Kelompok 7: - Ayu Ramayanti - Devita Nur Fadillah - Hesti Rahmayani - Qamariatul Laili - Royanita Intan Mahadewi S -Salsabila Peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil atau Kudeta 23 Januari adalah peristiwa yang terjadi pada 23 Januari 1950di mana kelompok milisi Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang ada di bawah pimpinan mantan Kapten KNIL Raymond Westerling yang juga mantan komandan Depot Speciale Troepen (Pasukan Khusus) KNIL, masuk ke kota Bandung dan membunuh semua orang berseragam TNI yang mereka temui. Aksi gerombolan ini telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya oleh Westerling dan bahkan telah diketahui oleh pimpinan tertinggi militer Belanda. LATAR BELAKANG Latar belakang pemberontakan APRA ini sendiri karena keinginan Belanda untuk mengamankan kepentingan ekonominya di Indonesia dan mempertahankan sedadu Belanda dalam sistem federal. Serangan tersebut terjadi tanggal 23 Januari 1950, dimana pasukan APRA menyerbu anggota Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS/TNI). Markas Staf Divisi Siliwangi berhasil dikuasai oleh APRA dari serangan tersebut. Jumlah anggota APRA sendiri waktu itu sekitar 150 orang, dan akibat serangan ke APRIS, membuat 79 tentara Apris meninggal dunia. Pada tanggal 23 Januari 1950 di Bandung meletus peristiwa Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Latar belakang pemberontakan APRA adalah adanya friksi dalam tubuh Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) antara tentara pendukung federalis (KNIL/KL) dengan pendukung unitaris (TNI). Bekas anggota KNIL yang tetap menginginkan sebagai tentara bagi Negara Pasundan itu membentuk Angkatan Perang Ratu Adil. Mereka bahkan memberi ultimatum kepada pemerintah RIS agar tetap diakui sebagai Tentara Pasukan dan menolak segala upaya pembubaran terhadap negara bagian tersebut. Tentu, ultimatum ini ditolak pemerintah. Akhirnya, 800 orang bekas KNIL bersenjata lengkap menyerang dan menduduki Kota Bandung pada tanggal 23 Januari 1950 Gerakan APRA yang dipimpin Raymond Westerling itu berhasil membunuh ratusan prajurit Divisi Siliwangi. Westerling juga merencanakan menyerang Jakarta dengan bekerja sama dengan Sultan Hamid II untuk menculik dan membunuh para menteri RIS yang tengah bersidang. Namun, usaha ini dapat digagalkan oleh APRIS dengan mengirimkan kesatuan-kesatuan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Perdana Menteri RIS Drs. Moh. Hatta pun mengadakan perundingan dengan Komisaris Tinggi Belanda. Akhirnya, Mayor Jenderal Engels (Komandan Tentara Belanda di Bandung) mendesak Westerling agar pergi meninggalkan Kota Bandung. APRA pun berhasil dilumpuhkan oleh APRIS. Tindakan Westerling inilah yang menyebabkan tingginya tuntutan rakyat untuk kembali ke bentuk negara kesatuan TUJUAN Tujuan APRA adalah mempertahankan bentuk Negara Federal Pasundan di Indonesia dan mempertahankan adanya tentara sendiri pada setiap negara bagian Republik Indonesia Serikat. APRA mengajukan ultimatum menuntut supaya APRA diakui sebagai Tentara Pasundan dan menolak dibubarkannya Pasundan/negara Federal tersebut. Ultimatum ini tidak ditanggapi oleh pemerintah, maka pada tanggal 23 Januari 1950 di Bandung APRA melancarkan teror, APRA berhasil ditumpas. Upaya penumpasan pemberontakan APRA diantaranya: 1. Pemerintah Indonesia melancarkan operasi militer pada tanggal 24 Januari 1950. 2. Di Jakarta, diadakan perundingan antara Drs. Moh. Hatta dengan Komisaris Tinggi Belanda. Hasilnya Mayor Engels mendesak Westerling dan pasukan APRA meninggalkan kota Bandung. 3. Melakukan penangkapan terhadap Westerling dan Sultan Hamid II, namun Westerling berhasil melarikan diri ke Jakarta. Di Jakarta Westerling akan membunuh beberapa menteri. Karena akan ditangkap, Westerling melarikan diri dengan menumpang pesawat Catalina (milik AL Belanda). 4. Dampak dari gerakan APRA adalah parlemen Negara Pasundan mendesak agar negara tersebut dibubarkan dan terjadi pada tanggal 27 Januari 1950. Sekian Terima Kasih