Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 2 :

 Muhammad Andry (410016044)


 Lidia Aprilita (410016045)
 Yazid Alfarizi (410016047)
 Renita J.C. (410016032)
Pulau Sumatra terletak pada bagian barat daya dari mikro kontinen Sunda dan
merupakan jalur konvergensi antar lempeng yaitu lempeng Indo-Australia yang menyusup
ke lempeng Eurasia. Pulau Sumatra terbentuk akibat amalgamasi usur-unsur yang berasal
dari benua Asia dan Gondwana. Bagian Gondwana yang beramalgamasi dengan Asia
dikenal dengan istilah Sibumasu yaitu (Siam Burma Malaysia dan Sumatra). Pulau Sumatra
terbentuk akibat adanya kolisi dan suturing dari mikrokontinen pada Akhir Pra-Tersier.

Cekungan adalah bentuk muka bumi yang lebih rendah dari permukaan
bumi disekelilingnya. Dalam hal ini kita membicarakan cekungan sedimentasi yang
menjadi sumber hidrokarbondi Indonesia. Secara umum Indonesia memiliki lebih dari 60
Gambar 1. Lempeng-lempeng yang mempengaruhi tektonik di
cekungan , dengan 22 cekungan telah berproduksi dan terletak di Indonesia bagian barat
Indonesia (Hall, 1995).
dan 38 cekungan masih pada tahap eksplorasi dan terletak di Indonesia bagian Timur.
Cekungan-cekungan yang berada di Indonesia Bagian barat umumnya merupakancekungan
belakang busur (back arc basin).

1
Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur
Belakang ( back arc basin) yang berkembang di sepanjang pantai barat dan
selatan Paparan Sunda di barat daya Asia Tenggara. Cekungan ini terbentuk
akibat penunjaman Lempeng Samudera Hindia yang bergerak relatif ke arah
utara (N 6°E) dan menyusup ke bawah Lempeng Benua Asia. Cekungan
Sumatera Tengah terbentuk pada awal Tersier (Eosen - Oligosen) merupakan
seri dari struktur half graben dan berbentuk asimetris berarah barat laut -
tenggara. Bagian yang terdalam terletak pada bagian barat daya dan melandai
ke arah timur laut. Pada beberapa half graben ini diisi oleh sedimen klastik
non – marine dan sedimen danau (Eubank & Makki, 1981). Pada bagian barat
daya cekungan ini dibatasi oleh Uplift Bukit Barisan, bagian barat laut
dibatasi oleh Busur Asahan, sebelah tenggara dibatasi oleh Tinggian
Tigapuluh dan di sebelah timur laut dibatasi oleh Kraton Sunda (Mertosono &
Nayoan,1974).

Gambar 2. Peta cekungan di daerah Sumatera (Bishop,


2000).
2
Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur sejak Neogen. Pada periode Paleogen
(Eosen-Oligosen) daerah ini merupakan seri dari struktur setengah graben (half graben) yang terbentuk
akibat proses rifting . Pada bagian baratdaya Cekungan Sumatera Tengah dibatasi oleh tinggian Bukit
barisan, disebelah barat laut oleh Busur Asahan, dan disebelah timur laut oleh Dataran Sunda. Cekungan
Sumatrea tengah terbentuk oleh karena adanya penujaman secara miring (oblique subduction) lempeng
samudra Hindia dibawah lempeng Benua Asia. Penujaman ini mengakibatkan terjadinya gaya tarikan
pada Cekungan Sumatra Tengah yang merupakan cekungan belakang busur. Gaya tarikan ini yang
nantinya membentuk graben, half graben, dan horst . Selain itu terdapat gaya kompresi yang dihasilkan
suatu system sesar geser dekstral akibat dari oblique subduction dibagian barat dan barat daya Pulau
Sumatera yang dicirikan dengan adanya kenampakan negative flower structure, positive flower structure,
en echelon fault dan enchelon fold.

3
Pulau Sumatera berhubungan erat dengan pertumbukan
antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6
Juta tahun lalu, mengakibatkan perubahan sistematis perubahan
arah dan kecepatan relatif antar lempengnya. Penunjaman Sunda
berawal dari sebelah barat Sumba hingga Sumatera sepanjang ±
3.700 km,pada pulau sumatra memiliki arah struktur geologi
dominan Barat laut-Tenggara ,diawali dari teluk semangko
hingga banda aceh.

Gambar 3. Peta pulau sumatera dan arah struktur Sesar


Semangko
4
Struktur pada pulau sumatra merupakan proses hasil dari tiga
orogenesa utama (de Coster, 1974):
Orogenesa pertama terjadi pada Mesozoikum Tengah,
mengakibatkan batuan berumur paleozoikum dan Mesozoikum
Awal mengalami perlipatan, pengangkatan, pensesaran ,
menghasilkan pola struktur berarah baratlaut-tenggara
Orogenesa kedua terjadi pada Kapur Akhir-Eosen
danmenghasilkan pola struktur bearah utara-selatan
membentuk konfigurasi batuan dasar yang berupa half graben,
horst, dan fault block.
Orogenesa ketiga terjadi pada Plio-Pleistosen, menghasikan
pola struktur berarah barat laut tenggara dan depresi ke arah
timur.

Gambar 5. Peta pulau sumatra dan arah struktur Sesar


Semangko dan sesar mentawai

Gambar 6. Penampang pulau serta struktur Sesar Semangko dan Sesar Mentawai
5
Adapun struktur yang terbentuk pada sumatra tengah
merupakan hasil dari tektonik pada saat pembentukan
pulau sumatra.
Heidrick dan Aulia (1993) menyatakan bahwa
perkembangan struktur diSumatra Tengah secara
geometri dan kinematika dibagi menjadi 4 fase tektonik
utama yang dinotasikan sebagai F0, F1, F2 dan F3.

Gambar 7. Perkembangan tektonik Cekungan Sumatera Tengah


(Heidrick dan Aulia, 1993)
6
Fase F0
Merupakan fase tektonik Pada Pra-Tersier yang
menyebabkan terjadi deformasi pada Besement dan
menyebabkan adanya sesar. Penyebabdari deformasi ini
masih belum diketahui secara baik. Struktur yang ada
pada umumnya berupa patahan yang tentunya telah
mengalami reactivation menjadi sesar naik dan mendatar.

Gambar 8. Perkembangan tektonik Cekungan Sumatera Tengah


(Heidrick dan Aulia, 1993)
7
Fase F1
tektonik F1 yang terjadi pada Eosen Awal-Oligosen Akhir
mengawali perkembangan kerangka tektonik Tersier yang
disebut juga fase riftting , fase ini juga merupakan
penyebab terbentuknya sesar-sesar normal berarah Utara
danTimurlaut.
Heidrick dan Aulia (1993). Menyampaikan ada orientasi
dan pola struktur yang berarah Utara-Selatan.

Gambar 9. Perkembangan tektonik Cekungan Sumatera Tengah


(Heidrick dan Aulia, 1993)

8
Fase F2
Fase ini berlangsung antara Akhir Oligosen- Miosen Tengah,
fase ini disebut juga fase saging, pada fase ini ditandai oleh
munculnya sesar-sesar mendatar sepanjang sesar-sesar yang
berarah Utara-Selatan.

Gambar 10. Perkembangan tektonik Cekungan Sumatera Tengah


(Heidrick dan Aulia, 1993)

9
Gambar 11. Perkembangan tektonik Cekungan Sumatera Tengah fase F3(Heidrick
dan Aulia, 1993)

Fase F3
Fase ini terjadi pada Akhir Miosen-Resen. Fase ini disebut
juga fase kompresi. terbentuknya jalur pegunungan vulkanik
dan right lateral strike slip sepanjang BukitBarisan yang
mengakibatkan kompresi sepanjang Sumatra Utara dan Tengah
dengan arah gaya NE-SW. Gambar 12. Kerangka struktur geologi fasa F2 dan fasa F3 di Cekungan
Sumatera Tengah (Heidrick dan Aulia, 1996).

10
Gambar 9. Stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
(Hedrick dan Aulia, 1993)

11
Kelompok Pematang
Batuan yang mendominasi adalah konglomerat, batupasir, batulanau, batulumpur,
batulempung dan serpih yang terendapkan pada lingkungan alluvial, fluvial, dataran banjir,
delta dan danau.
Kelompok Pematang dibagi menjadi tiga Formasi:
 Formasi Lower Red Bed, Terdiri dari batulempung, batulanau, batupasir, konglomerat yang
diendapkan pada lingkungan darat dengan sistem pengendapan kipas alluvial dan
berubah lateral menjadi lingkungan sungai dan danau.
 Formasi Brown Shale, Terdiri dari serpih laminasi baik, berwarna coklat sampai hitam, kaya
akan material organik, yang mengindikasikan lingkungan pengendapan dengan kondisi air
tenang.
 Formasi Upper Red Bed. Terdiri dari litologi batupasir, konglomerat dan serpih merah
kehijauan.
Kelompok Sihapas
Kelompok Sihapas diendapkan secara tidakselaras di atas Kelompok Pematang. Kelompok
Sihapas terbagi menjadi empat formasi yaitu:
 Formasi Menggala, diperkirakan berumur Miosen Awal. Litologinya atas batupasir halus
sampai kasar yang bersifat konglomeratan. Lingkungan pengendapannya berupa braided
river sampai non-marine.
12
 Formasi Bangko, berumur sekitar Miosen Awal. Litologinya berupa serpih abu-abu yang bersifat
gampingan berselingan dengan batupasir halus sampai sedang. Lingkungan pengendapanya open
marin shelf.
 Formasi Bekasap, mempunyai kisaran umur Miosen Awal. Litologi penyusunnya berupa batupasir
dengan kandungan glaukonit pada bagian atasnya serta sisipan serpih, batugamping tipis dan lapisan
tipis batubara. Lingkungan pengendapan dari estuarine, intertidal, inner-neritic sampai middle/outer.
 Formasi Duri, diperkirakan berumur Miosen Awal. Litologinya berupa batupasir berukuran halus sampai
medium diselingi serpih dan sedikit batugamping. Lingkungan Pengendapan adalah barrier bar
complex dan delta front.
Formasi Telisa
Formasi ini didominasi oleh batu lempung dan diselingi oleh lapisan batulanau, batu gamping serta
batupasir. Formasi Telisa berumur Miosen diendapkan pada lingkungan pengendapan marine.
Formasi Petani
Formasi ini didominasi oleh lapisan-lapisan batulempung terkadang ditemukan perselingan batupasir dan
batulanau. Lapisan-lapisan batupasir umumnya tidak terkonsolodasi. Formasi Petani berumur Miosen
diendapkan pada lingkungan marine.
Formasi Minas
Formasi ini terdiri dari lapisan yang di dominasi oleh batupasir dan terkadang muncul lapisan tipis
batulempung. Dijumpai butiran sekunder terdiri dari vulkanik, karbonatan dan fragmen litik, glaukonit
serta terkadang mineral mafik. Formasi Minas berumur Miosen hingga Pliosen dan diendapkan pada
lingkungan deltaic.

13
A. Minyak Bumi

Tahun 1968, PT.CPI (Caltex Pacific Indonesia) melakukan 270 pemboran sumur wildcat di Cekungan Sumatera
Tengah, 107 diantaranya ditemukan minyak dan gas, dan mendeliniasi 98 lapangan minyak baru. Kegiatan
eksplorasi PT.CPI berlangsung gencar dari tahun 1970-an hingga 1980-an, meliputi kegiatan akuisisi sesmik dan
pemboran wildcat. Operator – operator lain yang beroprasi di Cekungan Sumatera Tengah antara lain, Royal
Dutch Shell, Stanvac, Pan American Oil (Amoco), Union Oil, Arco, Mobil, Conoco dan Total.

Pada Cekungan Sumatera Tengah, minyak diproduksi dari reservoir post rift berumur Miosen Awal dari
Grup Sihapas. Sebagian kecil produksi dihasilkan dari reservoir klastik Grup Pematang (endapan syn-rift).
Karakter spesifik Cekungan Sumatera Tengah adalah ketidakhadiran reservoir karbonat, seperti di Cekungan
Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Jawa Timur Utara.

14
Sumber Daya Alam Minyak

Pada Cekungan Sumatera Tengah lapangan minyak banyak terdapat di daerah Riau, yaitu Lapangan Duri, Dumai, Minas, Kotabatak, Bekasap, Zamrud,
Petani, Ampuh, Petapahan, Pedada, Batam, Bangko. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jendral
Minyak dan Gas Bumi cadangan pada cekungan ini sebesar 3.823,11 MMSTB.

Perusahaan minyak yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi di Cekungan Sumatera Tengah ini antara lain, PT Chevron Pacific Indonesia, Royal Dutch
Shell, Stanvac, Pan American Oil (Amoco), Union Oil, Arco, Mobil, Conoco dan Total.

Produksi PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Blok Rokan sebesar 209,4 ribu barel per hari (Dwi Sutjcipto, Kepala SKK MIGAS) dan menempati
posisi kedua produksi minyak terbesar di Indonesia tahun 2018.

Tabel besar KKKS Produksi Minyak Bumi di Indonesia tahun 2018

15
Perusahaan yang melakukan penambangan di Cekungan Sumatera Tengah antara lain, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).

16
B. Batubara

Formasi pembawa Batubara pada Cekungan Sumatera Tengah adalah Formasi


Petani. Batubara pada formasi ini umumnya terdapat pada bagian atas Formasi.
Batubara pada Cekungan Sumatera Tengah terendapkan pada lingkungan laut
dangkal dan daerah delta.

Cadangan batubara di Cekungan Sumatera Tengah mencapai 2057.22 juta ton


dengan kualitas batubara Medium - High Grade Coal. Dan data produksi
pada tahun 2018 mencapai 26.355.401 ton.

17
Perusahaan yang melakukan penambangan di Cekungan Sumatera Tengah antara lain, PT. Bukit Asam (PTBA) Tbk.

18
 Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur sejak Neogen. Pada periode Paleogen
(Eosen-Oligosen) daerah ini merupakan seri dari struktur setengah graben (half graben) yang
terbentuk akibat proses rifting .
 Heidrick dan Aulia (1993) menyatakan bahwa perkembangan struktur di Sumatera Tengah
secara geometri dan kinematika dibagi menjadi 4 fase tektonik utama yang dinotasikan sebagai
F0, F1, F2 dan F3.
 Stratigrafi regional didalam Cekungan Sumatra Tengah tersusun dari beberapa unit formasi dan
kelompok batuan dari yang tua ke muda. Batuan dasar yang berfungsi sebagai landasan
Cekungan Sumatra Tengah dibagi menjadi tiga kelompok batuan (Eubank dan Makki 1981
dalam Heidrick, dkk., 1993).
 Potensi sumber daya alam yang dijumpai pada cekungan Sumatera Tengah berupa minyak
bumi batubara.

19

Anda mungkin juga menyukai