Anda di halaman 1dari 22

G O M A S

Regional Geologi
01 Proses Tektonik

02 Stratigrafi

03 Petroleum Sistem

04 Data Rock Eval


Our Team PT. SUMBER REJEKI

Ahmad Syukron Enjelita Teresa H Krisantus Rivaldo


CEO CHIEF of Petrophisik WELLSITE Geologist

Frias T
Alif Yuda HSE

ADMINISTRASI
PT.SUMBERREJEKI@GMAIL.COM

SUMBERREJEKI21

S c i e n c e T e c h n o l o g y E n g i n e e r i n g A r t s M a t h e m a t i c s
CEKUNGAN KUTAI

Grup Pamaluan
Grup Bebulu
.
Grup Pulu Balang
Grup Balikpapan
Grup Kampung Baru
Proses Tektonik
Statigrafi Cekungan Kutai
Di dalam siklus regresi besar ini dapat dibedakan antara Formasi Pulubalang,
Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru, yang berumur dari Miosen
sampai Pliosen
1.Grup Pamaluan

Batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih, batu gamping, dan batu
lanau, berlapis sangat baik. Batupasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu
kehitam - kehitaman – kecoklatan, batupasir halus – sedang, terpilah baik, butiran
membulat – membulat tanggung, padat, karbon dan gampingan. Setempat dijumpai
struktur sedimen silang siur dan perlapisan sejajar, tebal lapisan anatara 1 – 25 m.
Batulempung tebal rata-rata 45 cm. Serpih kelabu kecoklatan kelabu tua, pada tebal
sisipan antara 10 – 20 cm. Batugamping kelabu, pejal, berbutir sedang – kasar,
setempat berlapis dan mengandung foraminifera besar. Batulanau kelabu tua-
kehitaman. Formasi pamaluan merupakan batuan paling bawah yang tersingkap di
lembar ini dan bagian atas formasi ini berhubungan menjari dengan Formasi Bebuluh.
Tebal Formasi ini kurang lebih 2000 meter.
2. Grup Bebuluh
Batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih, warna kelabu, padat, mengandung forameinifera besar berbutir sedang.
setempat batugamping menghablur, tak beraturan. Serpih kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua
kehitaman. Foraminifera besar yang jumpai antara lain : Lepidocycilina Sumatroenis, Myogipsina Sp, Operculina Sp, mununjukan umur Miosen Awal –

Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan laut dangkal dengan ketebalan sekitar 300 m. Formasi Babuluh tertindih selaras oleh Formasi Pulu Balang.

3. Grup Pulu Balang


Perselingan antara Greywacke dan batupasir kwarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara, dan tuff dasit, Batupasir greywacke, kelabu
kehijauan padat tebal lapisan antara 50-100 m. Batupasir kuarsa kelabu kemerahan setempat tuffan dan gampingan tebal lapisan antara 15-60 cm.
Batugamping coklat muda kekuningan, mengandung foraminifera besar batugamping ini terdapat sebagai sisipan dalam batupasir kuarsa, dengan tebal
antara 10-40 cm. Di sungai Loa Haur, mengandung Foraminifera besar antara lain Austrotrilina howhici, Brelis Sp, Lepidocycilina Sp, Myogipina Sp,
menunjukan umur Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Batulempung kelabu kehitaman dengan tebal lapisan antara 1-2 cm,
setempat berselingan dengan batubara dengan tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit, putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.
4. Grup Balikpapan
Perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan batulanau, serpih, batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan,
dengan tebal 1-3 m disisipi lapisan batubara dengan tebal 5-10 cm. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang
siur tebal, lapisan 20-40 cm mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan tipis karbon. Lempung kelabu kehitaman setempat mengandung sisa
tumbuhan oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan berlapis tipis serpih
kecoklatan berlapis tipis. Batugamping pasiran mengandung Fosil menunjukan umur Moisen Akhir bagian bawah – Miosen tengah bagian atas.

5. Grup Kampung Baru


Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih, lanau, dan lignit, pada umumnya lunak mudah hancur. Batupasir kuarsa, putih, setempat
kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat mengandung lapisan tipis oksida besi atau kongresi, tuffan atau lanuan, dan
sisipan batupasir konglomerat atau konglomeratan dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih, dan lempung, diameter 5 – 1 cm mudah lepas,
lempung kelabu kehitaman mengandung sisi tumbuhan, kepingan batubara, koral, lanau kelabu tua, menyerpih laminasi, lignit dengan tebal 1-2 m di
duga berumur Miosen Akhir – Plio Plestosen. Lingkungan pengendapan delta laut dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan
setempat tidak selaras terhadap Formasi Balikpapan.
Petroleum Sistem

Source rock

Reservoir

Seal

Migration
CEKUNGAN TARAKAN

Sejarah cekungan Tarakan

Cekungan Tarakan merupakan salah satu dari 3 (tiga) Cekungan Tersier utama yang terdapat di
bagian timur continental margin Kalimantan (dari utara ke selatan: Cekungan
Tarakan, Cekungan Kutai dan Cekungan Barito), yang dicirikan oleh hadirnya batuan sedimen
klastik sebagai penyusunnya yang dominan, berukuran halus .
Proses Tektonik

Secara tektonik, sejarah Sub-Cekungan Tarakan saat ini merupakan gambaran hasil
aktifitas tektonik Plio - Pleistosen. Elemen-elemen tektonik utama sebagai penyusun
cekungan adalah:

1. Melange Kapur/Eosen Awal, jalur Kalimantan Tengah di bagian barat. Daerah ini tersusun oleh batuan metamorf yang tertektonisasi kuat.
Achmad dan Samuel (1984), memperkirakan jalur ini berumur Permo-Karbon atau Jura-Kapur.

2. Semenanjung Semporna yang membentuk tinggian terletak di sebelah utara perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Menurut Hamilton (1979), komplek Semporna termasuk Busur Sulu dan secara genetic berhubungan dengan proses
tumbukan lempeng Filipina dan NE Kalimantan.
3. Semenanjung Mangkalihat di bagian selatan merupakan tinggian dengan lapisan
sedimen tersier tipis, memisahkan Cekungan Tarakan di utara dan Kutai di bagian
selatan.

4. Kearah timur, Cekungan Tarakan menyebar melintasi Laut Sulawesi menuju palung
laut Makasar. Batas paling timur dari Cekungan Tarakan tidak dapat ditentukan secara
jelas. Elemen tektonik Cekungan Tarakan, Kalimantan Timur (Samuel, 1984) Blok
Simenggaris.
Statigrafi Cekungan Tarakan
Berdasarkan pemisahan tersebut stratigrafi Cekungan Tarakan didasari oleh batuan
dari formasi-formasi berumur Kapur hingga Eosen Tengah yang termasuk kedalam
group Formasi Sembakung

1.Kapur-Eosen Tengah (Basement Complect) Basement complect tersusun oleh batuan sedimen yang telah mengalami metamorfosis lanjut
dan terdiri dari Formasi Danau, Formasi Sembakung dan Formasi Malio. Formasi Danau merupakan formasi yang tertua, tertektonisasi kuat
dan sebagian termetamorfosakan, terdiri dari: quartzite, shale, slate, philite, chert radiolarian, dan breksi serpentinite, diperkirakan berumur
Kapur. Secara tidak selaras di atas Formasi Danau diendapkan Formasi Sembakung pada Paleosen/Eosen Awal, terdiri dari batupasir,
batulempung lanauan, dan batuan volkanik. Di atas Formasi Sembakung diikuti oleh pengendapan Formasi Malio berumur Eosen Tengah yang
terdiri dari batulempung berfosil, karbonan kadang-kadang mikaan. Formasi-formasi tersebut merupakan sikuen yang sangat kompak, terlipat
kuat dan tersesarkan.
2.Eosen Akhir/Oligosen(siklus 1) Sedimen siklus-1 terdiri dari Formasi Sujau, Seilor dan Mangkabua dan ketiganya
menumpang secara tidak selaras di atas group Formasi Sembakung dan menunjukkan hubungan menjemari ke arah timur
dimulai dari Formasi Sujau di bagian barat kemudian berubah menjadi Formasi Mangkabua dan Formasi Seilor ke arah timur.

3.Oligosen Akhir-Miosen Awal(siklus-2) Sedimen siklus-2 tersusun oleh Formasi Tempilan di bagian bawah dan Formasi Naintupo di bagian atas.
1. Formasi Tempilan Formasi Tempilan menumpang secara tidak selaras di atas sedimensedimen yang lebih tua dan secara umum tersusun oleh
batupasir dengan ketebalan dari 1,7 ft hingga 80 ft, dan telah mengalami silifikasi. Berdasarkan data nanofosil diinterpretasikan berumur Oligosen
Akhir sampai Miosen Awal diendapkan pada lingkungan supralitoral-litoral berupa endapan fluvial bermeander dan tidal flat.
2. 2. Formasi Naintupo Formasi Naintupo secara umum tersusun oleh batulempung, batulanau dengan sisipan batupasir.

4.Miosen Tengah-Akhir (Siklus 3) Sedimen siklus-3 terdiri dari Formasi Meliat, Formasi Tabul dan Formasi Santul yang diendapkan mulai dari
Formasi Meliat yang tertua kemudian Formasi Tabul dan Formasi Santul.
1. Formasi Meliat Formasi Meliat menumpang secara tidak selaras di atas sedimen siklus-2 dan secara umum terdiri dari batulanau,
batulempung/serpih, batupasir, di beberapa tempat berkembang batubara dan batugamping. Berdasarkan data Foraminifera dan palinologi,
Formasi Meliat berumur Miosen Tengah bagian bawah, secara umum diendapkan pada lingkungan transisi (litoral) sampai laut terbuka (inner
sublitoral).
2. Formasi Tabul Formasi Tabul menumpang secara selaras di atas Formasi Meliat. Penebalan terjadi pada jalur Sembakung-Bangkudulis. Secara umum
Formasi Tabul, didominasi oleh batupasir, batulempung/serpih, karbonan dan beberapa tempat berkembang batubara. Ke arah tengah batupasir
berkembang baik terutama di bagian tengah dan bawah formasi membentuk endapan-endapan channel dengan ketebalan bervariasi dari 3 ft hingga 140 ft.
Batubara pada bagian utara dan tengah tidak berkembang, namun di bagian tepi barat batubara berkembang sebagai perselingan dengan batulempung
dan batupasir dengan tebal antara 0,7-6 ft. Di bagian selatan jalur ini perkembangan batupasir menjadi tipis-tipis dan berkembang batubara sebagai
perselingan dengan batulempung, batulanau dan batupasir, ketebalan batubara antara 1,7-10 ft

3. Formasi Santul Formasi Santul menumpang secara selaras di atas Formasi Tabul
dan dicirikan oleh perselingan batupasir, batulempung dan batubara. Batupasir
sebagian menunjukkan ciri endapan channel.
5.Pliosen-Pleistosen (Siklus 4 dan 5) Sedimen siklus-4 disusun oleh satu formasi, yaitu Formasi Tarakan. Demikian halnya sedimen siklus-5, yaitu
hanya terdiri dari Formasi Bunyu yang menumpang secara tidak selaras diatas Formasi Tarakan. 1. Formasi Tarakan Formasi Tarakan memiliki kontak
erosional dengan Formasi Santul di bawahnya dan dicirikan oleh perselingan batupasir, batulempung dan batubara. Batupasir umumnya berbutir
sedang sampai kasar, kadang-kadang konglomeratan, lanauan atau lempungan. Batubara berkembang tebal hingga 10-16 ft atau lebih.
Petroleum Sistem
1. Source Rock Formasi yang berpotensi sebagai source rock adalah Formasi Sembakung, Meliat, dan Tabul (Sasongko, 2006). Formasi Meliat
juga memiliki batuan yang mengandung material organik yang cukup dengan sebagian formasi temperaturnya cukup tinggi, sehingga mampu
mematangkan hidrokarbon. Batuan Formasi Tabul merupakan source rock terbaik karena memiliki material organik tinggi dan HI lebih dari 300,
sehingga hidrokarbon telah matang. Ketebalan formasi ini mencapai 1700 m, sehingga mampu menyediakan hidrokarbon yang melimpah.

2. Reservoir Karakteristik batuan yang terdapat pada Formasi Sembakung, Meliat/Latih, Tabul, dan Tarakan/Sanjau menunjukkan potensial sebagai
reservoir. Formasi Meliat berisi batupasir dan shale dengan lapisan tipis batubara. Kualitas reservoir yang ada termasuk sedang-bagus dengan pelamparan
yang cukup luas. Formasi Tabul berisi batupasir, batulanau, shale dengan lapisan tipis batubara. Tebal formasi mencapai 400-1500 m dan menebal ke arah
timur. Formasi Santul merupakan fasies delta plain sampai delta front proksimal. Formasi ini didominasi oleh batupasir dan shale dengan lapisan tipis
batubara. Batupasir mempunyai ketebalan 40-60 m. Pada beberapa titik, ada channel batupasir yang tebalnya mencapai 115 m. Formasi Tarakan yang
berumur Pliosen merupakan seri delta dengan dominasi litologi berupa pasir, lempung, dan batubara yang menunjukkan fasies delta plain hingga fluviatil.
3. Seal Rock Batuan yang menjadi seal atau tudung adalah batuan penyusun Formasi Sembakung, Mangkabua, dan Birang yang
merupakan batuan sedimen klastik dengan ukuran butir halus. Formasi Meliat/Latih, Tabul dan Tarakan tersusun oleh batulempung hasil
endapan delta intraformational yang berfungsi pula sebagai batuan tidung.

4. Traps Sistem perangkap hidrokarbon yang terdapat di Cekungan Tarakan adalah perangkap stratigrafi karena adanya
asosiasi litologi batuan sedimen halus dengan lingkungan pengendapannya delta. Namun pada umur Plio-Pleistosen, terjadi
tektonik yang memungkinkan terbentuknya struktur geologi dan dapat terjadi perangkap hidrokarbon yang berhubungan
dengan syngenetic fault dan struktur antiklin

5. Migrasi Model migrasi yang terjadi di Cekungan Tarakan disebabkan oleh sesar normal dan sesar naik serta perbedaan elevasi. Samuel (1980, dalam
Indonesia Basins Summaries 2006) menyebutkan bahwa migrasi hidrokarbon bekerja pada blokblok yang terbentuk Mio-Pliosen. Hal itu juga didukung
dengan waktu yang tepat proses pematangan hidrokarbon pada Miosen Akhir dari Formasi Tabul dan Tarakan akibat intrusi batuan beku. Pematangan
hidrokarbon terjadi pada kedalaman 4300 m.
Data Rock Eval Cekungan
CDE

mg/g rock
Tmax (c) RO HI OI
NO interval (m) formasi litologi TOC (wt %)
s1 s2 s3

1 2005-2015 balikpapan 1:20 1.82 0.56 0,65 442 0.62 46.7 54.1

2 2015-2025 1:25 1.87 1.04 0.7 442 0.62 83.2 56

3 2025-2035 2.23 1.97 1.57 0.87 442 0.72 70.4 39

4 2035-2045 2.25 1.64 2.38 0.98 442 0.82 105.7 43.5

5 2045-2055 2.28 1.56 2.57 1.23 442 0.92 112.7 53.9

6 2055-2065 3.26 1.43 2.6 3.53 452 0.92 79.7 108.2

7 2065-2075 3.23 1.77 2.87 3.7 452 1.22 88.8 114.5

8 2075-2085 3.28 1.04 4.24 4.3 462 1.22 129.2 131.1

9 2085-2095 3.23 1.03 4.05 5.46 462 1.32 125.3 169.04

10 2095-2105 3.22 0.98 5.72 5.08 472 1.42 177.6 177.6


THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai