Anda di halaman 1dari 146

Pengadilan Pajak

Peradilan dan Pengadilan


 Peradilan adalah sebuah sistem
penegakan hukum sedangkan pengadilan
hanya sub sistem peradilan
 Sebagai sebuah sistem peradilan meliputi
proses,kelembagaan,ketenagaan yang
bekerja mempertahankan dan
menegakkan hukum secara pro justitia
 Dalam perkara pidana peradilan sebagai
proses mencakup proses
penyelidikan,penyidikan,penuntutan dan
persidangan dipengadilan
Mengadili menurut hukum
 Mengadili menurut hukum merupakan salah satu asas
mewujudkan negara berdasar hukum,Setiap putusan
hakim harus mempunyai dasar hukum subtantif dan
prosedural yang telah ada sebelum perbuatan melawan
hukum atau pelanggaran hukum
 Hukum dalam mengadili menurut hukum harus diartikan
luas melebihi pengertian hukum tertulis dan tidak tertulis
 Hukum yang hidup dalam masyarakat adalah hukum
yang dipertimbangkan dalam putusan hakim,tetapi tidak
selalu harus diikuti
 Sesuai dengan tradisi hukum yang berlaku,hakim wajib
mengutamakan penerapan hukum tertulis,kecuali kalau
menimbulkan ketidak adilan,bertentangan dengan
kesusilaan atau ketertiban umum.
 Hakim bukan mulut atau corong undang undang
melainkan mulut atau corong keadilan
Peran hakim dalam menerapkan
hukum
 Hakim sekedar menjadi mulut undang undang.Ajaran ini
telah banyak ditinggalkan karena hakim hanya sekedar
melekatkan ketentuan undang dalam suatu peristiwa
konkrit
 Hakim sebagai penerjemah aturan hukum yang
ada,hakim bertugas menemukan hukum,baik melalui
penafsiran,konstruksi atau penghalusan hukum.Hal ini
terjadi karena aturan tidak jelas,atau karena suatu
peristiwa hukum tidak persis sama dengan lukisan dalam
undang undang
 Hakim sebagai pembentuk hukum,melengkapi hukum
yang ada atau memberi makna baru yang terjadi karena
hukum yang ada sudah usang atau karena hukum yang
ada belum cukup mengatur
 Dari tiga kemungkinan itu yang paling
umum terjadi hakim sebagai penterjemah
hukum yang sudah ada
 Hampir dipastikan tidak pernah ada dua
peristiwa hukum yang benar benar sama
sehingga melekatkan begitu saja ke
undang undang tidak mungkin
 Setiap peristiwa hukum mengandung
unsur isi dan cara berbeda
Kebebasan hakim atau Badan
Peradilan
 Kebebasan hakim bertalian dengan
independensi,ketidak berpihakan
(impartial) dan perlindungan dari segala
bentuk pelecehan (contempt of court)
dalam memeriksa,mempertimbangkan dan
memutus suatu perkara.
 Kebebasan Badan Peradilan bertalian
dengan kemandirian dalam mengelola
peradilan
Campur tangan kebebasan hakim
 Kebebasan hakim tidak hanya terancam karena campur
tangan dari cabang kekuasaan pemerintah
(eksekutif),kebebasan hakim juga bisa berkurang atau
hilang karena tekanan publik yang tidak lagi proporsional
dan kepentingan pihak yang berperkara dengan
menggunakan suap atau hubungan primordial tertentu
 Tekanan dapat pula datang dari lingkungan peradilan
sendiri,misalnya dari Mahkamah Agung (hakim agung)
kepada hakim tingkat lebih rendah,dengan pesanan
pribadi atau resmi seperti perintah penundaan eksekusi
tanpa suatu alasan yang cukup
 Sebaliknya hakim yang bebas juga
mengandung potensi berlaku tidak benar
dan tidak adil dengan menyalahgunakan
kebebasannya.
 Kebebasan hakim mengandung potensi
kesewenang wenangan yang sama
dengan dalam keadaan tidak bebas.
Essensi Kebebasan hakim
• Hakim hanya tunduk pada hukum dan
keadilan
• Tidak seorangpun,termasuk
pemerintah,dapat menentukan atau
mengarahkan putusan yang akan diambil
• Tidak boleh ada konsekwensi
pribadi(hakim) dalam menjalankan fungsi
yudisial
Bentuk campur tangan kekuasaan
terhadap kebebasan hakim
• Secara langsung dilakukan dengan menghalang
halangi atau menghentikan proses peradilan
yang sedang berjalan
• Campur tangan tidak langsung dilakukan dengan
menciptakan aturan aturan tertentu yang akan
mengatur pembatasan pembatasan,atau
dengan cara menimbulkan rasa was-was,rasa
takut,seperti kawatir kena
tindakan,dipermalukan
Pencegahan terhadap campur tangan kepada
kekuasaan kehakiman

• Masa jabatan hakim ditentukan untuk jangka waktu


yang panjang,bahkan tanpa batas.Disejumlah negara
jabatan hakim ditentukan untuk seumur hidup
• Pemberhentian hakim tidak boleh semata mata karena
dorongan pendapat umum,atau dorongan kekuasaan
belaka atau sebab politik,karena pada dasarnya hakim
tidak dapat diberhentikan sampai habis masa
jabatan,kecuali bertingkah laku tidak baik,meninggal
arau atas kemauan sendiri
• Disemua negara yang hendak menjamin keuasaan
kehakiman yang merdeka mempunyai sistem anggaran
tersendiri,sepenuhnya diatur sendiri oleh badan
peradilan
• Sistem penggajian hakim diatur tersendiri
tidak tunduk pada peraturan penggajian
umum
• Keadaan darurat negara tidak berlaku
untuk kekuasaan kehakiman,kekuasaan
kehakiman tetap jalan sesuai tatacara
yang berlaku
Mengapa kekuasaan kehakiman atau kekuasaan Peradilan
mudah tunduk pada kekuasaan lain

 Kekuasaan eksekutif kuat karena mempunyai


kekuatan pendukung seperti polisi tentara untuk
menunjang pelaksanaan
pemerintahan.Kekuasaan kehakiman tidak
memiliki apa apa,untuk melaksanakan
putusan,sekurang kurang memerlukan bantuan
pemerintah(eksekusi perdata) atau sama sekali
ditangan pemerintah dalam eksekusi pidana oleh
jaksa.Bahkan dalam perkaraTUN sepenuhnya
tergantung pada kemauan baik pemerintah yang
bersangkutan.Kekuasaan legislatif kuat karena
memiliki hak anggaran.
 Didalam kenyataan kekuasaan kehakiman selalu tidak
berdaya menghadapi tekanan politik untuk menjaga agar
kekuasaan kehakiman yang merdeka tetap utuh
 Sistem administrasi misalnya anggaran belanja.Selama
sistem anggaran belanja kekuasaan kehakiman
tergantung pada kebaikan Pemerintah sebagai
pemegang kas negara,maka berbagai upaya dalam
memperkuat kekuasaan kehakiman akan mengalami
berbagai hambatan.Pengaruh pemerintah dan DPR
sangat kuat sekali dalam masalah anggaran ini
 Kelemahan internal,gaji yang rendah,korupsi
mempengaruhi kepercayaan publik
Komisi Yudisial

 Menurut UUD wewenang komisi yudisial


adalah :
 1. Mengusulkan pembentukan Hakim
Agung
 2. wewenang lain dalam rangka menjaga
dan menegakkan kehomatan ,keluhuran
martabat,serta perilaku hakim.
Definisi hukum

• Hukum ialah peraturan yang bersifat


memaksa yang menentukan tingkah
laku manusia dalam lingkungan
masyarakat, yang dibuat badan
resmi yang berwajib,pelanggaran
mana terhadap peraturan tadi
berakibat diambilnya tindakan yaitu
dengan hukuman (JTC. Simorangkir)
Tugas Hukum
► Tugas hukum adalah mencapai
keadilan,yaitu keserasian antara nilai
kepentingan hukum
Teori tujuan hukum
 Tujuan hukum adalah untuk memberikan
kepada manusia kebahagiaan yang sebesar
besarnya
 Tujuan hukum adalah bukan hanya keadilan
semata,tetapi juga bermanfaat
 Hukum dapat mencapai tujuan jika terjadi
keseimbangan antara kepastian hukum dan
keadilan,atau keserasian antara kepastian
yang bersifat umum(obyektif) dan penerapan
keadilan secara khusus yang bersifat subjektif
Tujuan hukum positif pada alinea
ke empat UUD 45
 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan
kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial
 Tujuan hukum diatas adalah menghendaki
kerukunan dan perdamaian dalam pergaulan
hidup bersama.Hukum itu mengisi kehidupan
yang jujur dan damai dalam seluruh lapisan
masyarakat
Peristiwa hukum
• Peristiwa hukum adalah suatu kejadian
dalam masyarakat yang menggerakkan
peraturan hukum tertentu sehingga
ketentuan yang tercantum didalamnya itu
diwujudkan
Azas Hukum
• Prinsip prinsip yang dianggap dasar atau fundamen
hukum
• Restiturio in integrum (pengembalian kepada keadaan
semula)
• Lex posteriori derogat legi priori (Undang undang yang
berlaku kemudian membatalkan undang undang
terdahulu,sejauh undang undang itu mengatur objek
yang sama
• Pacta sun servanda (Perjanjian yang sudah disepakati
berlaku sebagai undang undang bagi para pihak yang
bersangkutan)
• Presumtion of innocence ( yakni sesorang dianggap tidak
bersalah sebelum ada keputusan hakim yang
menyatakan ia bersalah dan keputusan tersebut telah
mempunyai kekuatan hukum tetap)
Azas penegakan hukum
• Asas tidak berpihak (impartial)
• Asas kejujurandalam memeriksa dan
memutuskan
• Asas beracara secara benar
• Asas menerapkan hukum secara benar yang
menjamin dan melindungi hak hak subtantif
pencari keadilan
• Asas harmonisasi kepentingan pencari keadilan
dan kepentingan sosial
• Asas jaminan bebas dari segala bentuk tekanan
dan kekerasan dalam proses peradilan
Faktor faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum
• Mutu hakim
• Kebebasan hakim atau badan peradilan
• Sistem pengelolaan badan peradilan
• Masalah politik
• Tatanan dan tingkah laku sosial
• Fasilitas kerja dan kesejahteraan
• Aturan hukum yang tidak memadai
Sumber ketidak pastian hukum

• Peraturan perundang undangan.Acapkali


diperdengarkan bahkan dialami berbagai
undang undang atau peraturan pada
umumnya menimbulkan atau mengandung
ketidak pastian hukum,baik karena
rumusannya yang kurang baik atau tidak
sesuai bahkan bertentangan satu sama
lain
• Banyak aturan kebijakan untuk mencapai
manfaat tertentu atau masalah tertentu yang
bertentangan dengan undang undang dan
sangat sektoralistik
• Banyak inkonsistensi kebijakan baik karena
perbedaan pandangan,atau suatu tekanan dari
kepentingan luar
• Putusan hakim yang tidak konsisten dan lambat
Akibat hukum
 Adalah akibat yang ditimbulkan oleh
peristiwa hukum
 Akibat hukum yang terjadi karena
perbuatan hukum yang dilakukan oleh
subjek hukum terhadap objek
hukum,segala akibat perjanjian yang telah
diadakan oleh para pihak tertentu
mengenai hal tertentu maka telah lahir
suatu akibat hukum
Hambatan penyelesaian perkara di
Pengadilan
• Jumlah perkara yang sampai dipengadilan,tidak
semua perkara harus sampai dipengadilan
seperti “tidak cukup alasan”
• Kesiapan formal dan material suatu perkara
yang dibawa kepengadilan.Untuk mencegah
suatu perkara gagal dipengadilan sangat perlu
kesiapan yang mendalam baik formal maupun
material.Ketelitian prosedural,ketelitian
menemukan bukti bukti,ketelitian
menghubungkan fakta fakta dengan aturan
hukum
• Bobot perkara
Persepsi masyarakat terhadap pengadilan
dan peradilan yang baik

 Pengadilan dan peradilan yang baik kalau dalam


setiap perkara pidana terutama korupsi selalu harus
menemukan terdakwanya dan menjatuhkan hukuman
seberat beratnya
 Pengadilan dan peradilan yang baik kalau
independen,hakim bebas dari segala campur tangan
 Pengadilan yang baik kalau senantiasa
memperhatikan rasa keadilan masyarakat
 Pengadilan yang baik kalau hakimnya
adil,jujur,berpengetahuan tinggi,cakap,rendah
hati,berhati hati,berintegritas dan disiplin
 Pengadilan yang baik kalau bekerja
efisien dan efektif seperti memutuskan
dengan cepat
 Pengadilan yang baik kalau menjamin
keterbukaan dan akses publik
Instrumen keterbukaan
 Sidang terbuka untuk umum,kecuali
dikecualikan uu. Membaca putusan wajib
terbuka untuk umum,kalau tidak putusan
batal demi hukum
 Menggunakan teknologi informasi dan
tersedianya seperti papan
pengumuman,jaringan informasi,publikasi
secara teratur
Konsep Keadilan
 Sulit menemukan rumusan keadilan yang
berlaku secara universal
 Kata keadilan berasal dari kata “adil” yang
diambil dari bahasa arab yang artinya :
1. Upaya menyamakan sesuatu dengan yang lain
2. Mempersamakan atau memperlakukan
secara jujur dalam hukum
3. Tidak boleh mengorbankan kepentingan orang
lain
4. Seimbang lahiriah maupun seimbang dalam
penciptaan alam semesta
 Aristoteles (equality)
Keadilan adalah kelayakan dalam tindakan
manusia.Kelayakan merupakan titik tengah
diantara kedua ujung ekstrim yang terlalu
banyak dan yang terlalu sedikit
- Plato(moral justice)
Pemberian kepada setiap orang apa yang
semestinya.Masyarakat adil adalah masyarakat
yang didalam setiap orang mendapatkan apa
yang semestinya
 John Stuart Mill,Henry sigwick
- Keadilan mempunyai ciri sebagai suatu
kebajikan yang sepenuhnya ditentukan
oleh kefaedahannya,yaitu kemampuan
untuk menghasilkan kesenangan yang
terbesar bagi masyarakat
- Keadilan mengatur atas hak-hak pribadi
dan mengandung suatu pengakuan timbal
balik akan masing masing orang
 Immanuel Kant (keadilan hukum dan
keadilan moral)
- Keadilan merupakan perpaduan atau sintesa
dari kebebasan dan persamaan.
- Keadilan yang demikian itu menekankan
pentingnya mempertahankan kehidupan intern
manusia,keyakinan religius dan pendapat
pendapat dari semua campur tangan oleh
kekuasaan masyarakat
- Dengan demikian keadilan hukum harus
ditegakkan oleh negara karena hanya dengan
keadilan hukum dilaksanakan,maka manusia
bisa mewujudkan kondisi kondisi keadilan moral
 Thomas Hobbes
Pengertian keadilan harus tertuju pada kerangka kekuatan
dan kekuasaan dari negara
- Adil tidak adil mensyaratkan kekuatan paksaan dari
negara yang mampu melaksanakan terpenuhinya
kewajiban-kewajiban
- Untuk tecapainya perdamaian dan ketertiban dalam
masyarakat,orang harus menyerahkan hak-hak
alamiahnya kepada kekuasaan yang berdaulat dalam
negara
- Penyerahan hak-hak itu menjadi kewajiban yang
merupakan perjanjian untuk ditaati
 H.L.A Hart
Keadilan yaitu asas formal yang tetap
untuk memperlakukan yang sama secara
sama,dan hal yang berbeda secara
berbeda ,dan ukuran untuk menentukan
bilamana kasus kasus adalah sama atau
dalam hal apa berbeda
Keadilan dalam pemungutan pajak
• Istilah keadilan dalam masyarakat kiranya
tidak dijelaskan baik didalam UUD
maupun didalam perundang undangan
suatu negara
• Pajak mengurangi pendapatan/kekayaan
seseorang dan mengurangi daya beli
sehingga secara langsung mempengaruhi
kesejahteraannya
• Keadilan dibidang perpajakan sudah
menjadi landasan utama pemungutan
pajak yang diselenggarakan oleh
negara,sebab tanpa landasan ini pajak
dapat menjadi pemborosan negara yang
mengakibatkan kesengsaraan bagi
rakyatnya
Sejarah Peradilan Pajak
 Pada tahun 1915 sudah ada bentuk institusi
pertimbangan pajak (Staatblad tahun 1915 nomor 707)
yaitu Majelis Pertimbangan Pajak (Raad Van Beroep Voor
Belasting Zaken) dan disempurnakan dengan Staatsblad
tahun 1927 nomor 29 tentang Ordonantie Regeling van
het Beroep in Belasting zaken
 Uu ini dirubah terakhir dengan undang undang nomor 5
tahun 1959 nomor 13 tambahan lembaran negara nomor
1748 dengan kedudukan di Jakarta
 Pada masa itu pajak masih tiga macam yaitu Pajak
Pendapatan,Pajak Rumah Tangga dan pajak Verponding
 Institusi pertimbangan pajak berganti nama
menjadi Majelis Pertimbangan Pajak (MPP)
bertugas memberikan keputusan atas surat
permohonan Banding tentang Pajak-pajak
negara dan pajak Daerah (uu nomor 5 tahun
1959)
 Tahun 1998 berdasarkan uu nomor 17 tahun
1997 penanganan penyelesaian sengketa pajak
beralih Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
(BPSP)
Tugas dan wewenang MPP
• Memberikan keputusan atas surat permohonan
banding yang diajukan kepadanya baik
mengenai pajak negara atau pajak daerah
sepanjang ordonasi ybs memungkinkan untuk
dibanding
• Sebagai badan yang menerima,memeriksa dan
memutuskan sengketa pajak,MPP merupakan
banding administrasi,sehingga apabila wp
menolak keputusan tersebut,wp dapat
mengajukan gugatan ke PTUN (pasal 48)
 Sesuai perkembangan perekonomian dan
pembangunan nasional dan untuk
memberikan pelayanan kepada warga
masyarakat diperlukan lembaga peradilan
dibidang perpajakan yang lebih
komprehensif untuk menjamin hak hak
dan kewajiban pembayar pajak dengan
proses yang lebih sederhana,murah dan
cepat
Undang undang Pengadilan Pajak
(uu nomor 14 tahun 2002)
 Kompetensi diperluas sesuai dengan amanat
pasal 23 UU nomor 16 tahun 2000(gugatan thd
SP,SPMP,Lelang,pencegahan,SK
Keberatan/ketetapan pajak tdk sesuai prosedur
,keputusan perpajakan selain pasal 26 dan pasal
25 ayat 1) tentang perubahan kedua uu KUP
 Perluasan mengenai gugatan,disamping
penagihan pajak diperluas terhadap keputusan
yang dikeluarkan pejabat berwenang
berdasarkan peraturan perundang undangan
perpajakan
 Berdasarkan uu BPSP setelah putusan
Badan Penyelesaian Sengketa Pajak tidak
ada lagi upaya hukum
 Berdasarkan pasal 77 ayat 3 uu
Pengadilan Pajak dapat diajukan upaya
hukum luar biasa berupa peninjauan
kembali ke Mahkamah Agung oleh pihak
pihak yang bersengketa
Susunan uu Pengadilan Pajak
 BAB I (Ketentuan Umum) terdiri psl 1 s.d
psl 5
 BAB II (Susunan Pengadilan Pajak) terdiri
psl 6 s.d psl 30
 BAB III (Kekuasaan Pengadilan Pajak)
terdiri psl 31 s.d psl 33
 BAB IV terdiri psl 34 s.d psl 95
 BAB V (Ketentuan Penutup) terdiri psl 96
s.d psl 98
Latar belakang
 Pasal 23A UUD 45 memberikan ketentuan “Pajak
dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang
undang
 Pasal 24 UUD 45 jo pasal 2 dan 10 uu nomor 4
tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
menjelaskan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan dibawahnya dalam lingkungan
Peradilan Umum.Peradilan Agama,Peradilan
Meliter,Peradilan Tata Usaha Negara dan sebuah
Mahkamah Konstitusi
US Tax Court
 Di Amerika Serikat sengketa pajak diajukan
kepada US Tax Court
 Tax court merupakan badan peradilan
khusus,tetapi putusannya tidak bersifat final
sehingga tax court masih dimungkinkan upaya
hukum banding dan kasasi (judicial review ke
The court of Appeals dan US Supreme Court)
 US Tax court domisilinya dipusat
pemerintahan,tetapi operasi kerjanya dilakukan
setiap divisi disetiap Pengadilan Negeri
Kedudukan Pengadilan Pajak
 Pengadilan Pajak adalah badan peradilan
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman
bagi wajib pajak atau penanggung pajak
yang mencari keadilan terhadap sengketa
pajak (psl 2 uu no.14 tahun 2002)
 Walau tidak secara konkrit disebutkan
bahwa dapat dipahami bahwa peradilan
pajak secara mandiri berkedudukan
sebagai pelaku kekuasaan kehakiman
 Pasal 15 uu no 4 tahun 2004 (tentang kekuasaan
kehakiman) menjelaskan “Pengadilan khusus
hanya dapat dibentuk dalam salah satu
lingkungan peradilan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 10 yang diatur dalam undang undang
ini
 Contoh peradilan khusus adalah Pengadilan
anak,Pengadilan Niaga,Pengadilan hak Asasi
manusia,Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi,Pengadilan hubungan Industrial yang
berada dalam lingkungan Peradilan Umum
 Peradilan khusus lainnya adalah Pengadilan pajak
dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara(PTUN)
Tata Usaha Negara
 Adalah Administrasi Negara yang
melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan
baik pusat maupun daerah
Sengketa Tata Usaha Negara
 Adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata
usaha negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan badan atau pejabat Tata Usaha
Negara baik pusat maupun didaerah sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan Tata Usaha
Negara,termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang undangan
(pasal 1 angka 4 uu 5 tahun 1986 tentang PTUN
sebagai mana telah dirubah dengan uu nomor 9
tahun 2004)
Susunan Pengadilan dilingkungan
PTUN
 Pengadilan Tata Usaha Negara yang
merupakan Pengadilan tingkat Pertama
 Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang
merupakan pengadilan tingkat banding
Putusan peradilan tata usaha
negara
 Putusan Peradilan Tata Usaha Negara sifat
atau berlakunya adalah “ergaommes”
artinya berlaku kepada siapa saja,yang
berbeda dengan putusan Peradilan Umum
mengenai perdata yang hanya berlaku
untuk para pihak yang beperkara saja
Peradilan Administrasi
(pasal 48 uu.no.5 tahun 1986 tentang PTUN)
 Dalam hal suatu badan atau pejabat TUN diberi
wewenang oleh atau berdasarkan peraturan
perundang undangan,untuk menyelesaikan
secara administratif sengketa tata usaha negara
tertentu,maka sengketa tata usaha tersebut
harus diselesaikan melalui upaya administrasi
yang tersedia
 Pengadilan baru berwenang memeriksa
memutuskan dan menyelesaikan sengketa tata
usaha negara sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 jika seluruh upaya administrasi yang
bersangkutan telah digunakan
Perbuatan yang boleh dituntut
 Perbuatan administrasi negara yang
melawan hukum
 Perbuatan administrasi negara yang
menyalahgunakan wewenang
 Perbuatan administrasi negara yang
sewenang wenang (abus de troit)
Kekurangan keputusan
(ketetapan)negara
► Ketetapan tersebut harus dianggap batal sama sekali
► Berlakunya ketetapan tersebut dapat digugat
1. Dalam bandingan (beroef)
2. Dalam pembatalan oleh jabatan karena bertentangan
dengan undang undang
3. Dalam penarikan kembali dilakukan oleh kekuasaan yang
berhak mengeluarkan ketetapan tersebut
► Dalam hal ketetapan tersebut sebelum dapat berlaku
memerlukan persetujuan dari satu badan kenegaraan yang
lebih tinggi,maka persetujuan tidak diberikan
► Ketetapan itu diberikan suatu tujuan lain daripada
permulaannya
Syarat syarat suatu putusan
(ketetapan) itu sah
• Syarat materil
• A. Alat pemerintahan yang membuat keputusan harus
berwenang (berhak)
• B. Dalam kehendak alat pemerintahan yang membuat
keputusan tidak boleh ada kekurangan yuridis
• C. Keputusan harus diberi bentuk yang ditetapkan dalam
peraturan yang menjadi dasarnya dan pembuatannya
harus juga memperhatikan prosedur pembuatan
keputusan,bilamana prosedur ditetapkan dengan tegas
dalam peraturan itu
• D. Isi dan tujuan keputusan tersebut harus sesuai
dengan isi dan tujuan yang dicapai
• Syarat formal
1. Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan
dengan persiapan dibuatnya keputusan dan
berhubungan dengan cara dibuatnya keputusan
harus dipenuhi
2. Harus diberi bentuk yang telah ditentukan
antara lain timbulnya hal-hal yang menyebabkan
dibuatnya dan diumumkan keputusan itu dan
tidak boleh dilupakan.
Asumsi hukum
administrasi
• Bahwa suatu ketetapan tetap
dianggap sah selama belum
dibuktikan mengandung kekurangan
sehingga batal,dapat dibatalkan
ataupun dicabut kembali

• Bahwa ketetapan yang sah


mempunyai kekuatan hukum
Suatu putusan/ketetapan (beschikking)
ditetapkan sewenang wenang
• Peradilan pajak menurut uu no.14 tahun 2002
tidak mengenal upaya hukum kasasi untuk
menguji penerapan hukum pajak (hukum positif)
• Kritik para pakar hukum “ idealnya Pengadilan
pajak memberi perlindungan hukum terhadap
pencari keadilan,khususnya dimungkinkan untuk
mengajukan hukum kasasi ke MA”
• Alasannya Pengadilan pajak dan keempat
lingkungan peradilan lainnya,masuk sistem
peradilan yang berpuncak ke MA telah menjadi
unifikasi hukum di Indonesia
• Upaya hukum dimaksud adalah banding,kasasi dan
Peninjauan Kembali
• Susunan piramida dalam peradilan administrasi murni
diberlakukan dengan pertimbangan
1. Untuk lebih memuaskan para pihak yang beperkara
dalam mencari keadilan,maka harus diberi wewenang
seluas luasnya untuk dapat mengajukan perkara
2. Bertalian dengan butir 1 diatas,perlu adanya hukum
yang biasa dan luar biasa
3. Dengan menggunakan upaya hukum tersebut,maka
perkara administrasi diperiksa oleh hakim tinggi/Agung
yang mempunyai pengalaman dan pandangan yang
lebih
Susunan peradilan negara menurut Kuntjoro
purbopranoto dan rochmat Soemitro

► Peradilanadministrasi negara tersusun atas


tiga tingkat yaitu tingkat I,tingkat II dan
kasasi
Sengketa pajak
 Sengketa pajak sebenarnya merupakan
sengketa yang terjadi antara pemerintah selaku
fiskus dan rakyat selaku wajib pajak,sebagai
akibat dikeluarkan keputusan administrasi
negara dibidang pajak yang dirasa merugikan
kepentingan wp yang bersangkutan (sengketa
administrasi)
 Karena itu,cukup beralasan apabila uu nomor 4
tahun 2004 Pengadilan Pajak dimasukkan dalam
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
Keputusan tertulis
 Tidak ada penjelasan mengenai keputusan didalam
undang undang no.14 tahun 2002
 Didalam undang undang nomor 5 tahun 1986 (PTUN)
dijelaskan bahwa istilah penetapan kepada bentuk
tertulis terutama menunjukkan kepada isi bukan kepada
bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat Tata usaha Negara
 Sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat tertulis
dan akan merupakan keputusan badan pejabat TUN
apabila sudah jelas :
- Badan atau pejabat TUN mana yang mengeluarkan
- Maksud mengenai hal apa isi tulisan itu
- Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang
ditetapkan didalamnya
Spesifikasi sengketa
pajak
 Para pihak yang bersengketa adalah pemerintah
selaku fiskus dalam hal ini berkedudukan sebagai
pihak tergugat atau terbanding atau pihak yang
yang menerima pengajuan keberatan, sementara
disisi lain adalah rakyat selaku wp yang
mengajukan keberatan,banding atau gugatan
 Objek yang disengketakan adalah keputusan
pemerintah dibidang pajak yang ditujukan kepada
rakyat selaku wajib pajak yang dirasa merugikan
yang bersangkutan
 Sengketa itu dipicu oleh adanya keputusan Tata
Usaha Negara dibidang pajak yang oleh wp
dipermasalahkan,karena merasa dirugikan oleh
keputusan itu
Alasan pengadilan pajak masuk
dilingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara
• Dengan melihat spesifikasi diatas,dimana
sengketa mempersoalkan mengenai
keputusan administrasi dibidang pajak
yang merugikan rakyat,maka hal itu
menjadi alasan kuat untuk memasukkan
sengketa pajak ini menjadi bagian
sengketa administrasi.Karena itu cukup
beralasan apabila dalam undang undang
no.4 tahun 2004 tentang kekuasaan
kehakiman,memasukkan pengadilan pajak
didalam lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara
• Secara teori kedudukan lembaga
Pengadilan Pajak sama dengan lembaga
Pengadilan Tata Usaha Negara karena
sama dibuat berdasarkan undang
undang,artinya kedua lembaga tersebut
menurut hukum positif sama sama berlaku
Jenis jenis sengketa pajak
• Sengketa Pajak Keberatan
• Sengketa Pajak Banding
• Sengketa Pajak Gugatan
Masalah administrasi lainnya
 Selain sengketa administrasi,dikenal pula
masalah administrasi lain yang sifatnya bukan
penyelesaian sengketa
 Contoh adalah permohonan penundaan
pembayaran pajak,permohonan pembayaran
pajak secara angsuran,permohonan
pengurangan pajak
 Kewenangan untuk menangani masalah
tersebut tidak bersifat penyelesaian
sengketa,melainkan lebih bersifat pemberian
keputusan administratif dan merupakan
kewenangan pemerintah
Perbedaan pengadilan pajak
dengan pengadilan TUN lainnya
 Undang undang pengadilan pajak tidak
mengenal adanya pengadilan tingkat I
yang berkedudukan di kabupaten/kota
dan pengadilan tingkat banding
berkedudukan diibukota propinsi
 Pengadilan pajak merupakan Pengadilan
tingkat pertama dan terakhir dalam
memeriksa dan memutuskan sengketa
pajak dan berkedudukan di ibukota negara
Keberatan dibidang pajak
 Proses awal yang harus ditempuh jika terjadi
persengketaan dibidang pajak untuk pengajuan
banding adalah upaya keberatan
 Upaya keberatan merupakan upaya hukum yang
diajukan wp sebagai akibat dari adanya
perbedaan penafsiran dan pendirian mengenai
ketentuan hukum dibidang pajak terhadap suatu
kasus tertentu
Hukum pajak
• Bidang hukum pajak dibagi atas hukum pajak formal dan
hukum pajak material
• Hukum pajak formal memuat ketentuan ketentuan yang
sebenarnya diadakan untuk mewujudkan tercapainya
apa yang diatur dalam hukum pajak material antara lain
meliputi pendaftaran wajib pajak/objek pajak
,pemungutan pajak,penyetoran pajak,pengajuan
keberatan,permohonan banding,permohonan
pengurangan dan penundaan pembayaran (uu KUP)
• Hukum pajak material mempunyai muatan muatan
tertentu antara lain objek pajak,subjek pajak,wajib
pajak,tarip dan sebagainya
Keberatan atas PPh dan PPN/PPn
BM (pasal 25 uu KUP)
• WP dapat mengajukan keberatan hanya kepada
Direktur Jenderal Pajak atas ketetapan pajak
• Keberatan diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia dengan mengemukakan
jumlah pajak yang terutang disertai alasan
• Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu
3 bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak
• Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu
paling lambat 12 bulan harus memberikan
keputusan
Keberatan atas Pajak Daerah(psl 103 &
104 uu no.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah)

• WP hanya dapat mengajukan keberatan hanya kepada


Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas
(SPPT,SKPD,SKPPDKB,SKPDKBT,SKPDLB,SKPDN,pe
motongan dan pemungutan oleh pihak ketiga
• Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan disertai alasan alasannya
• Keberatan diajukan dalam jangka waktu paling lama 3
bulan sejak tanggal surat
• Keberatan dapat diajukan apabila wp telah membayar
paling sedikit sejumlah yang telah disetujui wp
• Dalam jangka waktu paling lama 12 bulan,Pemda harus
memberikan keputusan
Keberatan atas Tarif Pabean/Cukai
dan sanksi administrasi
• Orang yang keberatan terhadap
penetapan Pejabat Bea dan Cukai
mengenai tarif dan /atau nilai pabean
untuk penghitungan bea masuk dapat
mengajukan keberatan secara tertulis
kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai
dalam waktu 30 hari sejak tanggal
penetapan dengan menyerahkan uang
jaminan sebesar bea masuk yang harus
dibayar
• Direktur Jenderal Bea dan Cukai dapat
memberikan keputusan dalam jangka
waktu 6 bulan sejak diterima
keberatan,apabila ternyata dalam jangka 6
bulan tersebut tidak memberikan
keputusan,keberatan yang bersangkutan
dianggap diterima dan jaminan
dikembalikan
• Apabila keberatan tersebut ditolak Direktur
Jenderal Bea dan Cukai,jaminan dicairkan dan
bea masuk yang terutang dianggap telah
dilunasi ,apabila keberatan diterima maka
jaminan dikembalikan
• Jaminan dapat berupa uang tunai dan
pengembalian jaminan dilakukan setelah jangka
waktu 60 hari,pemerintah memberi bunga
sebesar 2% setiap bulan untuk jangka paling
lama 24 bulan
Timbulnya sengketa pajak
 Perbedaan persepsi dalam memahami
ketentuan dalam peraturan perundangan
perpajakan
 Keterbatasan waktu petugas pajak dalam
menginterprestasi pola bisnis dan sistem
akuntansi yang dianut wp
 Keterbatasan petugas memahami peristilahan
aktivitas bisnis dan penamaan akun/rekening
pembukuan karena wp tidak menginformasikan
dengan benar
 Ketidakmampuan dan ketidaktahuan wp
dalam memahami peraturan perundang
undangan yang berlaku
 Ketidaktahuan dan ketidakmampuan wp
membedakan laporan keuangan komersil
dan laporan keuangan fiskal
 Perbedaan pendapat dalam pengakuan
bukti pendukung/dokumen transaksi
Sengketa pajak menurut uu
Pengadilan Pajak (pasal 1 angka 5)
► Sengketa pajak adalah sengketa yang
timbul dalam bidang perpajakan antara wp
atau penanggung pajak dan pejabat yang
berwenang sebagai akibat dikeluarkan
keputusan yang dapat diajukan banding
atau gugatan kepada Pengadilan Pajak
berdasarkan peraturan perundang
undangan perpajakan,termasuk gugatan
atas pelaksanaan penagihan berdasarkan uu
penagihan pajak dengan surat paksa
Tugas dan Wewenang
pengadilan pajak (psl 31)
 Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang
memeriksa dan memutuskan sengketa pajak
 Pengadilan pajak dalam hal banding hanya memeriksa
dan memutuskan sengketa atas keputusan
keberatan,kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang undangan yang berlaku
 Pengadilan pajak dalam hal gugatan memeriksa dan
memutuskan sengketa atas pelaksanaan penagihan
pajak atau keputusan pembetulan atau keputusan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat 2
uu KUP
Pengadilan khusus

 Menurut pasal 15 uu no.4 tahun 2004


menjelaskan bahwa “Pengadilan khusus hanya
dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan
peradilan sebagaimana dimaksud dalam pasal
10 yang diatur dengan undang undang ini
 Pengadilan khusus tidak diperkenankan
adanya diluar pengadilan yang telah ada
 Pengadilan pajak termasuk pengadilan khusus
dan termasuk dilingkungan PTUN
Perbedaan dengan
pengadilan khusus yang lain
 Berdasarkan pasal 77 uu no.14 tahun 2002
bahwa putusan Pengadilan Pajak merupakan
putusan akhir dan mempunyai kekuatan
hukum tetap
 Bagi yang bersengketa dapat mengajukan
Peninjauan kembali atas putusan pengadilan
pajak ke MA
 Hal ini bertentangan dengan sistem kekuasaan
kehakiman dimana untuk putusan tingkat
terakhir pengadilan dapat dimohonkan kasasi
kepada MA
Perbedaan Upaya hukum banding di
pengadilan Pajak,Peradilan Umum ataupun
Peradilan Tata Usaha Negara
 Peradilan Umum/TUN yang dinamakan upaya
hukum banding merupakan upaya hukum pada
Pengadilan tingkat II.Artinya sengketa hukum itu
telah diberikan putusan oleh lembaga
pengadilan pada tingkat I
 Banding dalam konteks Pengadilan pajak
adalah upaya hukum yang diajukan wp atau
penanggung pajak terhadap keputusan yang
menurut peraturan dibidang pajak dapat
diajukan banding
Kedudukan Pengadilan Pajak
dengan PTUN
 Keberadaan Pengadilan Pajak dilindungi
dengan undang undang tidak
berkedudukan dibawah PTUN melainkan
sejajar sebagai peradilan yang
melaksanakan kekuasaan kehakiman.
 Kesejajaran dimaksud Pengadilan Pajak
dan PTUN sama sama peradilan
administrasi murni
 Pada hakikatnya hubungan pengadilan
pajak dengan PTUN hanya terbatas pada
hubungan bersifat administratif saja,tidak
mungkin mencampuri yang subtantif
Gugatan (psl 23 uu KUP & psl 40 ayat 1 s.d 6 uu
Pengadilan Pajak)
 Gugatan dimasukkan dalam BAB IV mengenai
Penagihan dalam uu KUP
 Gugatan WP/Penanggung Pajak terhadap
1. Pelaksanaan Surat Paksa,Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelang
2. Keputusan Pencegahan dalam rangka penagihan
pajak
3. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan
keputusan perpajakan selain yang ditetapkan pasal 25
ayat 1 (SKPKB,SKPKBT,SKPN,SKPLB,pemotongan
atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan perundang undangan) dan pasal 26 (SK
Keberatan)
4. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atau Surat
Keputusan Keberatan yang dalam penerbitannya tidak
sesuai prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam
ketentuan perundang undangan perpajakan
 Pengadilan Pajak merupakan pengadilan tingkat
pertama dan terakhir dalam memeriksa dan
memutuskan sengketa pajak (psl 33 uu peng
pjk)
 Penjelasan : Sebagai pengadilan tingkat
pertama dan terakhir ,pemeriksaan atas
sengketa pajak hanya dilakukan oleh
Pengadilan Pajak tidak dapat diajukan gugatan
ke Peradilan Umum,PTUN atau badan peradilan
lain,kecuali putusan berupa “tidak dapat diterima
yang menyangkut kewenangan/kompetensi
 Ketentuan tersebut memberikan pemahaman bahwa
pengadilan pajak tidak memiliki hubungan dengan
badan peradilan Umum,Peradilan Agama,Peradilan
Meliter maupunPTUN walaupun didalam pasal 27 ayat 2
ditegaskan “Putusan Pengadilan Pajak merupakan
putusan pengadilan khusus dilingkungan peradilan tata
usaha negara”dan ketentuan pasal 15 uu no.4 tahun
2004 tentang kekuasaan kehakiman dan pasal 9a uu
no.9 tahun 2004 tentang menempatkan Pengadilan
Pajak dalam lingkup Peradilan Tata Usaha Negara yaitu
sebagai Pengadilan Khusus
 Hukum acara yang diselenggarakan PTUN dan hukum
acara yang diselenggarakan Pengadilan Pajak tetap
berlaku secara terpisah.PTUN tidak diperkenankan turut
campur dalam tugas dan wewenang pengadilan pajak
yang memiliki karakter berbeda dan spesial
Pembinaan Pengadilan
Pajak
 Pembinaan teknis peradilan bagi Pengadilan
Pajak dilakukan Mahkamah Agung
 Pembinaan Organisasi,administrasi dan
keuangan bagi Pengadilan Pajak dilakukan
Depkeu
 Pembinaan tersebut tidak boleh mengurangi
kebebasan hakim dalam memeriksa dan
memutuskan sengketa pajak (psl 5 uu no.14
mengenai Pengadilan Pajak)
Pembinaan teknis Mahkamah
Agung (psl 32 uu.no.14 th 1985)
 Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap
penyelenggaraan peradilan disemua lingkungan peradilan dalam
menyelenggarakan kekuasaan kehakiman
 MA mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim disemua
lingkungan peradilan dalam menjalankan tugas
 MA berwenang untuk meminta keterangan tentang hal hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan dari semua lingkungan
peradilan
 MA berwenang memberi petunjuk ,teguran atau peringatan yang
dipandang perlu kepada pengadilan disemua lingkungan
peradilan
 Pengawasan dan kewenangan sebagaimana dimaksud diatas
tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan
memutus perkara
 Berdasarkan kewenangan tersebut hubungan MA
dengan pengadilan pajak melalui pola pembinaan dan
pengawasan secara garis besarnya meliputi bidang
teknis hukum ,administrasi teknis yustisial dan
perilaku/perbuatan hakim
 Pembinaan teknis hukum dilaksanakan melalui
berbagai cara antara lain upaya hukum yang ada
seperti peninjauan kembali,surat edaran atau
petunjuk,surat teguran,peringatan dan
pemeriksaan,melalui rapat,lokakarya dll
 Pembinaan dan pengawasan dibidang administrasi
teknis yustisial dengan tujuan administrasi peradilan
rapi dan tertib,sehingga menguntunkan bagi pencari
keadilan itu sendiri dan memenuhi harapan
masyarakat yaitu tepat,cepat dan biaya ringan
 Pembinaan dan pengawasan dari perilaku hakim
 Dalam hal kedinasan,hal ini guna menghindari
kekurang wajaran jalannya peradilan seperti bersikap
berat sebelah,menunda sidang tanpa alasan yang
sah,tidak melakukan minutering terhadap perkara
perkara yang diminta banding
 Diluar kedinasan yaitu dalam hubungan masyarakat
yaitu dalam hubungan dengan masyarakat
sekitarnya,rumah tangganya dan lain
sebagainya,perilaku hakim harus disesuaikan dengan
norma norma hidup dalam masyarakat dan menjaga
nama baik serta martabat sebagai hakim
Pembinaan dan pengawasan
terhadap hakim
 Preventif yakni pembinaan sebelum terjadi
pelanggaran.Hal ini dilakukan dengan cara menerbitkan
buku yang berisi peraturan tentang tugas dan kewajiban
hakim khususnya serta sanksi sanksinya
 Represif yakni pembinaan dan pengawasan yang
merupakan penerapan sanksi hukum yang dilakukan
setelah satu gejala dapat dipastikan sebagai suatu
penyelewengan setelah yang bersangkutan diberi
kesempatan membela diri.Bentuk tindakan administratif
a.l :
 Pemberhentian sementara
 Pembebasan sementara dari jabatan hakim
 Dirumahkan
Pembinaan Pengadilan Pajak oleh
Depkeu
 Pengaturan susunan organisasi dan tatacara kerja
sekretariat pengadilan
 Surat surat petunjuk dan edaran
 Penyediaan anggaran rutin dan pembangunan sarana
dan prasarana
 Penggajian
 Pengangkatan dan pemberhentian aparat
 Peningkatan kualitas dan kuantitas pegawai
 Mutasi dan kenaikan pangkat
 Surat Teguran,peringatan dan pemeriksaan
 Rapat kerja maupun lokakarya
 Penjatuhan tindakan administratif
Pengangkatan dan pemberhentian
 Hakim diangkat oleh Presiden dari daftar nama calon
yang diusulkan oleh Menteri setelah mendapat
persetujuan Ketua Mahkamah Agung(pasal 5)
 Ketua dan wakil ketua diangkat presiden dari para hakim
yang diusulkan Menteri setelah mendapat persetujuan
ketua MA
 Pasal 14
Ketua,wakil ketua dan hakim diberhentikan tidak dengan
hormat dari jabatan oleh presiden atas usul menteri
setelah mendapat persetujuan dari MA dengan alasan
A. Dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana
kejahatan
B. Melakukan perbuatan tercela
C. Terus menerus melalaikan kewajiban dalam
menjalankan tugas pekerjaannya
D. Melanggar sumpah/janji jabatannya
E. Melanggar larangan sebagaimana dimaksud pasal 12
Dissenting opinion
 “Apabila Majelis didalam mengambil putusan
dengan cara musyawarah tidak dapat dicapai
kesepakatan sehingga putusan diambil dengan
suara terbanyak,pendapat hakim Anggota yang
tidak sepakat dengan putusan tersebut
dinyatakan didalam putusan Pengadilan Pajak
(psl 79 uu peng pajak)
 Dissenting opinion ini diharapkan memberi ruang
untuk berbeda pendapat disidang majelis
terhadap putusan sengketa pajak
 Penggunaan dissenting opinion dapat mendorong
pengadilan pajak menyusun putusan dengan
pertimbangan lebih lengkap disertai argumentasi
yang mendalam.Hal ini akan mempertinggi mutu
putusan dan sekaligus dapat menjadi unsur
penilaian terhadap integritas hakim
 Penggunaan dissenting opinion secara praktis
sebagai alat kontrol bagi hakim hakim atas suatu
putusan pengadilan terhadap suatu perkara
 Secara teoritis dissenting opinion dapat
melahirkan konsep konsep baru dibidang hukum
dimana tidak tertutup kemungkinan dikemudian
hari menjadi asas atau kaidah hukum baru yang
diterima secara teoritis maupun praktis dalam
sistem hukum positif.
Dissenting opinion dalam sistem
peradilan Indonesia
 Dissenting opinion adah pranata dari hukum common
law (Anglo saxon) yang dianut negara Inggris dan bekas
jajahannya diadopsi ke sistem hukum Indonesia (sistem
kontinental/Belanda)
 Tidak dikenal disistem kontinental ,karena dapat
menyebabkan timbulnya ketidak pastian hukum
 Secara filosofis dissenting opinion merupakan
perwujudan dan kebebasan hakim
 Dissenting opinion hanya terdapat pada pemeriksaan
perkara dengan sistem majelis
 Dissenting opinion baru dikenal didalam uu no.4 tahun
2004 tentang kekuasaan kehakiman
Kemungkinan kemungkinan yang
terjadi penyebab dissenting opinion
 Perbedaan mulai dari dasar dasar
pertimbangan sampai pada putusan
 Perbedaan pada dasar dasar
pertimbangan tapi tidak ada perbedaan
pada putusan
 Persamaan pertimbangan tetapi berbeda
putusan
Kebaikan dissenting opinion
• Merupakan perwujudan nyata kebebasan
individual hakim,termasuk kebebasan terhadap
sesama majelis atau sesama hakim
• Mencerminkan jaminan hak berbeda pendapat
setiap hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara
• Meningkatnya tanggung jawab individual hakim
• Meningkatkan kwalitas dan wawasan hakim
• Meningkatnya mutu putusan
• Instrumen dinamika dan updating pengertian
pengertian hukum
Kelemahan Dissenting
Opinion
 Kebenaran dan keadilan ditentukan oleh suara
terbanyak,ada kemungkinan pendapat
minoritas itu yang benar dan adil
 Secara keilmuan maupun praktek dapat
menimbulkan ketidak pastian hukum
 Mempengaruhi harmonisasi hubungan sesama
hakim
 Menimbulkan sikap individu yang berlebihan
Proses penyelesaian sengketa pajak
(psl 81 uu.no.14 th 2002
 Putusan pemeriksaan dengan acara biasa atas banding
dalam jangka 12 bulan sejak surat banding diterima
 Putusan pemeriksaan dengan acara biasa atas gugatan
diambil dalam jangka waktu 6 bulan sejak surat gugatan
diterima
 Dalam hal khusus jangka waktu sebagaimana dimaksud
diatas dapat diperpanjang paling lama 3 bulan
 Dalam hal gugatan yang diajukan selain keputusan
pelaksanaan penagihan pajak,tidak diputuskan dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud diatas,Pengadilan
pajak wajib mengambil keputusan melalui pemeriksaan
dengan acara cepat dalam jangka 1 bulan sejak jangka
waktu 6 bulan dimaksud dilampaui
Peninjauan Kembali
 Kata kata Peninjauan kembali didalam KUP hanya satu
pasal yaitu pasal 27a “Apabila pengajuan
keberatan,permohonan banding atau permohonan PK
dikabulkan sebagian atau seluruhnya,selama pajak yang
masih harus dibayar sebagaimana dimaksud
SKPKB,SKPKBT,SKPN,SKPLB yang telah dibayar
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak,kelebihan
dimaksud dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga
sebesar 2 % perbulan paling lama 24 bulan dengan
ketentuan
 SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran
yang menyebabkan kelebihan pembayaran sampai
diterbitkan SK Keberatan,Putusan Banding atau Putusan
PK
 Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal
penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan
diterbitkan surat keputusan keberatan,putusan banding
atau Putusan PK
Putusan MA mengenai PK pajak
 Dalam jangka waktu 6 bulan sejak
permohonan peninjauan kembali diterima
MA,MA telah mengambil keputusan
melalui pemeriksaan acara biasa
 Dalam jangka 1 bulan sejak permohonan
peninjauan kembali diterima oleh MA telah
mengambil keputusan pemeriksaan acara
cepat
Tata cara Peninjauan Kembali (PK)
Per MA no.03 tahun 2002
 Pemohon adalah pihak yang sengketanya telah diputus
Pengadilan Pajak
 Permohonan PK adalah upaya hukum luar biasa kepada
Mahkamah Agung untuk memeriksa dan memutuskan
kembali putusan Pengadilan Pajak
 Permohonan PK diajukan kepada MA melalui
Pengadilan Pajak
 Dalam hal ditempat tinggal tidak terdapat Pengadilan
Pajak,maka permohonan dapat diajukan kepada PTUN
tempat tinggal atau tempat kedudukan pemohon,kalau
tidak ada lewat dapat diajukan lewat pengadilan negeri
 Permohonan tersebut diatas harus diteruskan oleh
Panitera Pengadilan pajak dalam jangka waktu 7 hari
sejak akta permohonan PK ditanda tangani
 Permohonan PK diajukan secara tertulis oleh
pemohon,ahli waris atau kuasa hukum yang ditunjuk
secara khusus dengan menyebut alasan dan dilampiri
bukti bukti
 Permohonan PK dapat diterima apabila panjar perkara
yang ditentukan dalam Surat Kuasa Untuk Membayar
(SKUM) telah dibayar lunas sebesar Rp 2.652.000
(KEP-005 tahun 2002)
 Apabila panjar biaya PK telah dibayar lunas,Panitera
Pengadilan wajib membuat akta permohonan
peninjauan kembali dan mencatat permohonan tersebut
kedalam register permohonan PK
 Panjar biaya perkara dalam waktu 3 hari wajib dikirim ke
Pengadilan Pajak
Jangka waktu pengajuan PK
• Permohonan PK diajukan dalam tenggang
waktu 90 hari kerja terhitung sejak :
• Diketahui kebohongan atau tipu muslihat atau
sejak putusan Hakim Pengadilan Pidana
memperoleh kekuatan hukum tetap
sebagaimana dimaksud pasal 91 uu Peng Pajak
• Ditemukan surat surat bukti yang hari dan
tanggal ditemukan harus dinyatakan dibawah
sumpah dan disahkan oleh pejabat berwenang
• Selambat lambatnya 14 hari sejak permohonan PK
diterima Pengadilan Pajak,Panitera wajib memberitahu
tentang permohonan dimaksud dengan mengirim salinan
kepihak lawan
• Selambat lambat 14 hari sejak diterima jawaban dari
pihak lawan Panitera wajib mengirim salinan jawaban
dari pihak lawan kepada pemohon PK untuk diketahui
• Berkas permohonan PK oleh Panitera dikirim ke MA
selambat lambatnya 30 hari sejak jawaban diterima dari
pihak lawan
• Dalam hal pihak lawan tidak memberi jawaban jangka
waktu 30 hari tersebut dilampaui
• Berkas permohonan PK disampaikan
kepada Direktur Tata Usaha Negara MA
dalam keadaan dijilid/disusun dengan baik
dalam bundel A dan B
• Berkas permohonan yang telah lengkap
diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung
untuk ditetapkan Majelis HakimAgung
yang akan memeriksa perkara PK
Jangka waktu memutuskan
PK di MA (psl 93 uu Peng Pajak)
 Dalam jangka waktu 6 bulan sejak
permohonan PK diterima MA telah mengambil
keputusan,dalam hal Pengadilan Pajak
mengambil putusan melalui pemeriksaan acara
biasa
 Dalam jangka waktu 1 bulan sejak
permohonan PK diterima oleh MA telah
mengambil keputusan melalui pemeriksaan
acara cepat
 Putusan atas permohonan PK harus
diucapkan dalam sidang terbuka
Proses penagihan pajak yang
disengketakan
 Dalam hal wp mengajukan banding,jangka waktu
pelunasan pajak sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat
3,ayat 3a atau pasal25 ayat 7 atas jumlah pajak yang
belum dibayar pada saat pengajuan
keberatan,tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak
penerbitan putusan banding (psl 27 ayat 5a uu KUP)
 Ayat ini mengatur bahwa wp yang mengajukan
banding,jangka waktu pelunasan pajak yang diajukan
banding tertangguh sampai dengan satu bulan sejak
penerbitan putusan banding.Penangguhan jangka waktu
pelunasan pajak menyebabkan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2 % perbulan sebagaimana diatur
dalam psal 19 tidak diberlakukan atas jumlah pajak yang
belum dibayar pada saat pengajuan keberatan
 Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan
permohonan banding belum merupakan pajak yang
terutang sampai dengan putusan banding diterbitkan
 Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan
sebagian,wp dikenakan sanksi administrasi berupa
denda 100 % dari jumlah pajak berdasarkan putusan
banding,dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan
 Jumlah pajak ini harus dilunasi paling lama 1 bulan sejak
tanggal penerbitan putusan banding dan penagihan
dengan surat paksa akan dilaksanakan apabila tidak
melunasi utang pajak tersebut
Putusan Sela
Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya
penagihan pajak atau kewajiban
- Penggugat dapat mengajukan permohonan agar tindak
lanjut pelaksanaan penagihan pajak ditunda selama
pemeriksaan sengketa pajak sedang berjalan sampai ada
putusan pengadilan pajak.Putusan Sela dapat dikeluarkan
atas pelaksanaan penagihan pajak
- Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat
diajukan sekaligus dalam gugatan dan dapat diputuskan
terlebih dahulu dari pokok sengketanya
- Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
2 dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang
sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan
penggugat sangat dirugikan jika pelaksanaan penagihan
pajak itu dilaksanakan
PUTUSAN PENGADILAN PAJAK
 Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan
akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap
(pasal 77 ayat 1 s.d 3 uu peng pjk)
 Dalam hal penggugat mengajukan permohonan
penundaan pelaksanaan penagihan,maka
majelis/ hakim tunggal pada Pengadilan Pajak
yang memeriksa gugatan dumaksud dapat
mengeluarkan putusan sela atas gugatan untuk
menunda pelaksanaan penagihan pajak selama
proses pemeriksaan sengketa pajak sedang
berjalan
Dasar pengambilan putusan (pasal
78 )
• Penilaian pembuktian
• Peraturan perundang undangan
perpajakan yang bersangkutan dan
• Keyakinan hakim
Pembuktian (psl 69)
• Alat bukti dapat berupa :
• 1. Surat atau tulisan
• 2. Keterangan ahli
• 3. Keterangan para saksi
• 4. Pengakuan para pihak
• 5. Pengetahuan Hakim
• Pengadilan Pajak menganut prinsip pembuktian bebas
• Majelis atau Hakim Tunggal sedapat mungkin
mengusahakan bukti berupa surat atau tulisan sebelum
menggunakan alat bukti lain
• Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu
dibuktikan misalnya KTP,SIM,Paspor merupakan
sebagai identitas
• Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan,beban
pembuktian beserta penilaian pembuktian dan untuk
sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 alat bukti
sebagaimana dimaksud pasal 69 (pasal 76)
• Pasal ini memuat ketentuan dalam rangka menentukan
kebenaran materil,sesuai dengan asas yang dianut
didalam dalam undang undang perpajakan
• Oleh karena itu,hakim berupaya untuk menentukan apa
yang harus dibuktikan,beban pembuktian,penilaian yang
adil pada para pihak dan sahnya bukti dari fakta yang
terungkap dalam persidangan,tidak terbatas pada fakta
dan hal hal yang diajukan oleh para pihak
• Dalam persidangan para pihak tetap dapat
mengemukakan hal baru yang dalam banding
atau gugatan,surat uraian banding atau
bantahan atau tanggapan belum diungkapkan
• Pemohon banding atau penggugat tidak harus
hadir dalam sidang,karena itu fakta atau hal hal
baru yang dikemukakan terbanding atau
tergugat harus diberitahukan kepada pemohon
banding atau penggugat untuk diberi jawaban
Surat atau tulisan sebagai alat
bukti (pasal 70)
• Akta autentik yaitu surat yang dibuat oleh atau dihadapan seorang
pejabat umum yang menurut peraturan perundang undangan
berwenang membuat surat itu dengan maksud dipergunakan
sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang
tercantum didalamnya
• Akta dibawah tangan yaitu surat yang dibuat dan ditanda tangani
oleh pihak pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk
dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa
hukum yang tercantum didalamnya
• Surat keputusan atau surat ketetapan yang diterbitkan oleh pejabat
berwenang
• Surat surat lain atau tulisan yang tidak termasuk hal diatas yang
terkait dengan banding atau gugatan
Perbedaan putusan dan keputusan
• Putusan adalah merupakan produk hukum pengadilan
sedangkan keputusan adalah produk suatu lembaga
atau instansi yang bersifat administratif sehingga
penyebutannya selalu diawali dengan kata surat dan
ditekankan kepada pimpinannya,bukan lembaganya
contoh “ Surat Keputusan Menteri Keuangan”
• Putusan Pengadilan merupakan intisari daripada seluruh
kegiatan persidangan.Dengan keluarnya putusan
berakhirlah suatu persengketaan,karena dalam
persengketaan telah ditetapkan hukumnya,siapa yang
salah dan siapa yang benar
• Kegiatan selanjunya adalah pelaksanaan
putusan,sebagai realisasi tugas pengadilan yang terakhir
adalah menyelesaikan perkara
Keterangan ahli (psl 71 & 72)
• Atas permintaan kedua belah pihak atau salah satu
pihak atau karena jabatannya,hakim ketua atau hakim
tunggal dapat menunjuk seorang atau beberapa orang
ahli
• Seorang ahli dalam persidangan harus memberi
keterangan baik tertulis maupun lisan,yang dikuatkan
dengan sumpah atau janji mengenai hal sebenarnya
menurut pengalaman dan pengetahuannya
• Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan
dibawah sumpah dalam persidangan tentang hal yang ia
ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya
• Sorang yang tidak boleh didengar sebagai saksi
sebagaimana dimaksud dalam psl 57 tidak
membolehkan memberikan keterangan ahli.
Keterangan saksi
• Keterangan saksi dianggap sebagai
bukti apabila keterangan itu
berkenan dengan hal yang
dialami,dilihat atau didengar sendiri
oleh saksi (psl 73)
• Pengakuan para pihak tidak dapat
ditarik kembali,kecuali berdasarkan
alasan yang kuat dan dapat diterima
oleh Majelis atau hakim tunggal
(psl 74)
Pengetahuan hakim
 Pengetahuan hakim adalah hal yang olehnya
diketahui dan diyakini kebenarannya (pasal 75)
 Hakim atau majelis hakim berdasarkan uu.no 4
tahun 2004 dan uu no.14 tahun 2002.fungsi dan
tugasnya tidak lain untuk melaksanakan fungsi
dan tugas tugas peradilan sesuai batasan
kewenanagn yang dimilikinya
 Fungsi dan tugas tugasnya itu pada dasarnya
adalah untuk menegakkan hukum dan
keadilan,guna tercipta negara hukum RI
berdasarkan Panca Sila dan UUD 45
Hukum Pidana
 Hukum Pidana Formal adalah kumpulan
aturan hukum yang mengatur cara
mempertahankan hukum pidana materil
 Hukum Pidana Materil adalah kumpulan
aturan hukum yang menentukan
pelanggaran pidana untuk dapat
dihukum,menunjukkan orang yang dapat
dihukum dan menetapkan hukuman atas
pelanggaran pidana
Mr.Tirtaamidjaja
Pembagian hukum pidana
Prof.Simons
 Hukum Pidana Objektif (Ius Poenale)
adalah hukum pidana yang berlaku
atau hukum pidana positif
 Hukum Pidana Subjektif (Ius
poeniendi) adalah hak dari negara
untuk mengaitkan pelanggaran
terhadap suatu peraturan dengan
suatu hukuman
Pembagian hukum Pidana
 Hukum Pidana Umum yaitu hukum pidana yang dibuat
dan berlaku untuk semua orang
 Hukum Pidana Kusus yaitu hukum pidana yang dibuat
khusus untuk hal atau orang tertentu
 Contoh : Tindak Pidana Korupsi,Tidak Pidana
Ekonomi,Tidak Pidana Lingkungan Hidup,Tindak
Pidana Imigrasi,Tindak Pidana Hak Kekayaan
Intelektuil,Tindak Pidana Perairan dan
Perikanan,Tindak Pidana Narkotika,Tindak Pidana
Pasar Modal,Tindak Pidana Perbankan,Tindak Pidana
Kepabeanan,Tindak Pidana Kehutanan
 Berdasarkan Kitab Undang Undang Hukum Acara
PIdana(KUHAP) tindak Pidana Khusus mempunyai
acara khususnya sendiri,artinya berbeda dengan
acara yang telah diatur dalam KUHAP
Tujuan hukum pidana
 Teori Absolut dimana hukuman itu dijatuhkan sebagai pembalasan
terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang
mengakibatkan kesengsaraan terhadap orang lain atau
masyarakat
 Teori Relatif
 A. Menjerakan,dimana dengan penjatuhan hukuman diharapkan
sipelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak mengulangi lagi
perbuatannya
 B. Memperbaiki pribadi terpidana,dimana berdasarkan perlakuan
dan pendidikan yang diberikan selama menjalankan
hukuman,terpidana merasa menyesal sehingga ia tidak akan
menglangi perbuatannya dan kembali kepada masyarakat sebagai
orang yang baik dan berguna
 Membinasakan atau membuat terpidana tidak berdaya dimana
membinasakan berarti menjatuhkan hukuman mati,sedangkan
membuat terpidana tidak berdaya dilakukan dengan menjatuhkan
hukuman seumur hidup
Interprestasi Undang undang
 Metode Gramatika atau tata bahasa yaitu didalam rumusan
undang undang ditafsirkan berdasarkan pemakaian bahasa sehari
hari atau pemakaian secara istilah
 Metode sistematika yaitu perundang undangan suatu negara
merupakan suatu sistem.Jika arti kata dalam rumusan perundang
undangan kurang jelas,makna atau artinya,pada undang lain perlu
dicari karena perundang undangan suatu negara merupakan satu
kesatuan
 Metode Historis yaitu makna suatu kata dalam rumusan undang
undang diketahui dengan menelusuri sejarah pembentukan
undang undang tersebut,terutama dari pembahasan pada saat
pembentukannya
 Metode Teologis yaitu penafsiran kata kata dalam rumusan suatu
undang undang dengan meneliti maksud pembentukan dan
keadaan masyarakat pada waktu itu
 Metode Analogis yaitu metode ini semata mata menggunakan
logika atau pemikiran,banyak dipertentangkan metode ini,tapi
dalam upaya menemukan hukum (rechtvinding) sehingga dapat
diisi kekosongan hukum
DELIK
 Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan
hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
undang undang,tindak pidana (Kamus Bahasa)
 Delik adalah suatu tindakan melanggar hukum yang
telah dilakukan dengan sengaja atau pun tidak
sengaja oleh seseorang yang tindakan tersebut
dapat dipertanggung jawabkan dan oleh undang
telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang
dapat dihukum
Pembagian Delik
 Delik formil yaitu delik yang perumusannya
menitik beratkan pada perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan pidana oleh
undang undang,disini perumusan jelas
 Delik materil yaitu delik yang perumusannya
menitik beratkan pada akibat dilarang dan
diancam dengan pidana oleh undang
undang.Dengan kata lain,hanya disebut
rumusan dari akibat perbuatan
Unsur unsur delik
 Unsur Subjektif yaitu unsur yang berasal
dari dalam diri pelaku
 Asas hukum pidana “tidak ada hukuman
kalau tidak ada kesalahan
 Kesalahan disebabkan oleh kesengajaan
dan kealpaan
Kesengajaan dan kealpaan
 Kesengajaan (dolus) yaitu dengan sadar
berkehendak untuk melakukan suatu
kejahatan tertentu
 Kealpaan (culpa) yaitu tidak berhati hati
didalam melakukan suatu
perbuatan,disamping menduga akibat
perbuatan itu
Teori tentang kesengajaan
 Teori kehendak yaitu kesengajaan adalah
kehendak membuat suatu tindakan dan
kehendak menimbulkan suatu akibat dari suatu
tindakan itu
 Teori membayangkan,dimana manusia tidak
mungkin dapat menghendaki suatu
akibat,manusia menginginkan,menharapkan
atau membayangkan kemungkinan suatu akibat
Kealpaan
 Kealpaan dengan kesadaran dimana sipelaku
membayangkan atau menduga akan timbul
suatu akibat,tetapi walaupun dia berusaha untuk
mencegah toh timbul juga akibat tersebut
 Kealpaan tanpa kesadaran dimana dalam hal ini
sipelaku tidak membayangkan atau menduga
akan timbul suatu akibat yang dilarang dan
diancam hukuman oleh undang
undang,sedangkan ia seharusnya
memperhitungkan akan timbul suatu akibat
Perbuatan manusia
 Perbuatan manusia dalam arti luas adalah mengenai
apa yang dilakukan,apa yang diucapkan (act) dan
bagaimana sikapnya terhadap suatu hal atau kejadian
(omission)
 Pada umumnya orang diancam pidana karena
melakukan suatu perbuatan,namun bisa juga karena
tidak berbuat
 Prof D.Simon berpendapat bahwa kelalaian untuk
bertindak yang harus dipertanggung jawabkan menurut
hukum pidana itu hanyalah kelalaian untuk melakukan
suatu tindakan yang merupakan suatu kewajiban
hukum.Kewajiban hukum seperti itu dapat timbul karena
ditentukan oleh undang undang,karena jabatan yang
disandang oleh seseorang,karena pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang karena pekerjaan yang
dilakukan sesorang atau karena ada perikatan
Sifat dapat dihukum
 Pengertian dapat dihukum dimana undang undang yang
memuat larangan atau perintah membuat sanksi sebagai
akibat tidak dipatuhinya larangan atau perintah tersebut
 Syarat syarat seseorang dapat dipertanggung jawabkan
(Prof.van Hamel)
 Jiwa orang harus sedemikian rupa sehingga ia mengerti
atau menginsafi nilai dari perbuatannya
 Orang harus menginsafi bahwa perbuatannya menurut
tata cara kemasyarakatan adalah dilarang
 Orang harus dapat menentukan kehendaknya terhadap
perbuatannya
Keadaan memaksa (overmacht)
 Keadaan memaksa adalah setiap
kekuatan,setiap paksaan,setiap tekanan
yang tidak bisa dielakkan
 Tiada boleh dihukum barang siapa
melakukan perbuatan karena terdorong
oleh suatu keadaan memaksa
Keadaan terpaksa (necessity)
 Keadaan terpaksa ialah keadaan ketika
suatu kepentingan hukum dalam keadaan
bahaya dan untuk menghindarkan bahaya
itu,terpaksa dilanggar kepentingan hukum
lain
Pelaksanaan peraturan
 Tiada boleh dihukum barang siapa yang
melakukan perbuatan untuk menjalankan
peraturan perundang undangan (psl 50 KUHP)
 Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan
perbuatan untuk menjalankan suatu perintah
jabatan yang sah,yang diberikan oleh
pembesar(penguasa) yang berhak untuk itu
(pasal 51 KUHP)
Hapusnya hak penuntutan pidana
dan eksekusi
Hapus hak penuntutan
 Adanya suatu putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap
 1.Putusan bebas
 2.Putusan lepas dari segala tuntutan
 3. Putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut
umum
 Putusan pemidanaan
 Kematian orang yang melakukan delik (Hak menuntut
hilang oleh karena meninggalnya sitersangka psl 77
KUHP)
 Daluwarsa
 Penyelesaian perkara diluar pengadilan
Daluwarsa (psl 78 KUHP)
 Hak penuntutan pidana hapus karena daluwarsa :
 Dalam satu tahun bagi semua pelanggaran dan bagi
kejahatan yang dilakukan dengan percetakan
 Dalam enam tahun bagi kejahatan kejahatan yang
diancam dengan denda,hukuman kurungan atau
hukuman penjara yang lamanya tidak lebih dari tiga
tahun
 Dalam dua belas tahun bagi semua kejahatan yang
diancam dengan hukuman penjara sementara yang
lamanya lebih dari tiga tahun
 Dalam delapan belas tahun bagi semua kejahatan yang
diancam hukuman mati atau hukuman penjara seumur
hidup
Hapus eksekusi
 Pada umumnya setelah adanya putusan yang
berkekuatan hukum tetap,jaksa pada kesempatan
pertama akan melakukan eksekusi (psl 270 KUHAP)
 Eksekusi tidak dapat dilakukan
 1.Kematian terpidana
 2.Daluwarsa
 Tenggang daluwarsa ini untuk pelanggaran pelanggaran
lamanya dua tahun,kejahatan alat percetakan lamanya
lima tahun dan untuk kejahatan lain lamanya sama
dengan lebih tenggang daluwarsa hak menuntut pidana
ditambah sepertiga
 Hak menjalankan hukuman mati tidak kena daluwrsa
(psl 84 KUHAP)
Hukuman
 Teori tentang hukuman
 Hukuman ditujukan terhadap pribadi orang yang
melakukan pelanggaran pidana
 Hukuman atau sanksi yang dianut hukum pidana
membedakan hukum pidana dan hukum yang lain
 Tujuan pemidanaan
 Menjerakan penjahat
 Membinasakan atau membuat tidak berdaya lagi
sipenjahat
 Memperbaiki pribadi si penjahat
Hukuman Pokok (psl 10 KUHP)
 Pidana terdiri :
 1.Pidana mati
 2. Pidana penjara
 3. Kurungan
 4.Denda
 Pidana tambahan
 Pencabutan hak hak tertentu
 Perampasan barang barang tertentu
 Pengumuman putusan hakim

Anda mungkin juga menyukai