PENGERTIAN KOROSI
2
Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia
pada bahan–bahan logam yang pada dasarnya
merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan
logam yang kontak langsung dengan lingkungan ber-
air dan oksigen.
3
4
Fenomena korosi merupakan reaksi kimia yang dihasilkan dari
dua reaksi yang melibatkan elektron sehingga menghasilkan
suatu reaksi elektrokimia. Dari dua reaksi ini terdapat reaksi
oksidasi pada anoda dan reaksi reduksi pada katoda (Alfin,
Reaksi elektrokimia pada proses korosi, yaitu
2011)
5
AKIBAT KOROSI
6
Jenis – jenis korosi yang terjadi
pada pipa
General / Uniform corrosion
7
8
Pitting corrosion
(korosi sumuran)
Merupakan fenomena korosi dimana proses korosi
terjadi pada suatu area pada permukaan logam
yang akhirnya menyebabkan terjadinya lubang
pada permukaan tersebut. Korosi ini biasanya
disebabkan oleh chloride atau ion
yang mengandung chlorine. Korosi ini dapat
dicegah dengan pemilihan material yang sesuai
dan memiliki ketahan tinggi terhadap korosi
Errosion Corrosion
(korosi erosi)
11
Galvaniscorrosion (korosi galvanis )
Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama
dihubungkan dan berada di lingkungan korosif. Salah satu
dari logam tersebut akan mengalami korosi, sementara
logam lainnya akan terlindungi dari serangan korosi.
12
13
Stress corrosion (korosi tegangan )
14
Stress corrosion adalah bentuk korosi dimana material
mengalami keretakan akibat pengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang
mengalami tegangan tarik statis di lingkungan tertentu,
seperti baja tahan karat sangat rentan terhadap nitrat.
15
Crevice corrosion (korosi celah)
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah
diantara dua komponen
Merupakan korosi yang terjadi pada sambungan bertindih
sekrup-sekrup yang terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau
timbul dari produk-produk karat.
16
17
Korosi mikrobiologi
18
Fatigue corrosion ( korosi lelah )
19
Hal – hal yang mempengaruhi terjadinya korosi
21
22
ASTM Internasional merupakan organisasi
internasional sukarela yang mengembangkan
standardisasi teknik untuk material, produk, sistem
dan jasa. ASTM Internasional yang berpusat di
Amerika Serikat. ASTM dibentuk pertama kali pada
tahun 1898
23
MONITORING KOROSI
24
Upaya – upaya untuk mencegah terjadinya korosi
25
PERHITUNGAN LAJU KOROSI PIPA
DAN SISA UMUR PIPA
our office
26
27
28
29
30
4X
31
Hitunglah laju korosi dan remaining service life apabila
diketahui Umur pipa adalah 13X.X hari
32
PENGERTIAN SAND CONTROL
35
PENYEBAB SAND CONTROL
PENGURANGAN STRENGTH
FORMASINYA
Sand free flow rate merupakan besarnya laju produksi kritis, dimana
apabila sumur tersebut diproduksikan melebihi laju kritisnya, maka
akan menimbulkan masalah kepasiran.
PENGONTROLAN PASIR
HARGA FAKTOR
SEDIMENTASI
CONSOLID UNCONSOLIDA
ATED TED
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESTABILAN FORMASI
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rusaknya kestabilan formasi
pasir tercakup di dalam sifat batuan itu sendiri disamping pengaruh
fluida.
Dimana :
Qz = Laju produksi kritis, stb/hari
Kz = Permeabilitas formasi, md
Bz = Faktor volume formasi, bbl/stb
Nz = Jumlah lubang perforasi
Gz = Shear modulus batuan, psi
z = Viscositas fluida, cp
Az = Luas kelengkungan butir pada kondisi test, sq-ft
At = Luas kelengkungan butir pada kondisi
pengamatan, sq-ft
2. SEMENTASI BATUAN
Batupasir merupakan batuan sedimen klastik, yang butirannya terdiri
dari
kwarsa, feldspar dan chert dengan silt , shale dan/atau lempung
sebagai matrik batuan.
Batupasir terbagi menjadi tiga jenis tergantung dari komposisi
kimianya,
yaitu kwarsit, graywacke dan arkose
Mineral tidak stabil adalah lempung yang banyak terdapat pada pasir arkose
dan
graywacke. Lempung umumnya menyelimuti butir-butir kwarsa dan
bertindak
sebagai mineral penyemen. Pasir graywacke dan pasir arkose tidak
tersementasi
dengan baik sehingga sering menimbulkan problem kepasiran.
2. SEMENTASI BATUAN (LANJUTAN)
Umumnya lempung mempunyai sifat yang basah air atau water wet,
sehingga apabila air bebas melewati formasi yang mengandung
lempung akan menimbulkan dua akibat, yaitu :
Lempung akan menjadi lembek
Gaya adhesi dari fluida yang mengalir terhadap reservoir yang
dilaluinya akan naik
4. MIGRASI BUTIR HALUS FORMASI
Definisi Muecke adalah butir-butir halus yang dapat melewati saringan mesh
terkecil, yaitu 400 mesh atau 37 m, diendapkan sewaktu terbentuknya batuan
dan masuk ke dalam formasi pada waktu operasi pemboran dan komplesi
sumur.
Dari lima contoh batuan pasir yang tak terkonsolidasi dari Gulf Coast, ternyata
partikel halus yang melewati saringan 400 mesh berkisar antara 2 – 15 % berat
dan hasil analisa kandungan mineralogi dengan sinar X diperlihatkan pada Tabel
III-2. >>>>
Tabel III-2
Pada aliran satu fasa dengan kecepatan yang cukup tinggi, partikel-
partikel halus akan bergerak bersama-sama fluida melewati pori-
pori, kecuali apabila butir-butir halus ini membentuk jembatan
mekanis pada pori-pori yang mengecil.
(LANJUTAN)
Pada kondisi dimana pada ruang pori lebih dari satu fasa fluida, partikel
halus hanya akan bergerak bila fasa yang membasahi bergerak,
Pada umumnya formasi adalah water wet, sehingga partikel tidak akan
bergerak jika yang bergerak hanya minyak.
a. Sonic Log
Prinsipnya adalah penentuan interval transit time (t) yang merupakan fungsi
litologi formasi dan porositas yang berdasarkan pengalaman dan penelitian, maka
diperoleh kriteria sebagai berikut :
a. Sonic Log
Sand free flow rate adalah besarnya laju produksi kritis yang mana
bila laju produksi sumur lebih besar dari laju kritisnya maka akan
menimbulkan problem kepasiran. Stein-Odeh dan Jones telah
mengadakan penyelidikan untuk memperkirakan laju produksi dari
suatu formasi.
0,025x106 K z NzG z Az
Qz
Bzz At
6. LAJU ALIRAN KRITIS (LANJUTAN)
Persamaan yang diturunkan oleh Stein-Odeh dan Jones didasarkan pada anggapan sebagai
berikut:
*Bila tidak ada ukuran gravel pada selang BA-BB tersebut pilih
ukuran gravel yang lebih kecil.
Maka ukuran gravel yang sesuai dengan
BA = 50 mesh, BB = 30 mesh adalah 0.008 in.
TABEL KONVERSI MESH
UKURAN GRAVEL OLEH COBERLY
Diketahui :
D 10 = 2,065 mm
D 15 = 1,33 mm
D 20 = 1,014 mm
D 50 = 0,3 mm
D 60 = 0,27 mm
D 75 = 0,225 mm
D 80 = 0,21 mm
D 90 = 0,18 mm
D 100 = 0,15 mm