Anda di halaman 1dari 28

Asuhan Keperawatan Sindrom nefrotik

DANASUHAN KEPERAWATAN BATU SALURAN KEMIH

KELOMPOK 3

DOSEN PENGAMPU : NS. PRATIWI GASRIL,S.Kep, M.Kep


DISUSUN OLEH
ALDI FERNANDO
CHYNTYA DWI RAHMADANI
DESTI ARNITA JUANDRI
INTAN MARFIDIA WATI
REKA DEFITA
PUTRIANI
VANESA FITRINDA

MIPA DAN KESEHATAN


DIII KEPERAWATAN
2019
Asuhan Keperawatan Sindrom
nefrotik
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan
gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia
dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang
terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan
fungsi ginjal ( Ngastiyah, 2005).
Etiologi
Menurut Mansjoer, 2001 Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu
suatu reaksi antigen – antibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi :
1.Sindrom nefrotik bawaan
2. Sindrom nefrotik sekunder
3.Sindrom nefrotik idiopatik
Penyebab sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 menurut
muttaqin. 2012 adalah:
1) Primer, berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal,
seperti:
 Glomerulonefritis
 Nefrotik sindrom perubahan minimal

2) Sekunder, akibat infeksi, penggunaan obat, dan penyakit


sistemik lain, seperti:
 Diabetes mellitus
 Sistema lupus eritematosus
 Amyloidosis
Tanda dan gejala
Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka).
Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya
ditemukan disekitar mata (periorbital) yang tampak pada pagi hari, dan
berlanjut ke abdomen terjadi penumpukan cairan pada rongga pleura yang
menyebabkan efusi pleura, daerah genitalia dan ekstermitas bawah yaitu
pitting (penumpukan cairan) pada kaki bagian atas, penumpukan cairan pada
rongga peritoneal yang menyebabkan asites.
 Pucat
 Kenaikan berat badan
 mudah lelah atau lethargie tapi tidak kelihatan sakit payah.
 Hipertensi
 Pembengkakan jaringan akibat penimbunan garam dan air
Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
1. Urine
2. Darah
Asuhan keperawatan berdasarkan teori
A. Pengkajian
 Jenis Kelamin
 Identitas klien:
 Agama
 Suku/bangsa
 Status
 Pendidikan
 Pekerjaan
B. Identitas penanggung jawab
C.Riwayat Kesehatan
D. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
E.Pemeriksaan Fisik
F.Pengkajian Diagnostik
B.Diagnosa keperawatan teori
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein
sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kuruang dari kebutuhan berhubungan
dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan
napsu makan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang
menurun.
4. Ansietas berhubungan dengan lingkungan perawatan yang asing
(dampak hospitalisasi).
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan.
6. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan
7. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan
pertahanan tubuh.
8. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan fungsi
pernafasan
C. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional

Kelebihan volume Tujuan : pasien tidak menunjukkan a. Kaji masukan yang relatif terhadap a. perlu untuk menentukan fungsi ginjal,
cairan bukti-bukti akumulasi cairan keluaran secara akurat. kebutuhan penggantian cairan dan
berhubungan (pasien mendapatkan volume b. Timbang berat badan setiap hari (ataui penurunan resiko kelebihan cairan.
dengan cairan yang tepat) lebih sering jika diindikasikan). b. Mengkaji retensi cairan
kehilangan c. Kaji perubahan edema : ukur lingkar c. Untuk mengkaji ascites dan karena
protein sekunder abdomen pada umbilicus serta pantau merupakan sisi umum edema.
terhadap Kriteria hasil: edema sekitar mata. d. Agar tidak mendapatkan lebih dari
peningkatan  Penurunan edema, d. Atur masukan cairan dengan cermat. jumlah yang dibutuhkan
permiabilitas ascites e. Pantau infus intra vena e. Untuk mempertahankan masukan yang
glomerulus.  Kadar protein darah f. Kolaborasi : Berikan kortikosteroid diresepkan
meningkat sesuai ketentuan. f. Untuk menurunkan ekskresi proteinuria
 Output urine adekuat g. Berikan diuretik bila diinstruksikan. g. Untuk memberikan penghilangan
600 – 700 ml/hari sementara dari edema.
 Tekanan darah dan nadi
dalam batas normal.
LANJUTAN
Ketidakseimbangan Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam a. Catat intake dan output makanan secara akurat a. Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
nutrisi kuruang dari kebutuhan nutrisi akan terpenuhi b. Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia, diare.
b. Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan.
kebutuhan c. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet
Diare sebagai reaksi edema intestinalMencegah
berhubungan yang cukup.
status nutrisi menjadi lebih buruk.
dengan malnutrisi Kriteria Hasil : d. Beri diet yang bergizi
sekunder terhadap  Napsu makan baik e. Batasi natrium selama edema dan trerapi c. membantu pemenuhan nutrisi anak dan
kehilangan protein  Tidak terjadi kortikosteroid meningkatkan daya tahan tubuh anak
dan penurunan hipoprtoeinemia f. Beri lingkungan yang menyenangkan, bersih, dan d. asupan natrium dapat memperberat edema usus
napsu makan.  Porsi makan yang rileks pada saat makan yang menyebabkan hilangnya nafsu makan
dihidangkan dihabiskan g. Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya anak
 Edema dan ascites tidak dan Beri makanan dengan cara yang menarik
e. agar anak lebih mungkin untuk makan
ada. h. Beri makanan spesial dan disukai anak
f. untuk merangsang nafsu makan anak
g. untuk mendorong agar anak mau makan
h. untuk menrangsang nafsu makan anak
Resiko tinggi Tujuan :
l
a. Lindungi anak dari orang-orang yang a. Meminimalkan masuknya organisme.
infeksi Tidak terjadi infeksi terkena infeksi melalui pembatasan Mencegah terjadinya infeksi
berhubungan Kriteria hasil : pengunjung. nosokomial.
dengan  Tanda-tanda infeksi tidak b. Tempatkan anak di ruangan non b. Mencegah terjadinya infeksi
imunitas tubuh ada infeksi. nosokomial.
yang menurun.  Tanda vital dalam batas c. Cuci tangan sebelum dan sesudah c. Membatasi masuknya bakteri ke dalam
normal tindakan. tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat
 Ada perubahan perilaku d. Lakukan tindakan invasif secara mencegah sepsis.
keluarga dalam melakukan aseptik d. Untuk meminimalkan pajanan pada
perawatan. e. Gunakan teknik mencuci tangan yang organisme infektif
baik e. Untuk memutus mata rantai penyebaran
f. Jaga agar anak tetap hangat dan kering infeksi
g. Pantau suhu. f. Karena kerentanan terhadap infeksi
h. Ajari orang tua tentang tanda dan pernafasan
gejala infeksi g. Indikasi awal adanya tanda infeksi
h. Memberi pengetahuan dasar tentang
tanda dan gejala infeksi
Ansietas Tujuan : Kecemasan a. Validasi perasaan takut a. Perasaan adalah nyata dan
berhubung menurun atau hilang atau cemas. membantu pasien untuk
an dengan Kriteria hasil : b. Pertahankan kontak tebuka sehingga dapat
lingkungan  Kooperatif pada dengan klien. menghadapinya.
perawatan tindakan c. Upayakan ada keluarga b. Memantapkan hubungan,
yang asing keperawatan yang menunggu meningkatan ekspresi
(dampak  Komunikatif pada d. Anjurkan orang tua untuk perasaan.
hospitalisa perawat membawakan mainan
c. Dukungan yang terus
si). atau foto keluarga
 Secara verbal menerus mengurangi
mengatakan tidak ketakutan atau kecemasan
takur yang dihadapi.
d. Meminimalkan dampak
hospitalisasi terpisah dari
anggota keluarga.
Intoleransi Tujuan : mampu melakukan a. Kaji kemampuan klien melakukan a. sebagai pengkajian awal aktivitas klien.
aktifitas aktivitas sesuai kemampuan aktivitas b. meningkatkan istirahat dan
berhubungan Kriteria hasil : b. Tingkatkan tirah baring / duduk. ketenangan klien, posisi telentang
dengan Terjadi peningkatan mobilitas. c. Ubah posisi dengan sering. meningkatkan filtrasi ginjal dan
kelelahan. d. Berikan dorongan untuk beraktivitas menurunkan produksi ADH sehingga
bertahap. meningkatkan diuresis.
e. Ajarkan teknik penghematan energi c. pembentukan edema, nutrisi
contoh duduk, tidak berdiri. melambat, gangguan pemasukan
f. Berikan perawatan diri sesuai nutrisi dan imobilisasi lama
kebutuhan klien. merupakan stressor yang
mempengaruhi intregitas kulit.
d. melatih kekuatan otot sedikit demi
sedikit.
e. menurunkan kelelahan.
f. memenuhi kebutuhan perawatan diri
klien selama intoleransi aktivitas.
4.IMPEMENTASI
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Tindakan
keperawatan dibedakan kewenangan dan tanggung
jawab perawat secara profesional(Nursalam. 2011).
5.EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau
tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif
/ evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat
setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan
yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi :
a. Folume cairan tubuh normal
b. Pola hafas efektif
c. Resiko infeksi teratasi atau tidak terjadi infeksi
d. Integritas kulit normal
e. Curah jantung dan frekuensi jantung normal
f. Tidak terjadi bersihan jalan nafas
g. Perfusi jaringan perifer efektif
h. Tidak ada hambatan mobilitas fisik
i. Pertumbuhan dan perkembangan berjalan normal
LANJUTAN
 Evalasi tersebut berdasarkan SOAPIE.
1. S (subjektif) adalah data yang di peroleh dari
pasien dan keluarga melalui wawancara.
2. O (objektif) adalah data yang di peroleh
perawat melalui obserfasi ataupun pemeriksaan
fisik
3. A (analisis)
4. P (plening)
5. I (Implementasi)
6. E (evaluasi)
ASUHAN KEPERAWATAN BATU
SALURAN KEMIH
Definisi Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih adalah Kristal padat dari larutan
mineral urine, biasa ditemukan di dalam ginjal atau
ureter. Penyakit ini dikenal juga dengan sebutan
nephrolithiasis, urolithiasis, atau renal calculi.
• Klasifikasi Batu Saluran Kemih
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M
Black dalam buku Medical Surgical Nursing, dan
buku Basuki B Purnomo, adalah:
1. Batu Kalsium
• Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak,
batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat atau
kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil
disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang
sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan
dapat masuk ke kaliks.
2. Batu struvit
• Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena
terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi
saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium,
ammonium fosfat, dan karbonat membentuk batu
magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman
pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia,
enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus
3. Batu asam urat
Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat
adalah:
a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh
makanan yang banyak mengandung purine, peminum
alcohol.
b. Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari)
atau dehidrasi.
c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/
24jam. Asam urat yang berlebih dalam urin bertindak
sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium
oksalat.
4. Batu sistin
• Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic
secara congetinal yang mewarisi pengahambat
atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang
timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua,
jarang ditemukan pada usia

5. Batu xanthine
• Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal
ini terjadi karena defisiensi oksidasi xathine.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1 Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Keperawatan
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
d. Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e. Pola kebiasaan sehari-hari
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat kami angkat yakni :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /
dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan.

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung


kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik

3. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual /


muntah

4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, salah


interpretasi informasi, sikap acuh terhadap interpretasi.
3.Intervensi
Tujuan dan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut b.d Tujuan: 1) Kaji intensitas, lokasi, frekuensi dan 1) Peningkatan nyeri adalah
peningkatan frekuensi / Setelah dilakukan tindakan penyebaran nyeri indikasi dari obstruksi, bila
dorongan kontraksi keperawatan 3x24 jam nyeri dapat 2) Kaji tanda keringat dingin, tidak nyeri hilang kemungkinan
ureteral, trauma teratasi dapat beristirahat, dan ekspresi wajah batu sedang bergerak
jaringan. Kriteria Hasil: 3) Tingkatkan pemasukan sampai 2) Mengobservasi tanda-tanda
Nyeri berkurang, Skala nyeri 2500 ml/hari sesuai toleransi shock
menurun, klien dapat beristirahat 4) Berikan tindakan kenyamanan ( 3) Menurunkan iritasi dengan
dan tampak rileks sentuhan terapeutik, pengubahan mempertahankan cairan
posisi, pijatan punggung ) dan konstan kemukosa kandung
aktivitas terapeutik. Dorong kemih
penggunaan teknik relaksasi,
termasuk latihan napas dalam,
visualisasi, pedoman imajinasi.
5) Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi
LANJUTAN
2 Gangguan Tujuan : 1) Awasi pemasukan 1) Hasil pengawasan
eliminasi urin Setelah dilakukan dan pengeluaran memberikan informasi
b.d stimulasi tindakan cairan dan tentang fungsi ginjal dan
kandung keperawatan 3x karakteristik urine adanya komplikasi
kemih oleh 24 jam gangguan 2) Tingkatkan 2) Hidrasi yang cukup
batu, iritasi eliminasi urine pemasukan meningkatkan pengenceran
ginjal atau teratasi sampai 2500 kemih dan membantu
ureteral, Kriteria Hasil: ml/hari sesuai mendorong lewatnya batu.
obstruksi Nyeri saat toleransi 3) Akumulasi uremik dan
mekanik berkemih 3) Observasi ketidakseimbangan elektrolit
berkurang, perubahan status dapat mempengaruhi sistem
berkemih tidak mental saraf pusat
menetes, pola 4) Periksa urine 4.)membantu mengidentifikasi tipe
berkemih kembali 5) Awasi pemeriksaan batu dan pilihan terapi
normal laboratorium
untuk elektrolit,
BUN, dan
kreatinin
6) Kolaborasi
pemberian
acstazolamid/alup
urinol, dan
antibiotik
4.IMPLEMENTASI
• Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat
terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat
secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi
keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1. Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2. Menyiapkan tenaga dan alat yang diperlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
5.EVALUASI

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan


dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan
keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Evaluasi
yang diharapkan pada pasien dengan Batu Saluran Kemih
ialah nyeri akut dapat tertangani dengan tepat, proses
eliminasi urin kembali normal, kekurangan volume cairan
dapat terhindari dan pasien memiliki pengetahuan
mengenai penyakit yang dialaminya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai