Material masuk crusher dan akan mengalami penyempitan ruang di dinding ruang crusher akibat
putaran/gerakan alat pemecah sehingga tertekan dan pecah
Material yang ukurannya cukup kecil (sesuai design crusher) akan jatuh melalui lubang saringan
yang ada di bawah feeder sehingga langsung dicampur dengan produk crusher dan dikirim
dengan belt conveyor menuju proses selanjutnya
Tempat Penyimpanan (Silo)
Setelah limestone melewati
crusher, limestone tersebut
ditampung di sebuah tempat
penyimpanan.
Dari tempat penyimpanan tersebut
limestone dibawa oleh belt
conveyor menuju bin silo, demikian
pula dengan clay, pasir silika dan
pasir besi masuk ke bin silo masing-
masing.
Dari sini lah keempat bahan baku
tersebut mulai dicampurkan untuk
Tahap Penggilingan (Raw Mill)
Di tahap ini, raw material di tentukan nilai paramaternya seperti LSF (rasio CaO
terhadap ketiga oksida lainnya), SM (rasio SiO2 terhadap Al2O3 dan Fe2O3), dan
AM (rasio Al2O3 dan Fe2O3).
Penggilingan bahan mentah adalah cara untuk memperkecil ukuran bahan
mentah menjadi lebih kecil atau membuat luas permukaan material menjadi
lebih besar.
Mendapatkan campuran bahan mentah yang homogenik dan untuk
mempermudah terjadinya reaksi kimia pada saat klinkerisasi.
Proses yang terjadi di raw mill ada 4 macam yaitu grinding (pengecilan ukuran
material menjadi lebih halus), pengeringan (drying), pengelompokan
(classifying), dan pemindahan (transporting).
Pengeringan dan penggilingan bahan baku
Bahan mentah yang telah bercampur
dengan proporsi tertentu mengalami
proses penggilingan (menjadi lebih kecil
dan halus) dan pengeringan. Selanjunya,
material yang telah halus dihisap dengan
sebuah fan.
Media pengeringanya berupa gas panas
yang dapat berasal dari hot gas generator
ataupun dari kiln exhaust gas.
Material yang terhisap harus melewati
separator terlebih dahulu dan selanjutnya
dipisahkan dari gas panas dengan
menggunakan cyclone menghasilkan
tepung baku
Pencampuran dan Homogenisasi (Blending Silo)
Pre-heater
Reaksi dalam Proses Pembakaran
• ~1400-1500°C→ Klinker
Note:
Dehidrasi: penghilangan komponen cair
Kalsinasi: Tahap pemanasan
Clinkering zone: tahap pembentukan klinker
Cooling zone : tahap pendinginan
Proses Pembakaran dan Pendinginan
Panjang Unit Kiln (TANUR)
Tergantung pada jumlah
bahan yang diolah dan
proses pembuatan (teknik
basah atau kering)
PROSES BASAH
PROSES KERING
Pada proses basah, bahan baku dipecah kemudian ditambahkan air dalam jumlah
tertentu serta dicampurkan dengan luruhan tanah liat. Bubur halus dengan kadar air
25 – 40% dikalsinasi dalam kiln.
Proses Basah
1. Keuntungan
Kadar alkalisis,klorida,dan sulfat tidak menimbulkan gangguan penyempitan
dalam saluran material masuk kiln.
Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah untuk mencampur
dan mengoreksinya.
Pencampuran dan koreksi slurry lebih mudah karena berupa larutan.
Fluktuasi kadar air tidak berpengaruh pada proses.
2. Kerugian
Proses basah baik digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya cukup tinggi
Pada waktu pembakaran memerlukan banyak panas, sehingga konsumsi bahan
bakar lebih banyak
Kiln yang dipakai lebih panjang karena proses pengeringan yang terjadi dalam
kiln menggunakan 22 % panjang kiln.
Proses Pembuatan Semen – Proses Kering
Pada proses kering, bahan baku diolah atau dihancurkan dalam raw-mill dalam keadaan kering
dan halus. Selanjutnya hasil penggilingan (tepung halus) dengan kadar air 0.5 – 1% dikalsinasi
dalam rotary kiln. Proses ini menggunakan suhu panas 1500 – 1900kcal/kg klinker.
Proses Kering
1. Keuntungan
Kiln (tanur) yang digunakan relatif pendek
Kebutuhan panas lebih rendah, karena kandungan air yang rendah
2. Kerugian
Rata-rata kapasitas kiln lebih besar
Fluktuasi kadar air menganggu operasi, karena materail lengket di
inlet kiln
Terjadi penebalan/penyempitan pada saluran pipa kiln.
Kiln Proses Basah Dan Proses Kering
Jenis / Tipe Semen Portland
I Normal
II Moderate sulfate resistance
III High early strength
IV Low heat of hydration
V High sulfate resistance
Jenis / Tipe Semen Portland
1. Bahan bangunan :
• Mortar (campuran semen, kapur, pasir)
• Beton (campuran semen, pasir, kerikil)
• Beton bertulang (beton + besi)
2. Bahan bangunan setengah jadi
• Eternit (campuran asbes & semen)
• Tegel (campuran semen & pasir)
Dampak Proses Pembuatan Semen Terhadap Lingkungan
Emisi CO2
Pada proses pembuatan semen terjadi reaksi kimia pada klinker, yaitu ketika batugamping
(CaCO3) dipanaskan sehingga menghasilkan karbon dioksida (CO2) :
CaCO3 + panas CaO + CO2
Semakin tinggi pertumbuhan industri semen di Indonesia, menyebabkan industri semen menjadi
salah satu penyumbang emisi gas karbon dioksida khususnya di Pulau Jawa.
Debu yang dihasilkan oleh kegiatan industri semen terdiri dari debu yang dihasilkan pada waktu
pengadaan bahan baku, debu selama proses pembakaran, dan debu yang dihasilkan selama
pengangkutan bahan baku ke pabrik serta bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya.