Anda di halaman 1dari 106

KEBIJAKAN

PROGRAM PENCEGAHAN & PENGENDALIAN


MASALAH KESWA & KASUS GANGGUAN
MENTAL EMOSIONAL ANAK & REMAJA

PSIKIATER LINA R. MANGAWEANG


DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA
DITJEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BANDUNG, 22 JULI 2019
1. Program dan Kegiatan Jiwa
Anak dan Remaja

2
MENYIAPKAN GENERASI EMAS
UNTUK BONUS DEMOGRAFI

Ledakan Penduduk
BONUS
USIA PRODUKTIF/
DEMOGRAFI Tahun 2020-2035
Potensial/ Kerja: 70%
dari Total Penduduk

Menentukan
Peluang Indonesia
Menjadi
NEGARA MAJU

Bonus Demografi 
SDM Indonesia Berkualitas

Indeks Pembangunan
Manusia meningkat

Kesempatan Menyiapkan SDM Berkualitas


HAK KESEHATAN ANAK

Setiap anak berhak atas


kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi,
sehingga perlu dilakukan
upaya kesehatan anak secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan

PMK No 25 tahun 2014 ttg Upaya Kesehatan Anak


UPAYA KESEHATAN ANAK
• Upaya kesehatan anak adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan anak dalam bentuk
pencegahan penyakit, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan merupakan tanggung jawab Pemerintah, Pemda
dan peran masyarakat.
• Ruang lingkup meliputi upaya promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan.

PMK No 25 tahun 2014 ttg Upaya Kesehatan Anak


Upaya Promotif - Preventif Kesehatan Jiwa Lansia
• Pendekatan Siklus Kehidupan (Continuum of
Care) dan Kelompok Risiko (Population at Risk) Pelayanan bagi
• Terintegrasi pada semua tingkat layanan anak SMP/A & • Deteksi dini
keswa lansia
kesehatan dan kegiatan LP/LS remaja • (demensia/
depresi, dll)
Pelayanan
bagi anak • Keswa Remaja
• Konseling: Adiksi
SD HIV/AIDS
Pelayanan
• Life skill remaja
bagi balita • Mindfulness

Pelayanan
Persalinan, Deteksi Dini
bagi bayi keswa anak usia
nifas &
sekolah
Pemeriksaan neonatal
• Pemantauan
Kehamilan
perkembangan
Pelayanan • Deteksi Dini
• Pola asuh dan Keswa Anak
PUS & WUS
tumbuh kembang
anak
• Deteksi dini • Deteksi dini pd
• Deteksi Dini Keswa Bulin, gg perkembangan
Keswa Ibu Bufas dan Buteki anak
• Konseling Hamil •
Pranikah • Stimulasi Janin
dalam
Kandungan
PETA STRATEGI KESEHATAN JIWA ANAK DAN REMAJA 2015-2019

KEUANGAN
1. TERWUJUDNYA GENERASI MUDA YANG SEHAT, CERDAS
DAMPAK
DAN BERKEPRIBADIAN
2. TERWUJUDNYA
PELAYANAN KESEHATAN 3. TERWUJUDNYA UPAYA KESWA
JIWA ANAK DAN REMAJA ANAK DAN REMAJA BERBASIS
OUTCOME

16. TERWUJUDNYA PENGANGGARAN BIDANG KESEHATAN JIWA ANAK &


YANG KOMPREHENSIF INSTITUSI DAN MASYARAKAT

4.TERWUJUDNYA 5. TERWUJUDNYA 6. TERWUJUDNYA 7. TERWUJUDNYA


YANKESWA ANAK DAN PROGRAM PROMOSI INTEGRASI DAN
YANKESWA ANAK DAN
REMAJA DI TINGKAT % DAN PREVENSI KESWA KERJASAMA KESWA ANAK
PROSES REMAJA DI LUAR SEKTOR DAN REMAJA DALAM
PRIMER & RUJUKAN ANAK DAN REMAJA
STRATEGIS YG KESEHATAN PROGRAM LP/LS
HARUS
DILAKUKAN

8. ADVOKASI KESEHATAN JIWA ANAK DAN REMAJA

REMAJA
9. TERWUJUDNYA 11. TERWUJUDNYA SISTEM
10. TERWUJUDNYA
PERENCANAAN
PENELITIAN DAN INFORMASI KESWA & ANAK
PROGRAM KESWA ANAK
EVALUASI KESWA ANAK DAN REMAJA BERBASIS
DAN REMAJA YANG
DAN REMAJA DATA DAN PENGETAHUAN
TERPADU

12. TERWUJUDNYA 15.


13. TERWUJUDNYA SDM 14. TERWUJUDNYA TERWUJUDNYA
DUKUNGAN KEBIJAKAN
KESWA ANAK DAN PERBEKALAN KESWA DATA KESWA
SUMBER DAYA DAN REGULASI
REMAJA YANG ANAK DAN REMAJA ANAK DAN
KESEHATAN KESWA ANAK DAN
KOMPETEN SESUAI PEDOMAN REMAJA
REMAJA

7
PROGRAM PRIORITAS
SUBDIT ANAK DAN REMAJA
• REGULASI , BIMTEK, SUPERVISI DAN MONEV
I.
•PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN JIWA
II. DAN NAPZA DI SEKOLAH

III. •PENCEGAHAN DEPRESI DAN BUNUH DIRI PADA ANAK & REMAJA

•PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN GEJALA PSIKOLOGIS PADA


IV. ANAK KORBAN, SAKSI DAN PELAKU KEKERASAN/KEJAHATAN

V. •PENCEGAHAN ADIKSI NAPZA, PORNOGRAFI DANGAME ON LINE

•LAYANAN KESEHATAN JIWA BERGERAK (MMHS) DI SEKOLAH


VI. DAN MASYARAKAT

VII. •PENINGKATAN KETERAMPILAN BAGI GURU, NAKES, DAN KADER

•CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA, SDGs DAN RKP NON PRIORITAS


VIII
INDIKATOR RENSTRA & RKP NON PRIORITAS
DI P2MKJN, P2P - KEMENTERIAN KESEHATAN
TENTANG
PENYELENGGARAAN UPAYA KESWA DAN NAPZA
DI MIN 30 % SMA & YANG SEDERAJAT

CAPAIAN TARGET :
• TAHUN 2017 : 30 % SEKOLAH DI 5 PROVINSI
• TAHUN 2018 : 30 % SEKOLAH DI 19 PROVINSI
• TAHUN 2019 : 30 % SEKOLAH DI 34 PROVINSI

KRITERIA SEKOLAH MENYELENGGARAKAN KESWA & NAPZA ADALAH


MEMENUHI SALAH SATU DIBAWAH INI:
1. Penyuluhan Keswa dan /Napza
2. Deteksi dini atau skrining masalah / gangguan keswa dan Napza
3. Memiliki Buku Rujukan kasus /Rapor Kesehatanku
4. Guru BK terlatih keswa dan / Napza
9
PERATURAN BERSAMA 4 MENTERI TTG
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA
KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH
Kementerian Kesehatan melakukan pembinaan dan pengembangan UKS/M sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
meliputi:
a. Menetapkan kebijakan yang mendukung kegiatan UKS/M;
b. Memfasilitasi gerakan masyarakat, sekolah, maupun kampanye kesehatan yang mendukung pelaksanaan UKS/M;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang UKS/M;
d. Menyediakan prototype media KIE, pedoman pembinaan UKS/M bagi tenaga kesehatan dan memfasilitasi
Dinkes Provinsi dan Kab/Kota untuk pengadaan media KIE;
e. Meningkatkan akses terhadap media KIE, pedoman dan buku-buku tentang materi kesehatan;
f. Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan sekolah;
g. Memonitor, mengendalikan, mengelola agar penjaringan kesehatan oleh tenaga kesehatan dapat terlaksana
dengan baik;
h. Melakukan persiapan penyelenggaraan dan pelaksanaan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS);
i. Melaksanakan pembinaan pengendalian faktor risiko lingkungan di sekolah/madrasah;
j. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengendalian faktor risiko lingkungan secara terpadu
k. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
l. Mengembangkan metode promosi kesehatan di sekolah yang mendukung UKS/M
MEDIA KIE YANG DIBERIKAN KEPADA SEKOLAH UNTUK MENDUKUNG UPAYA
KESEHATAN JIWA ANAK DAN REMAJA DI SEKOLAH
FORMAT ISIAN SEKOLAH SMA
NAMA SEKOLAH : ..................................................
TGL/BLN/TAHUN : ..................................................
JUMLAH ANAK DIDIK : ..................................................
PENANGGUNG JAWAB : ..................................................
NO.HP PJ : ..................................................

FORM ISIAN PENYELENGGARAAN LAYANAN KESEHATAN JIWA DAN NAPZA DI SEKOLAH


(Provinsi Yang Menyelenggarakan Upaya Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
di 30% SMA dan yang sederajat)

Memiliki Guru
Fasilitas Kesehatan Jenis Media KIE* Telah Melakukan Deteksi Dini BK Terlatih Memiliki Buku
No Yang Ada di Keswa** Dan Penyuluhan Keswa Masalah Keswa Keswa dan Raport Keterangan
Sekolah Napza Dan Napza Napza Kesehatanku

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Kriteria definisi operasional (DO) sekolah


minimal memenuhi satu
(1) dari empat (4) kriteria antara lain :
1.Melakukan penyuluhan,
2.Melakukan deteksi dini,
3.Memiliki guru BK terlatih,
4.Memiliki buku rujukan kasus (buku
raport kesehatanku)

Sekolah menerima paket kumpulan media KIE

* Media KIE : Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi Provinsi, Kab/Kota,...................................


**Keswa : Kesehatan Jiwa
Kepala Sekolah...........
CATATAN:
- Mohon diisi setelah menerima paket Media KIE
- Dikirimkan ke email Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
- Alamat email : programuks@gmail.com (TTD Kepala Sekolah dan cap basah instansi pengirim)
FORMAT ISIAN DINKES DAN DINDIK
DINAS KESEHATAN/ DINAS PENDIDIKAN PROVINSI : ..................................................
TGL/BLN/TAHUN : ..................................................
JUMLAH 30% SEKOLAH : ..................................................
PENANGGUNG JAWAB : ..................................................
NO.HP PJ : …………………………………..

FORM CAPAIAN INDIKATOR RENSTRA DAN INDIKATOR RKP NON PRIORITAS


(Provinsi yang Menyelenggarakan Upaya Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
di 30 % SMA dan yang Sederajat)

NAMA SEKOLAH (SESUAI 30 % ALAMAT & NO.KONTAK JUMLAH ANAK


NO PROVINSI/KAB/KOTA KETERANGAN
JUMLAH) SEKOLAH DIDIK
Paket Media KIE terdiri dari :
1. Buku Petunjuk Pelaksanaan Kesehatan
Jiwa di Sekolah
2. Poster (5)
3. CD berisi :
 Video Instruksional Upaya Kesehatan
Jiwa Remaja (SMP, SMA) di Sekolah
 Video (MCV) Pencegahan Tindakan
Bunuh Diri “Kembali Semangat”
 Video MCV “Aku dan Keluargaku”
 Video MCV “Aku dan Teman – temanku”
 Materi Penyuluhan (4 Presentasi)
 Peraturan Perundangan yang
mendukung
 Soft copy Buku Rapor Kesehatanku

CATATAN: Provinsi, Kab/Kota...................................


- Mohon diisi setelah menerima paket Media KIE
- Dikirimkan ke email Direktorat P2 Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza
- Alamat email : programuks@gmail.com
(TTD dan cap basah instansi pengirim)
TARGET DAN CAPAIAN 30% SMA & SEDERAJAT
MENERIMA PAKET MEDIA KIE & UPAYA KESWA TAHUN 2017-2019
Kalbar Kaltara
Sumatera Utara  229  33
Aceh  779779 Malut
293293 Riau  116
 Kalteng
311331 Gorontalo

 138
Kep Riau  49
Kaltim Sulut
 7777 Pabar
Sumatera Barat  151  135  57
 230230 Sulbar
Jambi Sulteng Papua
 185185  9494  167  117
Sumatera Selatan Kalsel Sultra
 339339 Lampung  141  176
 391391 Maluku
Bengkulu Bali Sulsel  133
 8585 Babel  110110
 429
 4444
DKI Jakarta Jawa Tengah NTT
 355528 9501001
  249-249
Banten Jawa Timur NTB
 487648  15781580  350350
DI Yogyakarta
Jawa Barat
 132 132 869 Kepala Dinkes dan Kepala
 17011704
Dindik Prov, Kab/Kota
Menerima Paket Media KIE
TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR
JUMLAH SMA DAN YANG SEDERAJAT

10811
10000
9000
8000
7000
TARGET PROV
6000 4945
4716 4720 CAPAIAN PROV
5000
3930 TARGET JML SEK
4000
CAPAIAN JML SEK
3000 2165
2000
1000
5 5 19 19 34 19 34 34
0
2017 2018 2019 TOTAL
PROGRAM SEKOLAH SEHAT JIWA

Psikoedukasi :
• Pola asuh
• Perkembangan
anak usia sekolah
• Masalah emosi
dan perilaku
• Konsultasi
Pelatihan:
• Skrining • Kecakapan Hidup
• Konseling • Perkembangan anak
• Pelatihan • Masalah emosi dan
- Life skill perilaku
Deteksi Dini /Skrining
• Masalah emosi dan
perilaku anak
• Intervensi psikososial di
sekolah
Konseling dan Psikoedukasi
UPAYA KESEHATAN JIWA DI SEKOLAH

• Pengembangan kesehatan jiwa di sekolah tidak berbeda dengan


pelaksanaan pelayanan kesehatan lainnya yang telah
dikembangkan di sekolah melalui trias UKS pada program UKS.
• Untuk mengembangkan sekolah sehat dilakukan upaya
menanamkan perilaku hidup bersih sehat sedini mungkin
melalui;
(1) Pendidikan kesehatan
(2) Pelayanan kesehatan dan
(3) Pembinaan lingkungan sekolah sehat.
PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA DI
SEKOLAH/MADRASAH

Pendidikan kesehatan jiwa adalah usaha/bantuan yang diberikan


berupa a.l. bimbingan, pelatihan keterampilan sosial, dan tuntunan
kepada peserta didik tentang kesehatan jiwa yang meliputi;
(1) perkembangan fisik dan jiwa sesuai kelompok usia peserta didik
(2) permasalahan keswa yang sering dihadapi
(3) keterampilan sosial untuk meningkatkan ketahanan mental agar
kepribadian peserta didik dapat tumbuh dengan baik.
2. PELAKSANAN PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH / MADRASAH

1. Kegiatan Intrakurikuler
Pelaksanaan pembelajaran kesehatan jiwa yang diintegrasikan
dengan semua mata pelajaran pada kurikulum yang berlaku.
Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan jiwa intrakurikuler
disesuaikan dengan usia peserta didik.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar jam
pelajaran sekolah maupun di luar sekolah untuk menerapkan
materi kesehatan jiwa serta meningkatkan perilaku hidup
bersih sehat bagi peserta didik.
2. PELAKSANAN PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH / MADRASAH

3. Kegiatan Sosial di Sekolah


Kegiatan - kegiatan bersifat sosial yang mendukung kesehatan
jiwa peserta didik seperti:
• Kerja bakti yang dapat mempererat rasa persaudaraan dan
kebersamaan
• Aksi sosial (kunjungan dan memberi bantuan ke panti
sosial) dsbnya.
4. Kegiatan Perlombaan
• Pertandingan olah raga
• Perlombaan pada hari-hari besar Nasional yang dirayakan
oleh sekolah dan Madrasah dsbnya.
PELAKSANAN PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH / MADRASAH

1. Kegiatan Intrakurikuler
Untuk Usia 4 - 10 tahun (TK - SD kelas 4)
Materi pendidikan kesehatan jiwa mencakup :
• Perilaku sehat jiwa dalam keluarga (lihat materi
kesehatan jiwa ‘Aku dan Keluargaku’).
• Cara berteman yang baik (lihat materi kesehatan jiwa
“Aku dan Teman-temanku”).
• Cara mengenali dan menghadapi emosi (lihat materi
kesehatan jiwa “Mengenal dan Menghadapi Berbagai
Macam Emosi”).
PELAKSANAN PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH / MADRASAH

1. Kegiatan Intrakurikuler
Untuk usia 11 - 18 tahun (SD Kelas 5 - SMA)
Materi pendidikan kesehatan jiwa mencakup :
• Materi perkembangan fisik dan jiwa sesuai kelompok
usia peserta didik (lihat Pedoman Upaya Kesehatan Jiwa
Anak Usia Sekolah di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah dan Sekolah Lanjutan)
• Permasalahan keswa yang sering dihadapi peserta didik.
• Meningkatkan kecakapan hidup dalam menghadapi
pengaruh negatif dari luar serta membimbing siswa untuk
berperilaku hidup bersih sehat, berteman yang baik (lihat
materi kesehatan jiwa “Keterampilan Sosial”).
PELAKSANAN PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH / MADRASAH

2. Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Kegiatan yang melibatkan warga sekolah dan
tenaga kesehatan meliputi :
• Kader kesehatan sekolah (dokter kecil, kader
kesehatan sekolah/KKR, konselor sebaya/peer
conselor, pramuka, PMR, kunjungan ke Puskesmas,
RS Jiwa, Panti sosial dll).
• Kreatifitas peserta didik : Majalah dinding (untuk
menampilkan prestasi, kegiatan dan informasi serta
edukasi kesehatan jiwa di sekolah yang bertujuan
untuk meningkatkan dan memotivasi warga sekolah)
PELAKSANAN PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH / MADRASAH

2. Kegiatan Ekstrakurikuler (lanjutan)


b. Pendidikan dan bimbingan kesehatan yang diberikan
kepada tenaga pendidik dan kependidikan, orangtua dan
pengelola UKS.
• Materi yang diberikan adalah semua materi yang ada di
pendidikan kesehatan jiwa serta materi pola asuh.
• Bimbingan untuk menerapkan perilaku hidup bersih sehat
seperti menghindari kebiasaan merokok dan NAPZA
(Narkotika, Alkohol, Psikotik dan Zat Adiktif lainnya),
meningkatkan kerjasama kelompok, tidak terlibat tawuran,
tidak terlibat perkelahian, adanya hubungan yang harmonis
antara peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan
kepala sekolah melalui materi keterampilan sosial.
PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN
KESEHATAN JIWA DI SEKOLAH / MADRASAH

a. Pendekatan
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka
melaksanakan pendidikan kesehatan antara lain adalah
melalui :
1) Individual (konseling oleh guru dan teman sebaya).
2) Kelompok di dalam dan di luar jam pelajaran :
• Di dalam kelas mis: melalui proses pembelajaran di
kelas
• Di luar kelas mis : melalui kegiatan ekstrakurikuler.
• Lingkungan keluarga mis : makan bersama, melakukan
ibadah bersama dan orang tua membangun
komunikasi berkualitas untuk anak (keluarga inti).
PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN
KESEHATAN JIWA DI SEKOLAH / MADRASAH

b. Metode
Dalam proses belajar mengajar guru dan pembina
dapat menggunakan metode misalnya;
belajar kelompok, kerja kelompok, diskusi interaktif,
belajar perorangan, pemberian tugas, karya wisata,
bermain peran, tanya jawab, simulasi dan bimbingan
(konseling).
PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN KESWA
DI SEKOLAH / MADRASAH

Agar tujuan pendidikan kesehatan jiwa bagi peserta didik dapat


tercapai secara optimal, maka dalam pelaksanaannya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional.
2) Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
4) Sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan individual
peserta didik.
5) Diupayakan sebanyak-banyaknya melibatkan peran aktif
peserta didik.
6) Selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan jiwa.
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH/MADRASAH
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program kesehatan
jiwa di sekolah/madrasah maka perlu dilakukan evaluasi.
• Kurang ( < 50%)
• Cukup (50-75 %)
• Baik ( > 75 %)
• Sangat baik (100 % plus swadana)
PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI
SEKOLAH/MADRASAH
• Pelayanan kesehatan jiwa di sekolah/madrasah adalah upaya
peningkatan keswa (promotif), pencegahan (preventif),
tatalaksana (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang
dilakukan terhadap peserta didik dan lingkungannya.
• Tujuan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Sekolah/Madrasah untuk :
a. Memberikan penyuluhan, pelatihan dan bimbingan
kepada warga sekolah
b. Melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa bagi warga
sekolah.
c. Melakukan intervensi dini terhadap warga sekolah yang
terdeteksi.
d. Merujuk warga sekolah yang tidak bisa ditangani sekolah ke
Puskesmas atau Rumah Sakit.
PELAYANAN KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH/MADRASAH
• Kegiatan meliputi :
a. Peningkatan kesehatan jiwa (promotif)
dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan termasuk penyuluhan masalah emosi,
perilaku dan latihan keterampilan sosial.
PELAYANAN KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH/MADRASAH
b. Pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui deteksi dini
atau penapisan awal kepada seluruh peserta didik dengan
cepat dan bersifat massal dengan menggunakan kuesioner
PSC (Pediatric Symptomp Checklist), selanjutnya dilakukan
penilaian pada peserta didik yang terjaring dari hasil
penapisan awal dengan menggunakan SDQ (Strength
Difficulties Questionnaire) yang terdiri dari SDQ Anak (usia 4
– 10 tahun) diisi orang tua/guru dan SDQ Remaja (usia 11 –
18 tahun) diisi oleh remaja. Selanjutnya observasi
menggunakan buku rapor kesehatanku
Deteksi dini kepada tenaga pendidik dan kependidikan dan
orangtua/pengasuh dengan menggunakan SCL-90. Deteksi dini
dilakukan melalui pemeriksaan secara berkala dan pengamatan.
PELAYANAN KESEHATAN JIWA
DI SEKOLAH/MADRASAH
c. Tatalaksana dan pemulihan masalah keswa dilakukan melalui:
1) Intervensi dini berupa psikoedukasi dan konseling (oleh
guru dan teman sebaya).
2) Pembinaan dan konseling kepada keluarga agar ikut
berperan aktif dalam memberikan bimbingan,
meningkatkan kemampuan anak didik serta
meningkatkan kesehatan jiwanya.
3) Bila permasalahan tidak dapat ditangani di sekolah dapat di
rujuk dengan surat rujukan ke Puskesmas atau RS.
Tempat dan kegiatan pelayanan kesehatan jiwa di sekolah/
madrasah dapat dilakukan di sekolah/madrasah dan di
Puskesmas (jika dalam 1-3 bulan dibimbing dan dibina guru tidak
ada pemulihan/perbaikan dirujuk ke RS).
DETEKSI DINI

• Deteksi dini keswa adalah upaya/langkah awal untuk


mengenali atau menandai suatu gejala atau ciri-ciri
yang ada pada anak dalam tahap perkembangannya
terkait adanya risiko atau penyakit untuk
mendapatkan pertolongan medis.
• Semakin cepat diagnosis gangguan jiwa terdeteksi,
semakin cepat pula pengobatan dapat dilakukan
sehingga diharapkan akan memotong perjalanan
penyakit dan mencegah hendaya dan disabilitas.
DETEKSI DINI
• Idealnya proses deteksi dini dapat dilakukan oleh
setiap orang, artinya masyarakat paham akan tanda-
tanda awal masalah kesehatan jiwa sampai ke
gangguan jiwa pada remaja
• Orang tua dan tenaga pendidik memegang peranan
penting dalam deteksi dini, posisi mereka strategis,
karena dengan mengenali adanya tanda dan gejala
masalah kesehatan jiwa dan gangguan jiwa pada
anak dan anak didiknya.
INSTRUMEN DETEKSI DINI
• Instrumen yang digunakan untuk peserta didik usia 4 - 10
tahun dengan menggunakan SDQ Anak. SDQ dan PSC diisi
oleh guru kelas dan orang tua/pengasuh anak didik dengan
penjelasan pengisian kuesioner terlebih dahulu oleh
guru/tenaga kesehatan (pengelola program UKS) yang sudah
memahami pengisian kuesioner SDQ dan PSC.
• Peserta didik usia di atas 11 sd 18 tahun, dapat mengisi
sendiri kuesioner SDQ Remaja dengan penjelasan
sebelumnya.
• Guru dapat mengobservasi prestasi belajar, emosi, perilaku,
konsentrasi dan sikap terhadap teman sebaya melalui
pengamatan buku rapor kesehatan siswa sebagai bagian dari
penilaian.
(1) DETEKSI DINI
MASALAH PRESTASI BELAJAR
Deteksi dini dapat dilakukan pada awal masuk sekolah dan
selanjutnya dilakukan secara berkala minimal 1 kali/6 bulan
a. Seluruh prestasi belajar rendah
• Kesulitan belajar
• Gangguan penyesuaian
• Gangguan fungsi bahasa
• Gangguan keterbatasan kosa kata
• Gangguan penglihatan dan/atau pendengaran
b. Sebagian prestasi belajar rendah
• Kesulitan menulis, berhitung, membaca, prakarya
disebabkan oleh keterampilan motorik kurang
berkembang.
(1) DETEKSI DINI
MASALAH PRESTASI BELAJAR

c. Prestasi belajar tidak stabil.


• Gangguan konsentrasi (gangguan pemusatan perhatian,
dan hiperaktifitas)
• Takut, cemas, tak mau sekolah, sering mengeluh sakit
perut, muntah, sakit kepala, susah tidur (gangguan
emosional seperti cemas dan depresi)
• Sering sakit (asma, batuk-pilek, TBC dan penyakit kronis
lain)
(2) DETEKSI DINI MASALAH PERILAKU

• Terlalu nakal: usil, sering mengganggu teman, tidak


bisa duduk diam, kekerasan (perundungan, tawuran,
seksual) membolos, berbohong, merokok, Napza,
seks pranikah dan sering bikin ulah di kelas dsbnya
• Terlalu pasif, pendiam, tak suka bergaul, menyendiri,
tak bisa bekerjasama dalam kelompok di sekolah
maupun di rumah dsbnya.
• Murung, sedih, mudah tersinggung, mudah/banyak
menangis dan merasa rendah diri.
Gambar 1. Alur intervensi masalah kesehatan jiwa di sekolaht)

ALUR INTERVENSI MASALAH KESEHATAN JIWA

Bila diduga ada permasalahan pada prestasi belajar dan/atau perilaku

Gunakan instrument screening PSC / SDQ

Hasil screening, bermasalah kesehatan jiwa

Pendidik mengajak bicara dan mendengarkan keluh kesah peserta didik


dengan sabar dan penuh perhatian, libatkan juga orangtua peserta didik
dan teman-teman di kelas untuk membantu

Lakukan screening SCL-90 pada orang tua dan guru

Tentukan pokok permasalahannya, dan coba atasi dengan


fasilitas dan kemampuan di sekolah.

Apabila ada perubahan, tetap lakukan observasi jika tidak ada


perubahan/sulit diatasi, rujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN
1. PEDIATRIC SYMPTOM CHECLIST (PSC)
- Penilaian
Tidak Pernah: 0 Kadang-Kadang: 1 Sering: 2
- Anak Usia 4-6 tahun, jumlah nilai < 24 Tidak ditemukan masalah
psikososial, jika nilai ≥ 24 terdapat masalah psikososial
- Anak berusia > 6 tahun, jumlah nilai < 28 tidak ditemukan masalah
psikososial, jika nilai ≥ 28 terdapat masalah psikososial
2. SELF DIFFICULTIES QUESTIONNAIRE (SDQ) 4 – 10 TAHUN
- Ada 25 pertanyaan diisi orangtua/guru
- Pertanyaan dibagi 5 kelompok masalah (E, C, H, P, Prososial) dan kesulitan
- Setiap kelompok dinilai dan hasilnya normal, borderline dan masalah
3. SELF DIFFICULTIES QUESTIONNAIRE (SDQ) 11-17 TAHUN
- Ada 25-29 pertanyaan diisi sendiri dan hasilnya sama dengan diatas
4. SYMPTOM CHECK LIST (SCL) – 90
- Terdapat 90 pertanyaan diisi oleh orangtua/guru
- Penilaian : tidak sama sekali (0), sedikit (1), cukup (2), banyak (3), amat banyak (4)
- Hasilnya Jika > 61 masalah psikopatologi perlu dirujuk
ALUR PENJARINGAN DAN PEMERIKSAAN JIWA/MENTAL

PENGAMATAN DETEKSI DINI


MASALAH PSIKOSOSIAL
RAPOR KESWA KESWA

DETEKSI KESWA PSC/SDQ

SKOR
KESULITAN SKOR SKOR SKOR TEMAN SKOR
E+P+C+H EMOSI PERILAKU HIPERAKTIF SEBAYA KEKUATAN

AB
NORMAL BORDERLINE
NORMAL

RUJUKAN PELIHARA DAN TINGKATKAN


PKM/FASKES DERAJAT KESEHATAN JIWA
ANAK DAN REMAJA
TOTAL SDM DAN GURU TERLATIH KETSOS
DI 19 PROVINSI TAHUN 2018
600

538

500

416
400

300

200

100

35 34 34 32 30 33 33 31 20 40
22 30 28 26 17 23 13 23 23 28 18 29 29 30 28 22 25 25 28 20 20 26 28
14 15 17 12 13
0

JUMLAH SDM TERLATIH JUMLAH GURU TERLATIH


TIM TOT KETERAMPILAN KECAKAPAN HIDUP
BAGI KESEHATAN JIWA ANAK DAN REMAJA DI 34 PROVINSI
TAHUN 2017-2019
25

TOTAL: 335 orang


20
20

15

11 11
1010 1010 10 10 1010 10 10 1010 1010 1010 10 1010 1010 10 1010 1010 10 1010 10 1010 10 1010 1010 10 1010 1010 1010 10 1010 1010 1010 1010 1010 1010
10 9 9
8 8 8
7 7 7

Target peserta Realisasi


PENGERTIAN
KETERAMPILAN KECAKAPAN HIDUP
• Keterampilan kecakapan hidup didefinisikan sebagai suatu
kemampuan untuk menyusun (mengorganisir) pola pikir sehingga
menjadi serangkaian perilaku yang terintegrasi dan dapat diterima
oleh lingkungan budaya setempat.
• Meningkatkan hubungan antar manusia.
• Defisit dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk meliputi:
buruknya hubungan sesama teman sebaya, isolasi sosial, kesulitan
dalam menyelesaikan masalah dan perilaku lainnya yang tidak
sesuai dengan usia, budaya setempat dan derajat intelektual.
• Tercapainya keterampilan kecakapan hidup dan penggunaan yang
sesuai disebut sebagai kompetensi sosial.
KECAKAPAN HIDUP
(LIFE SKILLS TRAINING)
• Pendidikan kecakapan hidup (life skills education) ditujukan bagi anak
usia sekolah untuk meningkatkan kompetensi psikososialnya
• Kecakapan hidup tersebut termasuk antara lain:
– kemampuan menyelesaikan masalah
– berpikir kritis
– berkomunikasi dan membentuk hubungan interpersonal
– empati
– menghadapi emosi
WHO. Skills for Health, Skills-based Health Education Including Life Skills: An Important Component of a Child-
Friendly/Health-Promoting School. 2001
KETAHANAN MENTAL
• Adalah kemampuan seseorang untuk
menghadapi beban mental baik yang datang
dari luar maupun dari dalam diri sendiri

KETERAMPILAN SOSIAL
• Perilaku positif dan adaptif yang memungkinkan
individu secara efektif menghadapi kebutuhan
dan tantangan kehidupan sehari-hari  memiliki
Kompetensi Sosial
46
KONSEP DASAR KETSOS

Kesadaran
Mengatasi Diri Empati
Stres

Pengambilan
Pengendalian
Emosi
10 Komponen Keputusan

Keterampilan
Sosial (Life Pemecahan
Hubungan
Interpersonal Skills) Masalah

Komunikasi Berpikir
Efektif Berpikir Kritis
Kreatif
47
KETERAMPILAN KECAKAPAN HIDUP
Pendidikan keterampilan kecakapan hidup/keterampilan sosial
efektif untuk :
• Pencegahan depresi dan membantu remaja memasuki masa
transisi ke sekolah tinggi
• Meningkatkan pencapaian akademik
• Mengurangi perilaku negatif (kenakalan remaja, bolos sekolah,
tawuran, penyalahgunaan NAPZA). Menurunkan penggunaan rokok
sampai 87%, penggunaan alkohol dan obat terlarang sampai 60-
75%
• Menurunkan angka kekerasan, menurunkan perilaku berkendara
yang membahayakan, serta perilaku berisiko infeksi HIV
Quayle D et al. Behavior Change; 2001; 18, 4:194-203
Zollinger TW et.al. Journal of School Health;2003;73:338-346
Botvin GJ et al. Psychology of Addictive Behavior; 1995; 9:183-194

 Kunci utama dari Keterampilan sosial di atas adalah Harga Diri, jika
rendah akan mengalami hambatan
 Bagaimana meningkatkan harga diri, kunci utama untuk
membangun jiwa yang sehat
48
PENERAPAN PENDIDIKAN
KETERAMPILAN HIDUP SEHAT (LIFE SKILL)
• Kegiatan : Pemberian pengetahuan mengenai
Keterampilan Hidup Sehat (10 kompetensi
psikososial) secara interaktif (permainan,
contoh soal dan diskusi) melalui :
- Intrakurikuler : Pada saat mata pelajaran
guru BK
- Melalui kegiatan ekstrakurikuler
• Waktu Pelaksanaan :
- Minimal 1 (satu) kali per minggu baik secara
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler
• Pelaksana : Harga Diri
Empati

10 KOMPETENSI
- Masing-masing Wali Kelas

PSIKOSOSIAL
Pengambilan Keputusan
- Guru UKS (koordinator) Pemecahan Masalah
Berfikir Kreatif
- Orang tua/wali (memantau progress anak Berfikir Kritis
dalam menerapkan PKHS) Komunikasi Efektif
Hubungan Interpersonal
• Sarana : Buku PKHS, Media KIE kesehatan Mengendalikan Emosi
lainnya, Mengatasi Stres
49
TOT KETERAMPILAN KECAKAPAN HIDUP
BAGI KESEHATAN JIWA ANAK DAN REMAJA
TAHUN 2019
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
10
9
8 8
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Kaltrara Kalsel Gorontalo Sulteng Sultra MalukuMaluku UtaraPapua Papua Barat SulBar
Target peserta Realisasi
JENIS TENAGA KESEHATAN TOT KECAKAPAN HIDUP
TAHUN 2019
Gorontalo Kalsel

1 1 1 1 2
2 2
1
2
2 2 1
2
SulTeng
Psikiater Psikolog Dokter Umum SKM
Psikiater Psikolog Dokter Umum
1 1
Perawat drh S. sains terapan 1 S. Pertanian Perawat Apoteker

3
2

Kaltara SulTra
Psikiater Psikolog Dokter Umum 1 1 1
1 1 2
1 SKM Perawat
2
1 3
3
1

Psikiater Dokter Umum SKM


Psikiater Psikolog Dokter Umum
Perawat Psikolog S.Pd
SKM Perawat Apoteker
JENIS TENAGA KESEHATAN TOT KECAKAPAN HIDUP
TAHUN 2019
SulBar Papua Barat

1 1
2 1
5
2 6
2 Papua

1 1 3
Psikiater Dokter Umum SKM Perawat 1 Dokter Umum SKM S.Si S.Sos
1 1
2

Maluku Maluku Utara


Psikiater Psikolog
Dokter Umum SKM 1 1
1 Perawat S.Sos 1
1 3
Apoteker
1 4
3

Dokter Umum SKM Perawat S.Sos S.Pd Psikiater Psikolog Dokter Umum SKM Bidan
TERSEDIA TIM TOT DI 34 PROVINSI
• Tim ToT terdiri dari 10 orang/provinsi dengan kriteria: Psikiater/Psikolog/dokter umum,
widyaiswara
• Selanjutnya tim akan melatih pelatihan keterampilan kecakapan hidup bagi guru di
sekolah dan tenaga kesehatan di Puskesmas menggunakan dana dekon dan APBD
• Untuk anggaran dekon, kriteria guru yang dilatih adalah kepala sekolah/guru kesiswaan,
guru BK/BP dan guru penjaskes
• Tantangan : anggaran APBD untuk Keswa sangat minim untuk dapat meneruskan
pelatihan keterampilan kecakapan hidup bagi guru dan siswa/i
• Hasil evaluasi pelatihan keterampilan kecakapan hidup tahun 2017 di 5 provinsi (DKI
Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim dan Yogyakarta) di 3 sekolah/provinsi, gurunya menyatakan
bahwa sangat banyak manfaat pelatihan bagi siswa/i dalam proses belajar mengajar
menjadi lebih asertif, belajar bersama, motivasi belajar dan nilai meningkat serta tidak
membosankan.
• Dua sekolah di DKI telah mempraktekkan/melatih siswa/i secara mandiri selama 3
hari berturut-turut dengan hasil yang sangat memuaskan, siswa/i semangat mengikuti
pelatihan keterampilan kecakapan hidup (SMAN 87 & SMAN 27)
SISTIM RUJUKAN DAN RUJUK BALIK

Sistim Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan


jiwa yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik secara parsial,
vertikal maupun horizontal agar pasien mendapatkan pelayanan
keswa seoptimal mungkin.
Pelayanan rujuk balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada penderita di Fasilitas Kesehatan atas rekomendasi/rujukan
dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.
Petugas membuat keputusan untuk merujuk pasien setelah
mengumpulkan dan menganalisis informasi yang relevan dengan
mengacu pada protokol/prosedur pelayanan
Komponen dalam sistim rujukan : (1) sistim kesehatan, (2) fasilitas
yang merujuk, (3) tatacara rujukan, (4) fasilitas penerima rujukan,
(5) supervisi dan peningkatan kompetensi SDM
SISTIM RUJUKAN BERJENJANG

Pelayanan rujukan pada pasien jiwa terbagi atas rujukan internal


(parsial) dan eksternal (horisontal dan vertikal).
Rujukan partial adalah pengiriman pasien ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis
atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan
pasien di fasilitas kesehatan tersebut.
Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar
pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk
tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/
atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi atau sebaliknya.
SISTIM RUJUKAN BERJENJANG
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Pencatatan di Puskesmas (kartu rajal, pencatatan harian rutin, data hasil
penjaringan kesehatan anak sekolah meliputi identias, kesimpulan diagnosis
dan tindak lanjut)
2. Pencatatan di Sekolah (data hasil penjaringan kesehatan/ pemeriksaan berkala
yang dicatatkan pada formulir penjaringan/pemeriksaan atau Buku Rapor
Kesehatanku)
3. Pelaporan adalah mekanisme yang digunakan oleh petugas kesehatan dan guru
melalui UKS untuk melaporkan kegiatan pelayanan yang dilakukannya kepada
instansi yang lebih tinggi (dalam hal ini dinas kesehatan kabupaten/kota).
- Pelaporan Puskesmas data hasil penjaringan
diumpanbalikkan ke sekolah, dinkes Kab/Kota
- Isi pelaporan untuk diagnosis 10 ggn jiwa di PKM
- Pelaporan TPUKS sekolah ke TPUKS Kec dan PKM berupa
laporan bulanan dan tahunan
- Dinkes Kab/Kota  Dinkes Prov  kemenkes cq Direkt Kesga
LINTAS PROGRAM TERKAIT KESWA ANAK DAN REMAJA

Gizi
Gigi
KesOR
Indera
PTM

Kefarmasian Kesling
UPAYA
KESEHATAN
Kesga JIWA ANAK Imunisasi
DAN REMAJA

PM Promkes

Litbang Kespro
Kecacingan
LINTAS SEKTOR TERKAIT KESWA ANAK & REMAJA

Kemenag Kemendagri Kemenkes Dinkes KPP-PA Kemendikbud

RUMAH Dinas
Kemensos PUSKESMAS
SAKIT Pendidikan

Kemenko
Dinsos
UPAYA PMK
KESEHATAN
Kemenkum
Kepolisian JIWA ANAK HAM
DAN REMAJA
Kemenko
BKKBN
Info

PMR KWARNAS
BNN PRAMUKA Kemenpora

TP Bappenas
BPS PMI PB-IDI PP-IDAI KPAI Kemen LH
PKK
2. KASUS GANGGUAN
MENTAL EMOSIONAL
ANAK DAN REMAJA

60
MASALAH KESWA ANAK & REMAJA

GANGGUAN
PERKEMBANGAN MASALAH
BUNUH
EMOSI DAN
DIRI GANGGUAN
PERILAKU
ANAK
CEMAS
JALANAN
DAN
DEPRESI
RELASI
INTERPERSONAL
MASALAH
& KESEHATAN JIWA MASALAH
KESEPIAN ANAK & REMAJA BELAJAR

DISABILITAS KEKERASAN

ADIKSI GAME
ON LINE, DAMPAK PERUNDUNGAN
PORNOGRAFI ROKOK, (BULLYING)
AKOHOL,
DAN NAPZA
Kesehatan Jiwa dalam Angka
KESEHATAN ADALAH KEADAAN SEHAT, BAIK SECARA FISIK, MENTAL, SPIRITUAL MAUPUN SOSIAL YANG
MEMUNGKINKAN SETIAP ORANG HIDUP PRODUKTIF SECARA SOSIAL DAN EKONOMIS
Kondisi Kesehatan Jiwa di Indonesia semakin memprihatinkan, Berikut kondisi kesehatan jiwa di
Indonesia dalam angka:

Lebih dari 19 juta penduduk usia ≥ 15 tahun mengalami


GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL

Rp730 miliar dana


BPJS untuk
gangguan jiwa (2016)
Sumber data: Riskesdas 2018, SRS 2016, BPJS, WHO
BEBERAPA GANGGUAN JIWA
(WHO mh GAP-IG Master Chart)

NO GANGGUAN YANG HARUS GEJALA ANTARA LAIN


DIPERIKSA

1. GANGGUAN DEPRESI Rasa sedih, hilang minat, masalah tidur,


lelah, hilangnya hari produktif
2. GANGGUAN PSIKOSIS Perilaku aneh, mood tidak serasi bisa ada
waham, halusinasi, tidak merawat diri dll
3. GANGGUAN PERKEMBANGAN Keterlambatan perkembangan dibanding
dengan anak seusianya
4. GANGGUAN PERILAKU Aktivitas berlebihan, perilaku
menggganggu yang berulang, impulsif
5. GANGGUAN PENYALAHGUNAAN Mabuk, gejala fisik dan mental, kesulitan
ALKOHOL melakukan pekerjaan dll

6. MENYAKITI DIRI/PERC. BUNUH Pikiran, rencana atau tindakan menyakiti


DIRI diri sendiri atau bunuh diri
MASALAH KESWA DAN KESEHATAN FISIK NO HEALTH
SALING TERKAIT DAN MEMPENGARUHI WITHOUT
MENTAL
HEALTH

• DEPRESI • JANTUNG
• GANGGUAN JIWA • STROKE
YANG LAZIM • DIABETES
• SKIZOFRENIA • HIV/ AIDS
• GGN. KOGNITIF • MALARIA
• ALKOHOL/ ZAT • TUBERCULOSIS
PSIKOAKTIF
• DEPRESI
• HIPERTENSI
MATERNAL • GGN. TUMBUH
KEMBANG PADA
• PSIKOSIS ANAK
MATERNAL
• KEMATIAN BAYI

*WHO, Pan American Health Organisation, the EU Council of Ministers, the World Federation of Mental Health
FAKTA SITUASI REMAJA GLOBAL
• Estimasi 1,3 juta remaja diperkirakan meninggal (2012), sebenarnya
sebagian besar penyebabnya dapat dicegah atau diobati.
• Kecelakaan lalu lintas penyebab utama kematian 330 remaja yang
meninggal setiap hari (2012).
• Secara global, ada 48 kelahiran per 1000 perempuan berusia 15-19
tahun pada tahun 2010.
• Setengah dari semua gangguan kesehatan mental di masa dewasa
dimulai pada usia 14 tahun, tapi umumnya tidak terdeteksi dan
diobati.
Grafik I: Usia Mulai Berpacaran (SDKI 2007 – 2012) Grafik II: Pengalaman Berpacaran (SDKI 2007-2012)

• Semakin mudanya usia berpacaran,


membuka peluang berisiko terhadap
- kekerasan dalam berpacaran,
- kehamilan tidak diinginkan dan
- penyakit Infeksi Menular Seksual.

Grafik IV: Peserta Didik Pernah Hubungan Seks (GSHS, 2016)


Mengenal Orang Yang Mengalami
Kehamilan Tidak Diinginkan
Peningkatan lebih dari tiga kali lipat: 30%
tahun 2007: 8% remaja perempuan dan 6% 25%
remaja laki-laki menjawab “ya”. 20%
tahun 2012: 24,4% perempuan dan 19% 15%
laki-laki menyatakan mengenal seseorang 10%
2007 P

secara pribadi yang pernah mengalami 5% 2007 L


kehamilan tidak diinginkan 0% 2012 P
P L P L
2007 2012 2012 L

Berdasarkan kehamilan yang tidak


diinginkan, ada sebagian remaja yang
kemudian memutuskan untuk melakukan
aborsi. Namun karena aborsi adalah
tindakan ilegal, maka tidak ada informasi
yang akurat mengenai jumlah aborsi yang
terjadi di Indonesia.

Grafik VI: Tren Melahirkan Berdasarkan Usia ( SDKI, 2012)


Proporsi (%) Pengetahuan Perilaku Kesehatan
Proporsi (%) Masalah Perilaku Seksual Pada Pelajar SMP dan SMA
Pelajar SMP dan SMA di Indonesia, 2015 di Indonesia 2015

Perilaku Berisiko L (%) P (%) Total (%) L (%) P (%) Total (%)

Dipaksa melakukan 4,5 3,2 3,9


hubungan seksual Diajarkan cara 61,7 65,4 63,6
mencegah di
‘bully’
Pernah melakukan 6,9 3,8 5,3
hubungan seksual Diajarkan cara 16,7 23,9 20,4
menolak hubungan
seksual
• Menggunakan 32,0 34,7
kondom
Pernah diajarkan di 52,3 56,6 54
• Menggunakan 33,5 34,9 kelas ttg infeksi
kontrasepsi lainnya
HIV/AIDS

Hasil Survei Kesehatan Berbasis Sekolah


di Indonesia Tahun 2015 (GSHS)
Badan Litbang, Kemenkes
ISU ZAT ADIKTIF
Peningkatan penggunaan rokok, konsumsi napza dan alkohol pada
remaja  Tindakan agresif, gangguan aktivitas sehari-hari, putus
sekolah Prevalensi Merokok pada Remaja usia 15-24 tahun (SDKI 2012)

Penggunaan Napza pada remaja laki-laki tidak kawin usia 15-24


tahun (SDKI KRR 2012)

KONSUMSI NAPZA Survei


2002-2003 2007 2012

Tidak pernah 92,5 94,2 95,7


Pernah
• Dihisap 6,0 4,5 3,0
• Dihirup 0,8 0,6 0,6
• Disuntik 0,3 0,1 0,1
• Ditelan 1,8 1,8 1,7

Survei
Perilaku Konsumsi Alkohol Pada Usia
2002 - 2003 2007 2012
15 – 24 Tahun dan Tidak Kawin
P L P L P L
Tidak pernah 97.5% 65,8% 93,7% 60,7% 95,4% 61,2%
Sudah berhenti 1,7% 17,5% 4,1% 20,3% 3,5% 22,9%
Masih mengkonsumsi 0,9% 16,8% 1,6% 18,9% 1,0% 15,8%
ANGKA PENYALAHGUNA NAPZA 2017
4
ACEH
SUMUT
3.5 3.34 SUMBAR
RIAU
JAMBI
3 SUMSEL
BENGKULU
2.53 LAMPUNG
2.5 BABEL

2.12 KEPRI
2.02 1.98 1.97 DKI JAKARTA
2 1.78
1.87
1.94
1.83 1.83 1.8
1.95
AJABAR
1.77
1.69 1.68 1.71 1.72 1.71 1.7 1.7 1.7
1.62 1.64 JATENG
1.57 1.58 1.59
1.49 1.52
DI YOGYA
1.5 1.4
JATIM
1.16 1.19 1.19
BANTEN
1.07
0.99 BALI
1 NTB
NTT

0.5 KALBAR
KALTENG
KALSEL

0 KALTIM
KALTARA
PENYAKIT PENYERTA DIKALANGAN PECANDU

HIV-AIDS

9%
23% Tuberkulosis
15%
Penyakit Paru Lainnya
11%
18%
Hepatitis C

Depresi dan gangguan


jiwa lainnya

(SURVEI BNN, 2014) 71


ISU KESEHATAN JIWA
Remaja Rentan Mengalami Gangguan Mental Emosional
REMAJA DENGAN GANGGUAN JIWA EMOSIONAL

8.00%

6.00% 10-19 thn


4.00% 20-24 thn
2.00%

0.00%
P L Grafik : Remaja dengan Gangguan Jiwa Emosional,
(RISKESDAS, 2013)

PESERTA DIDIK COBA BUNUH DIRI


Perempuan Laki-laki
4.4 4.3
3.6 3.7 3.4
2.7

13-15 16-17 13-17


Grafik : Peserta Didik Coba Bunuh Diri , (GSHS, 2015)
SITUASI PEKERJA ANAK,
ANAK BERHADAPAN DENGAN
ANAK JALANAN,
HUKUM (ABH) TAHUN 2017
ANAK TERLANTAR

Napi Anak Pidana : 9.266


(Sistem Database Pemasyarakatan)

Masalah Kesehatan : Penyakit Kulit


N= 4,0528 juta (Scabies), TB, HIV & AIDS, NAPZA,
Sanitasi Lingkungan
Anak Jalanan
232.894 16.290 Laporan KPAI:
(Kemensos,2018) Pelaku Kekerasan Seks: 116 kasus
Korban Kekerasan Seks : 134 kasus
Hanya 3,6 % (149.000)
Anak Terlantar 4,1 Juta
di Indonesia (2016) Memperoleh Bansos
Melalui PKSA(2016)
LAPAS/ RUTAN ANAK BERUBAH
5.540 Panti (LKSA) 3.136 Panti (LKSA) MENJADI LEMBAGA PEMBINAAN
Yang Dibina oleh KHUSUS ANAK (LPKA)
Yang Teregistrasi Puskesmas
ANAK JALANAN

74
FAKTOR RISIKO TERKAIT KESWA
PELAJAR SMP DAN SMA
FAKTA KEKERASAN DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN

84% 45% 40%


Siswa Mengaku Siswa Laki-laki Siswa Usia 13-15 Th
Pernah Mengalami Menyebutkan Bahwa Melaporkan Pernah
Kekerasan Di Sekolah Guru Atau Petugas Mengalami
Sekolah Merupakan Kekerasan Fisik Oleh
Pelaku Kekerasan Teman Sebaya

ICRW, 2015 ICRW, 2015 UNICEF, 2014

75% 22% 50%


Siswa Mengakui Siswa Perempuan Anak Melaporkan
Pernah Melakukan Menyebutkan Bahwa Mengalami
Kekerasan Di Sekolah Guru Atau Petugas Perundungan
Sekolah Merupakan (Bullying) Di Sekolah
Pelaku Kekerasan

ICRW, 2015 ICRW, 2015 UNICEF, 2015


HASIL DETEKSI DINI 700 SISWA
TINGKAT SMA DAN SEDERAJAT
DI LIMA (5) WILAYAH DKI
Chart TitleJAKARTA TAHUN 2016
700
661
642
627
597
600 581
540

500

400

300

200
148

100 76 84
44 48 49
29 19
4.1 9 12 9
0
EMOSIONAL PERILAKU HIPERAKTIF TEMAN SEBAYA PROSOSIAL KESULITAN
NORMAL BORDERLINE MASALAH
PERSENTASE HASIL DETEKSI DINI 700 SISWA
TINGKAT SMA DAN SEDERAJAT
DI LIMA (5) WILAYAH DKI
Chart TitleJAKARTA TAHUN 2016
100
94.4
91.7
89.6
90 85.3
83
80 77.1

70

60

50

40

30
21.1
20
10.9 12
10 6.3 6.1 7
4.1 4.1 2.7
1.3 1.7 1.3
0
EMOSIONAL PERILAKU HIPERAKTIF TEMAN SEBAYA PROSOSIAL KESULITAN
NORMAL BORDERLINE MASALAH
HASIL DETEKSI DINI 100 SISWA TINGKAT SMA SEDERAJAT
DI CAREER DAY MGBK DKI
8 JANUARI 2019

90 82
80
68 66
70
60
50 45
41 Normal
40
Borderline
30 22
19 Abnormal
20 15 14
10 9 9
10
0
Gejala Masalah Hiper Masalah
emosional Perilaku aktifitas teman
sebaya
HASIL DETEKSI DINI 100 SISWA TINGKAT SMA SEDERAJAT
DI CAREER DAY MGBK DKI
8 JANUARI 2019

Perilaku Prososial

91
100
90
80
70
60
50
40 Perilaku
30 Prososial
20 7
2
10
0
Normal Borderline Abnormal
KASUS REMAJA DI PKPR PUSKESMAS

NO
1 84%
JENIS MASALAH
45%
MASALAH PASANGAN (LGBT, PERILAKU SEKSUAL DLL) 40%
2 MASALAH KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK
Siswa Mengaku Siswa Usia 13-15 Th
3 PernahSEKS
MASALAH Mengalami
PRANIKAH Melaporkan Pernah
Kekerasan Di Sekolah Mengalami
4 MASALAH EMOSI KEJIWAAN USIA SEKOLAH (SDQ) & BULLYING
Kekerasan Fisik Oleh
Teman Sebaya
5 MASALAH KEHAMILAN DINI
6 MASALAH PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
7 MASALAH HIV AIDS
8
75%
MASALAH KONSELING CATEN
22% 50%
9 MASALAH ABORSI
Siswa Mengakui Siswa Perempuan Anak Melaporkan
Pernah Melakukan Menyebutkan Bahwa Mengalami
Kekerasan Di Sekolah Guru Atau Petugas Perundungan
Sekolah Merupakan (Bullying) Di Sekolah
Pelaku Kekerasan
SEHAT BANGSAKU, SEHAT NEGERIKU
69
PEDIATRIC SYMPTOM CHECKLIST (PSC)
NO PERILAKU ANAK TIDAK PERNAH KADANG-KADANG SERING SKOR
1. Sering mengeluh nyeri atau sakit 0 1 2
2. Menyendiri 0 1 2
3. Mudah Lelah, kurang energik 0 1 2
4. Gelisah, sulit untuk duduk tenang 0 1 2
5. Bermasalah dengan guru di sekolah 0 1 2
6. Kurang perhatian pada pelajaran di sekolah 0 1 2
7. Berperilaku selah-olah dikendalikan oleh mesin 0 1 2
8. Terlalu banyak melamun 0 1 2
9. Mudah teralih perhatiannya 0 1 2
10. Takut pada situasi baru 0 1 2
11. Sedih dan murung 0 1 2
12. Mudah marah 0 1 2
13. Cepat putus asa 0 1 2
14. Susah berkonsentrasi 0 1 2
15. Tidak suka berkawan 0 1 2
16. Berkelahi dengan anak lain 0 1 2
17. Membolos di sekolah 0 1 2
18. Penurunan prestasi di sekolah 0 1 2
19. Memandang rendah diri sendiri 0 1 2
20. Ke dokter, tetapi ternyata tidak ditemukan kelainan 0 1 2
21. Gangguan tidur 0 1 2
22. Kecemasan yang berlebihan 0 1 2
NO PERILAKU ANAK TIDAK PERNAH KADANG-KADANG SERING SKOR
23. Ingin bersama anda lebih lama 0 1 2
24. Merasa dirinya buruk 0 1 2
25. Mengambil risiko berlebihan yang tidak perlu 0 1 2
26. Ceroboh 0 1 2
27. Kurang gembira 0 1 2
28. Kekanak-kanakan bila dibanding anak sebayanya 0 1 2
29. Tidak mengikuti peraturan 0 1 2
30. Tidak menunjukkan perasaan 0 1 2
31.
32.
PEDIATRIC SYMPTOM CHECKLIST (PSC)
Tidak memahami perasaan orang lain
Mengganggu orang lain
0
0
1
1
2
2
33. Menyalahkan diri sendiri 0 1 2
34. Mengambil barang yang bukan kepunyaannya 0 1 2
35. Menolak untuk berbagi 0 1 2

TOTAL

PENILAIAN:
- Tidak Pernah :0 - Kadang-Kadang : 1 - Sering :2

- Anak Usia 4-6 tahun, jumlah nilai < 24 Tidak ditemukan masalah psikososial, jika nilai ≥ 24
terdapat masalah psikososial
- Anak berusia > 6 tahun, jumlah nilai < 28 tidak ditemukan masalah psikososial, jika nilai ≥ 28
terdapat masalah psikososial
INSTRUMEN PENILAIAN STRENGTH DIFFICULTIES QUESTIONNAIRE (SDQ 4-10 THN)

Nama : ……………………………. Laki-laki/Perempuan : ...............................


Tgl Pengisian : ........................................
Tanggal Lahir (Umur): ……………...................... Tanda tangan : ...............................

SKOR
NO. PERTANYAAN KODE TIDAK BENAR AGAK BENAR BENAR
1. Dapat memperdulikan perasaan orang lain Pro 1 0 1 2
2. Gelisah, terlalu aktif, tidak dapat diam untuk waktu lama H1 0 1 2
3. Sering mengeluh sakit kepala, sakit perut atau sakit-sakit lainnya E1 0 1 2
4. Kalau mempunyai mainan, kesenangan, atau pensil, anak bersedia berbagi dengananak-anak lain Pro 2 0 1 2
5. Sering sulit mengendalikan kemarahan C1 0 1 2
6. Cenderung menyendiri, lebih suka bermain seorang diri P1 0 1 2
7. Umumnya bertingkah laku baik, biasanya melakukan apa yang disuruh oleh orang dewasa C2 2 1 0
8. Banyak kekuatiran atau sering tampak kuatir E2 0 1 2
9. Suka menolong jika seseorang terluka, kecewa atau merasa sakit Pro 3 0 1 2
10. Terus menerus bergerak dengan resah atau menggeliat-geliat H2 0 1 2
11. Mempunyai satu atau lebih teman baik P2 2 1 0
12. Sering berkelahi dengan anak-anak lain atau mengintimidasi mereka C3 0 1 2
13. Sering merasa tidak bahagia, sedih atau menangis E3 0 1 2
14. Pada umumnya disukai oleh anak-anak lain P3 2 1 0
15. Mudah teralih perhatiannya, tidak dapat berkonsentrasi H3 0 1 2
16. Gugup atau sulit berpisah dengan orang tua/ pengasuhnya pada situasi baru, mudah kehilangan rasa E4 0 1 2
percaya diri
17. Bersikap baik terhadap anak-anak yang lebih muda Pro 4 0 1 2
18. Sering berbohong atau berbuat curang C4 0 1 2
19. Diganggu, dipermainkan, di intimidasi atau di ancam oleh anak-anak lain P4 0 1 2
20. Sering menawarkan diri untuk membantu orang lain (orang tua, guru, anak-anak lain) Pro 5 0 1 2
21. Sebelum melakukan sesuatu ia berpikir dahulu tentang akibatnya H4 2 1 0
22. Mencuri dari rumah, sekolah atau tempat lain C5 0 1 2
23. Lebih mudah berteman dengan orang dewasa daripada dengan anak-anak lain P5 0 1 2
24. Banyak yang ditakuti, mudah menjadi takut E5 0 1 2
25. Memiliki perhatian yang baik terhadap apapun, mampu menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah H5 2 1 0
sampai selesai 86
CARA MENGHITUNG SKOR SDQ
• Skor gejala emosional (e) : skor pada pertanyaan nomor
3+8+13+16+24=……
• Skor masalah perilaku (c): skor pada pertanyaan nomor 5+7+12+18+22=…..
• Skor hiperaktif (h) : skor pada pertanyaan nomor 2+10+15+21+25=……
• Skor masalah teman sebaya (p) : skor pada pertanyaan no.
6+11+14+19+23=…..
• Skor kekuatan/prososial : skor pada pertanyaan nomor 1+4+9+17+20=……
• Skor total kesulitan :
jumlah semua skor gejala emosional (e) + skor perilaku (c) + skor hiperaktif
(h) + skor teman sebaya (p) = .... (tanpa skor prososial)

88
INTERPRETASI DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN SDQ

1. SKOR KESULITAN
a. Gejala Emosional (E)
b. Masalah Perilaku (C)
c. Gejala Hiperaktif (H)
d. Masalah Teman Sebaya (P)

• Menghitung Total Skor Kesulitan = Skor E + C + H + P


PENILAIAN SKOR
GEJALA EMOSIONAL (E)
USIA < 11 TAHUN USIA 11 – 18 TAHUN

Jika Skor Jika Skor

0–3 Normal 0–5 Normal

4 Ambang/Borderline 6 Ambang/Borderline

5 – 10 Abnormal 7 – 10 Abnormal
PENILAIAN SKOR
MASALAH PERILAKU (C)

USIA < 11 TAHUN USIA 11 – 18 TAHUN

Jika Skor Jika Skor

0–2 Normal 0–3 Normal

3 Ambang/Borderline 4 Ambang/Borderline

4 – 10 Abnormal 5 – 10 Abnormal
PENILAIAN SKOR
HIPERAKTIVITAS (H)
USIA < 11 TAHUN USIA 11 – 18 TAHUN

Jika Skor Jika Skor

0–5 Normal 0–5 Normal

6 Ambang/Borderline 6 Ambang/Borderline

7 – 10 Abnormal 7 – 10 Abnormal
PENILAIAN SKOR
MASALAH TEMAN SEBAYA (P)
USIA < 11 TAHUN USIA 11 – 18 TAHUN

Jika Skor Jika Skor

0–2 Normal 0–3 Normal

3 Ambang/Borderline 4–5 Ambang/Borderline

4 – 10 Abnormal 6 – 10 Abnormal
PENILAIAN SKOR KESULITAN
USIA < 11 TAHUN USIA 11 – 18 TAHUN

Jika Skor Jika Skor

0 – 13 Normal 0 – 15 Normal

14 – 15 Ambang/Borderline 16 – 19 Ambang/Borderline

16 – 40 Abnormal 20 – 40 Abnormal
INTERPRETASI DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN SDQ

1. SKOR KEKUATAN
a. Perilaku Prososial (Pro)
• Mampu mempertimbangkan perasaan orang lain.
• Bersedia berbagi dengan anak lain.
• Suka menolong.
• Bersikap baik pada anak yang lebih muda.
• Sering menawarkan diri membantu orang lain.
b. Penilaian Skor Kekuatan :
Usia < 11 tahun : Usia 11-18 tahun :

Jika Skor = Jika Skor =


6 – 10 : Normal 6 – 10 : Normal
5 : Ambang/Boderline 5 : Ambang/Boderline
0–4 : Abnormal 0–4 : Abnormal
ALUR PENJARINGAN DAN PEMERIKSAAN JIWA/MENTAL

PENGAMATAN
MASALAH PSIKOSOSIAL DETEKSI KESWA
RAPOR KESWA

DETEKSI KESWA PSC/SDQ

SKOR
KESULITAN SKOR SKOR SKOR TEMAN SKOR
E+P+C+H EMOSI PERILAKU HIPERAKTIF SEBAYA KEKUATAN

AB
NORMAL BORDERLINE
NORMAL

RUJUKAN PELIHARA DAN TINGKATKAN


FASKES DERAJAT KESEHATAN JIWA
ANAK DAN REMAJA
KUESIONER SCL-90

Deteksi untuk tenaga pendidik (guru) dan tenaga


kependidikan (pegawai tata usaha, pekerja sekolah
lainnya) dengan menggunakan SCL-90.

TUGAS PERORANGAN UNTUK MENGISI INSTRUMEN


SCL-90 LIHAT DI MODUL
INSTRUMEN SCL - 90

NO DAFTAR KELUHAN/MASALAH 0 1 2 3 4
1. Sakit kepala 0 1 2 3 4
2. Merasa gugup dan berdebar-debar 0 1 2 3 4
3. Anda mempunyai pikiran yang tidak menyenangkan, berulang-ulang dan sukar 0 1 2 3 4
dihilangkan
4. Anda merasa mau pingsan atau pusing 0 1 2 3 4
5. Anda kehilangan gairah atau kesenangan seksual 0 1 2 3 4
6. Anda merasa ingin mengkritik orang lain 0 1 2 3 4
7. Anda merasa bahwa orang lain dapat mengkontrol pikiran anda 0 1 2 3 4
8. Perasaan ingin menyalahkan orang lain untuk sebagian besar kesulitan yang anda 0 1 2 3 4
hadapi
9. Anda sulit mengingat sesuatu 0 1 2 3 4
10. Anda merasa kuatir melakukan kelalaian atau hal-hal yang kotor 0 1 2 3 4
11. Perasaan anda mudah terganggu atau tersinggung 0 1 2 3 4
12. Anda mengalami rasa sakit di daerah dada/jantung 0 1 2 3 4
13. Anda merasa lemah atau menjadi lebih lamban 0 1 2 3 4
14. Anda ketakutan bila ditempat terbuka atau di jalan umum 0 1 2 3 4
15. Adanya pikiran untuk mengakhiri hidup 0 1 2 3 4
16. Anda mendengar suara-suara sedangkan orang lain disekitar anda tidak mendengarnya 0 1 2 3 4
17. Gemetar 0 1 2 3 4
18. Anda beranggapan bahwa orang-orang lain sebagian besar tidak dapat dipercaya 0 1 2 3 4
INSTRUMEN SCL - 90

NO DAFTAR KELUHAN/MASALAH 0 1 2 3 4
19. Nasfsu makan anda menurun 0 1 2 3 4
20. Anda mudah menangis 0 1 2 3 4
21. Anda merasa malu atau tidak tenang dengan pria /wanita lawan jenis 0 1 2 3 4
anda
22. Anda mempunyai perasaan bahwa anda sedang dijebak 0 1 2 3 4
23. Anda mendadak merasa takut tanpa alasan 0 1 2 3 4
24. Temperamen anda mudah meledak yang tidak dapat anda kontrol 0 1 2 3 4
25. Merasa takut keluar rumah sendirian 0 1 2 3 4
26. Perasaan menyalahkan diri sendiri 0 1 2 3 4
27. Rasa sakit di daerah pinggang bawah 0 1 2 3 4
28. Anda merasa terhalang untuk menyelesaikan sesuatu 0 1 2 3 4
29. Anda merasa kesepian 0 1 2 3 4
30. Perasaan anda diliputi kesedihan 0 1 2 3 4
31. Anda mempunyai kekuatiran berlebihan terhadap sesuatu 0 1 2 3 4
32. Anda kehilangan minat terhadap sesuatu 0 1 2 3 4
33. Anda mudah ketakutan 0 1 2 3 4
34. Perasaan anda mudah terluka 0 1 2 3 4
35. Anda merasa pikiran-pikiran pribadi anda diketahui orang lain 0 1 2 3 4
36. Anda merasa orang lain tidak memahami anda atau anda meraas 0 1 2 3 4
mereka tidak simpatik
INSTRUMEN SCL - 90
NO DAFTAR KELUHAN/MASALAH 0 1 2 3 4
37. Perasaan bahwa orang lain tidak ramah atau tidak menyukai anda 0 1 2 3 4
38. Anda merasa sangat lambat dalam menyelesaikan sesuatu karena menghindari 0 1 2 3 4
kesalahan
39. Anda merasa debaran jantung anda kuat dan cepat 0 1 2 3 4
40. Rasa mual atau perasaan tidak enak di perut 0 1 2 3 4
41. Perasaan rendah diri terhadap orang-orang lain 0 1 2 3 4
42. Anda merasakan sakit-sakit pada otot 0 1 2 3 4
43. Perasaan bahwa orang lain memperhatikan atau membicarakan anda 0 1 2 3 4
44. Susah tidur 0 1 2 3 4
45. Anda harus memeriksa berulang-ulang apa saja yang anda kerjakan 0 1 2 3 4
46. Sukar membuat keputusan 0 1 2 3 4
47. Anda merasa takut bepergian mengendarai bis, kereta pai atau pesawat terbang 0 1 2 3 4

48. Kesukaran untuk bernafas dengan lega 0 1 2 3 4


49. Rasa panas dan dingin 0 1 2 3 4
50. Keharusan untuk menghindari tempat, benda atau kegiatan tertentu karena hal 0 1 2 3 4
tersebut menakutkan
51. Pikiran anda terasa kosong 0 1 2 3 4
52. Hilang rasa atau kebas atau kesemutan bagian-bagian tertentu tubuh anda 0 1 2 3 4
53. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan 0 1 2 3 4
54. Perasaan bahwa tak ada harapan untuk masa depan 0 1 2 3 4
INSTRUMEN SCL - 90
NO DAFTAR KELUHAN/MASALAH 0 1 2 3 4
55. Anda sukar berkonsentrasi 0 1 2 3 4
56. Merasa lemah pada tubuh bagian tertentu 0 1 2 3 4
57. Merasa tegang atau terpaku/bengong 0 1 2 3 4
58. Kaki dan tangan terasa berat 0 1 2 3 4
59. Pikiran-pikiran tentang kematian atau akan mati 0 1 2 3 4
60. Terlalu banyak makan 0 1 2 3 4
61. Perasaan tidak tenang bila orang memperhatikan atau membicarakan anda 0 1 2 3 4
62. Anda mempunyai pikiran-pikiran yang bukan milik anda sendiri 0 1 2 3 4
63. Adanya dorongan untuk memukul, melukai atau merugikan orang lain 0 1 2 3 4
64. Terbangun pada dini hari 0 1 2 3 4
65. Keharusan untuk mengulang-ulang tidakan yang sama seperti menyentuh, 0 1 2 3 4
menghitung atau mencuci
66. Gelisan atau merasa terganggu waktu tidur 0 1 2 3 4
67. Adanya dorongan untuk merusak atau menghancurkan barang-barang 0 1 2 3 4
68. Pikiran atau keyakinan bahwa irang lain tidak mau bekerjasama 0 1 2 3 4
69. Perasaan malu terhadap diri sendiri diantara orang-orang 0 1 2 3 4
70. Perasaan tidak tenang diantara orang banyak seperti saat berbelanja atau 0 1 2 3 4
menonton film
71. Perasaan bahwa segala sesuatu perlu dicapai dengan perjuangan berat 0 1 2 3 4
INSTRUMEN SCL - 90
NO DAFTAR KELUHAN/MASALAH 0 1 2 3 4
72. Serangan-serangan panik atau teror atau ketakutan hebat 0 1 2 3 4
73. Perasaan tidak nyaman dalam soal makan 0 1 2 3 4
74. Sering terlibat dalam perdebatan /adu argumentasi 0 1 2 3 4
75. Gugup bila ditinggal sendirian 0 1 2 3 4
76. Orang lain kurang menghargai hal yang telah anda capai 0 1 2 3 4
77. Merasa kesepian walaupun tidak sendirian 0 1 2 3 4
78. Perasaan amat gelisah sehingga tidak dapat duduk dengan tenang 0 1 2 3 4
79. Perasaan tidak berguna 0 1 2 3 4
80. Adanya perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan menimpa anda 0 1 2 3 4
81. Berteriak atau membuang barang-barang 0 1 2 3 4
82. Merasa takut atau jatuh pingsan ditempat umum 0 1 2 3 4
83. Merasa bahwa orang-orang akan memanfaatkan anda 0 1 2 3 4
84. Pikiran-pikiran tentang seks yang amat mengganggu 0 1 2 3 4
85. Pikiran bahwa anda pantas mendapatkan hukuman karena dosa-dosa anda 0 1 2 3 4
86. Anda mempunyai pikiran-pikiran atau imajinasi tentang sesuatu yang menakutkan 0 1 2 3 4
87. Pikiran bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam tubuh anda 0 1 2 3 4
88. Anda tidak pernah dekat dengan orang lain 0 1 2 3 4
89. Perasaan bersalah 0 1 2 3 4
90. Merasa ada yang tidak beres dengan pikiran anda
SISTIM RUJUKAN DAN RUJUK BALIK

* Sistim rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan


jiwa yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik secara parsial,
vertikal maupun horizontal agar pasien mendapatkan pelayanan
keswa seoptimal mungkin.
* Pelayanan rujuk balik adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada penderita di fasilitas kesehatan atas rekomendasi
/rujukan dari dokter spesialis/sub spesialis yang merawat.
* Petugas membuat keputusan untuk merujuk pasien setelah
mengumpulkan dan menganalisis informasi yang relevan dengan
mengacu pada protokol/prosedur pelayanan
komponen dalam sistim rujukan : (1) sistim kesehatan, (2) fasilitas
yang merujuk, (3) tatacara rujukan, (4) fasilitas penerima rujukan,
(5) supervisi dan peningkatan kompetensi SDM
SISTIM RUJUKAN BERJENJANG

Pelayanan rujukan pada pasien jiwa terbagi atas rujukan internal


(parsial) dan eksternal (horisontal dan vertikal).
* Rujukan partial adalah pengiriman pasien ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis
atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian
perawatan pasien di fasilitas kesehatan tersebut.
* Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar
pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk
tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/
atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
* Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi atau sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai