Anda di halaman 1dari 24

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

HUKUM ACARA

KELOMPOK 12
NAMA ANGGOTA :
1.Mochammad Rizal Nurhakim (8111419227)
2.Diah Puji Lestari (8111419238)
3.Afifah Widyastuti (8111419242)
ROMBEL : 5
HUKUM ACARA
A.Pengertian Hukum Acara/Hukum Formal
Peraturan hukum yang mengatur tentang bagaimana
mempertahankan dan menjalankan peraturan hukum
material.
B.Hukum Acara Perdata
1.Pengertian menurut para pakar hukum :
a) Wirjono Prodjodikoro
b) Prof.Dr.Sudikno Mertukusumo,S.H.
c) R.Supomo
2.Sumber-sumber Hukum Acara Perdata
a) HIR(Herziene Indonesische Reglement)
b) RBg(Rechtsreglement voor de Buitewesten)
c) BRv(Reglement obde Burgerlijke Rechtvordering)
d) UU Kekuasaan Kehakiman
e) UU Mahkamah Agung
f) UU No.2 Tahun 1986 dan UU No.49 Tahun 2009
g) Yurisprudensi
h) Perjanjian Internasional
i) KUHP dan KUHD
j) UU NO.4 Tahun 2004
k) UU No.8 Tahun 2004
l) UU No.3 Tahun 2006
m) UU No.1 Tahun 1974
n) UU No.2 Tahun 2004
3.Asas-asas Hukum Acara Perdata
a) Peradilan dilakukan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”
b) Peradilan dilakukan dengan sederhana,cepat,biaya ringan
c) Hakim bersifat menunggu
d) Hakim bersifat pasif
e) Beracara/berperkara memerlukan biaya
f) Biaya perkara dibebankan kepada pihak penggugat
g) Asas Hakim Majelis,ssekurang-kurangnya 3 orang hakim
h) Hakim harus mendengarkan kedua pihak
i) Asas sidang terbuka untuk umum
j) Putusan hakim harus disertai alasan-alasan
4.Susunan Badan Peradilan di Indonesia
Terdapat dalam Pasal 10 ayat (1) UU No.4 Tahu 2004,dikenal 4
lingkungan peradilan di Indonesia yaitu :
a) Peradilan Umum (UU No. 8 Tahun 2004)
b) Peradilan Agama (UU No. 3 Tahun 2006)
c) Peradilan Militer (UU No. 31 Tahun 1997)
d) Peradilan Tata Usaha Negara ( UU No.9 Tahun 2004)
Di dalam peradilan umum dibentuk beberapa pengadilan khusus yang
berada di lingkungan peradilan negeri yaitu :
a) Pengadilan Niaga
b) Pengadilan Anak
c) Pengadilan Hak Asasi Manusia
d) Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
e) Pengadilan Hubungan Industrial
5.Pemberian Kuasa
a.Pengertian Kuasa
Pasal 1792 KUHPerdata yang berbunyi “Pemberian kuasa adalah suatu
persetujuan dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada
orang lain,yang menerimanya,untuk dan atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan”.
b.Berakhirnya Kuasa
Berdasarkan Pasal 1813 KUHPerdata yaitu :
1) Pemberi kuasa menarik kembali secara sepihak
2) Salah satu pihak meninggal dunia dengan sendirinya pemberian kuasa
berakhir demi hukum
3) Penerima kuasa melepas kuasa dengan syarat :
a) Harus memberitahu kehendak pelepasan itu kepada pemberi
kuasa
b) Pelepasan tidak boleh dilakukan pada saat yang tidak layak
6.Proses dan Tata Cara Berperkara
a.Penggugat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri di
wilayah hukum tempat berdomisili pihak yang dianggap merugikan
haknya.Dalam permohonan yang diajukan (surat gugatan),penggugat
harus mencantumkan antara lain :
1) Identitas Penggugat dan Tergugat
2) Domisili Penggugat dan Tergugat
3) Apa yang menjadi gugatan
4) Alasan-alasan diajukannya gugatan
5) Hal-hal yang dimintakan kepada pengadilan untuk diputuskan
b.Pada waktu persidangan terdapat tiga kemungkinan keadaan :
1) Penggugat atau kuasa hukumnya tidak hadir
2) Tergugat atau kuasa hukumya tidak hadir
3) Penggugat dan tergugat atau kuasa hukum masing-masing pihak hadir
c.Setelah proses tersebut dilalui,para pihak diberikan kesempatan untuk
menyampaikan kesimpulan
d.Dalam sidang terakhir,hakim mengajukan pertimbangan hukumnya yang
ditutup dengan putusan
7.Upaya Hukum
a.Upaya Hukum Biasa
1) Perlawanan (Verzet)
2) Banding
3) Kasasi
b.Upaya Hukum Luar Biasa
1) Peninjauan Kembali
2) Perlawanan pihak ketiga (derdenverzet)
C.Hukum Acara Pidana
1.Pengertian Hukum Acara Pidana
Menurut para ahli :
a) S.M. Amin
b) Mochhtar Kusumaatmadja
c) Wirjono Prodjodikoro
d) L.J.Van Apeldoorn
e) Van Hattum
f) D.Simon
2.Sumber-sumber Hukum Acara Pidana
a) UUD 1945
b) UU No.8 Tahun 1981
c) UU No.2 Tahun 1986
d) UU No.14 Tahun 1985
e) UU No.48 Tahun 2009
f) Beberapa keputusan Presiden yang mengatur tentang acara pidana
Asas-asas Hukum Acara Pidana

1. Asas Peradilan Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan : Pasal 24, 28, 50 KUHAP. Penjabaran UU
No. 14 Tahun 1970 menjadi UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

2. Asas Praduga Tidak Bersalah : Pasal 8 UU Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970

3. Asas Legalitas dan Oportunitas : Dalam pasal 1 ayat (1) KUHP. Asas Oportunitas Pasal 32
huruf c UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaaan, dipertegas penjelasan Pasal 77 KUHAP

4. Asas Inquisitor dan Accusatoir : Asas Inquisitor tidak berlaku lagi yaitu pengakuan tersangka
alat bukti terpenting, menjadikan pemeriksa melakukan penganiayaan. Asas Accusatoir
yaitu tersangka sebagai subjek bukan objek pemeriksaan, secara manusiawi, objek
pemeriksaan adalah tindak pidana tersangka.

5. Asas Pemeriksaan Pengadilan Terbuka Untuk Umum : Diatur dalam Pasal 153 ayat (3) dan
(4) KUHAP
6. Asas Semua Orang Diberlakukan Sama di Depan Hukum : Sesuai UU Pokok Kekuasaan
Kehakiman Pasal 5 ayat (1). Terdapat dalam penjelasan umum KUHAP butir 3a

7. Asas Tersangka atau Terdakwa Berhak Mendapat Bantuan Hukum : Dalam KUHAP Pasal 69
sampai Pasal 74, universal dinegara demokrasi

8. Asas Pemeriksaan Hakim secara Langsung dan Lisan : Langsung kepada terdakwa dan saksi,
dalam acara perdata tergugat diwakilkan kuasanya. Pengecualian terhadap pelanggaran lalu lintas
dan pidana khusus lainnya. Putusan tanpa hadirnya terdakwa disebut pengadilan in absensia

9. Asas Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan, dan Penyitaan Dilakukan Berdasarkan


Perintah Tertulis Pejabat Berwenang : KUHAP butir 3b. Penangkapan dalam Pasal 15 sampai 19
KUHAP. Dalam Peradilan Militer Pasal 75 sampai 80, 137, dan 138 UU No. 31 Tahun 1997.
Penahanan Pasal 20 sampai 31 KUHAP. Dalam KUHAP dan Peradilan Militer diatur pembatasan
penahanan. Penggeledahan diatur dalam Pasal 32 sampai 37 KUHAP. Dalam PM Pasal 82 sampai
86 UU No. 31 Tahun 1997. Penyitaan didalam Pasal 38 sampai 46 KUHAP. Dalam PM diatur dalam
Pasal 87 sampai 95 UU No. 31 Tahun 1997.
Proses Penyelesaian Perkara Pidana

A. Pemeriksaan Pendahuluan (Vooronderzoek)

1) Pekerjaan Pengusutan (Opsporing) : Laporan, Pengaduan, Tertangkap tangan. Setelah itu yaitu tindak
penyelidikan (KUHAP Pasal 1)

2) Penyelesaian Pemeriksaan Pendahuluan (Nasporing) : Peninjauan secara yuridis mengumpulkan


bukti-bukti dan menetapkan ketentuan pidana apa yang dilanggar. Apabila terjadi tindak pidana, maka
dilanjutkan penyidikan. Tugas penyidik berdasarkan Pasal 5 KUHAP.

3) Pekerjaan Penuntutan (Vervolging) : Dalam Pasal 1 ayat (7) KUHAP menyatakan tentang penuntutan.
Suatu penuntutan dianggap telah dilaksanakan dalam hal ;

> Apabila jaksa telah mengirimkan daftar perkara kepada hakim disertai surat tuntutannya untuk
mengadili perkara tersebut

> Apabila Terdakwa ditahan dan terhadap waktu penahanan dimintakan perpanjangan kepada hakim

> Apabila salah satu jaksa memberi tahu hakim bahwa ada perkara yang akan diajukan kepadanya
B. Pemeriksaan dalam Sidang Pengadilan (Eindonderzoek)
Bertujuan meneliti dan menyaring suatu tindakan pidana benar terjadi atau
tidak, sah tidaknya bukti-bukti yang diajukan, kesesuaian antara pasal dalam KUHAP
yang dilanggar dengan tindak pidana yang terjadi. Bersifat akuastor, terbuka untuk
umum kecuali ketentuan lain misal (Pasal 153 ayat (3) KUHP). Dasar pengadilan negeri
untuk memutuskan mengadili pelaku tindak pidana pada Pasal 84 KUHAP ; Forum
delicti commisi, domicille, opprehensionis.
Terdapat tiga macam acara pemeriksaan di persidangan :
1) Berdasarkan Pasal 152 samapi 202 KUHAP yaitu secara biasa (sulit pembuktian dan
penerapan hukumnya)
2) Berdasarkan Pasal 203 sampai 204 KUHAP yaitu secara singkat (mudah pembuktian,
penerapan, sifat perkaranya sederhana)
3) Berdasarkan Pasal 205 sampai 209 KUHAP yaitu secara cepat (tindak pidana ringan
dan LLJ)
C. Pelaksanaan Hukuman (Strafexecutie)
Setelah pemeriksaan selesai, PU membaca tuntutan dan menyerahkannya kepada hakim.
Setelah hakim yakin dengan hal terkait perkara tersebut, maka mempertimbangkan hukuman yang
tepat. Persidangan ditutup. Namun jika diperlukan tambahan, dibuka kembali hanya (1) kali. Selanjutnya
musyawarah hakim (Pasal 182 KUHAP). Yang dimusyawarahkan adalah surat dakwaan PU. Dipimpin
hakim ketua majelis. Semaksimal mungkin mufakat, apabila gagal (1) maka voting, (2) putusan
menguntungkan bagi terdakwa. Selanjutnya sidang dibuka kembali untuk umum. Tiga jenis putusan
pengadilan ;
1. Putusan bebas/vrigspraak (Pasal 191 ayat (1) KUHAP) : Terdakwa tidak terbukti, tidak memenuhi
minimal 2 bukti / salah satu unsur. Apabila ditahan harus dibebaskan.
2. Putusan lepas dari segala tuntutan/oonslag van alle recht vervolglging (Pasal 191 ayat (2) KUHAP) :
Didakwakan terdakwa terbukti tetapi bukan tindak pidana.
3. Putusan pemidanaan (Pasal 193 KUHAP) : Terdakwa terbukti sah dan meyakinkan. Kriteria putusan
berkekuatan hukum tetap, diterima semua pihak dan semua upaya hukum selesai ditempuh (biasa
maupun luar biasa). Diatur dalam KUHAP secara limitatif Pasal 197 KUHAP
Hukum Acara Mahkamah Konstutusi

1. Pengertian Hukum Acara Mahkamah Konstitusi


Hukum acara menentukan berjalan tidaknya proses penegakan hukum dan
pelaksanaan kewenangan berdasarkan hukum dari suatu lembaga. HAMK meliputi
kewenangan MK, kedudukan hukum pemohon, proses persidangan mulai pengajuan
permohonan, pembuktian, hingga putusan. HAMK sebagai hukum positif yaitu
mengatur dan menegakan hukum materil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7B ayat
(1) dan 24C ayat (1) dan (2) UUD 1945. HAMK merupakan hukum acara
sengketa/perselisihan, berwenang memutuskan sengketa (nemo index in causa sua)
melalui peradilan untuk menerapkan hukum (rechtstoepassing) dan menemukan hukum
(rechtsvinding) in concreto, sehingga berfungsi menjamin ditaati hukum materill.
2. Asas-asas Hukum Acara Mahkamah Konstitusi

Asas diperlukan untuk mencapai tujuan yaitu tegaknya hukum dan keadilan khususnya
supermasi konstitusi dan perlindungan hak konstitusional warga negara. Maruarar Siahaan, salah
satu hakim konstitusi periode pertama, mengemukakan enam (6) asas dalam peradilan MK ;

a. Ius Curia Novit

Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih hukum tidak ada atau kurang jelas, sebaliknya hakim harus
memeriksa dan mengadilinya. Ditegaskan dalam Pasal 16 UU Kekuasaan Kehakiman.

b. Persidangan Terbuka untuk Umum

Berlaku untuk semua jenis pengadilan, kecuali hal tertentu yang ditentukan lain oleh
UU. Tertuang dalam Pasal 13 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, ditegaskan
dalam Pasal 40 ayat (1) UU MK, bahwa sidang MK terbuka untuk umum, kecuali rapat
permusyawaratan hakim.
c. Independen dan Imparsial
Untuk dapat memeriksa dan mengadili suatu perkara secara objektif serta memutus
adil. hakim dan lembaga peradilan harus independen artinya tidak diintervensi pihak manapun,
tidak memihak salah satu yang berpekara atau imparsial. Dirumuskan pada Pasal 24 ayat (1) UUD
1945, ditegaskan dalam Pasal 2 UU MK. Pasal 3 UU Kekuasaan Kehakiman menegaskan tugas dan
fungsinya, hakim wajib menjaga kemandirian peradilan. Memiliki tiga dimensi yaitu fungsional,
struktural atau kelembagaan, dan personal.
d. Peradilan Dilaksanakan Secara Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan
Prinsip ini dimaksudkan agar proses peradilan dan keadilan dapat diakses seluruh
lapisan masyarakat. Upaya untuk mewujudkan salah satu unsur negara hukum, equality before
the law. Ditegaskan dalam Pasal 2 ayat (4) UU Kekuasaan Kehakiman.
e. Hak untuk Didengar Secara Seimbang (Audi et Alteram Purtem)
Para pihak terkait, baik tergugat-penggugat, pemohon-termohon, penuntut-terdakwa.
Selalu ada pihak (adversarial).
f. Hakim Aktif dalam Persidangan

Maruarar Siahaan menyebut asas ini “Hakim pasif dan juga aktif dalam proses persidangan”
Pasif dalam arti tidak mencari-cari perkara. Hakim tidak akan memeriksa, mengadili, dan memutus
sebelum disampaikan oleh pemohon ke pengadilan. Hal ini merupakan prinsip universal lembaga
peradilan. Jika perkara menyangkut kepentingan individual maka hakim pasif, sebaliknya perkara
menyangkut kepentingan umum, hakim aktif. Hakim dapat aktif karena dipandang mengetahui hukum
dari suatu perkara. Hal ini sesuai asas ius curia novit, hakim mengetahui hukum dari suatu perkara.
Suatu perkara konstitusi menyangkut kepentingan umum maka hakim selalu aktif dalam pemeriksaan
(inquisitorial)

g. Asas Praduga Keabsahan (Praesumtio Lustae Causa)

Tindakan penguasa dianggap sah (produk hukum,tindakan konkret) sesuai aturan hukum
sampai dinyatakan sebaliknya (pembatalan). Wewenang MK mengikat putusan sejak selesai dibacakan
dalam sidang pleno terbuka umum. Sebelum adanya itu, maka tindakan penguasa yang dimohonkan
tetap berlaku dan dapat dilaksanakan. Seperti wewenang MK memutus pengujian UU, sengketa
konstitusional lembaga negara dan perselisihan hasil PEMILU (tidak bertentangan dengan UUD 1945).
Dasar Hukum dan Karakteristik Hukum Acara
Mahkkamah Konstitusi
a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 (Pasal 7B)
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (Pasal 28- Pasal 85)
3. Peraturan Mahkamah Konstitusi RI
b.Karakter Hukum Acara Mahkamah Konstitusi
1. Berbeda dari peradilan biasa
2. Putusannya membawa akibat yang luas
3. Nuansa Public Interest yang melekat
4. Praktik hukum acara merujuk undang-undang sesuai
kebutuhan
5. Jika terjadi pertentanag, maka tidak akan diberlakukan
Pihak yang Berhak Mengajukan Permohonan
(Legal Standing)
1. Perorangan warga negara Indonesia
2. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
NKRI yang diatur dalam undang-undang
3. Badan hukum publik atau privat
4. Lembaga negara
Beban Pembuktikan dan Alat Bukti
a. Beban Pembuktian
Terdapat beberapa teori pembuktian terkait dengan beban pembuktian dalam proses
peradilan, antara lain :
1. Teori Afirmatif
2. Teori Hak
3. Teori Hukum Objektif
4. Teori Kepatutan
5. Teori Pembebanan
b. Alat Bukti
Pasal 36 ayat (1) Undang-undang nomor 24 tahun 2003 menentukan alat bukti
meliputi :
1. Surat atau tulisan
2. Keterangan saksi
3. Keterangan ahli
4. Keterangan para pihak
5. Petunjuk
6. Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan secara elektronik dengan alat optik atau serupa dengan itu.
Prosedur dan Tata Cara Berperkara

a. Permohonan
Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat :
1) Nama dan alamat pemohon
2) Uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan
sesuai dengan perkara yang dimohonkan
3) Hal-hal yang diminta untuk putus
b. Pendaftaran Permohonan dan Jadwal Sidang
1) Pemeriksaan administratif
2) Pemohon wajib melengkapi dalam jangka waktu maksimal 7
hari
3) Setelah lengkap, MK menetapkan hari sidang pertama dalama
jangka waktu paling lambat 14 hari kerja
c. Proses Persidangan
Sidang mahkamah konstitusi dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Pemeriksaan Pendahuluan
2. Pemeriksaan Persidangan
3. Rapat Permusyawaratan Hakim
4. Pengucapan Putusan.
c.Jenis-jenis Kuasa
1) Kuasa Umum (Pasal 1795 KUHPerdata)
2) Kuasa Khusus (Pasal 1795 KUHPerdata)
3) Kuasa Istimewa (Pasal 1796 KUHPerdata)
4) Kuasa Perantara (Pasal 1792 KUHPerdata dan Pasal 62 KUHD)
d.Kuasa Menurut Hukum
1) Wali terhadap anak di bawah umur
2) Kurator atas orang tidak waras
3) Orangtua terhadap anak yang belum dewasa
4) BPH sebagai kurator kepailitan
5) Direksi atau pengurus badan hukum
6) Direksi perusahaan perseroan (Persero)
7) Pimpinan perwakilan perusahaan asing
8) Pimpinan cabang perusahaan domestik

Anda mungkin juga menyukai