Anda di halaman 1dari 43

Infeksi Saluran Kemih

Kelompo Meliana Griselda 260110180131


M. Raihan Riyaldi 260110180132
k1 Inge Puspa R.K 260110180133
M. Fikri Satria 260110180134
Ananda Oktafiani L. 260110180135
Anatomi dan
Fisiologi
SALURAN KEMIH
Saluran kemih terdiri dari sepasang ginjal, sepasang ureter, satu
kandung kemih, dan satu uretra (Callaghan, 2009).
GINJAL
• Ginjal berbentuk seperti kacang
• Terletak pada bagian belakang peritonium di belakang rongga abdomen
• Ukuran ginjal adalah panjang 10-12 cm dan lebar 5-7 cm serta tebal 3 cm pada orang dewasa
• Berat ginjal 135-150 gram serta berwarna kemerahan
• Ginjal kanan letaknya lebih rendah daripada ginjal kiri akibat adanya hati
• Ginjal diselubungi oleh kapsul fibrosa, lemak perinefrik, dan fasia perinefrik
• Ginjal terdiri dari bagian korteks (luar) yang berwarna coklat terang dan medula (dalam) yang
berwarna coklat gelap
• Korteks terdiri dari jutaan nefron atau alat penyaring
• Medula terdiri dari piramida ginjal yang berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi
• Fungsi ginjal : untuk mengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengekskresikan zat
terlarut dan air secara selektif
• 3 proses utama dalam ginjal adalah filtrasi, reabsorbsi, dan ekskresi.
(Callaghan, 2009).
URETER
• Ureter merupakan saluran otot polos kecil yang menghu-
bungkan ginjal ke kandung kemih.
• Panjang ureter adalah 25-30 cm dan berdiameter 1-10 mm
• Ureter menembus dinding kandung kemih sekitar 2 cm
sebelum akhirnya bermuara. Hal ini untuk mencegah
adanya aliran balik urin ke ginjal jika terjadi peningkatan
tekanan di
kandung kemih.
• Dinding ureter berkontraksi untuk mendorong urin masuk
kedalam kandung kemih.

(Guyton, 2000)
KANDUNG KEMIH
• Pada pria kandung kemih terletak di anterior rektum
semen- tara pada wanita berada di anterior vagina dan
inferior uterus.
• Kandung kemih merupakan kantung berongga yang dapat
me-renggang sesuai dengan volumenya dengan cara
mengubah status kontraktil otot polos di dindingnya.
• Di kandung kemih ada otot sfingter yang terdiri dari otot
polos dan berada di bawah kontrol saraf tidak sadar. Waktu
kandung kemih kosong, sfingter akan menutupi pintu
keluar kandung kemih.

(Moffat dan Faiz,


2004).
URETRA
• Uretra pada laki laki panjangnya sekitar 13,7 -16,2 cm sedangkan uretra
pada wanita panjangnya 3,7 – 6,2 cm.
• Pada uretra terdapat sfingter di bagian atas (interna) dan bagian bawah
(externa)
• Uretra pada pria dibagi 3 yaitu :
Uretra pars prostatika
Berukuran 3 cm
Uretra pars membranosa
Berukuran 2 cm
Uretra pars penis
Sekitar 15 cm

• Fungsi : menyalurkan urine dari kandung kemih ke bagian luar tubuh

(Moffat dan Faiz, 2004).


ngertian Infeksi Saluran Kemih Dan Gejalan
Pengertian
• Infeksi saluran kemih merupakan suatu keadaan dimana
mikroorganisme dalam urin melebihi batas normal sehingga dapat
menginvasi saluran kemih. Batars normal dalam urin dibawah
100.000 unit per m urin. Namun wanita dapat mengalami infeksi
saluran kemih meskipun mikroorganisme pada urinnya kurang dari
100.000 unit per mL (Dipiro et al, 2005).
• Hal ini dikarenakan panjang uretra wanita (1,5 inci) lebih pendek
dari uretra pria (8 inci) (Price dan Wilson,1995).
Gejala
Pielonofritis akut
· Memiliki gelaja sistemik seperti demam hingga 39 o C
· Malaise (lemas atau kurang fit)
· Disuria (terasa sakit saat buang air kecil)
· Nyeri pinggang
· Frequency (sering buang air kecil)
· Urgency(tidak tertahan)
Sistitis akut
· Disuria
· Inkontinensia(buang air kecil tidak terkontrol)
· Hematuria makroskopis (darah dalam urine)
· Frequency· Urgency
(Davey, 2005)
GEJALA UMUM ISK
Demam, Mual, Muntah
1

2
Nyeri pinggang, Sering ingin kencing

3
Hematuria (adanya darah dalam urin)

Menggigil, Nyeri Suprapubik, Disuria


4
(Shulman et al, 1975)
Patofisiologi dan Faktor Resiko
Morfologi E.Coli

Gram negative

- Bagian dari family Enterobacteriaceae


Merupakan flora normal usus
ukuran sel ;2,-6 mikrometer dengan lebar 1,1-
15 mikrometer. bergerak dengan flagella
mempunyai phili atau fimbria ( Bert,2004)
Faktor Resiko
• Jenis kelamin perempuan
• Abnormalitas anatomi
• Toilet training
• Disfungsi berkemih
• Uropati destruktif
• Membasuh dari belakang kedepan pada perempuan
ketidakmampuan atau kegagalan kandungkemih untuk
mengosongkan isinya secara sempurna
• Penurunan daya tahan tubuh
• Peralatann yang dipasang pada saluran perkemihan
seperti kateter dan prosedur sistoskopi (Stamm
WE,1994.)
Patofisiologi
• Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya perkembangbiakan mikroorganisme
patogenik dalam saluran kemih yang mana seharusnya bebas dari bakteri.

• Mikroorganisme ini dapat masuk kedalam tubuh melalui : kontak langsung,


Ascending, hematogen, dan limfogen. ( Samirah,2006)

• Penyebab utama terjadinya ISK adalah bakteri E. coli, bakteri ini merupakan bakteri
flora normal pada sistem pencernaan manusia, apabila bakteri ini masuk kedalam
saluran kemih, akan terjadi infeksi yang disebut infeksi saluran kemih.

• Bakteri dalam urin dapat berasal dari ginjal, pielum, ureter dan uretra.
Patofisiologi

• ASCENDING ; kuman penyebab isk umumnya adalah kuman yang berasal dari flora
normal usus. Infeksi secara ascending (naik ) dapat terjadi melalui :

-Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introtous vagina.


-Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih.
-Naiknya kandung kemih ke ginjal. (israr,2009)

• Hematogen ; (descending) disebut demikian jika sudah terjadi infeksi diginjal


sebelumnya yang menyebabkan penularan infeksi sampaikandung kemih melalui
peradaran darah.
Patofisiologi

• Limfatogen (jalur limfatik); jika masuknya organisme kedalam saluran kemih melaui
sistem yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal, tetapi hal ini jarang
terjadi. (Coyle dan Prince,2009)

• Dari kontak langsung; apabila terjadi infeksi yang disebabkan paparan langsung dari
organ yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagi akibat dari pemakaian
kateter. (Israr,2009)
Patofisiologi

• Bakteri E. Coli yang menyebabkan ISK disebut dengan Urophatogenic E. coli ( UPEC).
UPEC memiliki beberapa faktor virulensi yang memungkinkan mereka untuk dapat
berkolonisasi pada mukosa uropitelium yang melukai, melumpuhkan mekanisme
pertahanan inang, memicu respon inflamasi inang dan akhirnya berlanjut
menyebabkan infeksi pada saluran kemih. (Tenke,et al 2011)

• Hal ini disebabkan bakteri E. coli memiliki pili atau fimbria yang dapat membuat
bakteri mudah menempel pada reseptor spesifik epitel saluran kemih yaitu sejenis
karbohidrat yang berisi glikolipid galaktosa a 1-4 galaktosa b ( Gal-Gal positive )
Diagnosis
Prosedur dan tes yang dilakukan untuk mendiagnosa ISK ada 4:

1. Analisa Sampel Urin


Sampel urin akan dibawa ke lab untuk dianalisa dan melihat bakteri pada sel darah
putih dan merah. Tes ini dilakukan untuk mencegah adanya potensi kontaminasi bakteri.
2. Kultur Bakter di Lab
Setelah melakukan analisa urin, dengan hasil positif bakteri, sampel tersebut dibiakkan bakterinya
sehingga diketahui bakteri yang menginfeksi adalah bakteri tipe apa.
3. Penggunaan CT-Scan dan MRI
Diagnosa ini dilakukan ketika dokter melihat adanya abnormalitas dari sistem saluran
kemih.
4. Deteksi Bakteri Menggunakan Mikroskopis Urin
Tes ini dilakukan jika pasien sudah pernah mengalami ISK dan mengalami keluhan
yang sama.
erapi Farmakologi dan Mekanisme Kerja Oba
KATEGORI OBAT UNTUK IBU HAMIL
• Kategori A
Obat yang terkategori A merupakan obat-obat yang cukup aman dikonsumsi ibu hamil. Studi menunjukkan
bahwa obat kategori ini tidak menyebabkan risiko kehamilan atau malformasi pada trimester pertama.

• Kategori B
Kategori ini meliputi obat-obat yang masih jarang dikonsumsi ibu hamil namun juga tidak menunjukkan
adanya efek malformasi bagi janin. Studi reproduksi hewan telah gagal menunjukkan risiko pada janin.

• Kategori C
Obat kategori ini bisa berdampak buruk pada janin namun biasanya dampaknya bisa membaik kembali.
Studi reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin, tetapi karena manfaat potensial mungkin
beberapa ibu hamil memerlukan penggunaan obat ini.
PILIHAN
TERAPI
UNTUK IBU
HAMIL
• Pilihan antibiotik harus disesuaikan dengan organisme yang umum
menginfeksi (contoh : Bakteri Gram negatif di gastrointestinal).
• Menurut sejarah, Ampisilin dapat mengobati ISK tetapi seiring
berjalannya waktu, terjadi banyak kasus resisten terhadap Ampisilin.
• Nitrofurantoin (Macrodantin) adalah pilihan yang baik karena
konsentrasinya yang tinggi di saluran urin.
• Sepalosforin dapat menjadi alternatif karena teruji dapat memberikan
terapi
• Sulfonamid bisa dikonsumsi selama trimester pertama dan kedua, tetapi
ketika digunakan pada trimester ketiga dapar memberi risiko kenikterus
pada ibu hamil.
• Antibiotik lain seperti fluoroquinolones and tetracyclines tidak boleh
diberikan karena terdapat kemungkinan meracuni fetus.
(John & Michael, 2000)
MEKANISME NITROFURANTOIN
• Nitrofurantoin adalah antibiotik jenis bakterisida dengan mekanisme di berbagai
tempat penyerangan. Nitrofurantoin dapat menginhibisi translasi ribosomal,
merusak DNA bakteri, dan mengganggu kerja siklus krebs (Bennet, et al., 2015).
• Nitrofurantoin dikonversikan oleh metabolisme nitroreduktase yang ada pada
bakteri menjadi senyawa elektrofilik yang sangat reaktif sehingga menyerang
protein ribosom bakteri, dan menyebabkan inhibisi total dari sintesis protein
(Bennet, et al., 2015).
• Nitrofurantoin dikatakan aman jika digunakan oleh selama kehamilan, tetapi perl
dihindari ketika usia kehamilan > 36 minggu. Hal ini karena adanya kemungkinan
hemolitik anemia pada kelahiran pertama karena enzim eritrosit yang belum
matang (glutathione belum stabil) (CSK, 2009).
MEKANISME AMOXCILLIN
• Amoksisilin berikatan dengan protein pengikat penisilin 1A (PBP-1A)
yang terletak di dalam dinding sel bakteri. Penisilin asilat domain C-
terminal transeptidase sensitif-penisilin dengan membuka cincin
laktam. Inaktivasi enzim ini mencegah pembentukan ikatan silang dua
untai peptidoglikan linier, menghambat tahap ketiga dan terakhir dari
sintesis dinding sel bakteri. Sel lisis kemudian dimediasi oleh enzim
autolitik dinding sel bakteri seperti autolysins; amoksisilin dapat
mengganggu inhibitor autolysin. (Drugbank, 2005)
MEKANISME AMOXCILLIN-
CLAVUNALATE
• Amoksisilin berikatan dengan protein pengikat penisilin dalam dinding
sel bakteri dan menghambat sintesis dinding sel bakteri.
• Asam klavulanat adalah β-laktam, yang secara struktural terkait
dengan penisilin, yang dapat menonaktifkan beberapa Enzim β-
laktamase
(FDA, 2013)
MEKANISME CEPHALEXINE
• Sefaleksin adalah antibiotik sefalosporin generasi
pertama. Sefalosporin mengandung beta laktam dan
dihidrothiazide. Tidak seperti penisilin, sefalosprin lebih tahan
terhadap aksi beta laktamase. Cephalexin menghambat sintesis
dinding sel bakteri, menyebabkan kerusakan dan akhirnya kematian
sel. (Drugbank, 2005)
MEKANISME CEFPODOXIME
• Cefpodoxime aktif terhadap spektrum luas bakteri Gram-positif dan
Gram-negatif. Cefpodoxime stabil di hadapan enzim beta-
laktamase. Akibatnya, banyak organisme yang resisten terhadap
penisilin dan sefalosporin, karena produksi beta-laktamase, mungkin
rentan terhadap cefpodoxime. Cefpodoxime tidak aktif oleh beta-
laktamase spektrum luas tertentu. Aktivitas bakterisida dari
cefpodoxime dihasilkan dari penghambatan sintesis dinding
sel. Metabolit aktif cefpodoxime berikatan dengan protein pengikat
penisilin 3, yang menghambat produksi peptidoglikan, unsur utama
dinding sel bakteri. (Drugbank, 2005)
MEKANISME FOSFOMYCIN
• Fosfomycin adalah analog fosfoenolpiruvat yang diproduksi oleh
Streptomyces yang secara ireversibel menghambat transferase
enolpyruvat (MurA), yang mencegah pembentukan asam N-
asetilmuramat, elemen penting dari dinding sel peptidoglikan
(Drugbank, 2005)
EFEK SAMPING
EFEK SAMPING NITROFURANTOIN
• Demam
• Menggigil
• Hilang nafsu makan (ES Amoksisilin dan Eritromisin)
• Muncul ruam pada kulit (ES Eritromisin)
• Gatal-gatal
• Sakit kepala
• Perubahan warna kulit wajah
• Kesulitan menelan

• Batuk
• Nyeri dada
• Sesak napas
• Mual dan muntah (ES Amoksisilin dan Eritromisin)
• Sakit perut (ES Amoksisilin dan Eritromisin)
• Diare (ES Amoksisilin dan Eritromisin)
• Perubahan warna urine
• Nyeri otot dan sendi
• Bengkak pada wajah, mulut, tangan dan kaki

(Willy, 2019)
MONITORING TERAPI
• Monitoring terapi dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang dialami pasien. Jika gejala-gejala seperti nyeri
buang air kecil hilang, maka bisa dikatakan pasian sudah sembuh (Satriyo, 2017).

Berikut adalah titik monitoring pasien :


• 1. Monitoring terhadap gejala subjektif seperti demam dan rasa nyeri. Jika pasien masih mengeluhkan nyeri,
dapat diresepkan/diberikan parasetamol.

• 2. Monitoring terhadap data- data laboratorium seperti tekanan darah, nadi, respiratory rate, hemoglobin,
trombosit, leukosit, dan kreatinin. Diperlukan pemantauan secara berkala tekanan darahnya untuk melihat
apakah selama terapi tekanan darah meningkat atau tidak. Kadar hemoglobin pasien berada dibatas bawah
normal, sehingga harus dipantau agar tidak terjadi penurunan kadar hemoglobin. Bila kadar hemoglobin
menurun dapat dilakukan transfusi darah dan perlu di dukung dengan terapi nonfarmakologi. Kadar kreatinin
juga dipantau. Apabila sudah lebih dari 1mg/dL, harus dilakukan pemerikasaan ginjal. Semakin tinggi
kadar kreatinin hal tersebut adalah tanda kerusakan ginjal telah terjadi, dan kerusakan tersebut bisa
diakibatkan oleh bakteri E.coli yang sudah mencapai ginjal.
• 3. Monitoring terhadap penggunaan antibiotik. Jika setelah penggunaan
antibiotik, jika masih terjadi infeksi setelah antibiotik resep pertama
dihabiskan, maka antibiotik perlu diganti
• 4. Monitoring efek samping obat yang mungkin timbul selama terapi
dijalankan. Jika efek samping dari obat yang digunakan tidak dapat
ditoleransi maka obat dapat diganti dengan obat lain yang masih satu
golongan terapi.
• 5. Monitoring juga dilakukan terhadap penyakit infeksi saluran kemih
(apakah pasien masih terinfeksi) dengan melakukan kultur bakteri
didalam urin. Kika dari hasil kultur jumlah bakteri <10.000 CFU/ml
maka pasien dinyatakan hanya terkontaminasi dan pada keadaan ini
pasien tidak perlu diterapi dengan antibiotik, tetapi jika jumlah bakteri
>10.000 CFU/ml maka pasien dinyatakan masih terinfeksi oleh bakteri dan
terapi perlu dilanjutkan.
Apa terapi yang disarankan untuk
wanita tersebut?
1. Menjaga kebersihan alat kelamin
2. Membersihkan alat kelamin (cebok) dari arah depan ke belakang
3. Buang air kecil sebelum dan setelah berhubungan intim
4. Jangan suka menahan buang air kecil
5. Perbanyak minum air putih untuk irigasi bakteri patogen
6. Penuhi asupan gizi terutama yang membangun sistem imun tubuh

(Savitri, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Bennet, J.E., Dolin, R., dan Blaser, M.J. 2015. Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and Practice of Infectious
Diseases. Edisi VIII. Philadelphia : Elsevier Saunders.
Callaghan, C. 2009. Sistem Ginjal Edisi II. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Clinical Knowledge Summaries (CKS). 2009. Urinary tract infection (lower) – women. Tersedia online pada :
www.cks.nhs.uk/urinary_tract_infection_lower_women [Diakses pada 5 November 2019]
Coyle dan Prince,2009.Urinary Tract Infections and Prostatitis:In Dipiro J.T., et al. Pharmacotheraphy a
Pathophsycological Approach,7th Edition
Davey, P. 2005. At a Galance Medicine hal 50. Jakarta: Erlangga.
Dipiro, Joseph T . 2005. Pharmacotherapy: A Pathophisiology Approach, 3rd Edition. New York: McGraw Hill.
Drugbank. 2005. Amoxcillin. Tersedia online di https://www.drugbank.ca/drugs/DB01060. Diakses pada tanggal 4
November 2019
Drugbank. 2005. Cefpodoxime. Tersedia online di https://www.drugbank.ca/drugs/DB01416 . Diakses pada tanggal 4
November 2019

Drugbank. 2005. Cephalexine. Tersedia online di https://www.drugbank.ca/drugs/DB00567 . Diakses pada tanggal 4


November 2019

Drugbank. 2005. Fosfomycin. Tersedia online di https://www.drugbank.ca/drugs/DB00828 . Diakses pada tanggal 4


November 2019

FDA. 2013. Augmentin XR. Tersedia online di


https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2013/050785s014lbl.pdf. Diakses pada tanggal 4 November
2019

Guyton. 2000. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi III. Jakarta: EGC.

John, E. D., dan Michael, L. L. 2000. Urinary Tract Infections During Pregnancy. American Family Physician. Vol.
61(3):713-720.
Lee, H. S. dan Le, J. 2018. Urinary Tract Infection. PSAP 2018 BOOK 1. Vol.1 : 1 – 22
Price, S,A., Wilson, L, M. 1994. Patofisiologis Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi IV. Jakarta: EGC.

Moffat, D., Faiz, O. 2004. At a glance anatomy. Jakarta: Erlangga.


Bert. Howard C. 2004. E. Coli In Motion, Biological and Medical PhysicsBiomedical Engineering. New York : Springer
Verlag AIP Press.

Kurniawan dan Israr,2009,Pneumonia pada Dewasa.Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Samirah,Darwati dan Windarwati.2006.Pola Sensivitas Kuman di Penderita Infeksi Saluran Kemih. Indonesian Journal of
Cliniical Pathology and Medical Laboratory; Vol 12(3):110-113

Satriyo, J. 2017. Ciri-Ciri ISK Sudah Sembuh. Tersedia online pada : https://www.alodokter.com/komunitas/topic/isk-59
[Diakses pada 5 November 2019]

Savitri, T. 2018. Bahayanya Jika Ibu Hamil Terkena Infeksi Saluran Kemih. Tersedia online pada :
https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/isk-pada-ibu-hamil-saluran-kemih/ [Diakses pada 5 November 2019].
Stamm WE,1994.Urinary Tract Infection. Dalam: Greenberg.,Cheny AK.,Coffman TM. Sandiego:National Kidney
Foundation.
Tenke,P.,Koves B, Nagy K., Uehara,S.,Kumon,H.,J,Hultgren.,Hung dan Mendling W.2011.Biofilm and Urogenital
Infections.Chapter 9.Open Access

Willy, T. 2019. Nitrofurantoin. Tersedian online pada : https://www.alodokter.com/nitrofurantoin [Diakses pada 5


November 2019].

Anda mungkin juga menyukai