Operation theatre, pada awalnya merupakan tempat dimana mahasiswa kedokteran mengamati kegiatan bedah yang sedang berlangsung. Saat ini istilah ‘operation theatre’ juga digunakan untuk mengacu kepada Ruang Operasi biasa yang memiliki kelengkapan mutakhir. Operasi / pembedahan adalah spesialisasi medis yang menggunakan manual operatif dan instrumen/peralatan teknis pada pasien untuk menyelidiki atau mengobati kondisi pathologi seperti penyakit ataupun kecelakaan untuk membantu memperbaiki fungsi dan tampilan tubuh. Sebuah kamar bedah/operasi bisa jadi merupakan ruangan paling istimewa di rumah sakit. Pengelolaannya bisa dibilang paling khusus dibanding ruangan lain pada umumnya. Di tempat itu segala tindakan invasif bisa dilakukan terhadap tubuh manusia. Untuk menjamin tindakan operasi berjalan dengan lancar dan meminimalisir faktor-faktor pengganggu, maka perlu dilakukan pengendalian kamar operasi yang baik. Jenis-jenis operasi/bedah dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Operasi Elektif (Elective surgery). Untuk memperbaiki kondisi yang tidak membahayakan jiwa pasien dan dilaksanakan atas permintaan pasien. 2. Operasi darurat (Emergency surgery). Tindakan yang harus dilakukan dengan segera untuk menyelamatkan nyawa pasien. 3. Operasi Explorasi.(Exploratory surgery). Dilakukan untuk membantu mengkonfirmasi suatu diagnosa. 4. Operasi Therapi (Therapeutic surgery). Menangani kondisi-kondisi yang telah diiagnosa sebelumnya dalam Operasi eksplorasi. 5. Operasi Rekonstruktif (Reconstructive surgery). Rekonstruksi bagian tubuh yang luka, termutilasi maupun cacat (deform). 6. Operasi Kosmetik (Cosmetic surgery). Dilakukan untuk meningkatkan penampilan struktur tubuh yang dianggap tidak normal. 7. Operasi Pengangkatan (Excision). Pemotongan organ, selaput atau bagian tubuh lain dari tubuh pasien misalnya operasi pengangkatan tumor. 8. Amputasi (Amputation). Pemotongan bagian tubuh. Biasanya jari, lengan dan tungkai. 9. Replantasi (Replantation) involves reattaching a severed body part. Transplantasi (Transplant). Penggantian organ atau bagain tubuh dari donor kepada pasien. 10.Operasi yang disebut berdasarkan sistem organ atau struktur. Misalnya Operasi Jantung, Operasi Orthopedi, dan sebagainya. 11.Operasi Invasif Minimal (Minimally invasive surgery). Tindakan bedah yang tidak membutuhkan sayatan lebar dalam melakukan eksplorasinya tetapi memerlukan alat bantu kamera, monitor dan instrumen-instrumen khusus. 12.Operasi Laser (Laser surgery). Penggunaan laser untuk memotong selaput. 13.Bedah Mikro (Microsurgery). Penggunaan Mikroskop Operasi untuk membedah struktur kecil dalam tubuh. 14.Operasi Robot (Robotic surgery). Penggunaan Robot Bedah seperti Da Vinci atau Sistem Bedah Zeus, untuk mengontrol instrumen dibawah pengarahan ahli bedah. Praktek bedah membutuhkan penanganan yang serius yang harus dilakukan karena menyangkut nyawa manusia. Issue utama dalam ruang bedah adalah; lingkungan dan prosedur dalam pembedahan dilaksanakan berdasarkan Prinsip Teknik Aseptik, dimana ada pemisahan yang tegas antara steril (bebas mikroorganisme) dengan non-steril. Semua instrumen yang digunakan dalam operasi harus disterilisasi. Jika terdapat kejadian dimana instrumen operasi terkontaminasi, maka harus segera diganti atau disterilisasi ulang. Beberapa ketentuan mendasar kamar operasi/bedah: A. Letak Ruang: 1. Strategis (mudah dijangkau dari semua bangsal rawat inap terutama yang berhubungan dengan bedah/kandungan dan ruang intensif). 2. Jauh dari tempat pembuangan, arealnya terang, mampu bangunannya bertahan min 10 tahun. 3. Diupayakan jauh dari areal publik, setidaknya dipisahkan oleh ruang ‘persiapan’ (tempat penerimaan pasien sebelum masuk ke ruang operasi). untuk mencegah masuknya orang yang tidak berkepentingan dalam pelaksanaan suatu operasi 4. Harus kedap suara B. Luasan: 1. Minimum 30m2, lebih baik jika 40-50m2. 2. Ruang operasi harus dapat menampung sebuah meja operasi, peralatan anastesi, tabung oksigen, standar infuse, monitor,lampu opersi,meja instrument. C. Utilitas: 1. Memiliki sistem gas sentral dan buangan gas anestesi. 2. Penerangan ruangan harus optimal. Lampu pada bagian plafond harus tertutup rata. Menghindari adanya reaksi yang dapat menimbulkan ledakan terhadap tabung oksigen. 3. Adanya tenaga listrik cadangan guna mengantisipasi gangguan listrik. Cahaya minimal bertahan 3 jam saat operasi berlangsung. 4. Tempat cuci tangan dan pencucian alat yang terpisah. 5. Teknik ventilasi udara dengan system filterisasi, pengenceran udara, pegantian udara untuk sterilisasi. D. Sirkulasi: 1. Pemisahan jalur, antara jalur masuk dan ke luar bahan linen dan instrumen kotor. 2. Akan lebih baik tempat pengeluaran bahan kotor langsung berhubungan dengan outdoor. 3. Pintu-pintu ruang operasi sebaiknya tidak mempersempit ruangan operasi. E. Konstruksi: 1. Material pelapis dinding dan lantai harus tahan lama dan mudah dibersihkan dari kotoran berat, terutama kotor karena bahan kimia serta bercak darah. 2. Dinding dan lantai kedap air. 3. Tidak membentuk bagian-bagian yang sulit untuk dibersihkan baik pada bagian dinding, lantai, penyekat dan plafon, termasuk bentukan sudut, yang dikhawatirkan bisa menjadi sarang bagi penyebab infeksi nosokomial. 4. Lantai menggunakan pelapis khusus atau pada lantai dengan bahan keramik diberi tambahan plint lengkung (wall plint) dan sealer pada area kolotan. 5. F. Maintenance: 6. Pemeriksaan kultur secara rutin sekurangnya 6 bulan sekali. 7. Penyinaran dengan UV secara rutin untuk keperluan suci-hama. 8. Material pintu & jendela dari alumunium / hollow metal agar mudah dibersihkan. Bagian pertemuannya diberi sealant. G. Penghawaan: 1. Tekanan udara positif dibutuhkan untuk menjamin kelembaban dan mencegah masuknya kuman yang berterbangan melalui udara masuk ke dalam ruang operasi. (Idealnya tekanan udara di ruang operasi lebih tinggi 0,013 cm tekanan air dari sekitarnya seperti: koridor, scrub area & ruang substeril) AC dengan fitur & filter khusus. 2. Kelembaban udara dijaga antara 30% sampai 60% (lebih baik jika dipertahankan pada 50-55%). Standar dan Persyaratan Kamar Operasi (sumber: Pedoman Penilaian Instrumen Self Assessment Akreditasi RS Depkes RI, Dirjen Yanmed, Direktorat RS Khusus dan Swasta, Subdir, Perizinan dan Akreditasi, 1999) 1. Mudah dicapai , baik kasus rutin maupun kasus darurat 2. Penerimaan pasien berdekatan dengan perbatasan daerah steril dan non steril 3. Ada kebebasan bergerak bagi tempat tidur (brankar) pasien dengan sedikit persimpangan 4. Ada batas yang jelas antara daerah steril dan non steril yang dibuat sedemikian rupa sehingga mendorong peningkatan pemakaian baju steril 5. Kamar yang tenang, tempat pasien menunggu tindakan anestesi, dan dilengkapai dengan fasilitas induksi anastesi 6. Kamar pulih (recovery room) 7. Ruang ganti pria dan wanita yang terpisah 8. kamar operasi yang berhubungan langsung dengan kamar induksi 9. Ruang yang cukup untuk menyimpan peralatan, linnen, obat/farmasi, termasuk bahan narkotik 10. Ruang untuk fungsi pendidikan dan pelatihan 11. Ruang/ tempat pengumpulan / pembuangan peralatan dan linnen bekas pakai operasi 12. Tersedia ruang istirahat dan kelengkapan yang cukup bagi petugas yang harus berada di kamar operasi dalam jangka lama (misal ;WC, makanan, minuman , ruang duduk) 13. Alat pengatur temperatur dan kelembaban yang aman bagi pasien yang dibius, peralatan ini diperiksa oleh petugas pemeliharaan (maintenance ) secara teratur. 14. Ada persediaan gas medik yang cukup 15. Ada penghisap lendir yang berfungsi baik 16. Ada stop kontak listrik yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan 17. Cukup tersedia cadangan gas medik listrik, diesel, dan penghisap lendir yang dapat bekerja bila sumber listrik utama mati 18. Standar pengkabelan yang sesuai dengan standar keamanan jantung atau tubuh 19. Standar peralatan listrik medik 20. Ada sistem pembuangan gas anestesi yang aman 21. tersedia baju pelindung terhadap sinar X 22. Ada program sterilisasi/ pembersihan 23. Perlengkapan dasar dan alat operasi yang jumlahnya cukup untuk mendukung pelayanan operasi 24. Alat untuk mendukung fasilitas bedah khusus, bila ada peralatan khusus yang dibawa sendiri oleh ahli bedahnya, maka harus ada fasilitas untuk sterilisasi cepat 25. Alat anestesi sesuai dengan standar minimal, sesuai yang direkomendasikan oleh ikatan profesi anastesi 26. Alat dan obat untuk resustasi dan gawat darurat. 27. Ada sistem pemeliharaan dan pemantauan rutin. Ada sistem perbaikan berdasarkan perkiraan keausan alat agar alat senantiasa dalam batas keamanan 28. Peralatan dasar adalah Basic Surgery Set 29. Harus ada daftar standar peralatan, jenis, dan jumlah yang ditandatangani komite medik 30. Harus ada daftar peralatan yang ada di RS dan yang dibawa oleh dokter bedah dari luar RS atau dibawa dari RS keluar ditanda tangani kepala kamar operasi. Pokok Pedoman Arsitektur Unit Bedah Medik Untuk RSU kelas C (sumber: Depkes RI, Dirjen Yanmed, Direktorat Instal. Medik) 1. Jumlah tempat tidur di ruang pemulihan (recovery room) adalah 1,5 sampai 2 kali jumlah ruang bedah 2. Sirkulasi untuk unit bedah terdiri dari : 3. Pintu masuk dan keluar untuk staf medik dan para medik (dokter, perawat, dan staf) 4. pintu masuk pasien operasi 5. sirkulasi untuk peralatan (supply dan pembuangan) 6. Jalan masuk barang barang steril harus diusahakan terpisah dari jalan keluar barang- barang dan pakaian kotor 7. Harus disediakan spoelhok untuk membuang bahan bahan bekas operasi 8. Area unit bedah sentral harus dipisahkan menjadi : 9. daerah semi steril, yaitu daerah transisi yang menjadi koridor kamar operasi dan ruangan semi steril , dalam hal ini pasien dan personil harus sudah menggunakan pakaian khusus 10. Daerah Steril yaitu daerah dimana prosedur steril diberlakukan, personil sudah harus menggunakan pakaian khusu dan masker 11. Ukuran ruang bedah minimum aalah 20 X 20 feet (6X6m ) dengan tinggi langit langit minimum m 12. Setiap 2 (dua) ruang bedah harus ada 1 (satu) ruang scrub up, dengan sistem pintu dorong dan kran sikut 13. Harus disediakan pintu keluar untuk jenasah dan bahan kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung 14. Lantai harus konduktif , untuk mencegah akumulasi muatan elektrostatik dan mudah dibersihkan 15. Lantai , dinding, dan langit langit terbuat dari bahan yang keras, mudah dibersihkan serta harus dihindarkan sudut yang tajam, kusen pintu , jendela dan bouvenlicht harus rata dalam. 16. Persyaratan ruang harus steril, tidak boleh terkontaminasi udara kotor dari luar 17. Kualitas udara harus memadai, sehingga diupayakan menggunakan filter udara 18. Pergerakan udara bertujuan untuk mengurangi tingkat kontaminasi akibat aktivitas dan penyebaran bakteri 19. Menggunakan air condition (AC) yang selalu dalam keadaan hidup (menyala). Persyaratan Kesehatan Konstruksi Ruang Operasi di Rumah Sakit (sumber: Kep. Dirjen. PPM dan PLP No. HK.00.06.6.44) 1. Dinding terbuat dari porselin atau vynil setinggi langit langit atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur 2. Berwarna putih dan terang 3. Langit langit terbuat dari bahan multipleks, dipasang rapat 4. Tinggi langit langit antara 2,70 – 3,30 m dari lantai 5. Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m 6. Lantai terbuat dari bahan yang kuat , kedap air, mudah dibersihkan, dan berwarna terang 7. Harus disediakan gelagar/ gantungan lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang terbuat / terpasang sebelum pemasangan langit langit 8. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 m dari lantai 9. Suhu udara diusahakan 22- 25° C dan kelembaban 50- 60 % 10. Pencahayaan 300- 500 lux, meja operasi 10.000- 20.000 lux 11. Ventilasi sebaiknay digunakan AC untuk setiap ruang operasi dengan pemasangan minimal 2 m dari lantai 12. Arah udara bersih yang masuk kedalam kamar operasi dari atas ke bawah 13. Semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup 14. Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara/ transisi 15. Hubungan dengan ruang scrub up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati , hubungan keruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka/ ditutup 16. Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau diatas langit langit 17. Dibawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang dipasang dibawah lantai. Formula Menghitung Jumlah Kamar Operasi Ideal Denah Prinsip dan Diagram Alur Unit Bedah Rumah Sakit Denah Prinsip dan Diagram Alur Unit Bedah Rumah Sakit Denah Prinsip dan Diagram Alur Unit Bedah Rumah Sakit Denah Prinsip Unit Bedah Rumah Sakit (Sumber: Billig, Harvey E. The Ambulatory Surgery & Outpatient Services manual, McGraw-Hill)