Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK PENGOLAHAN PAKAN PADA

RUMPUT GAJAH

KELOMPOK II (DUA)
IBNATUN KHASANAH 1754241005
NAUFAL ZAKI KURNIAWAN 1754241010
ERLANGGA JS 1754241019
SAFIRA HUWAIDA 1754241022
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN

Pengolahan dan pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan cara


fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan kobinasinya. Perlakuan secara fisik
dapat dilakukan dengan cara penjemuran, pencacah atau pemotongan,
penggiling, penghancuran serta pembuatan pelet (Wahyono dan
Hardiyanto, 2004). Perlakuan secara kimiawi dilakukan dengan cara
menanbahkan bahan kimia seperti amoiasi. Amoniasi merupakan salah
satu perlakuan bahan pakan secara kimiawi yang bersifat alkalis
sehingga dapat melarutkan hemiselulosa dan memutuskan ikatan atara
lignin dan selulosa atau hemiselulosa (Klopfenstein, 1987 dalam
Pprastyawan at al., 2012). Perlakuan secara biologis dapat dilskukan
dengan cara fermentasi dengan menggunakan mikroba starter, proses
fermentasi ini bermanfaat untuk menurunkan kadar serat kasar,
meningkatkan kecernaan dan meningkatkan kadar protin bahan pakan
(Tampoebolon, 1997 dalam Prastyawan at al., 2012). Dan perlakuan
secara kombinasi dapat dilakukan dengan cara gabungan dari fisik-kimia,
fisik-biologi dan atau biologi-kimia.
Utomo (2012), menambahkan ada cara lain untuk pengawetan
bahan pakan yaitu haylage (perpaduan antara hay dan silase), yakni
silase yang dibuat dari hijauan pakan yang berkadar air rendah (40
– 50%). Syarat hijauan yang dibuat silase adalah segala jenis
tumbuhan atau hijauan serta bijian yang disukai oleh ternak,
terutama yang mengandung banyak karbohidratnya.

Silase dapat dibuat dari berbagai jenis hasil panen. McDonald et


al. (1991) menyatakan bahwa silase merupakan bahan pakan yang
diproduksi secara fermentasi, yaitu dengan cara pencapaian kondisi
anaerob. Selanjutnya Bolsen et al. (2000) menambahkan bahwa
silase adalah bahan pakan yang diproduksi melalui proses
fermentasi. Bahan tersebut berupa tanaman, hijauan, limbah
pertanian yang mengandung kadar air lebih dari 50%.
RUMPUT GAJAH

Rumput gajah merupakan salah satu rumput yang memiliki kandungan


nutrisi tinggi, yang biasanya digunakan untuk pakan ternak ruminansia
seperti kambing, domba, sapi, dan kerbau serta lainnya. Rumput ini
berasal dari Afrika, yang menyebar luas keberbagai daerah dan wilayah
dengan cepat karena pertumbuhannya sangat baik serta mudah
beradaptasi dengan lingkungan. Sebagian para peternak juga banyak
yang membudidayakan rumput ini sebagai padang pengembalaan
ternaknya.
Rumput gajah termasuk tanaman tahunan, tumbuh tegak
menyerupai tebu, mudah berkembang biak, berdaun lebar, tipis dan
mempunyai tulang daun. Rumput gajah mempunyai batang bulat
berkayu dan berbuku-buku dimana dari buku tersebut nantinya akan
keluar tunas baru yang kemudian akan menjadi batang baru. Batang
rumput gajah ditutupi perisai daun yang agak berbulu. Diameter
batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20
ruas/buku. Tinggi batang mencapai 2-3 m, lebar daun 1,25-2,50 cm
serta panjang daun 60-90 cm.

Daya adaptasi rumput gajah sangat luas mulai dari jenis tanah tekstur
ringan, sedang sampai berat, dan tanah yang kurang subur. Walaupun
rumput gajah dikelola dengan kurang baik masih tetap menghasilkan
hijauan yang tinggi. Kondisi tanah yang diperlukan untuk menghasilkan
produksi yang optimal adalah tanah yang lembab, kelembapan yang
dikehendaki oleh rumput gajah adalah 60-70%.
Pieper (1996), menambahkan silase dapat memaksimalkan feed
intake dan mengurangi pencemaran udara. Proses fermentasi yang
optimum pada silase juga dipengaruhi oleh lingkungan. Kualitas silase
dipengaruhi oleh faktor biologi yaitu tahap kematangan bahan pakan
juga teknologi yang dipergunakan saat pembuatan silase (Bolsen et al.
2000). Jika dibandingkan dengan pembuatan hay dan amoniasi,
pembuatan silase memiliki kelebihan yaitu:
▪ Hijauan tidak mudah rusak oleh hujan pada
waktu dipanen
▪ Tidak banyak daun yang terbuang
Permasalahan utama dari penyediaan pakan ternak ruminansia
adalah tidak terpenuhinya jumlah dan kecukupan nilai nutrisi yang
disebabkan antara lain ketersediaaan pakan yang tidak terus menerus
(kontinyu) sepanjang tahun. Pada musim penghujan produksi pakan
terutama hijauan tinggi dan terjadi kekurangan pada musim kemarau.

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika


tersebut adalah dengan teknologi silase. Caraini memungkinkan untuk
mengolah bahan pakan hijauan untuk meningkatkan kecernaan dari bahan
pakan yang pada umumnya mengandung serat kasar yang tinggi.
Pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
cara kering, yaitu pembuatan hijauan kering dan jerami kering dan cara
basah, yakni melakukan fermentasi hijauan segar, misalnya rumputatau hasil
sampingpertanian, seperti jerami jagung (corn stover) dalam keadaan
terkontrol yangdikenal dengan istilah pembuatan silase.
Cara pengolahan rumput gajah
sebagai pakan ternak
1. Rumput Gajah umur 40-50 hari atau rumput Odot umur 50-60 hari
setelah dipotong dari lahan, dilayukan dulu dengan cara diangin-
anginkan di dalam gudang atau tempat yang teduh, selama 1–2
malam, posisi berdiri supaya kadar airnya turun menjadi
maksimum 30%. Kemudian di-chopper kecil-kecil, dihampar tipis;
2. Ditaburi konsentrat dengan kadar protein 14,5% dan energi 2.200-
2.400 KCal/kg secara merata;
3. Disiram pakai gembor dengan probiotika cair 1 liter;
4. Diaduk-aduk secara manual juga bisa, sampai rata. Lebih baik lagi
bila diaduk pakai mixer supaya rata dengan homogenitas bisa 94-
95%;
5. Kemudian hasil campurannya diperiksa kadar airnya apakah
sudah tepat;
6. Bila kadar air sudah tepat, masukkan ke dalam karung yang
telah dikasih plastik (inner) yang relatif tebal supaya kuat dan
tidak mudah robek atau berlubang;
7. Disetel bobot 50 kg/zak, kemudian plastik inner ditali dan
zak juga ditali;
8. Disimpan sambil diperam. Setelah disimpan selama 4
minggu, fermentasi pakan komplitnya matang. Baunya harum
seperti tape dan rasanya manis asam (perubahan
organoleptik);
THANKS FOR ATTANTION 

Anda mungkin juga menyukai