Kelompok D :
1. Narita Wahyuningtyas
2. Novia Laila Rahmawati
3. Nursiyah
Definisi Demam Berdarah
Pada 2009, World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan, atau membagi, demam
dengue ke dalam dua jenis: tanpa komplikasi dan parah. Sebelum ini, pada 1997, WHO telah
membagi penyakit tersebut ke dalam demam yang tidak terdiferensiasi (tidak dapat digolongkan),
demam dengue, dan demam berdarah. WHO memutuskan bahwa cara lama pembagian dengue ini
harus disederhanakan. Mereka juga menetapkan bahwa cara tersebut terlalu membatasi: tidak
mencakup semua cara yang diperlihatkan pada dengue. Meskipun klasifikasi dengue telah diubah
secara resmi, klasifikasi lama tersebut masih sering digunakan. Dalam sistem lama WHO untuk
klasifikasi, demam berdarah dibagi ke dalam empat fase, yang disebut tingkat I–IV:
– Pada Tingkat I, pasien menderita demam. Dia mudah melebam atau memiliki hasil tes
tourniquet yang positif.
– Pada Tingkat II, pasien mengeluarkan darah melalui kulit dan bagian lain tubuhnya.
– Pada Tingkat III, pasien menunjukkan tanda-tanda renjatan sirkulasi.
– Pada Tingkat IV, pasien mengalami renjatan yang sangat parah sehingga tekanan darah dan
detak jantungnya tidak dapat dirasakan.[ Tingkat III dan IV disebut "sindrom renjatan dengue
Patofisiologi
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk yaitu nyamuk
Aedes aegypti betina. Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia, virus
memasuki masa inkubasi selama 4-10 hari dimana virus melakukan replikasi
dalam sel makrofag dan membentuk kompleks antigen-antibodi. Kompleks
antigen-antibodi menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh
darah dan merembesnya plasma dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular,
sehingga menyebabkan keadaan hipovolemik dan syok. Pada pasien syok berat,
volume plasma dapat berkurang hingga mencapai 30%, ditandai dengan
meningkatnya kadar hematokrit dan penurunan kadar natrium.
Kompleks antigen-antibodi juga menyebabkan agregasi trombosit sehingga
trombosit dihancuran oleh RES (Reticulo Endothelial System) dan terjadi keadaan
trombositopenia. Agregasi trombosit menyebabkan pengeluaran platelet factor III
dan menyebabkan koagulopati konsumtif (KID = Koagulasi Intravaskular
Deseminata) yang ditandai dengan peningkatan FDP ( Fibrinogen Degredation
Product) sehingga terjadi penurunan factor pembekuan darah.
Penatalaksanaan
– Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
– Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
– Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
– Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
– Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
– Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.
Terapi Non Farmakologi
Mulai resusitasi cairan intravena bolus yang pertama dengan larutan kristaloid isoto
nis 5-10mL/kg/jam selama 1 jam. Kemudian dievaluasi kondisi pasien. Jika kondisi
membaik, maka :
– Laju cairan infuse intravena dikurangi secara bertahap menjadi 5-7ml/kg/jam selama
1-2 jam kemudian menjadi 3-5 mL/kg/jam selama 2-4 jam dan dilanjutkan menjadi 2-
3ml/kg/jam tergantung pada kondisi hemodinamik, laju cairan intravena
dipertahankan selama 24-48 jam. Jika tanda vital belum stabil periksa nilai
hematokrit.
– Jika terjadi peningkatanb kadar hematokrit atau nilai hematokrit tinggi (>50%) makadi
berikan cairan intravena bolus yang kedua dengan larutanb kristaloid isotonis 10-
20mL/kg/jam selama 1 jam. Jika ada perbaikan dikurangi menjadi 7-10ml/kg /jam
selama 1-2 jam. Dan dilakukan laju infus secara bertahap tergantung
hermodinamiknya.
– Jika kadar hematokrit menurun dan nilai hematokrit <40% pada anak-anak dan pria
dewasa atau <45% pada wanita dewasa, maka diberikan tranfusi darah. Penurunana
hemaktonit mengindikasikan adanya perdarahan.
Terapi Syok Hipotensi
• Jika pasien belum menunjukkan keadaan vital yang membaik maka dilakukan pemeriksaan
pemeriksaan kadar hematokrit. Kadar hematokrit > 50% diberikan cairan intravena bolus
yang kedua dengan larutan koloid dengan laju infuse 10-20mL/kg/jam selama 0,5-1 jam. Jika
kondisi membaik setelah diberikan larutan koloid tersebut Kurangi kecepatan infus menjadi
7-10mL/kg/jam selama 1-2 jam. Jika membaik cairan infus koloid diganti dengan larutan
kristaloid isotonis dengan laju awal 5-7mL/kg/jamselama 1-
2 jam lalu dikurangi bertahap sampai laju infuse 2-3ml/kg /jam selama 24-
48 jam tergantung status hemodinamiknya.
• Jika setelah diberikan larutan koloid dengan kecepatan 7-10ml/kg/jam, kadar hematokrit
tetap tinggi atau >50% maka diberikan cairan koloid intravena ketigadengan laju 10-
20mL/kg/jam selama 1 jam. Jika kondisi pasien membaik kurangi lajuinfuse menjadi 7-
10ml/kg/jam selama 1-2jam. Jika pasien makin membaik ganti cairan infus dengan cairan
kristaloid isotonis dengan laju infuse awal 5-7mL/kg/jamselama 1-
2 jam, lalu dikurangi secara bertahap sampai laju 2-3ml/kg/jam tergantung kondisi
hemodinamik, dan dipertahankan selama 24-48 jam.
• Jika kadar hematokrit menunjukkan penurunan sampai <40% pada anak-anak dan pria
dewasa, <45% pada wanita dewasa lakukan transfuse darah. Berikan infuse RBC segar 5-
10ml/kg atau infuse darah 10-20mL/kg dengan laju sesuai dan dilakukan monitoring pasien