Anda di halaman 1dari 36

• Anemia adalah suatu kondisi

dimana jumlah sel darah merah


atau kapasitas sel darah merah
membawa oksigen tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis (penurunan oxygen
carryng capacity
• Anemia adalah kadar hemoglobin di bawah
normal, patokan WHO (1972) untuk anak
sampai umur 6 tahun kadar Hb di bawah
11.0 g/dl dan untuk anak umur di atas 6
tahun kadar Hb di bawah 12 g/dl dianggap
menderita anemia
• Secara praktis anemia ditunjukkan oleh
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit
atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi
yang paling lazim dipakai adalah kadar
hemoglobin, kemudian hematokrit.
Prevalensi
• Studi awal Program Kesehatan dan Gizi Berbasis
Masyarakat Tahun 2015 di Sul-Sel, Kal-Bar, dan
Kalteng : 55% bumil anemia
• Riskesdas 2013 : 37,1% (WHO: masalah kesehatan
yang berat) ; 33,3% bumil mengkonsumsi minimal
90 TTD selama kehamilan.
• Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013,
prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%
dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun
sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-
24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada
balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%,
ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18
tahun sebesar 57,1% dan usia 19- 45 tahun
sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena
anemia paling tinggi terutama pada remaja putri
(Kemenkes RI, 2013)
• Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar pada tahun 2010 yaitu sementara
lebih dari 10 % anak usia sekolah di
Indonesia mengalami anemia (Riskesdas,
2010).
.... Lanjutan

• Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia


yang timbul akibat berkurangnya penyediaan
besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi
kosong (depleted iron store) yang pada
akhirnya mengakibatkan pembentukan
hemoglobin berkurang. Anemia bentuk ini
merupakan bentuk anemia yang sering
ditemukan di dunia, terutama di negara yang
sedang berkembang. Diperkirakan sekitar 30 %
penduduk dunia menderita anemia, dan lebih
dari setengahnya merupakan anemia defisiensi
besi
Faktor – faktor Penyebab ADB

Banyak faktor yang dapat menyebabkan


timbulnya anemia defisiensi besi, antara
lain :
 Kurangnya asupan zat besi dan protein
dari makanan
 Adanya gangguan absorbsi diusus,
perdarahan akut maupun kronis
 Meningkatnya kebutuhan zat besi seperti
pada wanita hamil, masa pertumbuhan,
dan masa penyembuhan dari penyakit.
3 Kelompok Rentan Menderita
ADB

• Ibu Hamil
• Remaja Putri
• Anak Usia Sekolah
Definisi
Anemia pada wanita hamil didefinisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 10 g/dl
selama kehamilan atau masa nifas.

Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada


pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan
kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada
sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan
besi cukup adalah 11g/dl atau lebih.

Atas alasan tersebut, Centers for disease control


(1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar
hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama
dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester
kedua.
Etiologi Anemia Pada Kehamilan
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan,
yaitu :

a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya


pengenceran darah.
b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan
pertambahan plasma.
c. Kurangnya zat besi dalam makanan.
d. Kebutuhan zat besi meningkat.
e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.
Deteksi dan Penanganan Anemia
Pada Ibu Hamil
• Pemeriksaan Hb saat kunjungan pertama ibu
hamil pada sarana kesehatan (K1)
Klasifikasi anemia adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.

• Pemberian tablet Fe minimal 90 tab selama


kehamilan (Fe1, Fe2, Fe3)

• Penyuluhan Kesehatan : Sabar KIA, Konseling


Pencegahan Anemia Pada Ibu
Hamil
• Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat
besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi
dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama
daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan
pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan
kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan.

• Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging


lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran
atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat
dengan zat besi.

• Anemia juga bisa dicegah dengan mengatur jarak kehamilan


atau kelahiran bayi. Makin sering seorang wanita mengalami
kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak kehilangan zat
besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe
minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe
tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan
berikutnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar
kehamilan tidak terlalu pendek, minimal lebih dari 2 tahun.
PEMBERIAN Fe SESUAI PERMENKES
• Suplementasi TTD bumil : 90 tablet
• Untuk bumil anemia :
2 x 30 hari = 60 dilanjutkan 1x 90 hari = 90 tablet

PERMENKES 88/2014 : SPESIFIKASI TEKNIS TTD


YANG BARU, BERLAKU 2016; KOMPISISI, DOSIS,
KEMASAN
SPESIFIKASI
• KOMPOSISI : MENGANDUNG ZAT BESI
SETARA DENGAN 60 MG BESI
ELEMENTAL ( DALAM BENTUK
SEDIAAN FERRO SULFAT, FERRO
FUMARAT, ATAU FERRO GLUCONAT)
DAN ASAM FOLAT 0,400 MG.
• SPESIFIKASI PRODUK :WARNA MERAH
TUA, BENTUK BULAT ATAU LONJONG,
TABLET SALUT GULA
KESIMPULAN PENCEGAHAN
• EDUKASI : MAKANAN TINGGI FE, ALASAN
KONSUMSI TTD, EFEK SAMPING TTD, BAHAYA
ANEMIA
• MONITORING KEPATUHAN KONSUMSI TTD :
KARTU KEPATUHAN KONSUMSI TTD,
PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO).
• PENANGANAN KELUHAN : TINJA MJD HITAM,
MUAL.
• KETERSEDIAAN TTD DAN KUALITAS
POSYANDU REMAJA
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hb
Remaja

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi


kadar Hb turun pada remaja yaitu :

• Kehilangan darah yang disebabkan oleh


perdarahan menstruasi
• Kurangnya zat besi dalam makanan yang
dikonsumsi
• Penyakit yang kronis, misalnya TBC, Hepatitis,
dsb.
• Pola hidup remaja putri berubah dari yang semula
serba teratur menjadi kurang teratur, misalnya
sering terlambat makan atau kurang tidur.
• Ketidakseimbangan antara asupan gizi dan
aktifitas yang dilakukan
Penanggulangan Anemi Pada Remaja
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi
pada remaja antara lain :

 Skrining anemia (melalui penjaringan di sekolah atau di masyarakat


untuk remaja putus sekolah). Pemeriksaan hemoglobin dan
hematokrit masih merupakan pilihan untuk skrining anemia
defisiensi besi.
 Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di
daerah dengan prevalensi tinggi.
 Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi
tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang
mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate
dan kalsium.
 Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar
besi yang cukup secara rutin pada usia remaja.
 Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging,
ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah yang
mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan
absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh,
teh es, minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum
susu pada saat makan.
Suplementasi Zat Besi Untuk Remaja Putri

• Selama menstruasi minum 1 tablet setiap hari,


selanjutnya 1 tablet setiap minggu pada bulan
bersangkutan setelah berhenti menstruasi.
• Suplementasi zat besi ini diperlukan setiap 3 bulan
sekali.
• Jumlah tablet zat besi yang harus diminum dalam 1
tahun adalah :

Untuk masa menstruasi 7 hari : ( 7 tab + 3 tab) x 4 = 40 tab

Untuk masa menstruasi 10 hari : ( 10 tab + 3 tab) x 4 = 52 tab


TAHUN 2016

SATU TABLET SEHARI


SELAMA HAID
SATU TABLET
SEMINGGU JIKA TDK
HAID
PENYULUHAN GIZI
Prevalensi Anemia Pada Anak
Sekolah

• Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)


pernah meneliti 1.000 anak sekolah di 11
provinsi dan hasilnya menunjukkan 20%-
25% terkena anemia.

• Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)


2001 menyebutkan prevalensi anemia
pada anak usia sekolah dan remaja
26,5%.
Penanggulangan Anemia Pada Anak
Sekolah

• Skrining anemia melalui penjaringan


kesehatan anak baru masuk sekolah

• Penyuluhan kesehatan

• Suplementasi besi. Merupakan cara untuk


menanggulangi ADB di daerah dengan
prevalensi tinggi
Beberapa Upaya yang Perlu Ditempuh Oleh
Pemerintah Bersama-sama Masyarakat Yang
Didukung Oleh Swasta Dalam Penanganan
Anemia Pada Anak Sekolah

• Pertama, terus mensosialisasikan masalah kecukupan dan


kebutuhan gizi kepada masyarakat sehingga mereka sadar
gizi.
Artinya, memiliki pengetahuan dan pemahaman bahwa
makan tidak sekadar kenyang atau mewah, melainkan harus
terpenuhi seluruh zat yang dibutuhkan tubuh.

• Kedua, program makanan tambahan bagi anak sekolah


perlu dilanjutkan dan dikembangkan, khususnya di kawasan-
kawasan masyarakat miskin.
Untuk itu dibutuhkan dukungan swasta dalam hal pendanaan
di samping instansi terkait, lembaga swadaya masyarakat
(LSM), serta masyarakat sendiri.
.... Lanjutan
• Ketiga, dalam jangka pendek bagi anak sekolah yang sudah
terkena anemia defisiensi besi bisa diberi suplemen zat besi baik
berupa tablet maupun cairan.
Anak-anak yang mengalami anemia defisiensi besi karena cacingan
butuh penanganan medis untuk mengatasi dan memberantas
cacingnya.

• Keempat, dalam jangka panjang penanggulangan anemia gizi


diarah-kan melalui peningkatan pola hidup sehat dan bersih, serta
norma keluarga sadar gizi.
Bagaimanapun mencegah lebih murah daripada mengobati,
sehingga penekanan pada upaya mengonsumsi makanan bergizi
cukup dan lengkap sangat dianjurkan.

• Kelima, disarankan agar penganggulangan anemia dilakukan


melalui program Usaha Kesehatan Sekolah yang melibatkan murid,
guru, orangtua hingga penjual makanan untuk mensosialisasikan
tentang cara hidup sehat agar terhindar dari anemia.
THALASSEMIA ANAK
UJI COBA PMT REBON-STIKES-KEMKES

Anda mungkin juga menyukai