Risiko Properti
Risiko Properti
Rata-rata = 65.18
Standar deviasi = 31.12485
• Keterangan :
1. Kolom 2 : frekuensi yang berkaitan dengan angka ( angka 24 ada diantara 13-27 yang berkaitan
dengan frekuensi 3 )
2. Kolom 3 : angka random dari 0 sampai 9999
3. Kolom 4 : nilai Z yang berkaitan ( lihat tabel kumuatif probabilitas noramal, angka yang
mendekati 0,8686 adalah 1,12 )
4. Kolom 5 : nilai kerugian ( severity ) Z = ( X - m ) / s
5. Jika m = 15 juta, standar deviasi = 2 juta, maka z= 1,12, X = ?
6. X = (1,12) X (2juta) + 15juta = 17,24 ( nilai kerugian pada baris tersebut )
7. Jika kolom3 dibawah 5000 maka nilai Z = 0,9990 – (angka random/10000)
8. Misal : pada angka sebesar 305 maka nilai Z = (0,9990 – (305/10000)) = -1,86
9. Kolom 6 : kerugian yang diharapkan ( kolom 2 x kolom 5 )
10. Keuntungan dari simulasi adalah kita bisa memasukkan scenario-skenario yang kita inginkan.
Perubahan Karakteristik Risiko Operasional
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perubahan karakteristik risiko
operasional yakni:
• Globalisasi : adanya penghilangan batasan aliran modal
• Otomatisasi : yang awalnya dilakukan secara manual dapat menggunakan
mesin untuk mempercepat efisiensi
• Teknologi : mempermudah pekerjaan manusia yang dulunya dilakukan
dengan sangat sulit (ex: basis data)
• Outsourcing : menggunakan jasa pihak luar untuk mengerjakan sebagian
dari pekerjaan perusahaan, risiko yang dapat muncul yakni kegagalan atas
pekerjaaan jasa pihak luar ini terhadap perusahaan.
• Perubahan Budaya: masyarakat yang semakin cerdas membuat
perusahaan berhati-hati terhadap risiko litigasi, yakni penuntutan pada
perusahaan apabila masyarakat merasa dirugikan
Perubahan karakteristik Risiko Operasional pada
Semen Indonesia
Globalisasi
• Risiko Kompetisi Bisnis:
Karena pengaruh globalisasi (perdagangan internasional yang semakin
mudah), PT Semen Indonesia menghadapi persaingan investasi langsung
perusahaan semen luar negeri terutama dari China. Menurut CNBC
Indonesia, saat ini ada sekitar 14 perusahaan yang memproduksi semen dari
7 perusahaan yang tercatat pada 2014. Perusahaan semen asal China
tersebut sangat ekspansif yang menyebabkan produksi semen nasional
mengalami kelebihan produksi dan berpotensi memicu terjadinya perang
harga. Salah satunya adalah PT Conch Cement Indonesia (CCI) yang telah
berniat memproduksi 10 juta ton semen per tahun di Indonesia.
Namun, PT Semen Indonesia sudah melakukan reaksi berupa pemastian
pasokan supply minimum 100% sesuai target pasar utama dengan
penerapan supply chain management, serta melakukan penetrasi ke pasar
baru yang potensial serta mengintensifkan pasar yang sudah ada.
• Otomatisasi dan Teknologi : Risiko Kerusakan Mesin
Sebagai pemimpin industri semen, PT Semen Indonesia jelas
menggunakan mesin-mesin dan peralatan canggih untuk memproduksi
berbagai produk semen mereka. Risiko yang dapat timbul adalah
output produksi tidak stabil, kerusakan mesin, atau produksi melebihi
kapasitas
• Teknologi : Risiko Kegagalan Sistem Informasi
Saat ini, perusahaan memiliki Information and Communication
Technology (ICT) untuk mendukung strategi ekspansi perusahaan.
Sistem informasi ini bertujuan untuk penyediaan sistem dan data untuk
riset pasar, forecasting dan simulasi pasar, simulasi dan portofolio
cadangan bahan baku, due diligence dalam akuisisi pabrik semen lain,
project management, operasional fasilitas produksi baru, sinergi antar
fasilitas produksi, serta monitoring, evaluasi dan konsolidasi laporan
kinerja. Risiko kegagalan sistem informasi ini merupakan hal yang paling
utama yang harus dicegah karena SI merupakan pusat data bagi
perusahaan.
Evaluasi Diri untuk Mengukur Risiko Operasional