Peradilan adalah sebuah sistem penegakan hukum sedangkan pengadilan hanya sub sistem peradilan Sebagai sebuah sistem peradilan meliputi proses,kelembagaan,ketenagaan yang bekerja mempertahankan dan menegakkan hukum secara pro justitia Dalam perkara pidana peradilan sebagai proses mencakup proses penyelidikan,penyidikan,penuntutan dan persidangan dipengadilan Mengadili menurut hukum Mengadili menurut hukum merupakan salah satu asas mewujudkan negara berdasar hukum,Setiap putusan hakim harus mempunyai dasar hukum subtantif dan prosedural yang telah ada sebelum perbuatan melawan hukum atau pelanggaran hukum Hukum dalam mengadili menurut hukum harus diartikan luas melebihi pengertian hukum tertulis dan tidak tertulis Hukum yang hidup dalam masyarakat adalah hukum yang dipertimbangkan dalam putusan hakim,tetapi tidak selalu harus diikuti Sesuai dengan tradisi hukum yang berlaku,hakim wajib mengutamakan penerapan hukum tertulis,kecuali kalau menimbulkan ketidak adilan,bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. Hakim bukan mulut atau corong undang undang melainkan mulut atau corong keadilan Peran hakim dalam menerapkan hukum Hakim sekedar menjadi mulut undang undang.Ajaran ini telah banyak ditinggalkan karena hakim hanya sekedar melekatkan ketentuan undang dalam suatu peristiwa konkrit Hakim sebagai penerjemah aturan hukum yang ada,hakim bertugas menemukan hukum,baik melalui penafsiran,konstruksi atau penghalusan hukum.Hal ini terjadi karena aturan tidak jelas,atau karena suatu peristiwa hukum tidak persis sama dengan lukisan dalam undang undang Hakim sebagai pembentuk hukum,melengkapi hukum yang ada atau memberi makna baru yang terjadi karena hukum yang ada sudah usang atau karena hukum yang ada belum cukup mengatur Dari tiga kemungkinan itu yang paling umum terjadi hakim sebagai penterjemah hukum yang sudah ada Hampir dipastikan tidak pernah ada dua peristiwa hukum yang benar benar sama sehingga melekatkan begitu saja ke undang undang tidak mungkin Setiap peristiwa hukum mengandung unsur isi dan cara berbeda Kebebasan hakim atau Badan Peradilan Kebebasan hakim bertalian dengan independensi,ketidak berpihakan (impartial) dan perlindungan dari segala bentuk pelecehan (contempt of court) dalam memeriksa,mempertimbangkan dan memutus suatu perkara. Kebebasan Badan Peradilan bertalian dengan kemandirian dalam mengelola peradilan Campur tangan kebebasan hakim Kebebasan hakim tidak hanya terancam karena campur tangan dari cabang kekuasaan pemerintah (eksekutif),kebebasan hakim juga bisa berkurang atau hilang karena tekanan publik yang tidak lagi proporsional dan kepentingan pihak yang berperkara dengan menggunakan suap atau hubungan primordial tertentu Tekanan dapat pula datang dari lingkungan peradilan sendiri,misalnya dari Mahkamah Agung (hakim agung) kepada hakim tingkat lebih rendah,dengan pesanan pribadi atau resmi seperti perintah penundaan eksekusi tanpa suatu alasan yang cukup Sebaliknya hakim yang bebas juga mengandung potensi berlaku tidak benar dan tidak adil dengan menyalahgunakan kebebasannya. Kebebasan hakim mengandung potensi kesewenang wenangan yang sama dengan dalam keadaan tidak bebas. Essensi Kebebasan hakim • Hakim hanya tunduk pada hukum dan keadilan • Tidak seorangpun,termasuk pemerintah,dapat menentukan atau mengarahkan putusan yang akan diambil • Tidak boleh ada konsekwensi pribadi(hakim) dalam menjalankan fungsi yudisial Bentuk campur tangan kekuasaan terhadap kebebasan hakim • Secara langsung dilakukan dengan menghalang halangi atau menghentikan proses peradilan yang sedang berjalan • Campur tangan tidak langsung dilakukan dengan menciptakan aturan aturan tertentu yang akan mengatur pembatasan pembatasan,atau dengan cara menimbulkan rasa was-was,rasa takut,seperti kawatir kena tindakan,dipermalukan Pencegahan terhadap campur tangan kepada kekuasaan kehakiman
• Masa jabatan hakim ditentukan untuk jangka waktu
yang panjang,bahkan tanpa batas.Disejumlah negara jabatan hakim ditentukan untuk seumur hidup • Pemberhentian hakim tidak boleh semata mata karena dorongan pendapat umum,atau dorongan kekuasaan belaka atau sebab politik,karena pada dasarnya hakim tidak dapat diberhentikan sampai habis masa jabatan,kecuali bertingkah laku tidak baik,meninggal arau atas kemauan sendiri • Disemua negara yang hendak menjamin keuasaan kehakiman yang merdeka mempunyai sistem anggaran tersendiri,sepenuhnya diatur sendiri oleh badan peradilan • Sistem penggajian hakim diatur tersendiri tidak tunduk pada peraturan penggajian umum • Keadaan darurat negara tidak berlaku untuk kekuasaan kehakiman,kekuasaan kehakiman tetap jalan sesuai tatacara yang berlaku Mengapa kekuasaan kehakiman atau kekuasaan Peradilan mudah tunduk pada kekuasaan lain
Kekuasaan eksekutif kuat karena mempunyai
kekuatan pendukung seperti polisi tentara untuk menunjang pelaksanaan pemerintahan.Kekuasaan kehakiman tidak memiliki apa apa,untuk melaksanakan putusan,sekurang kurang memerlukan bantuan pemerintah(eksekusi perdata) atau sama sekali ditangan pemerintah dalam eksekusi pidana oleh jaksa.Bahkan dalam perkaraTUN sepenuhnya tergantung pada kemauan baik pemerintah yang bersangkutan.Kekuasaan legislatif kuat karena memiliki hak anggaran. Didalam kenyataan kekuasaan kehakiman selalu tidak berdaya menghadapi tekanan politik untuk menjaga agar kekuasaan kehakiman yang merdeka tetap utuh Sistem administrasi misalnya anggaran belanja.Selama sistem anggaran belanja kekuasaan kehakiman tergantung pada kebaikan Pemerintah sebagai pemegang kas negara,maka berbagai upaya dalam memperkuat kekuasaan kehakiman akan mengalami berbagai hambatan.Pengaruh pemerintah dan DPR sangat kuat sekali dalam masalah anggaran ini Kelemahan internal,gaji yang rendah,korupsi mempengaruhi kepercayaan publik Komisi Yudisial
Menurut UUD wewenang komisi yudisial
adalah : 1. Mengusulkan pembentukan Hakim Agung 2. wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehomatan ,keluhuran martabat,serta perilaku hakim. Definisi hukum
• Hukum ialah peraturan yang bersifat
memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat badan resmi yang berwajib,pelanggaran mana terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu dengan hukuman (JTC. Simorangkir) Tugas Hukum ► Tugas hukum adalah mencapai keadilan,yaitu keserasian antara nilai kepentingan hukum Teori tujuan hukum Tujuan hukum adalah untuk memberikan kepada manusia kebahagiaan yang sebesar besarnya Tujuan hukum adalah bukan hanya keadilan semata,tetapi juga bermanfaat Hukum dapat mencapai tujuan jika terjadi keseimbangan antara kepastian hukum dan keadilan,atau keserasian antara kepastian yang bersifat umum(obyektif) dan penerapan keadilan secara khusus yang bersifat subjektif Tujuan hukum positif pada alinea ke empat UUD 45 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial Tujuan hukum diatas adalah menghendaki kerukunan dan perdamaian dalam pergaulan hidup bersama.Hukum itu mengisi kehidupan yang jujur dan damai dalam seluruh lapisan masyarakat Peristiwa hukum • Peristiwa hukum adalah suatu kejadian dalam masyarakat yang menggerakkan peraturan hukum tertentu sehingga ketentuan yang tercantum didalamnya itu diwujudkan Azas Hukum • Prinsip prinsip yang dianggap dasar atau fundamen hukum • Restiturio in integrum (pengembalian kepada keadaan semula) • Lex posteriori derogat legi priori (Undang undang yang berlaku kemudian membatalkan undang undang terdahulu,sejauh undang undang itu mengatur objek yang sama • Pacta sun servanda (Perjanjian yang sudah disepakati berlaku sebagai undang undang bagi para pihak yang bersangkutan) • Presumtion of innocence ( yakni sesorang dianggap tidak bersalah sebelum ada keputusan hakim yang menyatakan ia bersalah dan keputusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap) Azas penegakan hukum • Asas tidak berpihak (impartial) • Asas kejujurandalam memeriksa dan memutuskan • Asas beracara secara benar • Asas menerapkan hukum secara benar yang menjamin dan melindungi hak hak subtantif pencari keadilan • Asas harmonisasi kepentingan pencari keadilan dan kepentingan sosial • Asas jaminan bebas dari segala bentuk tekanan dan kekerasan dalam proses peradilan Faktor faktor yang mempengaruhi penegakan hukum • Mutu hakim • Kebebasan hakim atau badan peradilan • Sistem pengelolaan badan peradilan • Masalah politik • Tatanan dan tingkah laku sosial • Fasilitas kerja dan kesejahteraan • Aturan hukum yang tidak memadai Sumber ketidak pastian hukum
• Peraturan perundang undangan.Acapkali
diperdengarkan bahkan dialami berbagai undang undang atau peraturan pada umumnya menimbulkan atau mengandung ketidak pastian hukum,baik karena rumusannya yang kurang baik atau tidak sesuai bahkan bertentangan satu sama lain • Banyak aturan kebijakan untuk mencapai manfaat tertentu atau masalah tertentu yang bertentangan dengan undang undang dan sangat sektoralistik • Banyak inkonsistensi kebijakan baik karena perbedaan pandangan,atau suatu tekanan dari kepentingan luar • Putusan hakim yang tidak konsisten dan lambat Akibat hukum Adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum Akibat hukum yang terjadi karena perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap objek hukum,segala akibat perjanjian yang telah diadakan oleh para pihak tertentu mengenai hal tertentu maka telah lahir suatu akibat hukum Hambatan penyelesaian perkara di Pengadilan • Jumlah perkara yang sampai dipengadilan,tidak semua perkara harus sampai dipengadilan seperti “tidak cukup alasan” • Kesiapan formal dan material suatu perkara yang dibawa kepengadilan.Untuk mencegah suatu perkara gagal dipengadilan sangat perlu kesiapan yang mendalam baik formal maupun material.Ketelitian prosedural,ketelitian menemukan bukti bukti,ketelitian menghubungkan fakta fakta dengan aturan hukum • Bobot perkara Persepsi masyarakat terhadap pengadilan dan peradilan yang baik
Pengadilan dan peradilan yang baik kalau dalam
setiap perkara pidana terutama korupsi selalu harus menemukan terdakwanya dan menjatuhkan hukuman seberat beratnya Pengadilan dan peradilan yang baik kalau independen,hakim bebas dari segala campur tangan Pengadilan yang baik kalau senantiasa memperhatikan rasa keadilan masyarakat Pengadilan yang baik kalau hakimnya adil,jujur,berpengetahuan tinggi,cakap,rendah hati,berhati hati,berintegritas dan disiplin Pengadilan yang baik kalau bekerja efisien dan efektif seperti memutuskan dengan cepat Pengadilan yang baik kalau menjamin keterbukaan dan akses publik Instrumen keterbukaan Sidang terbuka untuk umum,kecuali dikecualikan uu. Membaca putusan wajib terbuka untuk umum,kalau tidak putusan batal demi hukum Menggunakan teknologi informasi dan tersedianya seperti papan pengumuman,jaringan informasi,publikasi secara teratur Konsep Keadilan Sulit menemukan rumusan keadilan yang berlaku secara universal Kata keadilan berasal dari kata “adil” yang diambil dari bahasa arab yang artinya : 1. Upaya menyamakan sesuatu dengan yang lain 2. Mempersamakan atau memperlakukan secara jujur dalam hukum 3. Tidak boleh mengorbankan kepentingan orang lain 4. Seimbang lahiriah maupun seimbang dalam penciptaan alam semesta Aristoteles (equality) Keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia.Kelayakan merupakan titik tengah diantara kedua ujung ekstrim yang terlalu banyak dan yang terlalu sedikit - Plato(moral justice) Pemberian kepada setiap orang apa yang semestinya.Masyarakat adil adalah masyarakat yang didalam setiap orang mendapatkan apa yang semestinya John Stuart Mill,Henry sigwick - Keadilan mempunyai ciri sebagai suatu kebajikan yang sepenuhnya ditentukan oleh kefaedahannya,yaitu kemampuan untuk menghasilkan kesenangan yang terbesar bagi masyarakat - Keadilan mengatur atas hak-hak pribadi dan mengandung suatu pengakuan timbal balik akan masing masing orang Immanuel Kant (keadilan hukum dan keadilan moral) - Keadilan merupakan perpaduan atau sintesa dari kebebasan dan persamaan. - Keadilan yang demikian itu menekankan pentingnya mempertahankan kehidupan intern manusia,keyakinan religius dan pendapat pendapat dari semua campur tangan oleh kekuasaan masyarakat - Dengan demikian keadilan hukum harus ditegakkan oleh negara karena hanya dengan keadilan hukum dilaksanakan,maka manusia bisa mewujudkan kondisi kondisi keadilan moral Thomas Hobbes Pengertian keadilan harus tertuju pada kerangka kekuatan dan kekuasaan dari negara - Adil tidak adil mensyaratkan kekuatan paksaan dari negara yang mampu melaksanakan terpenuhinya kewajiban-kewajiban - Untuk tecapainya perdamaian dan ketertiban dalam masyarakat,orang harus menyerahkan hak-hak alamiahnya kepada kekuasaan yang berdaulat dalam negara - Penyerahan hak-hak itu menjadi kewajiban yang merupakan perjanjian untuk ditaati H.L.A Hart Keadilan yaitu asas formal yang tetap untuk memperlakukan yang sama secara sama,dan hal yang berbeda secara berbeda ,dan ukuran untuk menentukan bilamana kasus kasus adalah sama atau dalam hal apa berbeda Keadilan dalam pemungutan pajak • Istilah keadilan dalam masyarakat kiranya tidak dijelaskan baik didalam UUD maupun didalam perundang undangan suatu negara • Pajak mengurangi pendapatan/kekayaan seseorang dan mengurangi daya beli sehingga secara langsung mempengaruhi kesejahteraannya • Keadilan dibidang perpajakan sudah menjadi landasan utama pemungutan pajak yang diselenggarakan oleh negara,sebab tanpa landasan ini pajak dapat menjadi pemborosan negara yang mengakibatkan kesengsaraan bagi rakyatnya Sejarah Peradilan Pajak Pada tahun 1915 sudah ada bentuk institusi pertimbangan pajak (Staatblad tahun 1915 nomor 707) yaitu Majelis Pertimbangan Pajak (Raad Van Beroep Voor Belasting Zaken) dan disempurnakan dengan Staatsblad tahun 1927 nomor 29 tentang Ordonantie Regeling van het Beroep in Belasting zaken Uu ini dirubah terakhir dengan undang undang nomor 5 tahun 1959 nomor 13 tambahan lembaran negara nomor 1748 dengan kedudukan di Jakarta Pada masa itu pajak masih tiga macam yaitu Pajak Pendapatan,Pajak Rumah Tangga dan pajak Verponding Institusi pertimbangan pajak berganti nama menjadi Majelis Pertimbangan Pajak (MPP) bertugas memberikan keputusan atas surat permohonan Banding tentang Pajak-pajak negara dan pajak Daerah (uu nomor 5 tahun 1959) Tahun 1998 berdasarkan uu nomor 17 tahun 1997 penanganan penyelesaian sengketa pajak beralih Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) Tugas dan wewenang MPP • Memberikan keputusan atas surat permohonan banding yang diajukan kepadanya baik mengenai pajak negara atau pajak daerah sepanjang ordonasi ybs memungkinkan untuk dibanding • Sebagai badan yang menerima,memeriksa dan memutuskan sengketa pajak,MPP merupakan banding administrasi,sehingga apabila wp menolak keputusan tersebut,wp dapat mengajukan gugatan ke PTUN (pasal 48) Sesuai perkembangan perekonomian dan pembangunan nasional dan untuk memberikan pelayanan kepada warga masyarakat diperlukan lembaga peradilan dibidang perpajakan yang lebih komprehensif untuk menjamin hak hak dan kewajiban pembayar pajak dengan proses yang lebih sederhana,murah dan cepat Undang undang Pengadilan Pajak (uu nomor 14 tahun 2002) Kompetensi diperluas sesuai dengan amanat pasal 23 UU nomor 16 tahun 2000(gugatan thd SP,SPMP,Lelang,pencegahan,SK Keberatan/ketetapan pajak tdk sesuai prosedur ,keputusan perpajakan selain pasal 26 dan pasal 25 ayat 1) tentang perubahan kedua uu KUP Perluasan mengenai gugatan,disamping penagihan pajak diperluas terhadap keputusan yang dikeluarkan pejabat berwenang berdasarkan peraturan perundang undangan perpajakan Berdasarkan uu BPSP setelah putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak tidak ada lagi upaya hukum Berdasarkan pasal 77 ayat 3 uu Pengadilan Pajak dapat diajukan upaya hukum luar biasa berupa peninjauan kembali ke Mahkamah Agung oleh pihak pihak yang bersengketa Susunan uu Pengadilan Pajak BAB I (Ketentuan Umum) terdiri psl 1 s.d psl 5 BAB II (Susunan Pengadilan Pajak) terdiri psl 6 s.d psl 30 BAB III (Kekuasaan Pengadilan Pajak) terdiri psl 31 s.d psl 33 BAB IV terdiri psl 34 s.d psl 95 BAB V (Ketentuan Penutup) terdiri psl 96 s.d psl 98 Latar belakang Pasal 23A UUD 45 memberikan ketentuan “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang undang Pasal 24 UUD 45 jo pasal 2 dan 10 uu nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman menjelaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum.Peradilan Agama,Peradilan Meliter,Peradilan Tata Usaha Negara dan sebuah Mahkamah Konstitusi US Tax Court Di Amerika Serikat sengketa pajak diajukan kepada US Tax Court Tax court merupakan badan peradilan khusus,tetapi putusannya tidak bersifat final sehingga tax court masih dimungkinkan upaya hukum banding dan kasasi (judicial review ke The court of Appeals dan US Supreme Court) US Tax court domisilinya dipusat pemerintahan,tetapi operasi kerjanya dilakukan setiap divisi disetiap Pengadilan Negeri Kedudukan Pengadilan Pajak Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi wajib pajak atau penanggung pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak (psl 2 uu no.14 tahun 2002) Walau tidak secara konkrit disebutkan bahwa dapat dipahami bahwa peradilan pajak secara mandiri berkedudukan sebagai pelaku kekuasaan kehakiman Pasal 15 uu no 4 tahun 2004 (tentang kekuasaan kehakiman) menjelaskan “Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 yang diatur dalam undang undang ini Contoh peradilan khusus adalah Pengadilan anak,Pengadilan Niaga,Pengadilan hak Asasi manusia,Pengadilan Tindak Pidana Korupsi,Pengadilan hubungan Industrial yang berada dalam lingkungan Peradilan Umum Peradilan khusus lainnya adalah Pengadilan pajak dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara(PTUN) Tata Usaha Negara Adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik pusat maupun daerah Sengketa Tata Usaha Negara Adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat Tata Usaha Negara baik pusat maupun didaerah sebagai akibat dikeluarkannya keputusan Tata Usaha Negara,termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang undangan (pasal 1 angka 4 uu 5 tahun 1986 tentang PTUN sebagai mana telah dirubah dengan uu nomor 9 tahun 2004) Susunan Pengadilan dilingkungan PTUN Pengadilan Tata Usaha Negara yang merupakan Pengadilan tingkat Pertama Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang merupakan pengadilan tingkat banding Putusan peradilan tata usaha negara Putusan Peradilan Tata Usaha Negara sifat atau berlakunya adalah “ergaommes” artinya berlaku kepada siapa saja,yang berbeda dengan putusan Peradilan Umum mengenai perdata yang hanya berlaku untuk para pihak yang beperkara saja Peradilan Administrasi (pasal 48 uu.no.5 tahun 1986 tentang PTUN) Dalam hal suatu badan atau pejabat TUN diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang undangan,untuk menyelesaikan secara administratif sengketa tata usaha negara tertentu,maka sengketa tata usaha tersebut harus diselesaikan melalui upaya administrasi yang tersedia Pengadilan baru berwenang memeriksa memutuskan dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 jika seluruh upaya administrasi yang bersangkutan telah digunakan Perbuatan yang boleh dituntut Perbuatan administrasi negara yang melawan hukum Perbuatan administrasi negara yang menyalahgunakan wewenang Perbuatan administrasi negara yang sewenang wenang (abus de troit) Kekurangan keputusan (ketetapan)negara ► Ketetapan tersebut harus dianggap batal sama sekali ► Berlakunya ketetapan tersebut dapat digugat 1. Dalam bandingan (beroef) 2. Dalam pembatalan oleh jabatan karena bertentangan dengan undang undang 3. Dalam penarikan kembali dilakukan oleh kekuasaan yang berhak mengeluarkan ketetapan tersebut ► Dalam hal ketetapan tersebut sebelum dapat berlaku memerlukan persetujuan dari satu badan kenegaraan yang lebih tinggi,maka persetujuan tidak diberikan ► Ketetapan itu diberikan suatu tujuan lain daripada permulaannya Syarat syarat suatu putusan (ketetapan) itu sah • Syarat materil • A. Alat pemerintahan yang membuat keputusan harus berwenang (berhak) • B. Dalam kehendak alat pemerintahan yang membuat keputusan tidak boleh ada kekurangan yuridis • C. Keputusan harus diberi bentuk yang ditetapkan dalam peraturan yang menjadi dasarnya dan pembuatannya harus juga memperhatikan prosedur pembuatan keputusan,bilamana prosedur ditetapkan dengan tegas dalam peraturan itu • D. Isi dan tujuan keputusan tersebut harus sesuai dengan isi dan tujuan yang dicapai • Syarat formal 1. Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya keputusan dan berhubungan dengan cara dibuatnya keputusan harus dipenuhi 2. Harus diberi bentuk yang telah ditentukan antara lain timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya dan diumumkan keputusan itu dan tidak boleh dilupakan. Asumsi hukum administrasi • Bahwa suatu ketetapan tetap dianggap sah selama belum dibuktikan mengandung kekurangan sehingga batal,dapat dibatalkan ataupun dicabut kembali
• Bahwa ketetapan yang sah
mempunyai kekuatan hukum Suatu putusan/ketetapan (beschikking) ditetapkan sewenang wenang • Peradilan pajak menurut uu no.14 tahun 2002 tidak mengenal upaya hukum kasasi untuk menguji penerapan hukum pajak (hukum positif) • Kritik para pakar hukum “ idealnya Pengadilan pajak memberi perlindungan hukum terhadap pencari keadilan,khususnya dimungkinkan untuk mengajukan hukum kasasi ke MA” • Alasannya Pengadilan pajak dan keempat lingkungan peradilan lainnya,masuk sistem peradilan yang berpuncak ke MA telah menjadi unifikasi hukum di Indonesia • Upaya hukum dimaksud adalah banding,kasasi dan Peninjauan Kembali • Susunan piramida dalam peradilan administrasi murni diberlakukan dengan pertimbangan 1. Untuk lebih memuaskan para pihak yang beperkara dalam mencari keadilan,maka harus diberi wewenang seluas luasnya untuk dapat mengajukan perkara 2. Bertalian dengan butir 1 diatas,perlu adanya hukum yang biasa dan luar biasa 3. Dengan menggunakan upaya hukum tersebut,maka perkara administrasi diperiksa oleh hakim tinggi/Agung yang mempunyai pengalaman dan pandangan yang lebih Susunan peradilan negara menurut Kuntjoro purbopranoto dan rochmat Soemitro
► Peradilanadministrasi negara tersusun atas
tiga tingkat yaitu tingkat I,tingkat II dan kasasi Sengketa pajak Sengketa pajak sebenarnya merupakan sengketa yang terjadi antara pemerintah selaku fiskus dan rakyat selaku wajib pajak,sebagai akibat dikeluarkan keputusan administrasi negara dibidang pajak yang dirasa merugikan kepentingan wp yang bersangkutan (sengketa administrasi) Karena itu,cukup beralasan apabila uu nomor 4 tahun 2004 Pengadilan Pajak dimasukkan dalam lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara Keputusan tertulis Tidak ada penjelasan mengenai keputusan didalam undang undang no.14 tahun 2002 Didalam undang undang nomor 5 tahun 1986 (PTUN) dijelaskan bahwa istilah penetapan kepada bentuk tertulis terutama menunjukkan kepada isi bukan kepada bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata usaha Negara Sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat tertulis dan akan merupakan keputusan badan pejabat TUN apabila sudah jelas : - Badan atau pejabat TUN mana yang mengeluarkan - Maksud mengenai hal apa isi tulisan itu - Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan didalamnya Spesifikasi sengketa pajak Para pihak yang bersengketa adalah pemerintah selaku fiskus dalam hal ini berkedudukan sebagai pihak tergugat atau terbanding atau pihak yang yang menerima pengajuan keberatan, sementara disisi lain adalah rakyat selaku wp yang mengajukan keberatan,banding atau gugatan Objek yang disengketakan adalah keputusan pemerintah dibidang pajak yang ditujukan kepada rakyat selaku wajib pajak yang dirasa merugikan yang bersangkutan Sengketa itu dipicu oleh adanya keputusan Tata Usaha Negara dibidang pajak yang oleh wp dipermasalahkan,karena merasa dirugikan oleh keputusan itu Alasan pengadilan pajak masuk dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara • Dengan melihat spesifikasi diatas,dimana sengketa mempersoalkan mengenai keputusan administrasi dibidang pajak yang merugikan rakyat,maka hal itu menjadi alasan kuat untuk memasukkan sengketa pajak ini menjadi bagian sengketa administrasi.Karena itu cukup beralasan apabila dalam undang undang no.4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman,memasukkan pengadilan pajak didalam lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara • Secara teori kedudukan lembaga Pengadilan Pajak sama dengan lembaga Pengadilan Tata Usaha Negara karena sama dibuat berdasarkan undang undang,artinya kedua lembaga tersebut menurut hukum positif sama sama berlaku Jenis jenis sengketa pajak • Sengketa Pajak Keberatan • Sengketa Pajak Banding • Sengketa Pajak Gugatan Masalah administrasi lainnya Selain sengketa administrasi,dikenal pula masalah administrasi lain yang sifatnya bukan penyelesaian sengketa Contoh adalah permohonan penundaan pembayaran pajak,permohonan pembayaran pajak secara angsuran,permohonan pengurangan pajak Kewenangan untuk menangani masalah tersebut tidak bersifat penyelesaian sengketa,melainkan lebih bersifat pemberian keputusan administratif dan merupakan kewenangan pemerintah Perbedaan pengadilan pajak dengan pengadilan TUN lainnya Undang undang pengadilan pajak tidak mengenal adanya pengadilan tingkat I yang berkedudukan di kabupaten/kota dan pengadilan tingkat banding berkedudukan diibukota propinsi Pengadilan pajak merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam memeriksa dan memutuskan sengketa pajak dan berkedudukan di ibukota negara Keberatan dibidang pajak Proses awal yang harus ditempuh jika terjadi persengketaan dibidang pajak untuk pengajuan banding adalah upaya keberatan Upaya keberatan merupakan upaya hukum yang diajukan wp sebagai akibat dari adanya perbedaan penafsiran dan pendirian mengenai ketentuan hukum dibidang pajak terhadap suatu kasus tertentu Hukum pajak • Bidang hukum pajak dibagi atas hukum pajak formal dan hukum pajak material • Hukum pajak formal memuat ketentuan ketentuan yang sebenarnya diadakan untuk mewujudkan tercapainya apa yang diatur dalam hukum pajak material antara lain meliputi pendaftaran wajib pajak/objek pajak ,pemungutan pajak,penyetoran pajak,pengajuan keberatan,permohonan banding,permohonan pengurangan dan penundaan pembayaran (uu KUP) • Hukum pajak material mempunyai muatan muatan tertentu antara lain objek pajak,subjek pajak,wajib pajak,tarip dan sebagainya Keberatan atas PPh dan PPN/PPn BM (pasal 25 uu KUP) • WP dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas ketetapan pajak • Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yang terutang disertai alasan • Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak • Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lambat 12 bulan harus memberikan keputusan Keberatan atas Pajak Daerah(psl 103 & 104 uu no.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)
• WP hanya dapat mengajukan keberatan hanya kepada
Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas (SPPT,SKPD,SKPPDKB,SKPDKBT,SKPDLB,SKPDN,pe motongan dan pemungutan oleh pihak ketiga • Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan alasannya • Keberatan diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak tanggal surat • Keberatan dapat diajukan apabila wp telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui wp • Dalam jangka waktu paling lama 12 bulan,Pemda harus memberikan keputusan Keberatan atas Tarif Pabean/Cukai dan sanksi administrasi • Orang yang keberatan terhadap penetapan Pejabat Bea dan Cukai mengenai tarif dan /atau nilai pabean untuk penghitungan bea masuk dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dalam waktu 30 hari sejak tanggal penetapan dengan menyerahkan uang jaminan sebesar bea masuk yang harus dibayar • Direktur Jenderal Bea dan Cukai dapat memberikan keputusan dalam jangka waktu 6 bulan sejak diterima keberatan,apabila ternyata dalam jangka 6 bulan tersebut tidak memberikan keputusan,keberatan yang bersangkutan dianggap diterima dan jaminan dikembalikan • Apabila keberatan tersebut ditolak Direktur Jenderal Bea dan Cukai,jaminan dicairkan dan bea masuk yang terutang dianggap telah dilunasi ,apabila keberatan diterima maka jaminan dikembalikan • Jaminan dapat berupa uang tunai dan pengembalian jaminan dilakukan setelah jangka waktu 60 hari,pemerintah memberi bunga sebesar 2% setiap bulan untuk jangka paling lama 24 bulan Timbulnya sengketa pajak Perbedaan persepsi dalam memahami ketentuan dalam peraturan perundangan perpajakan Keterbatasan waktu petugas pajak dalam menginterprestasi pola bisnis dan sistem akuntansi yang dianut wp Keterbatasan petugas memahami peristilahan aktivitas bisnis dan penamaan akun/rekening pembukuan karena wp tidak menginformasikan dengan benar Ketidakmampuan dan ketidaktahuan wp dalam memahami peraturan perundang undangan yang berlaku Ketidaktahuan dan ketidakmampuan wp membedakan laporan keuangan komersil dan laporan keuangan fiskal Perbedaan pendapat dalam pengakuan bukti pendukung/dokumen transaksi Sengketa pajak menurut uu Pengadilan Pajak (pasal 1 angka 5) ► Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wp atau penanggung pajak dan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkan keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang undangan perpajakan,termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan uu penagihan pajak dengan surat paksa Tugas dan Wewenang pengadilan pajak (psl 31) Pengadilan Pajak mempunyai tugas dan wewenang memeriksa dan memutuskan sengketa pajak Pengadilan pajak dalam hal banding hanya memeriksa dan memutuskan sengketa atas keputusan keberatan,kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang undangan yang berlaku Pengadilan pajak dalam hal gugatan memeriksa dan memutuskan sengketa atas pelaksanaan penagihan pajak atau keputusan pembetulan atau keputusan lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat 2 uu KUP Pengadilan khusus
Menurut pasal 15 uu no.4 tahun 2004
menjelaskan bahwa “Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam salah satu lingkungan peradilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 yang diatur dengan undang undang ini Pengadilan khusus tidak diperkenankan adanya diluar pengadilan yang telah ada Pengadilan pajak termasuk pengadilan khusus dan termasuk dilingkungan PTUN Perbedaan dengan pengadilan khusus yang lain Berdasarkan pasal 77 uu no.14 tahun 2002 bahwa putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap Bagi yang bersengketa dapat mengajukan Peninjauan kembali atas putusan pengadilan pajak ke MA Hal ini bertentangan dengan sistem kekuasaan kehakiman dimana untuk putusan tingkat terakhir pengadilan dapat dimohonkan kasasi kepada MA Perbedaan Upaya hukum banding di pengadilan Pajak,Peradilan Umum ataupun Peradilan Tata Usaha Negara Peradilan Umum/TUN yang dinamakan upaya hukum banding merupakan upaya hukum pada Pengadilan tingkat II.Artinya sengketa hukum itu telah diberikan putusan oleh lembaga pengadilan pada tingkat I Banding dalam konteks Pengadilan pajak adalah upaya hukum yang diajukan wp atau penanggung pajak terhadap keputusan yang menurut peraturan dibidang pajak dapat diajukan banding Kedudukan Pengadilan Pajak dengan PTUN Keberadaan Pengadilan Pajak dilindungi dengan undang undang tidak berkedudukan dibawah PTUN melainkan sejajar sebagai peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman. Kesejajaran dimaksud Pengadilan Pajak dan PTUN sama sama peradilan administrasi murni Pada hakikatnya hubungan pengadilan pajak dengan PTUN hanya terbatas pada hubungan bersifat administratif saja,tidak mungkin mencampuri yang subtantif Gugatan (psl 23 uu KUP & psl 40 ayat 1 s.d 6 uu Pengadilan Pajak) Gugatan dimasukkan dalam BAB IV mengenai Penagihan dalam uu KUP Gugatan WP/Penanggung Pajak terhadap 1. Pelaksanaan Surat Paksa,Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelang 2. Keputusan Pencegahan dalam rangka penagihan pajak 3. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan selain yang ditetapkan pasal 25 ayat 1 (SKPKB,SKPKBT,SKPN,SKPLB,pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan perundang undangan) dan pasal 26 (SK Keberatan) 4. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang dalam penerbitannya tidak sesuai prosedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan perundang undangan perpajakan Pengadilan Pajak merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam memeriksa dan memutuskan sengketa pajak (psl 33 uu peng pjk) Penjelasan : Sebagai pengadilan tingkat pertama dan terakhir ,pemeriksaan atas sengketa pajak hanya dilakukan oleh Pengadilan Pajak tidak dapat diajukan gugatan ke Peradilan Umum,PTUN atau badan peradilan lain,kecuali putusan berupa “tidak dapat diterima yang menyangkut kewenangan/kompetensi Ketentuan tersebut memberikan pemahaman bahwa pengadilan pajak tidak memiliki hubungan dengan badan peradilan Umum,Peradilan Agama,Peradilan Meliter maupunPTUN walaupun didalam pasal 27 ayat 2 ditegaskan “Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus dilingkungan peradilan tata usaha negara”dan ketentuan pasal 15 uu no.4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman dan pasal 9a uu no.9 tahun 2004 tentang menempatkan Pengadilan Pajak dalam lingkup Peradilan Tata Usaha Negara yaitu sebagai Pengadilan Khusus Hukum acara yang diselenggarakan PTUN dan hukum acara yang diselenggarakan Pengadilan Pajak tetap berlaku secara terpisah.PTUN tidak diperkenankan turut campur dalam tugas dan wewenang pengadilan pajak yang memiliki karakter berbeda dan spesial Pembinaan Pengadilan Pajak Pembinaan teknis peradilan bagi Pengadilan Pajak dilakukan Mahkamah Agung Pembinaan Organisasi,administrasi dan keuangan bagi Pengadilan Pajak dilakukan Depkeu Pembinaan tersebut tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutuskan sengketa pajak (psl 5 uu no.14 mengenai Pengadilan Pajak) Pembinaan teknis Mahkamah Agung (psl 32 uu.no.14 th 1985) Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan disemua lingkungan peradilan dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman MA mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim disemua lingkungan peradilan dalam menjalankan tugas MA berwenang untuk meminta keterangan tentang hal hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan dari semua lingkungan peradilan MA berwenang memberi petunjuk ,teguran atau peringatan yang dipandang perlu kepada pengadilan disemua lingkungan peradilan Pengawasan dan kewenangan sebagaimana dimaksud diatas tidak boleh mengurangi kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus perkara Berdasarkan kewenangan tersebut hubungan MA dengan pengadilan pajak melalui pola pembinaan dan pengawasan secara garis besarnya meliputi bidang teknis hukum ,administrasi teknis yustisial dan perilaku/perbuatan hakim Pembinaan teknis hukum dilaksanakan melalui berbagai cara antara lain upaya hukum yang ada seperti peninjauan kembali,surat edaran atau petunjuk,surat teguran,peringatan dan pemeriksaan,melalui rapat,lokakarya dll Pembinaan dan pengawasan dibidang administrasi teknis yustisial dengan tujuan administrasi peradilan rapi dan tertib,sehingga menguntunkan bagi pencari keadilan itu sendiri dan memenuhi harapan masyarakat yaitu tepat,cepat dan biaya ringan Pembinaan dan pengawasan dari perilaku hakim Dalam hal kedinasan,hal ini guna menghindari kekurang wajaran jalannya peradilan seperti bersikap berat sebelah,menunda sidang tanpa alasan yang sah,tidak melakukan minutering terhadap perkara perkara yang diminta banding Diluar kedinasan yaitu dalam hubungan masyarakat yaitu dalam hubungan dengan masyarakat sekitarnya,rumah tangganya dan lain sebagainya,perilaku hakim harus disesuaikan dengan norma norma hidup dalam masyarakat dan menjaga nama baik serta martabat sebagai hakim Pembinaan dan pengawasan terhadap hakim Preventif yakni pembinaan sebelum terjadi pelanggaran.Hal ini dilakukan dengan cara menerbitkan buku yang berisi peraturan tentang tugas dan kewajiban hakim khususnya serta sanksi sanksinya Represif yakni pembinaan dan pengawasan yang merupakan penerapan sanksi hukum yang dilakukan setelah satu gejala dapat dipastikan sebagai suatu penyelewengan setelah yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri.Bentuk tindakan administratif a.l : Pemberhentian sementara Pembebasan sementara dari jabatan hakim Dirumahkan Pembinaan Pengadilan Pajak oleh Depkeu Pengaturan susunan organisasi dan tatacara kerja sekretariat pengadilan Surat surat petunjuk dan edaran Penyediaan anggaran rutin dan pembangunan sarana dan prasarana Penggajian Pengangkatan dan pemberhentian aparat Peningkatan kualitas dan kuantitas pegawai Mutasi dan kenaikan pangkat Surat Teguran,peringatan dan pemeriksaan Rapat kerja maupun lokakarya Penjatuhan tindakan administratif Pengangkatan dan pemberhentian Hakim diangkat oleh Presiden dari daftar nama calon yang diusulkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan Ketua Mahkamah Agung(pasal 5) Ketua dan wakil ketua diangkat presiden dari para hakim yang diusulkan Menteri setelah mendapat persetujuan ketua MA Pasal 14 Ketua,wakil ketua dan hakim diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan oleh presiden atas usul menteri setelah mendapat persetujuan dari MA dengan alasan A. Dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan B. Melakukan perbuatan tercela C. Terus menerus melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaannya D. Melanggar sumpah/janji jabatannya E. Melanggar larangan sebagaimana dimaksud pasal 12 Dissenting opinion “Apabila Majelis didalam mengambil putusan dengan cara musyawarah tidak dapat dicapai kesepakatan sehingga putusan diambil dengan suara terbanyak,pendapat hakim Anggota yang tidak sepakat dengan putusan tersebut dinyatakan didalam putusan Pengadilan Pajak (psl 79 uu peng pajak) Dissenting opinion ini diharapkan memberi ruang untuk berbeda pendapat disidang majelis terhadap putusan sengketa pajak Penggunaan dissenting opinion dapat mendorong pengadilan pajak menyusun putusan dengan pertimbangan lebih lengkap disertai argumentasi yang mendalam.Hal ini akan mempertinggi mutu putusan dan sekaligus dapat menjadi unsur penilaian terhadap integritas hakim Penggunaan dissenting opinion secara praktis sebagai alat kontrol bagi hakim hakim atas suatu putusan pengadilan terhadap suatu perkara Secara teoritis dissenting opinion dapat melahirkan konsep konsep baru dibidang hukum dimana tidak tertutup kemungkinan dikemudian hari menjadi asas atau kaidah hukum baru yang diterima secara teoritis maupun praktis dalam sistem hukum positif. Dissenting opinion dalam sistem peradilan Indonesia Dissenting opinion adah pranata dari hukum common law (Anglo saxon) yang dianut negara Inggris dan bekas jajahannya diadopsi ke sistem hukum Indonesia (sistem kontinental/Belanda) Tidak dikenal disistem kontinental ,karena dapat menyebabkan timbulnya ketidak pastian hukum Secara filosofis dissenting opinion merupakan perwujudan dan kebebasan hakim Dissenting opinion hanya terdapat pada pemeriksaan perkara dengan sistem majelis Dissenting opinion baru dikenal didalam uu no.4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman Kemungkinan kemungkinan yang terjadi penyebab dissenting opinion Perbedaan mulai dari dasar dasar pertimbangan sampai pada putusan Perbedaan pada dasar dasar pertimbangan tapi tidak ada perbedaan pada putusan Persamaan pertimbangan tetapi berbeda putusan Kebaikan dissenting opinion • Merupakan perwujudan nyata kebebasan individual hakim,termasuk kebebasan terhadap sesama majelis atau sesama hakim • Mencerminkan jaminan hak berbeda pendapat setiap hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara • Meningkatnya tanggung jawab individual hakim • Meningkatkan kwalitas dan wawasan hakim • Meningkatnya mutu putusan • Instrumen dinamika dan updating pengertian pengertian hukum Kelemahan Dissenting Opinion Kebenaran dan keadilan ditentukan oleh suara terbanyak,ada kemungkinan pendapat minoritas itu yang benar dan adil Secara keilmuan maupun praktek dapat menimbulkan ketidak pastian hukum Mempengaruhi harmonisasi hubungan sesama hakim Menimbulkan sikap individu yang berlebihan Proses penyelesaian sengketa pajak (psl 81 uu.no.14 th 2002 Putusan pemeriksaan dengan acara biasa atas banding dalam jangka 12 bulan sejak surat banding diterima Putusan pemeriksaan dengan acara biasa atas gugatan diambil dalam jangka waktu 6 bulan sejak surat gugatan diterima Dalam hal khusus jangka waktu sebagaimana dimaksud diatas dapat diperpanjang paling lama 3 bulan Dalam hal gugatan yang diajukan selain keputusan pelaksanaan penagihan pajak,tidak diputuskan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud diatas,Pengadilan pajak wajib mengambil keputusan melalui pemeriksaan dengan acara cepat dalam jangka 1 bulan sejak jangka waktu 6 bulan dimaksud dilampaui Peninjauan Kembali Kata kata Peninjauan kembali didalam KUP hanya satu pasal yaitu pasal 27a “Apabila pengajuan keberatan,permohonan banding atau permohonan PK dikabulkan sebagian atau seluruhnya,selama pajak yang masih harus dibayar sebagaimana dimaksud SKPKB,SKPKBT,SKPN,SKPLB yang telah dibayar menyebabkan kelebihan pembayaran pajak,kelebihan dimaksud dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % perbulan paling lama 24 bulan dengan ketentuan SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran sampai diterbitkan SK Keberatan,Putusan Banding atau Putusan PK Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak sampai dengan diterbitkan surat keputusan keberatan,putusan banding atau Putusan PK Putusan MA mengenai PK pajak Dalam jangka waktu 6 bulan sejak permohonan peninjauan kembali diterima MA,MA telah mengambil keputusan melalui pemeriksaan acara biasa Dalam jangka 1 bulan sejak permohonan peninjauan kembali diterima oleh MA telah mengambil keputusan pemeriksaan acara cepat Tata cara Peninjauan Kembali (PK) Per MA no.03 tahun 2002 Pemohon adalah pihak yang sengketanya telah diputus Pengadilan Pajak Permohonan PK adalah upaya hukum luar biasa kepada Mahkamah Agung untuk memeriksa dan memutuskan kembali putusan Pengadilan Pajak Permohonan PK diajukan kepada MA melalui Pengadilan Pajak Dalam hal ditempat tinggal tidak terdapat Pengadilan Pajak,maka permohonan dapat diajukan kepada PTUN tempat tinggal atau tempat kedudukan pemohon,kalau tidak ada lewat dapat diajukan lewat pengadilan negeri Permohonan tersebut diatas harus diteruskan oleh Panitera Pengadilan pajak dalam jangka waktu 7 hari sejak akta permohonan PK ditanda tangani Permohonan PK diajukan secara tertulis oleh pemohon,ahli waris atau kuasa hukum yang ditunjuk secara khusus dengan menyebut alasan dan dilampiri bukti bukti Permohonan PK dapat diterima apabila panjar perkara yang ditentukan dalam Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) telah dibayar lunas sebesar Rp 2.652.000 (KEP-005 tahun 2002) Apabila panjar biaya PK telah dibayar lunas,Panitera Pengadilan wajib membuat akta permohonan peninjauan kembali dan mencatat permohonan tersebut kedalam register permohonan PK Panjar biaya perkara dalam waktu 3 hari wajib dikirim ke Pengadilan Pajak Jangka waktu pengajuan PK • Permohonan PK diajukan dalam tenggang waktu 90 hari kerja terhitung sejak : • Diketahui kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim Pengadilan Pidana memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pasal 91 uu Peng Pajak • Ditemukan surat surat bukti yang hari dan tanggal ditemukan harus dinyatakan dibawah sumpah dan disahkan oleh pejabat berwenang • Selambat lambatnya 14 hari sejak permohonan PK diterima Pengadilan Pajak,Panitera wajib memberitahu tentang permohonan dimaksud dengan mengirim salinan kepihak lawan • Selambat lambat 14 hari sejak diterima jawaban dari pihak lawan Panitera wajib mengirim salinan jawaban dari pihak lawan kepada pemohon PK untuk diketahui • Berkas permohonan PK oleh Panitera dikirim ke MA selambat lambatnya 30 hari sejak jawaban diterima dari pihak lawan • Dalam hal pihak lawan tidak memberi jawaban jangka waktu 30 hari tersebut dilampaui • Berkas permohonan PK disampaikan kepada Direktur Tata Usaha Negara MA dalam keadaan dijilid/disusun dengan baik dalam bundel A dan B • Berkas permohonan yang telah lengkap diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung untuk ditetapkan Majelis HakimAgung yang akan memeriksa perkara PK Jangka waktu memutuskan PK di MA (psl 93 uu Peng Pajak) Dalam jangka waktu 6 bulan sejak permohonan PK diterima MA telah mengambil keputusan,dalam hal Pengadilan Pajak mengambil putusan melalui pemeriksaan acara biasa Dalam jangka waktu 1 bulan sejak permohonan PK diterima oleh MA telah mengambil keputusan melalui pemeriksaan acara cepat Putusan atas permohonan PK harus diucapkan dalam sidang terbuka Proses penagihan pajak yang disengketakan Dalam hal wp mengajukan banding,jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat 3,ayat 3a atau pasal25 ayat 7 atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan,tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak penerbitan putusan banding (psl 27 ayat 5a uu KUP) Ayat ini mengatur bahwa wp yang mengajukan banding,jangka waktu pelunasan pajak yang diajukan banding tertangguh sampai dengan satu bulan sejak penerbitan putusan banding.Penangguhan jangka waktu pelunasan pajak menyebabkan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % perbulan sebagaimana diatur dalam psal 19 tidak diberlakukan atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan putusan banding diterbitkan Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian,wp dikenakan sanksi administrasi berupa denda 100 % dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding,dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan Jumlah pajak ini harus dilunasi paling lama 1 bulan sejak tanggal penerbitan putusan banding dan penagihan dengan surat paksa akan dilaksanakan apabila tidak melunasi utang pajak tersebut Putusan Sela Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya penagihan pajak atau kewajiban - Penggugat dapat mengajukan permohonan agar tindak lanjut pelaksanaan penagihan pajak ditunda selama pemeriksaan sengketa pajak sedang berjalan sampai ada putusan pengadilan pajak.Putusan Sela dapat dikeluarkan atas pelaksanaan penagihan pajak - Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat diajukan sekaligus dalam gugatan dan dapat diputuskan terlebih dahulu dari pokok sengketanya - Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat dirugikan jika pelaksanaan penagihan pajak itu dilaksanakan PUTUSAN PENGADILAN PAJAK Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap (pasal 77 ayat 1 s.d 3 uu peng pjk) Dalam hal penggugat mengajukan permohonan penundaan pelaksanaan penagihan,maka majelis/ hakim tunggal pada Pengadilan Pajak yang memeriksa gugatan dumaksud dapat mengeluarkan putusan sela atas gugatan untuk menunda pelaksanaan penagihan pajak selama proses pemeriksaan sengketa pajak sedang berjalan Dasar pengambilan putusan (pasal 78 ) • Penilaian pembuktian • Peraturan perundang undangan perpajakan yang bersangkutan dan • Keyakinan hakim Pembuktian (psl 69) • Alat bukti dapat berupa : • 1. Surat atau tulisan • 2. Keterangan ahli • 3. Keterangan para saksi • 4. Pengakuan para pihak • 5. Pengetahuan Hakim • Pengadilan Pajak menganut prinsip pembuktian bebas • Majelis atau Hakim Tunggal sedapat mungkin mengusahakan bukti berupa surat atau tulisan sebelum menggunakan alat bukti lain • Keadaan yang telah diketahui oleh umum tidak perlu dibuktikan misalnya KTP,SIM,Paspor merupakan sebagai identitas • Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan,beban pembuktian beserta penilaian pembuktian dan untuk sahnya pembuktian diperlukan paling sedikit 2 alat bukti sebagaimana dimaksud pasal 69 (pasal 76) • Pasal ini memuat ketentuan dalam rangka menentukan kebenaran materil,sesuai dengan asas yang dianut didalam dalam undang undang perpajakan • Oleh karena itu,hakim berupaya untuk menentukan apa yang harus dibuktikan,beban pembuktian,penilaian yang adil pada para pihak dan sahnya bukti dari fakta yang terungkap dalam persidangan,tidak terbatas pada fakta dan hal hal yang diajukan oleh para pihak • Dalam persidangan para pihak tetap dapat mengemukakan hal baru yang dalam banding atau gugatan,surat uraian banding atau bantahan atau tanggapan belum diungkapkan • Pemohon banding atau penggugat tidak harus hadir dalam sidang,karena itu fakta atau hal hal baru yang dikemukakan terbanding atau tergugat harus diberitahukan kepada pemohon banding atau penggugat untuk diberi jawaban Surat atau tulisan sebagai alat bukti (pasal 70) • Akta autentik yaitu surat yang dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum yang menurut peraturan perundang undangan berwenang membuat surat itu dengan maksud dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum didalamnya • Akta dibawah tangan yaitu surat yang dibuat dan ditanda tangani oleh pihak pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum didalamnya • Surat keputusan atau surat ketetapan yang diterbitkan oleh pejabat berwenang • Surat surat lain atau tulisan yang tidak termasuk hal diatas yang terkait dengan banding atau gugatan Perbedaan putusan dan keputusan • Putusan adalah merupakan produk hukum pengadilan sedangkan keputusan adalah produk suatu lembaga atau instansi yang bersifat administratif sehingga penyebutannya selalu diawali dengan kata surat dan ditekankan kepada pimpinannya,bukan lembaganya contoh “ Surat Keputusan Menteri Keuangan” • Putusan Pengadilan merupakan intisari daripada seluruh kegiatan persidangan.Dengan keluarnya putusan berakhirlah suatu persengketaan,karena dalam persengketaan telah ditetapkan hukumnya,siapa yang salah dan siapa yang benar • Kegiatan selanjunya adalah pelaksanaan putusan,sebagai realisasi tugas pengadilan yang terakhir adalah menyelesaikan perkara Keterangan ahli (psl 71 & 72) • Atas permintaan kedua belah pihak atau salah satu pihak atau karena jabatannya,hakim ketua atau hakim tunggal dapat menunjuk seorang atau beberapa orang ahli • Seorang ahli dalam persidangan harus memberi keterangan baik tertulis maupun lisan,yang dikuatkan dengan sumpah atau janji mengenai hal sebenarnya menurut pengalaman dan pengetahuannya • Keterangan ahli adalah pendapat orang yang diberikan dibawah sumpah dalam persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman dan pengetahuannya • Sorang yang tidak boleh didengar sebagai saksi sebagaimana dimaksud dalam psl 57 tidak membolehkan memberikan keterangan ahli. Keterangan saksi • Keterangan saksi dianggap sebagai bukti apabila keterangan itu berkenan dengan hal yang dialami,dilihat atau didengar sendiri oleh saksi (psl 73) • Pengakuan para pihak tidak dapat ditarik kembali,kecuali berdasarkan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh Majelis atau hakim tunggal (psl 74) Pengetahuan hakim Pengetahuan hakim adalah hal yang olehnya diketahui dan diyakini kebenarannya (pasal 75) Hakim atau majelis hakim berdasarkan uu.no 4 tahun 2004 dan uu no.14 tahun 2002.fungsi dan tugasnya tidak lain untuk melaksanakan fungsi dan tugas tugas peradilan sesuai batasan kewenanagn yang dimilikinya Fungsi dan tugas tugasnya itu pada dasarnya adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan,guna tercipta negara hukum RI berdasarkan Panca Sila dan UUD 45 Hukum Pidana Hukum Pidana Formal adalah kumpulan aturan hukum yang mengatur cara mempertahankan hukum pidana materil Hukum Pidana Materil adalah kumpulan aturan hukum yang menentukan pelanggaran pidana untuk dapat dihukum,menunjukkan orang yang dapat dihukum dan menetapkan hukuman atas pelanggaran pidana Mr.Tirtaamidjaja Pembagian hukum pidana Prof.Simons Hukum Pidana Objektif (Ius Poenale) adalah hukum pidana yang berlaku atau hukum pidana positif Hukum Pidana Subjektif (Ius poeniendi) adalah hak dari negara untuk mengaitkan pelanggaran terhadap suatu peraturan dengan suatu hukuman Pembagian hukum Pidana Hukum Pidana Umum yaitu hukum pidana yang dibuat dan berlaku untuk semua orang Hukum Pidana Kusus yaitu hukum pidana yang dibuat khusus untuk hal atau orang tertentu Contoh : Tindak Pidana Korupsi,Tidak Pidana Ekonomi,Tidak Pidana Lingkungan Hidup,Tindak Pidana Imigrasi,Tindak Pidana Hak Kekayaan Intelektuil,Tindak Pidana Perairan dan Perikanan,Tindak Pidana Narkotika,Tindak Pidana Pasar Modal,Tindak Pidana Perbankan,Tindak Pidana Kepabeanan,Tindak Pidana Kehutanan Berdasarkan Kitab Undang Undang Hukum Acara PIdana(KUHAP) tindak Pidana Khusus mempunyai acara khususnya sendiri,artinya berbeda dengan acara yang telah diatur dalam KUHAP Tujuan hukum pidana Teori Absolut dimana hukuman itu dijatuhkan sebagai pembalasan terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan kesengsaraan terhadap orang lain atau masyarakat Teori Relatif A. Menjerakan,dimana dengan penjatuhan hukuman diharapkan sipelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak mengulangi lagi perbuatannya B. Memperbaiki pribadi terpidana,dimana berdasarkan perlakuan dan pendidikan yang diberikan selama menjalankan hukuman,terpidana merasa menyesal sehingga ia tidak akan menglangi perbuatannya dan kembali kepada masyarakat sebagai orang yang baik dan berguna Membinasakan atau membuat terpidana tidak berdaya dimana membinasakan berarti menjatuhkan hukuman mati,sedangkan membuat terpidana tidak berdaya dilakukan dengan menjatuhkan hukuman seumur hidup Interprestasi Undang undang Metode Gramatika atau tata bahasa yaitu didalam rumusan undang undang ditafsirkan berdasarkan pemakaian bahasa sehari hari atau pemakaian secara istilah Metode sistematika yaitu perundang undangan suatu negara merupakan suatu sistem.Jika arti kata dalam rumusan perundang undangan kurang jelas,makna atau artinya,pada undang lain perlu dicari karena perundang undangan suatu negara merupakan satu kesatuan Metode Historis yaitu makna suatu kata dalam rumusan undang undang diketahui dengan menelusuri sejarah pembentukan undang undang tersebut,terutama dari pembahasan pada saat pembentukannya Metode Teologis yaitu penafsiran kata kata dalam rumusan suatu undang undang dengan meneliti maksud pembentukan dan keadaan masyarakat pada waktu itu Metode Analogis yaitu metode ini semata mata menggunakan logika atau pemikiran,banyak dipertentangkan metode ini,tapi dalam upaya menemukan hukum (rechtvinding) sehingga dapat diisi kekosongan hukum DELIK Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang undang,tindak pidana (Kamus Bahasa) Delik adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja atau pun tidak sengaja oleh seseorang yang tindakan tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan oleh undang telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang dapat dihukum Pembagian Delik Delik formil yaitu delik yang perumusannya menitik beratkan pada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang undang,disini perumusan jelas Delik materil yaitu delik yang perumusannya menitik beratkan pada akibat dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang undang.Dengan kata lain,hanya disebut rumusan dari akibat perbuatan Unsur unsur delik Unsur Subjektif yaitu unsur yang berasal dari dalam diri pelaku Asas hukum pidana “tidak ada hukuman kalau tidak ada kesalahan Kesalahan disebabkan oleh kesengajaan dan kealpaan Kesengajaan dan kealpaan Kesengajaan (dolus) yaitu dengan sadar berkehendak untuk melakukan suatu kejahatan tertentu Kealpaan (culpa) yaitu tidak berhati hati didalam melakukan suatu perbuatan,disamping menduga akibat perbuatan itu Teori tentang kesengajaan Teori kehendak yaitu kesengajaan adalah kehendak membuat suatu tindakan dan kehendak menimbulkan suatu akibat dari suatu tindakan itu Teori membayangkan,dimana manusia tidak mungkin dapat menghendaki suatu akibat,manusia menginginkan,menharapkan atau membayangkan kemungkinan suatu akibat Kealpaan Kealpaan dengan kesadaran dimana sipelaku membayangkan atau menduga akan timbul suatu akibat,tetapi walaupun dia berusaha untuk mencegah toh timbul juga akibat tersebut Kealpaan tanpa kesadaran dimana dalam hal ini sipelaku tidak membayangkan atau menduga akan timbul suatu akibat yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang undang,sedangkan ia seharusnya memperhitungkan akan timbul suatu akibat Perbuatan manusia Perbuatan manusia dalam arti luas adalah mengenai apa yang dilakukan,apa yang diucapkan (act) dan bagaimana sikapnya terhadap suatu hal atau kejadian (omission) Pada umumnya orang diancam pidana karena melakukan suatu perbuatan,namun bisa juga karena tidak berbuat Prof D.Simon berpendapat bahwa kelalaian untuk bertindak yang harus dipertanggung jawabkan menurut hukum pidana itu hanyalah kelalaian untuk melakukan suatu tindakan yang merupakan suatu kewajiban hukum.Kewajiban hukum seperti itu dapat timbul karena ditentukan oleh undang undang,karena jabatan yang disandang oleh seseorang,karena pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang karena pekerjaan yang dilakukan sesorang atau karena ada perikatan Sifat dapat dihukum Pengertian dapat dihukum dimana undang undang yang memuat larangan atau perintah membuat sanksi sebagai akibat tidak dipatuhinya larangan atau perintah tersebut Syarat syarat seseorang dapat dipertanggung jawabkan (Prof.van Hamel) Jiwa orang harus sedemikian rupa sehingga ia mengerti atau menginsafi nilai dari perbuatannya Orang harus menginsafi bahwa perbuatannya menurut tata cara kemasyarakatan adalah dilarang Orang harus dapat menentukan kehendaknya terhadap perbuatannya Keadaan memaksa (overmacht) Keadaan memaksa adalah setiap kekuatan,setiap paksaan,setiap tekanan yang tidak bisa dielakkan Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan karena terdorong oleh suatu keadaan memaksa Keadaan terpaksa (necessity) Keadaan terpaksa ialah keadaan ketika suatu kepentingan hukum dalam keadaan bahaya dan untuk menghindarkan bahaya itu,terpaksa dilanggar kepentingan hukum lain Pelaksanaan peraturan Tiada boleh dihukum barang siapa yang melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturan perundang undangan (psl 50 KUHP) Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan untuk menjalankan suatu perintah jabatan yang sah,yang diberikan oleh pembesar(penguasa) yang berhak untuk itu (pasal 51 KUHP) Hapusnya hak penuntutan pidana dan eksekusi Hapus hak penuntutan Adanya suatu putusan yang telah berkekuatan hukum tetap 1.Putusan bebas 2.Putusan lepas dari segala tuntutan 3. Putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum Putusan pemidanaan Kematian orang yang melakukan delik (Hak menuntut hilang oleh karena meninggalnya sitersangka psl 77 KUHP) Daluwarsa Penyelesaian perkara diluar pengadilan Daluwarsa (psl 78 KUHP) Hak penuntutan pidana hapus karena daluwarsa : Dalam satu tahun bagi semua pelanggaran dan bagi kejahatan yang dilakukan dengan percetakan Dalam enam tahun bagi kejahatan kejahatan yang diancam dengan denda,hukuman kurungan atau hukuman penjara yang lamanya tidak lebih dari tiga tahun Dalam dua belas tahun bagi semua kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara sementara yang lamanya lebih dari tiga tahun Dalam delapan belas tahun bagi semua kejahatan yang diancam hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup Hapus eksekusi Pada umumnya setelah adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap,jaksa pada kesempatan pertama akan melakukan eksekusi (psl 270 KUHAP) Eksekusi tidak dapat dilakukan 1.Kematian terpidana 2.Daluwarsa Tenggang daluwarsa ini untuk pelanggaran pelanggaran lamanya dua tahun,kejahatan alat percetakan lamanya lima tahun dan untuk kejahatan lain lamanya sama dengan lebih tenggang daluwarsa hak menuntut pidana ditambah sepertiga Hak menjalankan hukuman mati tidak kena daluwrsa (psl 84 KUHAP) Hukuman Teori tentang hukuman Hukuman ditujukan terhadap pribadi orang yang melakukan pelanggaran pidana Hukuman atau sanksi yang dianut hukum pidana membedakan hukum pidana dan hukum yang lain Tujuan pemidanaan Menjerakan penjahat Membinasakan atau membuat tidak berdaya lagi sipenjahat Memperbaiki pribadi si penjahat Hukuman Pokok (psl 10 KUHP) Pidana terdiri : 1.Pidana mati 2. Pidana penjara 3. Kurungan 4.Denda Pidana tambahan Pencabutan hak hak tertentu Perampasan barang barang tertentu Pengumuman putusan hakim