Anda di halaman 1dari 16

HAID & NIFAS

KELOMPOK 2
AMALIA NUR KUSWANTI
DELIA MUSTIKASARI
DEVY YOLANDA
ENDAH GANA
FARIDA NURAINI
FITA UTAMI
MIA RAHMAWATI
PURNAMA LESTARI
SYIFA NUR FAUZIAH
YENI MARLINA
HAID

Haid adalah darah yang keluar dari Rahim wanita yang sudah mencapai usia 9tahun hijriyah
atau 8 tahun bulan 23 hari 19 jam 12 menit, tidak dikarenakan penyakit atau sebab
melahirkan,

sedangkan definisi haid secara klinis adalah pendarahan secara periodic (berkala) dari Rahim
wanita dengan disertai pelepasan endometrium.
Haid ini dijalani oleh seorang wanita pada masa-masa tertentu, paling cepat satu hati satu
malam dan palling lama 15hari.
Sedangkan yang normal adalah 6hari atau 7hari, sedangkan paling cepat masa sucinya
adalah 13/15hari dan yang paling lama tidak ada batasnya. Akan tetapi, yang normal
adalah 23/24hari.
Apabila seorang wanita hamil,dengan ijin Allah darah haid itu berubah
menjadi makanan bagi bayi yang tengah berada di dalam kandungannya.
Oleh sebab itu,wanita yang sudah hamil tidak mengalami masa haid.Setelah
melahirkan,dengan hikmahnya Allah SWT merubahnya menjadi air susu yang
merupakan makanan bagi bayi yang di lahirkan.

Karena itu,sedikit sekali dari kaum wanita menyusui yang mengalami masa
haid. Setelah selesa masa melahirkan dan menyusui, maka darah yang ada
tidak berubah serta tetap berada pada tempatnya, yang kemudian secara
normal kembali keluar pada setiap bulannya,yaitu berkisar antara 6/7 hari.
Dalam menjalani masa haid ini, wanita di kelompokan menjadi 3 kategori
yaitu:
1.Wanita yang baru menjalani masa haid
2.Wanita yang telah terbiasa menjalaninya
3.Wanita yang mengalami keluarnya darah istihadhoh
Wanita yang baru menjalani masa haid

 Wanita yang baru menjalani masa haid yaitu, wanita yang baru
pertama kali mengeluarkan darah haid. Ketika itu ia berkewajiban
meninggalkan shalat, puasa dan hubungan badan, hingga datang masa
suci. Apabila masa haid itu telah selesai dalam satu hari atau paling
lama lima belas hari, maka ia berkewajiban untuk mandi dan
mengerjakan shalat. Apabila setelah lima belas hari darah tersebut
masih tetap mengalir keluar, maka ia dianggap mengalami masa
istihadhah. Apabila darah haid itu berhenti di sekitar lima belas hari,
lalu ia menngalir lagi selama satu atau dua hari, kemudian berhenti
lagi seperti semula, maka cukup baginya mandi, lalu mengerjakan
shalat. Selanjutnya, hendaklah ia meninggalkan shalat pada setiap kali
mengetahui darah haid itu mengalir. Wanita yang sedang menjalani
masa haid dilarang mengerjakan shalat, sebagaimana yang disabdakan
oleh Rosululloh :“ Apabila datang haidmu, maka tinggalkanlah shalat.”
(Muttafaqun Alaih)
Wanita yang Biasa Menjalani Masa Haid

 Wanita yang Biasa Menjalani Masa Haid yaitu, wanita yang


mempunyai hari-hari tertentu pada setiap bulannya untuk menjalani
masa haidnya. Pada hari-hari tersebut, ia harus meninggalkan shalat,
puasa, dan hubungan badan. Apabila ia melihat darah berwarna
kekuning-kuningan atauyang berwarna keruh setelah hari-hari haidnya
tersebut, maka ia tidak perlu menghitungnya sebagai darah atau
haid. Hal ini sesuai dengan ucapan Ummu Athiyah:
 “Kami tidak memperhitungkan sama sekali darah yang berwarna
kekuning-kuningan atau yang berwarna keruh setelah lewat masa
bersuci.” (HR. Al-Bukhari)
Wanita yang Mengalami Istihadhah
 Wanita yang Mengalami Istihadhah yaitu, wanita yang mengeluarkan darah
sebara terus-menerus melebihi kebiasaan masa berlangsungnya haid. Apabila
sebelum mengalami istihadhah seorang wanita Muslimah sudah menjalani haid
yang menjadi kebiasaan pada setiap bulannya dan ia mengetahui hari-hari
yang biasa terjadi pada masa haidnya tersebut, maka ia harus meninggalkan
shalat selama masa haidnya berlangsung pada setiap bulannya. Setelah selesai
menjalani masa hidnya itu, ia harus mandi, mengerjakan shalat, mengganti
hutang puasanya danboleh berhubungan badan. Akan tetapi, jika ia tidak
mempunyai kebiasaan dari masa haid yang tetap dan lupa akan masa atau
jumlah hari berlangsungnya haidyang biasa dijalaninya, sedang darah yang
mengalir padanya itu berubah-ubah warnanya, terkadang hitam dan
terkadang merah, maka ketika darah yang keluar itu berwarna hitam, ia
tidak perlu mandi, mengerjakan shalat, puasa dan melakukan hubungan
badan. Namun, ia diharuskan mandi dan mengerjakan shalat setelah
berhentinya darah hitam tersebut, selama tidak lebih dari lima belas hari.
Amalan yang Dilarang untuk Dikerjakan
bagi Wanita yang Menjalani Masa Haid
 a. Shalat
 b. Puasa
 c. Membaca Al-Qur’an
 d. Menyentuh Al-Qur’an
 e. Berdiam diri dalam masjid
 f. Thawaf
 g. Berhubungan badan
 h. Thalak
 i. Iddah dengan perhitungan bulan
Nifas

 Nifas adalah darah yan keluar dari rahim seorang wanita setelah
selesai melahirkan, walaupun anak yang dilahirkan belum berwujud
manusia atau masih berupa alaqoh (darah kental)
atau mudglah (segumpal daging) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan: "Darah yang dilihat seorang wanita ketika mulai merasa
sakit adalah nifas." Beliau tidak memberikan batasan 2 atau 3 hari.
Dan maksudnva yaitu rasa sakit yang kemudian disertai kelahiran.
Jika tidak, maka itu bukan nifas.
 Para ulama berbeda pendapat tentang apakah masa nifas itu ada batas
minimal dan maksimalnya. Menurut Syaikh Taqiyuddin dalam risalahnya
tentang sebutan yang dijadikan kaitan hukum oleh Pembawa syari'at,
halaman 37 Nifas tidak ada batas minimal maupun maksimalnya.
Andaikata ada seorang wanita mendapati darah lebih dari 40,60 atau
70 hari dan berhenti, maka itu adalah nifas. Namun jika berlanjut terus
maka itu darah kotor, dan bila demikian yang terjadi maka batasnya 40
hari, karena hal itu merupakan batas umum sebagaimana dinyatakan
oleh banyak hadits."
Keguguran

 Apabila janin yang berada di dalam kandungan seorang ibu keluar sebelum
waktunya (keguguran) dan sudah berbentuk manusia, maka darah yang keluar
setelahnya merupakan darah nifas. Sedang apabila janin yang keluar
setelahnya tidak dikategorikan sebagai darah nifas. Akan tetapi, dianggap
sebagai darah kotor yang tidak menghalangi wanita untuk mengerjakan shalat
dan juga puasa.
 Waktu minimal bagi sebuah janin itu terbentuk menjadi manusia sempurna
adalah delapan puluh satu hari. Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin
Mas’ud ra, bahwa Rasululloh SAW pernah bersabda :
 “Sesungguhnya sel sperma yang telah membuahi indung telur itu berkumpul
di dalam rahim ibu selama empat puluh hari. Kemudian ia menjadi segumpal
darah, lalu segumpal daging, dan diutus kepadanya malaikat yang
diperintahkan untuk ditetapkan baginya empat hal, yaitu rezeki, ajal, dan
amalnya dan apakah akan sengsara atau bahagia.”
Masa Berlangsungnya Nifas

 Tidak ada batas minimal dalam masalah nifas, yaitu bisa saja terjadi
dalam waktu yang singkat. Oleh kareba itu, apabila seorang wanita
melahirkan, lalu tidak lama kemudian darah nifasnya berhenti, maka
ia berkewajiban mengerjakan shalat, puasa dan ibadah lainnya seprti
layaknya wanita yang berada dalam keadaan suci. Sedangkan batas
maksimalnya adalah 40 hari, sesuai dengan hadits dari Ummu
Salamah di atas.
Cara Mengetahui Kesucian

 Seorang wanita Muslimah dapat mengetahui kesuciannya


dengan cara memasukkan kapas ke dalam kemaluannya,
lalu mengeluarkannya kembali. Hal ini dilakukan pada saat
bangun dari tidur dan ketika hendak tidur. Yaitu untuk
mengetahui, apakah dirinya dalam keadaan suci atau
tidak. Atau untuk mendapatkan bukti, apakah masih ada
yang keluar setelah ia bersuci.
Melahirkan Dua anak

 Apabila wanita Muslimah melahirkan 2 anak (kembar),


maka masa nifasnya dimulai dari kelahiran anak pertama
dan bukan pada anak yang kedua. Sebagaiman Fathimah
Az-Zahra ra yang pernah melahirkan sebelum
terbenamnya matahari (yaitu Hasan dan Husain),
kemudian ia bersuci dari nifas dan mandi setelah
mengerjakan shalat Isya, tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, dapat dikatakan, bahwa batas minimal dari
nifas adalah waktu sekejap dan batas maksimalnya adalah
40 hari.
Apabila Masa Nifas Lebih dari Empat
Puluh Hari
 Apabila seorang wanita menjalani masa nifas lebih dari 40
hari dan bertepatan dengan kebiasaan masa haid, maka
darah itu dianggap sebagai darah haid. Akan tetapi,
apabila tidak bertepatan dengan kebiasaan masa haidnya,
maka darah itu termasuk istihadhah dan tidak
menghalanginya untuk mengerjakan shalat maupun puasa.
Berkenaan dengan ini, wanita tersebut tidak perlu
mengganti shalat yang ditinggalkan, akan tetapi cukup
hanya mengganti puasa yang ditinggalkannya (apabila
terjadi pada bulan Ramadhan).

Anda mungkin juga menyukai