis scabies, manifestsi klinis skabies, cara menegakkan diagnosis skabies, dan
penatalaksanaan skabies

3
BAB II. STATUS PASIEN

✢ Identitas Pasien
✢ Nama : Sdr. NM
✢ Usia : 19 tahun
✢ Jenis kelamin : Laki-Laki
✢ Pekerjaan : Mahasiswa
✢ Alamat : Wonosari
✢ Tanggal periksa : 28 Oktober 2019

4
Anamnesa
✢Keluhan Utama

Gatal, bercak cokelat kehitaman

✢Riwayat Penyakit Sekarang

- Gatal (terutama malam hari) dan bercak-bercak cokelat kehitaman: 5 bulan lalu di kedua lengan,
sela-sela jari, serta punggung
- Awalnya = bentol-bentol kecil sedikit kemerahan  digaruk  2 minggu pecah ada yang
mengeluarkan seperti cairan  mengering  bercak-bercak.  3 hari kemudian: salep dari
puskesmas (pasien tidak ingat nama obat) ; digunakan selama kurang lebih 4 bulan.
- Penggunaan salep: gatal, masih bercak-bercak

5
Anamnesa
✢Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa (-), hipetensi (-), DM (-), asma (-), alergi (-)

✢Riwayat Penyakit Keluarga dan Sekitar

- Keluarga (Wonosari): Keluhan serupa (-), hipetensi (-), DM (+) nenek dari ibu, asma (-), alergi (-)
- Sekitar (Seturan) : 1 teman kuliah keluhan serupa (+) => sering menginap di kamar kos pasien
: Lebih dahulu dibanding pasien (lupa tepatnya waktu), belum pernah periksa

✢Riwayat pengobatan

- Obat Salep dari puskesmas ± 4 bulan, tidak teatur, dioleskan pada luka, 1x1 hari  gatal menurun,
tetap masih ada bercak

6
✢ Riwayat Gaya Hidup
- Pasien seorang mahasiswa IT di Universitas berlokasi Babarsari  kuliah dan
organisasi
- Tinggal di Kos di daerah Seturan
- Mandi 2x/hari  sabun ganti-ganti, terakhir: Lifebuoy
- Sebelum ada gejala: jarang membersihkan kamar kosnya, mungkin 1x /2
minggu
- 1 bulan pertama ada gejala - sekarang: sapu kamar tiap hari, jendela 2-3 kali
seminggu, ganti spray 2-3x/minggu, sapu karpet dengan sapu lidi tiap hari,
bersihkan kamar mandi 1x/seminggu, cuci spray dan baju di laundry,
- 5 teman dekat: 1 dari 5 teman mengalami hal serupa: gatal, bercak, bentol
sering menginap di kamar kos pasien  4 teman (-), teman kuliah yang sering
berkontak (-) 7
Pemeriksaan Fisik
✢ Status Generalis
✢ Keadaan Umum : Baik
✢ Kesadaran : Compos mentis, ✢ Thorax : Tidak terdapat lesi,
E4V5M6 Nafas vesikular, S1 S2 reguler

✢ Gizi : BB/TB= 55kg/162 ✢ Abdomen : Tidak terdapat lesi,


cm  IMT: 20,9 (Baik) Supel, BU (+), massa (-)

✢ Tekanan darah : 110/80 mmHg ✢ Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

✢ Denyut nadi : 76 kali/menit Terdapat lesi pada kedua ekstremitas atas,


kedua telapak kaki, pada sela-sela jari di kedua
✢ Nafas : 18 kali/menit tangan, punggung
✢ Kepala : Tidak terdapat lesi,
Normocephali, sianosis (-)
✢ Leher : Tidak terdapat lesi,
KGB tidak teraba, nyeri tekan (-)
8
STATUS LOKALIS

Tampak patch cokelat gelap disertai papul multiple serta ekskoriasi ukuran bevariasi bentuk
tidak beraturan batas tidak tegas predileksi pada sela-sela jari kedua tangan, kedua lengan,
punggung, perut

9
✢ Diagnosa Banding ✢ Tatalaksana
○ Skabies
○ Pedikulosis Korporis ○ Permehtrin cr. 5% gr 30 
Dioleskan pada jam 8 malam, lalu
○ Prurigo
besok pagi dibersihkan. Oleskan
secara merata pada seluruh
✢ Pemeriksaan Penunjang permukaan kulit. Pemakaian hanya
1 kali dalam seminggu
Tidak dilakukan
○ Cetirizine tab 10 mg  1 x 1 hari
pada malam hari
✢ Diagnosa
Skabies ○ QV cr. gr 10 + esoximetasone cr.
0,25% mg 20  2 kali sehari pada
lesi

10
✢ Edukasi
✢ Rutin minum atau menggunakan obat
yang diresepi oleh dokter kali dalam seminggu
✢ Pakaian, handuk dan barang-barang ✢ Kontrol kembali hari ke 7 pengobatan
lainnya yang pernah digunakan oleh ✢ Semua orang yang sering berkontak
pasien direndam dengan air panas terlebih dengan penderita sebaiknya diperiksa ke
dahulu sebelum dicuci. Kemudian dijemur dokter dan bila menderita penyakit yang
langsung di bawah matahari sama harus segera diobati.
✢ Sprai penderita harus sering diganti ✢
dengan yang baru maksimal tiga hari
sekali
✢ Prognosis
✢ Menghindari kontak langsung dengan ○ Quo ad Vitam : Bonam
penderita lain (teman kuliah pasien) ○ Quo ad Sanam : Bonam
seperti berjabat tangan dan tidur bersama. ○ Quo ad Fungsionam : Bonam
✢ Menjemur kasur dan karpet paling tidak 1
11
BAB III
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Kata skabies berasal dari bahasa Latin scabere yang berarti menggaruk
karena gejala utama skabies adalah rasa gatal hebat sehingga penderita
sering menggaruk. Skabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian
hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai dengan keluhan gatal, terutama
pada malam hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak
langsung melalui alas tempat tidur dan pakaian

13
EPIDEMIOLOGI
✢ Di Indonesia, skabies : salah satu penyakit kulit tersering di
puskesmas.
✢ Pprevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008
adalah 5,6-12,9%  penyakit kulit terbanyak ketiga.
✢ Pada tahun 2008 pemukiman kumuh di tempat pembuangan
sampah akhir dan rumah susun
- - Jakarta 6,2%, - Semarang 5,8%
- -Boyolali 7,4%, - Pasuruan 8,2%

14
FAKTOR RISIKO

15
ETIOLOGI

•S.scabiei varietas hominis.


•Betina: 2,5 cm/mnt di permukaan
kulit terowongan (malam: telur +
feses)
lipatan kulit: pergelangan tangan dan
sela-sela jari tangan. Others: siku,
ketiak, bokong, perut, genitalia, dan
payudara
•bertelur 2-3 butir/hari  10%
:menetas waktu 3-5 hari  larva
•telur menetas-tungau dewasa:10-14 hr.
•Tungau jantan hidup selama 1-2 hari
dan mati setelah kopulasi

16
PENULARAN
• kontak langsung: bersentuhan, melalui alat-alat= tempat tidur, handuk, dan pakaian

• Tungau: Merayap , ≠ terbang;lompat

• Tungau pindah karena stimulus aroma tubuh dan termotaksis dari hospes baru kedua stimulus
adekuat dan cukup lama yaitu sekitar 15-20 menit melalui kontak langsung

• S.scabiei dapat bertahan 2-3 hari pada suhu ruangan dengan kelembaban 30%
: ↑ kelembaban, suhu = ↑ tungau bertahan

• Telur tungau dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah sampai 10 hari di luar tubuh hospes

• Reinfestasi dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita skabies atau kontak dengan
benda-benda yang terinfestasi tungau.
17
molekul dalam telur, feses, ekskreta, saliva, dan cairan sekresi lain
PATOGENESIS seperti enzim, hormon, tungau mati=> RANGSANG

SKABIES
Produk tungau yang
Sel epidermis: menembus dermis  sel-
keratinosit dan sel sel seperti fibroblas, sel
langerhans endotel mikrovaskular serta
sel imun: sel langerhans,
makrofag, sel mast dan
sel langerhans dan sel dendritik limfosit.
memproses antigen tungau dan
membawa antigen  jaringan limfe
regional diinisiasi melalui aktivasi sel Menekan ekspresi molekul adhesi interselular
limfosit T dan limfosit B dan vaskular yaitu intercellular adhesion
molecule-1 (ICAM-1) dan vascular cell
adhesion molecule-1 (VCAM-1) serta E-
Picu sekresi anti-inflammatory cytokine interleukin-1 receptor selectin  menghambat/menurunkan
ekstravasasi limfosit, neutrofil dan sel lain
antagonist (IL-1ra) dari sel fibroblas dan keratinosit IL-1ra ke dalam dermis sehingga mengganggu
menghambat aktivitas sitokin proinflamasi IL-1 respons pertahanan hospes
18
Menghambat interaksi ko- Memicu sel limfosit T IL-10: Antiinflamasi menekan Interaksi kompleks MHC-II
stimulasi antara limfosit T regulator untuk sekresi sitokin proinflamasi lain antigen dan reseptor limfosit
dan sel penyaji antigen memproduksi IL-10 dan ekspresi molekul major T  aktivasi dan proliferasi
(antigen presenting cell) histocompatibility complex II sel limfosit B=> sel plasma
(MHC-II) di permukaan sel yang memproduksi antibodi
penyaji antigen. menjadi berkurang atau
terhambat

menurunkan aktivitas IL-8 di IL-8: kemotaktik untuk ekstravasasi memproduksi protein pengikat IL-8 
sekitar lesi skabies setelah 2 hari. menurunkan kadar IL-8 lokal menghambat
neutrofil ke lokasi patogen
kemotaksis neutrophil.

Aktivasi komplemen hospes


Tungau Inhibitor komplemen
tungau  kerusakan:
dapat memudahkan Streptococcus
komplemen karena tungau
grup A menginfeksi lesi skabies dan
skabies menelan plasma.
menyebabkan pioderma

19
Manifestasi Klinis
Pada manusia, gejala klinis berupa inflamasi kulit baru timbul 4-8 minggu setelah terinfestasi
• Ketika seseorang terinfestasi oleh skabies untuk yang pertama kalinya, gejala biasanya tidak
nampak hingga mencapai 2 bulan kemudian (2-6 minggu) setelah terinfestasi.
• Jika seseorang pernah menderita skabies sebelumnya, gejala akan muncul dengan segera (1-4
hari) setelah terpapar.
• Seseorang yang terinfestasi skabies juga dapat menularkan penyakitnya, walaupun mereka tidak
memiliki gejala lagi. Hal ini berlaku sampai skabies pada penderita tersebut diberantas beserta
tungau dan telur-telurnya

20
DIAGNOSTIK
Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal sebagai berikut:
1. Pruritus nokturnal
Gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas 3. Terowongan (kanalikulus)
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab. Gejala ini Adanya terowongan (kanalikulus) pada predileksi yang
adalah yang sangat menonjol. Sensasi gatal yang hebat berwarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu
ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder,
2. Sekelompok Orang ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok lain).

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling


diagnostik
Apabila kita dapat menemuan terwongan yang masih utuh
kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau dewasa,
larva, nimfa dan ini merupakan hal yang paling diagnostik.

21
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar 4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa
papula yang lama maupun yang baru. Hasil dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin.
kerokan diletakkan di atas kaca objek dan
ditetesi dengan KOH 10% kemudian ditutup
dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah 5. Tes tinta pada terowongan di dalam kulit
mikroskop. Diagnosis scabies positif jika dilakukan dengan cara menggosok papula
ditemukan tungau, nimpa, larva, telur atau menggunakan ujung pena yang berisi tinta.
kotoran S. scabiei. Papula yang telah tertutup dengan tinta
didiamkan selama dua puluh sampai tiga
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan puluh menit, kemudian tinta diusap/ dihapus
ditampung pada kertas putih kemudian dilihat dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes
dengan kaca pembesar. dinyatakan positif bila tinta masuk ke dalam
terowongan dan membentuk gambaran khas
3. Dengan membuat biopsi irisan, yaitu lesi dijepit berupa garis zig-zag
dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis
dengan blade kemudian diperiksa dengan
mikroskop cahaya.

22
DIAGNOSIS BANDING
Prurigo
Biasanya didahului oleh gigitan serangga (nyamuk, semut), kemudian timbul urtikari papular. kemudian timbul
rasa gatal, dan karena digaruk timbul bintik bintik. Gatak bersifat kronik, akibatnya kulit menjadi hitam dan menebal.
Penderita mengeluh selalu gelisah, gatal dan mudah dirangsang. Pada pemeriksaan kulit didapatkan Efloresensi berupa
papul - papul, warna eritema ada juga yang hiperpigmentasi, kemudian papul mnjadi runcing - runcing dan timbul vesikel,
ekskoriasi dan likenifikasi. Lokasi yang terserang biasanya pada bagian ekstensor ekstremitas, dahi, abdomen, belakang
telinga.

23
DIAGNOSIS BANDING
Pedikulosis Korporis
Penyakit kulit menular akibat infestasi pedikulus (tuma), sejenis kutu(Pediculus humanus corporis.) yang
hidup dari darah manusia, pada rambut kepala & kemaluan atau baju, memberi keluhan gatal akibat gigitannya.
Kelainan berupa bekas garukan badan karena gatal berkurang dengan garukan yang lebih intensif. Kadang timbul
infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional. Dapat ditemukan maukla pada daerah tubuh
terutama di daerah di mana pakaian lebihketat atau lebih teikat seperti ikat pinggang dan pantat serta paha. Pada
pedikulosis korporis lesi asimtomatik sampai agak pruritus lesi agak memar dan ukurannya mencapai ukuran kira-kira
1,5 cm. Pigmentasi pasca inflamasi terlihat pada kasus kronis.

24
TATALAKSANA
Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah :
• Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4- • Krotamiton 10% dalam krim atau losio, mempunyai dua
20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini tidak efek sebagai antiskabies dan anti gatal, dipakai selama
efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya 24 jam
tidak boleh kurang dari 3 hari
• Permetrin 5% dalam krim, kurang toksik jika dibandingkan
• Emulsi benzyl-benzoas (20-25%) efektif terhadap semua gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan
stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi
selama seminggu.
• Gama Benzena Heksa klorida (gameksan=gammexane)
kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan
karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya
cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi
seminggu kemudian.

25
TATALAKSANA
✢ Bila disertai infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika.
✢ Untuk rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral. Perlu diperhatikan jika diantara
anggota keluarga ada yang menderita skabies juga harus diobati.
✢ Karena sifatnya yang sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota
keluarga terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga tersebut juga harus
menerima pengobatan. Pakaian , alat-alat tidur, dan lain-lain hendaknya dicuci dengan
air panas

26
PROGNOSIS

✢ Dengan memperhatikan pemilihan dan cara


pemakaian obat serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor predisposisi, penyakit
ini dapat di berantas dan memberikan
prognosis yang baik

27
KESIMPULAN

• Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei var. hominis dan
produknya.
• Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung yaitu kulit dengan kulit,
maupun kontak tak langsung dengan penderita seperti pemakaian handuk yang
bersamaan, tidur pada tempat yang sama.
• Tempat predileksi scabies terutama terjadi pada lapisan kulit yang tipis.
• Empat tanda cardinal scabies, yaitu Pruritus nokturna, menyerang manusia secara
berkelompok, terowongan (kanalikulus), ditemukan tungau. Penegakan diagnosis scabies
ditegakkan jika menemukan dua dari empat tanda kardinal.
• Terapi pada pasien scabies dapat diberikan obat topical, yaitu belerang endap (sulfur
presipitatum), Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), Gama Benzena Heksa Klorida,
Krotamiton 10% dan Permetrin 5% dalam krim.

28
TERIMA KASIH

29
DAFTAR PUSTAKA
Arlian LG. Host specificity of S. scabiei var canis and the role of host odor. J Med Ent. 1988;25:49-54

Amiruddin MD. 2003. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 1. Makassar: Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanudin. 5-10

Azizah IN, Setiyowati W. Hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian skabies pada balita di tempat pembuangan
akhir Kota Semarang. Dinamika Kebidanan. 2011;1(1).

Burns DA. 2004. Disease Caused By Arthropods And Other Noxious Animals, In: Rooks Textbook Of Dermatology. Vol 2. USA; Blackwell Publishing 37-47

Djuanda A, Hamzah M. 2005. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta : FKUI;.119-22

Georgia Department Of Public Health. Scabies handbook. 2012 [diakses 2 November 2015]. Diunduh dari: https://dph.georgia.gov/
sites/dph.georgia.gov/files/related_files/document/ ADES_ Georgia_ Scabies_Handbook_v2011.pdf.

Golant AK, Levvit JO. Scabies: a review of diagnostic and management based on mite biology. Pediatrics in Review. 2012;33;E48-59.

Harahap M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Ed 1. Jakarta: Hipokrates, 109-13

Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi Aspects of Epidemiology Studies Scabies in Human. Jurnal Penyakit Bersumber Binatang Vol. 2 No.2 Maret 2015
9 – 17 2015

Montoya A, Mody L. Common infection in nursing homes: a review of current issues and challenges. Aging Health. 2011;7(6):889-9.

Morgan MS, Arlian LG, Markey MP. Sarcoptes scabiei mites modulate gene expression in human skin equivalents. PLos One. 2013;8(8):E71143.

Sungkar, Saleha. 2016. Skabies Etiologi, Patogenesis, Pengobatan, Pemberantasan, dan Pencegahan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai