Anda di halaman 1dari 26

JOURNAL READING

Effectiveness of permethrin standard and modified methods


in scabies treatment

Di Susun Oleh :
Ni Kadek Priskila Septiani 42180272

Dokter Pembimbing :
dr. Trijanto Agung Nugroho., M.Kes., Sp.KK
Title Effectiveness of permethrin standard and
modified methods in scabies treatment

Author Saleha Sungkar, Triana Agustin, Sri L. Menaldi,


Ahmad Fuady, Herqutanto, Hansen Angkasa, Victor
Santawi, Hirzi Zulkarnain

Publish Medical Journal Indonesia, Vol. 23, No. 2, May


2014
INTRODUCTION
Scabies= penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi Sarcoptes scabiei, yang sebagian besar
ditularkan oleh kontak orang-ke-orang ,
contoh:tidur bersama di kamar yang ramai.

Di sekolah berbasis asrama didapati prevalensi


scabies tinggi. Pada 2010 prevalensinya scabies:
-Pesantren di Malang: 89,9%,
-Pesantren di Aceh :40,78%
-Pesantren di Jakarta Timur: 51,6%.
INTRODUCTION
• Gejala= Gatal, kulit  papula, vesikel, atau pustul
• Gejala klinis yang paling menonjol = pruritus nocturnal, gatal saat
berkeringat,  pasien menggaruk  eksoriasi yang rentan terhadap infeksi
bakteri.
• Predileksi utama = Interdigiti space.
• pengobatan  permethrin 5%, diterapkan secara menyeluruh di mulai
dari belakang telinga dan leher - bawah jari kaki 10-12 jam sabun dan
air.
• Perawatan standar efektif; E.S sensasi terbakar, iritasi, reaksi alergi
dan kontak dermatitis.
• Lama penyembuhan permethrin only lession + sabun dan antiseptic
sabun= tidak diketahui.
• Sabun antiseptik= angka kesembuhan yang lebih baik karena serangan
sering disertai dengan infeksi bakteri sekunder
INTRODUCTION

Peneliti mengusulkan pengobatan yang dimodifikasi untuk scabies


menerapkan permethrin terbatas pada lesi diikuti dengan
menggunakan sabun biasa atau Sabun antiseptik selama mandi
2x/hari>>> membasmi S. scabiei pada permukaan kulit.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas terhadap aplikasi


permethrin khusus lesi (pengobatan dimodifikasi) dengan pengobatan
scabies standar
METHODS
Penelitian eksperimental , lokasi di pesantren di Jakarta Timur yang
memiliki prevalensi tinggi scabies.

Data diambil dari Mei - Juli 2012.

Kriteria inklusi= semua pasien skabies bersedia untuk


berpartisipasi dalam penelitian

Kriteria ekslusi= pasien skabies dengan infeksi sekunder bakteri


yang parah

Data diproses menggunakan SPSS versi


20 dan uji Kruskal-Wallis digunakan sebagai
uji statistik.
KLASIFIKASI: scabies (+) = 2 dari 4 tanda-tanda kardinal = pruritus
nokturnal, tunnel or burrows, papul atau pustul, dan sebagian besar
anggota kelompok punya gejala yang sama. Subjek scabies (-) = tidak
ditemukan lesi skabies. Minimum sample size: 69.
MODIFIKASI II
Subjek dibagi menjadi 3 MODIFIKASI
kelompok: I Sama dengan
1 kelompok perlakuan standard
Permethrin Modifikasi II,
2 kelompok modifikasi.
STANDAR Perbedaan:
cream 5%
Krim Permetrin 5% sabun antiseptik
menutupi lesi
Seluruh tubuh = natrium C12-
+ 2 cm 18 alkil sulfat,
(leher-ujung
mengelilinginy triclocarban,
kaki)  kering
a  tidak pentasodium,
± 10 jam 
menghapus etana hidroksil
mandi dua kali asam difosfat,
krim selama
Subjek skabies (-) diberi perawatan standar dalam minggu
0 untuk memastikan bahwa mereka tidak memiliki kutu
subklinis.
Aplikasi krim dilakukan di pagi hari, krim di
beberapa bagian tubuh terhapus oleh wudhu
sebanyak 4x  subyek re-apply krim ke bagian
yang OBSEVASI
terhapus= keterbatasan penelitian
1. Lesi diamati/minggu, distribusi lesi
dihitung dan dicatat
berdasarkan lokasi dan jumlah lesi.
2. Evaluasi treatment mingguan =
peningkatan lesi dibandingkan dengan
minggu sebelumnya dan apakah lesi baru
ditemukan.
3. Tingkat keparahan = jumlah sites dengan
Minggu ke-3= 1 bulan setelah
Minggu ke-2= Subyek yang masih perawatan terakhir=
Pengobatan didiagnosis scabies subyek diperiksa
diulangi untuk (+) diberi adanya kekambuhan
semua subyek pengobatan scabies/tidak.
standard untuk Jika subjeknya (+)=
Treatment+ gaya hidup sehat + higienis  mencegah
memastikan bahwa dirawat
terulangnya dengan
scabies.
Semua kasur diganti Handuk yang Pakaian dan Seprai dan handuk
dengan yang baru kondisinya
digunakan setelah
>
sarung dicuci,
perawatan standar
dicuci seminggu
sementara kamar
mandisebelumnya.
terkena sinar dikeringkan di sekali.
dibersihkan dan diatur
sehingga kamar lebih matahari langsung bawah sinar
luas dan sinar matahari selama beberapa matahari, dan
bisa menembus ke jam/hari. disetrika setiap hari.
dalam kamar.

semua subyek  5 kelompok u/ bersih2, dipimpin oleh kepala kelompok dan diawasi
guru.
RESULTS
Dari 205 subyek di pesantren 188 subyek
: 17 subyek = tidak hadir pada hari pengumpulan data.
: 94 subyek penuh dengan scabies
 prevalensi skabies di pesantren adalah 50%.
 69 subjek yang dimasukkan ke dalam penelitian karena sisa dari
subyek menunjukkan infeksi bakteri sekunder yang parah.

Tabel 1 menunjukkan bahwa prevalensi skabies pada laki-laki


(55%) > perempuan (42%).
Namun, perbedaannya tidak signifikan (uji chi-square, p = 0,076)
yang berarti bahwa prevalensi skabies tidak terkait dengan jenis
kelamin.
Tabel 2 menunjukkan distribusi lesi berdasarkan jenis kelamin. Area
dengan jumlah lesi tertinggi pada pria dan wanita adalah bokong,
interdigiti space tangan, dan kaki. Ada area lain yang lebih spesifik
pada subjek pria yang tidak muncul pada subjek wanita, yaitu ketiak,
payudara, punggung, dan interdigiti space kaki.
Tabel 3, tingkat kesembuhan dari 3 treatment yang berbeda
pada minggu I dan III tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan secara statistik.
• Minggu II, perbedaan yang signifikan terlihat dengan
pengobatan standar memiliki tingkat kesembuhan
yang lebih tinggi.
• Tingkat penyembuhan kelompok metode standar pada
minggu III adalah 95,7%, kelompok dengan metode
modifikasi yang dikombinasikan dengan sabun biasa
adalah 91,3%, dan kelompok dengan metode modifikasi
yang dikombinasikan dengan sabun antiseptik adalah
78,3% (p = 0,163).
Secara keseluruhan, tidak ada perbedaan yang signifikan
antara ketiga treatment, sehingga tingkat kesembuhan tidak
dipengaruhi oleh jenis perawatan.
Tabel 4 tingkat kekambuhan pengobatan lession only + sabun antiseptic
(26,1%) > kombinasi pengobatan lession only + sabun biasa (13%) dan
perawatan standar (8,7%).

• Uji Kruskal-Wallis, tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat


kekambuhan dan treatment (p = 0,250),  kekambuhan itu tidak
dipengaruhi oleh metode treatment.

• Skabies kambuh tanpa mempertimbangkan


Pengobatannya= 11 pasien (15,9%).
DISCUSSION
 Lingkungan ramai  pesantren umumnya memiliki kebersihan rendah  banyak faktor
risiko skabies.
 Dalam high density pesantren dengan higiene rendah, prevalensinya scabies: 60-90%.

SKABIES papula, vesikel, pustula, dan lesi sekunder seperti eksoriasi,


hiperpigmentasi, dan juga hipopigmentasi.

Penelitian ini= predileksi tertinggi pada subyek pria dan


perempuan adalah bokong, ruang interdigital dari tangan, dan
juga kaki.

Penelitian Hilmy di sebuah pesantren di Jakarta Timur. Interdigiti space stratum korneum
adalah area yang paling sering terkena pada pria dan perempuan yang tipis yang
mudah ditembus
oleh tungau
Area lain di mana subjek laki-laki memiliki lesi skabies yang tidak muncul
pada subjek wanita= ketiak, payudara, punggung, dan interdigiti space
kaki.
Permethrin 5%= lini pertama untuk skabies karena tingkat kesembuhannya
yang tinggi dan toksisitas yang rendah.

Usha, et al Chhaiya, et al Yonkosky et al


- kesembuhan scabies aplikasi tunggal permethrin Tingkat kesembuhan yang
dengan menggunakan  tingkat kesembuhan tinggi (98%).
topikal permethrin dosis 74,8% - Terdapat efek samping:
tunggal adalah 97,8% > - sementara aplikasi ke-2 sensasi terbakar, iritasi,
dosis tunggal aplikasi dengan Interval 1 minggu kesemutan dan gatal,
pengobatan alternatif meningkatkan angka alergi reaksi dan
(ivermectin) kesembuhan  99%. dermatitis kontak.
- Tindak lanjut dengan - Aplikasi ke-3 - Di daerah tropis dengan
ivermectin dosis ke-2 di meningkatkan angka tingkat keringat yang
Interval 2 minggu  kesembuhan menjadi tinggi, sering
tingkat kesembuhan yang 100%. mengaplikasikan ke
sebanding dengan dosis seluruh tubuh rasa
tunggal permethrin tidak nyaman dan
topikal. lengket.
 Untuk mengurangi efek samping peneliti membandingkan terapi standar dan lession only
dengan penerapan permethrin.

 Sabun antiseptik diharapkan dapat mengurangi infeksi sekunder yang


mungkin menghambat jalannya pengobatan dengan mengurangi penetrasi
permethrin.

 Mandi dengan sabun membantu dalam membersihkan S. scabiei pada


permukaan kulit.

 Mandi membantu menghilangkan telur S. Scabie.

 Studi ini menunjukkan bahwa angka kesembuhan skabies tinggi dan tidak
dipengaruhi oleh metode treatment.

 Jadi, untuk pengobatan skabies, aplikasi permetrin hanya untuk lesi bisa diusulkan/
Direkomendasikan studi lanjutan dengan sampel yang lebih besar
KEKAMBUHAN
• RS dengan perawatan jangka panjang untuk orang tua  148 pasien
menderita scabies  dirawat dengan permethrin  angka kesembuhannya
Makigami 100%.  Setelah disembuhkan, 50 pasien (34) scabies kambuh.
(2011)

• 20 pasien skabies berkrusta  tingkat kekambuhan scabies= 50%.


Kekambuhan scabies yang tinggi pada pasien berkrusta  infestasi yang
Mollison lebih  tingkat kekambuhan skabies yang lebih tinggi.
(1993)

• di sekolah asrama di Jakarta  10 minggu setelah perawatan, kekambuhan


Sungkar adalah 2,4%.
(1997)
Penularan dari kontak yang terdekat = F. kontribusi re-
infestasi skabies, terutama pada populasi overcrowded.

Sungkar (1997)  tungau dapat ditemukan pada furnitur, seprai, dan


kursi dan mampu bertahan selama 2-3 hari setelah dipindahkan dari
host mereka kebersihan lingkungan diperlukan untuk
pemberantasan.

 Studi ini mengungkapkan bahwa di antara 69 subjek yang diobati,


11 pasien (15,9%) mengalami kekambuhan skabies.

 Tingkat kekambuhan keseluruhan untuk skabies dalam penelitian


ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian lain.
 Aplikasi krim yang dilakukan oleh para peneliti untuk memastikan bahwa itu diterapkan
dengan benar kekambuhan skabies rendah pada penelitian ini .

 Perawatan juga dilakukan secara bersamaan untuk semua subjek untuk memastikan
terjadinya pemberantasan skabies.

 subjek diberikan informasi mengenai kebersihan dan gaya hidup sehat yang
berhubungan dengan scabies.

 Lingkungan hidup para subyek juga dimodifikasi dengan berbagai cara seperti
mengganti seluruh kasur mereka dan mencuci linen tempat tidur mereka, pakaian dan
handuk dan meletakkannya di bawah sinar matahari.

 Selain itu, kamar mereka ditata sedemikian rupa sehingga sinar matahari bisa
menembus ke dalam ruangan.
Kegiatan ini dilakukan oleh siswa di bawah pengawasan pemimpin siswa dan guru. Para
siswa juga diperintahkan untuk mandi dua kali sehari menggunakan sabun yang disediakan
oleh pesantren.
CONCLUSION
• prevalensi skabies di Pesantren X adalah 50%; prevalensi subyek
laki-laki adalah 55% dan subyek perempuan adalah 42%.
Tingkat penyembuhan
• Kelompok metode standar pada minggu III adalah 95,7%,
• Kelompok dengan metode modifikasi + sabun biasa= 91,3%,
• Kelompok modifikasi + sabun antiseptik= 78,3%.
Tingkat kekambuhan
• Pengobatan standar= 8,7%
• Pengobatan yang dimodifikasi + sabun biasa= 13%
• pengobatan yang dimodifikasi + sabun antiseptik= 26,1% (p = 0,250).

Dengan demikian, tingkat penyembuhan pengobatan skabies


menggunakan permethrin tidak dipengaruhi oleh metode
pengobatan. Untuk menggeneralisasi hasil, diperlukan studi lebih lanjut
dengan sampel yang lebih besar.
CRITICAL APPRAISAL
NO CAN’T
PERTANYAAN YES NO
. TELL

ARE THE RESULTS OF THE STUDY VALID?

1. Did the trial address a clearly focused issue? √


2. Was the assignment of patients to treatment randomised?

Were all of the patients who entered the trial properly accounted for at its
3. √
conclusion?

IS IT WORTH CONTINUING?


4. Were patients, health workers and study personnel blind to treatment?

5. Were the groups similar at the start of the trial? √


NO. PERTANYAAN

WHAT ARE THE RESULTS?

There’s no difference
7. How large was the treatment effect? between standard and
modified treatment
Cured: p = 0,163
8. How precise was the estimate of the treatment effect? Recurrence: p= 0,250
P > 0,05
NO CAN’T
PERTANYAAN YES NO
. TELL

WILL THE RESULT HELP LOCALLY?

Can the result be applied to the local population or in


9 √
your context? `


10. Were all clinically important outcomes considered?

Are the benefits worth the harms and costs √


11.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai