KELOMPOK 3
Kelebihan volume Tujuan : pasien tidak menunjukkan a. Kaji masukan yang relatif terhadap a. perlu untuk menentukan fungsi ginjal,
cairan bukti-bukti akumulasi cairan keluaran secara akurat. kebutuhan penggantian cairan dan
berhubungan (pasien mendapatkan volume b. Timbang berat badan setiap hari (ataui penurunan resiko kelebihan cairan.
dengan cairan yang tepat) lebih sering jika diindikasikan). b. Mengkaji retensi cairan
kehilangan c. Kaji perubahan edema : ukur lingkar c. Untuk mengkaji ascites dan karena
protein sekunder abdomen pada umbilicus serta pantau merupakan sisi umum edema.
terhadap Kriteria hasil: edema sekitar mata. d. Agar tidak mendapatkan lebih dari
peningkatan Penurunan edema, d. Atur masukan cairan dengan cermat. jumlah yang dibutuhkan
permiabilitas ascites e. Pantau infus intra vena e. Untuk mempertahankan masukan yang
glomerulus. Kadar protein darah f. Kolaborasi : Berikan kortikosteroid diresepkan
meningkat sesuai ketentuan. f. Untuk menurunkan ekskresi proteinuria
Output urine adekuat g. Berikan diuretik bila diinstruksikan. g. Untuk memberikan penghilangan
600 – 700 ml/hari sementara dari edema.
Tekanan darah dan nadi
dalam batas normal.
LANJUTAN
Ketidakseimbangan Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam a. Catat intake dan output makanan secara akurat a. Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
nutrisi kuruang dari kebutuhan nutrisi akan terpenuhi b. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare.
b. Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan.
kebutuhan c. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet
Diare sebagai reaksi edema intestinalMencegah
berhubungan yang cukup.
status nutrisi menjadi lebih buruk.
dengan malnutrisi Kriteria Hasil : d. Beri diet yang bergizi
sekunder terhadap Napsu makan baik e. Batasi natrium selama edema dan trerapi c. membantu pemenuhan nutrisi anak dan
kehilangan protein Tidak terjadi kortikosteroid meningkatkan daya tahan tubuh anak
dan penurunan hipoprtoeinemia f. Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan d. asupan natrium dapat memperberat edema usus
napsu makan. Porsi makan yang rileks pada saat makan yang menyebabkan hilangnya nafsu makan
dihidangkan dihabiskan g. Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya anak
Edema dan ascites tidak dan Beri makanan dengan cara yang menarik
e. agar anak lebih mungkin untuk makan
ada. h. Beri makanan spesial dan disukai anak
f. untuk merangsang nafsu makan anak
g. untuk mendorong agar anak mau makan
h. untuk menrangsang nafsu makan anak
Resiko tinggi Tujuan :
l
a. Lindungi anak dari orang-orang yang a. Meminimalkan masuknya organisme.
infeksi Tidak terjadi infeksi terkena infeksi melalui pembatasan Mencegah terjadinya infeksi
berhubungan Kriteria hasil : pengunjung. nosokomial.
dengan Tanda-tanda infeksi tidak b. Tempatkan anak di ruangan non b. Mencegah terjadinya infeksi
imunitas tubuh ada infeksi. nosokomial.
yang menurun. Tanda vital dalam batas c. Cuci tangan sebelum dan sesudah c. Membatasi masuknya bakteri ke dalam
normal tindakan. tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat
Ada perubahan perilaku d. Lakukan tindakan invasif secara mencegah sepsis.
keluarga dalam melakukan aseptik d. Untuk meminimalkan pajanan pada
perawatan. e. Gunakan teknik mencuci tangan yang organisme infektif
baik e. Untuk memutus mata rantai penyebaran
f. Jaga agar anak tetap hangat dan kering infeksi
g. Pantau suhu. f. Karena kerentanan terhadap infeksi
h. Ajari orang tua tentang tanda dan pernafasan
gejala infeksi g. Indikasi awal adanya tanda infeksi
h. Memberi pengetahuan dasar tentang
tanda dan gejala infeksi
Ansietas Tujuan : Kecemasan a. Validasi perasaan takut a. Perasaan adalah nyata dan
berhubung menurun atau hilang atau cemas. membantu pasien untuk
an dengan Kriteria hasil : b. Pertahankan kontak tebuka sehingga dapat
lingkungan Kooperatif pada dengan klien. menghadapinya.
perawatan tindakan c. Upayakan ada keluarga b. Memantapkan hubungan,
yang asing keperawatan yang menunggu meningkatan ekspresi
(dampak Komunikatif pada d. Anjurkan orang tua untuk perasaan.
hospitalisa perawat membawakan mainan
c. Dukungan yang terus
si). atau foto keluarga
Secara verbal menerus mengurangi
mengatakan tidak ketakutan atau kecemasan
takur yang dihadapi.
d. Meminimalkan dampak
hospitalisasi terpisah dari
anggota keluarga.
Intoleransi Tujuan : mampu melakukan a. Kaji kemampuan klien melakukan a. sebagai pengkajian awal aktivitas klien.
aktifitas aktivitas sesuai kemampuan aktivitas b. meningkatkan istirahat dan
berhubungan Kriteria hasil : b. Tingkatkan tirah baring / duduk. ketenangan klien, posisi telentang
dengan Terjadi peningkatan mobilitas. c. Ubah posisi dengan sering. meningkatkan filtrasi ginjal dan
kelelahan. d. Berikan dorongan untuk beraktivitas menurunkan produksi ADH sehingga
bertahap. meningkatkan diuresis.
e. Ajarkan teknik penghematan energi c. pembentukan edema, nutrisi
contoh duduk, tidak berdiri. melambat, gangguan pemasukan
f. Berikan perawatan diri sesuai nutrisi dan imobilisasi lama
kebutuhan klien. merupakan stressor yang
mempengaruhi intregitas kulit.
d. melatih kekuatan otot sedikit demi
sedikit.
e. menurunkan kelelahan.
f. memenuhi kebutuhan perawatan diri
klien selama intoleransi aktivitas.
4.IMPEMENTASI
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Tindakan
keperawatan dibedakan kewenangan dan tanggung
jawab perawat secara profesional(Nursalam. 2011).
5.EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau
tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif
/ evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat
setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan
yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi :
a. Folume cairan tubuh normal
b. Pola hafas efektif
c. Resiko infeksi teratasi atau tidak terjadi infeksi
d. Integritas kulit normal
e. Curah jantung dan frekuensi jantung normal
f. Tidak terjadi bersihan jalan nafas
g. Perfusi jaringan perifer efektif
h. Tidak ada hambatan mobilitas fisik
i. Pertumbuhan dan perkembangan berjalan normal
LANJUTAN
Evalasi tersebut berdasarkan SOAPIE.
1. S (subjektif) adalah data yang di peroleh dari
pasien dan keluarga melalui wawancara.
2. O (objektif) adalah data yang di peroleh
perawat melalui obserfasi ataupun pemeriksaan
fisik
3. A (analisis)
4. P (plening)
5. I (Implementasi)
6. E (evaluasi)
ASUHAN KEPERAWATAN BATU
SALURAN KEMIH
Definisi Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan
mineral urine, biasa ditemukan di dalam ginjal atau
ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan
nephrolithiasis, urolithiasis, atau renal calculi.
• Klasifikasi Batu Saluran Kemih
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M
Black dalam buku Medical Surgical Nursing, dan
buku Basuki B Purnomo, adalah:
1. Batu Kalsium
• Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak,
batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat atau
kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil
disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang
sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan
dapat masuk ke kaliks.
2. Batu struvit
• Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena
terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi
saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium,
ammonium fosfat, dan karbonat membentuk batu
magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman
pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia,
enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus
3. Batu asam urat
Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat
adalah:
a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh
makanan yang banyak mengandung purine, peminum
alcohol.
b. Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari)
atau dehidrasi.
c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/
24jam. Asam urat yang berlebih dalam urin bertindak
sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium
oksalat.
4. Batu sistin
• Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic
secara congetinal yang mewarisi pengahambat
atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang
timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua,
jarang ditemukan pada usia
5. Batu xanthine
• Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal
ini terjadi karena defisiensi oksidasi xathine.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1 Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Keperawatan
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
d. Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e. Pola kebiasaan sehari-hari
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat kami angkat yakni :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /
dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan.