Anda di halaman 1dari 13

BIOTEKNOLOGI

Disusun Oleh :
Nila Ngaisah Pratista Hariyono
1810111400 / SA-2
1. Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi dari asal katanya sendiri, yaitu bio artinya hidup atau organisme hidup dan kata
teknologi artinya suatu cara atau teknik. Kata bioteknologi mulai muncul pada tahun 1917 dari seorang
ilmuan asal Hungaria yang bernama Karl Ereky untuk menjelaskan penggunaan gula bit hasil fermentasi
sebagai pakan ternak babi. Pemberian gula bit dapat meningkatkan produksi ternak babi. Cara ini, disebut
bioteknologi karena menggunakan gula bit dari hasil fermentasi. Namun pada saat itu, orang belum
tertarik untuk memahami istilah bioteknologi. (Fahruddin, 2010: Hal 13)
Pada prinsipnya definisi tentang bioteknologi pada umumnya mengkaitkan pada kegiatan
mikroba, sistem dan proses biologi, dengan produksi barang dan jasa atau yang mengkaitkan aktivitas
biologis dengan proses tehnik dan produksi dalam industri. Untuk lebih ringkasnya bioteknologi adalah
ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika untuk
menghasilkan produk dan jasa. Organisme yang digunakan dalam bioteknologi paling sering adalah
mikroba seperti bakteri, kapang dan yeast (ragi). (Fahruddin, 2010: Hal 13)
2. Jenis – Jenis Bioteknologi

a. Bioteknologi Konvensial
Bioteknologi konvensional adalah praktik bioteknologi yang dilakukan dengan cara dan
peralatan yang sederhana, tanpa adanya rekayasa genetika. Contoh produknya bir, wine, tuak,
keju, sake (berasal dari Jepang), yoghurt, roti, keju, tempe, dan lain sebagainya.
b. Bioteknologi Modern
Bioteknologi modern merupakan bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi atau rekayasa
DNA, selain memanfaatkan dasar mikrobiologi dan biokimia. Penerapan bioteknologi modern
juga mencakup berbagai aspek kehidupan, misalnya ternak unggul hasil manipulasi genetik
(peternakan), buah tomat hasil manipulasi genetik yang tahan lama (pangan), tanaman jagung
dan kapas yang resisten terhadap serangan penyakit tertentu (pertanian), hormone insulin yang
dihasilkan oleh E.Coli (kedokteran dan farmasi).
3. Penerapan Bioteknologi

a. Bioteknologi Kedokteran
• Pembuatan Antibodi Monoklonal
• Pembuatan Vaksin
• Pembuatan Antibiotika
• Pembuatan Hormon
b. Bioteknologi Farmasi
Dalam memerangi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh antigen atau bibit penyakit digunakanlah berbagai
macam obat, yang pada zaman dahulu digunakan ramuan beberapa macam tumbuhan yang berupa sari atau
ekstrak. Tetapi pada saat ini, sesuai dengan kemajuan teknologi dibuat zat sintesis dan pada saat mutakhir,
melalui biologi molekular dan rekayasa genetika, tubuh dipacu untuk memproduksi obat-obatan sendiri. Obat-
obatan hasil bioteknologi tersebut antara lain humulin untuk diabetes,protopin yang merupakan hormone
pertumbuhan untuk memperbaiki anak-anak yang mengalami kelatarbelakangan
pertumbuhan, alfainterferon untuk pengobatan sejenis leukemia, dan sejenisnya (Maskoeri, 2013:218).
c. Bioteknologi Pertanian
Dalam rangka mencukupi pangan penduduk dunia yang bertumbuh terus, maka produksi pangan secara
konvensional tidak dapat mengejarnya. Oleh karena itu, dicari jalan melalui bioteknologi pertanian yang antara
lain. (1) Penggunaan hormon pertumbuhan yang mengubah tumbuha dari diploid menjadi poliploid sehingga
dihasilkan produk yang “rekayasa”. Misalnya buah tomat dan cabe menjadi besar, dan lainnya. (2) Kultur jaringan.
Pada keadaan biasa, siklus pertumbuhan memerlukan waktu yang cukup panjang, tetapi melalui kultur jaringan
siklus itu dapat diperpendek,
misalnya bunga anggrek yang secara biasa dari biji sampai menjadi tumbuhan dewasa hingga berbunga
memerlukan waktu yang cukup lama. Tetapi melalui kultur jaringan akan diperoleh tumbuhan baru dengan cepat
dan segera dapat berbunga. Dalam mempercepat pembibitan tumbuhan, kultur jaringan lebih cepat tiga puluh
kali lipat dari pada cara tradisional. Dengan demikian, dapat mengatasi kekurangan dan ketrlambatan bibit dalam
masa tanam dan juga meningkatkan kualitas panen. Dalam memperbanyak tumbuhan secara kloning (cloning)
pada tumbuhan hias dan tumbuhan bernilai ekonomi tinggi dapat dilakukan secara besar-besaran dengan kultur
jaringan. Misalnya pada kelapa sawit, kelapa kopyor, dan sebagainya (Maskoeri, 2013:219).
d. Bioteknologi Peternakan
Seperti halnya tumbuhan, hewan ternak diperlukan juga dalam memenuhi kebutuhan pangan manusia.
Dengan perkawinan silang, dapat dihasilkan hewan-hewan yang berkualitas lebih baik. Tetapi tampaknya juga
tidak dapat mengejar kebutuhan manusia yang selalu meningkat. Oleh karena itu, para ahli peternakan juga
memanfaatkan bioteknologipeternakan, yaitu (1) Untuk memproduksi obat dan vaksin serta hormon
pertumbuhan ternak, dan (2) Melibatkan hewan dapat tumbuh lebih cepat dan makannya lebih sedikit, atau
menjadi ternak yang lebih unggul (maskoeri, 2013:221).
4. Antibodi Monoklonal

a. Hibridoma
Teknik Hibridoma adalah penggabungan dua sel dari organisme yang sama maupun
berbeda sehingga menghasilkan sel tunggal berupa sel hibrid ( hibridoma ) yang
memiliki kombinasi dari sifat kedua sel tersebut. Teknik hibridoma ini sangat
penting untuk menghasilkan antibodi dan hormon dalam jumlah yang besar.
b. Antibodi Monoklonal
Salah satu hasil dari teknik hibridoma ini adalah antibodi monoklonal. Antibodi
monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari suatu sumber tunggal atau sel
klona yang hanya mengenal satu jenis antigen. Pembentukan antibodi monoklonal
dilakukan dengan menggunakan kelinci atau tikus.
c. Teknik pembuatan antibodi moniklonal untuk pengobatan kanker
langkah pertama adalah menginjeksikan antigen ke dalam tubuh tikus/ kelinci percobaan,
kemudian limpanya dipisahkan. Sel-sel pembentuk antibodi pada limpa dilebur ( fusi ) dengan sel-sel
mieloma ( sel kanker ). Sekitar 1% dari sel limpa adalah sel plasma yang menghasilkan antibodi, sedangkan
10% sel hibridoma akhir terdiri dari sel-sel yang menghasilkan antibodi. Setiap hibridoma hanya dapat
menghasilkan satu antibodi.
Disini teknik seleksi dikembangkan untuk mendidentifikasi sel tersebut, kemudian dilakukan
pengembangan atau pengklonan berikutnya. Klona yang diperoleh dari hibridoma berupa antibodi
monoklonal. Antibodi monoklonal dapat disimpan beku, kemudian dapat diinjeksikan ke dalam tubuh
hewan atau dibiakkan dalam suatu kultur untuk menghasilkan antibodi dalam jumlah yang besar.
Kegunaan antibodi monoklonal cukup beragam. Para ilmuwan berharap dapat menggunakan
antibodi monoklonal dalam pengobatan kanker. Beberapa jenis sel kanker membuat antigen yang berbeda
dengan protein yang dibuat oleh sel-sel sehat. Dengan teknologi yang ada, dapat dibuat antibodi
monoklonal yang hanya menyerang protein dan menyerang sel-sel tanpa mempengaruhi sel-sel yang
sehat.
Kegunaan antibodi monoklonal lainnya adalah sebagai berikut
 untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin ( HCG ) dalam urin
wanita hamil.
 untuk mengikat racun dan menonaktifkannya, contohnya racun tetanus dan
kelebihan obat digoxin dapat dinonaktifkan oleh antibodi ini.
 mencegah penolakan jaringan terhadap sel hasil transplantasi jaringan lain.
5. Dampak Negatif dan Positif
Bioteknologi
a. Dampak Negatif
 Dampak terhadap Lingkungan
Pelepasan organisme trangenik (berubah secara genetik) kea lam bebas dapat menimbulkan dampak berupa
pencemaran biologi yang dapat lebih berbahaya daripada pencemaran kimia dan nuklir. Dengan keberadaan
rekayasa genetika, perubahan genotype tidak tejadi secara alami sesuai dengan dinamika populasi. Melainkan
menurut kebutuhan pelaku bioteknologi itu. Perubahan drastis ini akan menimbulkan bahaya, bahkan
kehancuran. “Menciptakan” makhluk hidup yang seragam bertentangan dengan prinsip di dalam biologi itu
sendiri, yaitu keanekaragaman (Wariyono, 2008:106).
 Dampak terhadap Kesehatan
Produk rekayasa dibidang kesehatan dapat juga menimbulkan masalah serius. Contohnya adalah penggunaan
insulin hasil rekayasa telah menyebabkan 31 orang meninggal di Inggris. Tomat Flayr Sayrt diketahui mengandung
gen resisten terhadap antibiotik. Susu sapi yang disuntik dengan hormon BGH disinyalir mengandung bahan kimia
baruyang punya potensi berbahaya bagi kesehatan manusia (Wariyono, 2008:106).
 Dampak di Bidang Sosial Ekonomi
Beragam aplikasi rekayasa menunjukkan bahwa bioteknologi mengandung dampak ekonomi yang
membawa pengaruh pada kehidupan masyarakat. Produk bioteknologi dapat merugikan petani kecil.
Penggunaan hormon pertumbuhan sapi (boyine growth hormone = BGH) dapat meningkatkan produksi
susu sapi sampai 20%, niscaya akan menggususr peternak kecil. Dengan demikian, bioteknologi dapat
menimbulkan kesenjangan ekonomi (Wariyono, 2008:106).
 Dampak tehadap Etika
Menyisipkan gen makhluk hidup lain memiliki dampak etika yang serius. Menyisipkan gen makhluk hidup
lain yang tidak berkerabat dianggap melanggar hokum alam dan sulit diterima masyarakat. Mayoritas
orang Amerika berpendapat bahwa pemindahan gen itu tidak etis. 90% menentang pemindahan gen
manusia ke hewan. 75% menentang pemindahan gen hewan ke manusia (Wariyono, 2008:107).
b. Dampak Positif Bioteknologi
 beberapa dampak positif (akibat baik, hal-hal yang menguntungkan) dari perkembangan bioteknologi
hingga saat ini, antara lain:
 meningkatkan sifat resistensi tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman, misalnya tanaman
transgenic kebal hama.
 Meningkatkan produk-produk (baik kualitas maupun kuantitas) pertanian, perkebunan, peternakan,
maupun perikanan dengan temuan bibit unggul.
 Meningkatkan nilai tambah makanan. Pengolahan bahan makanan tertentu, seperti air susu menjadi
yoghurt, mentega, dan keju.
 Membantu proses pemurnian logam dari bijihnya pada pertambangan logam (biohidrometalurgi).
 Membantu manusia mengatasi masalah-masalah pencemaran lingkungan, seperti: bakteri pemakan
plastik dan paraffin, bakteri penghasil bahan plastik biodegradable.
 Membantu manusia mengatasi masalah sumber daya energy, misalnyabioethanol, dan biogas.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai