Anda di halaman 1dari 26

RISIKO PROPERTI

1. Muhammad Akbar Dzul H. (041611233008)


2. Sahrul Fatoni (041611233040)
3. Novia Indra Permata Sari (041611233044)
4. Sulthan Hafizh Muhammad (041611233050)
5. Nova Aliya Faizah (041611233061)
6. Tamadhanty Ardian (041611233117)
Definisi Risiko Operasional
• Risiko operasional dapat dikatakan sebagai risiko yang ‘inherent’,
yaitu risiko yang muncul karena perusahaan menjalankan bisnisnya.
• Basel II mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang timbul
karena kegagalan dari proses internal, manusia, sistem, atau dari
kejadian eksternal.
Pengukuran Risiko Operasional
• Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko
• Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari risiko tersebut
Menghitung Kerugian Yang Diharapkan
• PERHITUNGAN LANGSUNG
Untuk menghitung kerugian yang diharapkan jika risiko tertentu
muncul dapat menggunakan kerangka probabilitas ( frekuensi ) dan
severity.
Kerugian yang diharapkan = frekuensi ( probabilitas ) x severity
(besarnya kerugian )
Frekuensi Nilai kerugian ( Rp )
Januari 4 12.000.000
Februari 6 11.000.000
Maret 5 12.000.000
April 4 11.000.000
Mei 6 15.000.000
Juni 7 14.000.000
Juli 5 13.000.000
Agustus 6 12.000.000
September 4 13.000.000
Oktober 5 12.000.000
November 6 14.000.000
Desember 5 13.000.000
Jumlah 63 152.000.000
Rata-rata 5,25 12.666.667
Nilai kerugian perkecelakaan 2.412.698
• pengumpulan data historis untuk melihat lapangan kerja selama 12 bulan
• Dari data diatas menunjukkan bahwa rata-rata kecelakaan setiap bulannya
adalah 5,2 kali, dengan rata-rata kerugian sekitar Rp 12,6 juta perbulannya
atau Rp 2.412.698 ( 152.000.000/63)
• Untuk mengetahui nilai kerugian yang diharapkan untuk bulan mendatang :
• Nilai kerugian yang diharapkan = ( frekuensi ) x ( severity )
= 5,25 x Rp 2,4 juta = Rp 12,6 juta
• Frekuensi yang diperkirakan menggunakan nilai rata-rata dari frekuensi
kecelakaan setiap bulannya, yaitu 5,25 kali. Severity per kejadian
menggunakan nilai kerugian per-peristiwa yaitu sekitar Rp 2,4 juta.
• PENDEKATAN ANALITIS UNTUK MENGHITUNG KERUGIAN YANG
DIHARAPKAN
• Dengan mengasumsikan distribusi tertentu ( biasanya normal ) dari
kerugian yang akan terjadi. Keuntungan dari distribusi normal adalah
bisa melakukan berbagai hal hanya dengan mengetahui nilai yang
diharapkan dan standar deviasinya.
• PENDEKATAN SIMULASI
Misalkan setelah mengevaluasi frekuensi munculnya kejadian yang
merugikan dapat disimpulkan bahwa distribusi Poisson bisa
menjelaskan frekuensi munculnya kejadian yang merugikan, dengan
nilai yang diharapkan adalah 5 kali terjadinya peristiwa tersebut
disetiap bulannya. Kemudian melakukan evaluasi danseverity kerugian,
dan menyimpulkan bahwa distribusi normal bisa
menjelaskan severity kerugian di masa lalu. Misalkan kerugian rata-rata
per peristiwa kerugian adalah Rp 15 juta dengan standar deviasi Rp 2
juta.
• Probabilitas Distribusi Poisson (mean = 5 )
Probabilitas Angka untuk
Frekuensi Probabilitas
Kumulatif Simulasi
0 0,0067 0,0067 0
1 0,0337 0,0404 1-4
2 0,0842 0,1246 5-12
3 0,1404 0,2650 13-27
4 0,1755 0,4405 28-44
5 0,1755 0,6160 45-62
6 0,1462 0,7622 62-76
7 0,1044 0,8666 77-86
8 0,0653 0,9319 87-93
9 0,0363 0,9682 94-96
10 0,0181 0,9863 96-97
11 0,0082 0,9945 97
12 0,0034 0,9979 98
13 0,0013 0,9992 99
14 0,0005 0,9997 -
15 0,0002 0,9999 -
0,9999
• Keterangan :
1. Kolom 2: distribusi probablitas Poisson dengan nilai yang
diharapkan 5
2. Kolom 3 : probabilitas kumulatif ( baris 1, nilainya 0,0404 = 0,0067 +
0,0337 )
3. Kolom 4 : angka 0-99 untuk mewakili angka yang akan disimulasikan
4. Untuk frekuensi 14 dan 15, probabilitas dianggap 0, sehingga tidak
ada angka di dalam kolom 4
• Berdasarkan data di atas dapat dilakukan simulasi dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
• Menghasilkan angka random untuk frekuensi munculnya kerugian dengan
menggunakan distribusi Poisson dengan nilai yang diharapkan adalah 5
• Menghasilkan angka random untuk severity kerugian dengan menggunakan distribusi
normal
• Mengalihkan frekuensi dengan severity untuk menghasilkan total kerugian yang
diharapkan pada periode tertentu ( bulanan )
• Mengulangi langkah 1 sampai dengan 3 beberapa kali ( misal 100 kali atau 1000 kali )
• Misalkan menghasilkan 10 angka random untuk 1 dan 2 ( simulasi dengan 10 run ).
Untuk langkah 1, 10 angka random tersebut bisa dilihat pada kolom 1 pada tabel
dibawah ini
Angka Frekuensi Angka Random ( Kerugian
random yang probabilitas Severit yang
Nilai Z y
probabilitas diberikan normal kumulatif ) diharapkan
1 2 3 4 5 6
24 3 8693 1.12 17.24 51.72
34 4 6259 0.32 15.64 62.56
30 4 7768 0.76 16.52 66.08
98 12 305 -1.86 11.28 135.36
29 4 4289 -0.18 14.64 58.56
71 6 5813 0.21 15.42 92.52
3 1 8587 1.07 17.14 17.14
40 4 5495 0.12 15.24 60.96
20 3 3769 -0.31 14.38 43.14
36 4 6822 0.47 15.94 63.76

Rata-rata = 65.18
Standar deviasi = 31.12485
• Keterangan :
1. Kolom 2 : frekuensi yang berkaitan dengan angka ( angka 24 ada diantara 13-27 yang berkaitan
dengan frekuensi 3 )
2. Kolom 3 : angka random dari 0 sampai 9999
3. Kolom 4 : nilai Z yang berkaitan ( lihat tabel kumuatif probabilitas noramal, angka yang
mendekati 0,8686 adalah 1,12 )
4. Kolom 5 : nilai kerugian ( severity ) Z = ( X - m ) / s
5. Jika m = 15 juta, standar deviasi = 2 juta, maka z= 1,12, X = ?
6. X = (1,12) X (2juta) + 15juta = 17,24 ( nilai kerugian pada baris tersebut )
7. Jika kolom3 dibawah 5000 maka nilai Z = 0,9990 – (angka random/10000)
8. Misal : pada angka sebesar 305 maka nilai Z = (0,9990 – (305/10000)) = -1,86
9. Kolom 6 : kerugian yang diharapkan ( kolom 2 x kolom 5 )
10. Keuntungan dari simulasi adalah kita bisa memasukkan scenario-skenario yang kita inginkan.
Perubahan Karakteristik Risiko Operasional
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perubahan karakteristik risiko
operasional yakni:
• Globalisasi : adanya penghilangan batasan aliran modal
• Otomatisasi : yang awalnya dilakukan secara manual dapat menggunakan
mesin untuk mempercepat efisiensi
• Teknologi : mempermudah pekerjaan manusia yang dulunya dilakukan
dengan sangat sulit (ex: basis data)
• Outsourcing : menggunakan jasa pihak luar untuk mengerjakan sebagian
dari pekerjaan perusahaan, risiko yang dapat muncul yakni kegagalan atas
pekerjaaan jasa pihak luar ini terhadap perusahaan.
• Perubahan Budaya: masyarakat yang semakin cerdas membuat
perusahaan berhati-hati terhadap risiko litigasi, yakni penuntutan pada
perusahaan apabila masyarakat merasa dirugikan
Perubahan karakteristik Risiko Operasional pada
Semen Indonesia
Globalisasi
• Risiko Kompetisi Bisnis:
Karena pengaruh globalisasi (perdagangan internasional yang semakin
mudah), PT Semen Indonesia menghadapi persaingan investasi langsung
perusahaan semen luar negeri terutama dari China. Menurut CNBC
Indonesia, saat ini ada sekitar 14 perusahaan yang memproduksi semen dari
7 perusahaan yang tercatat pada 2014. Perusahaan semen asal China
tersebut sangat ekspansif yang menyebabkan produksi semen nasional
mengalami kelebihan produksi dan berpotensi memicu terjadinya perang
harga. Salah satunya adalah PT Conch Cement Indonesia (CCI) yang telah
berniat memproduksi 10 juta ton semen per tahun di Indonesia.
Namun, PT Semen Indonesia sudah melakukan reaksi berupa pemastian
pasokan supply minimum 100% sesuai target pasar utama dengan
penerapan supply chain management, serta melakukan penetrasi ke pasar
baru yang potensial serta mengintensifkan pasar yang sudah ada.
• Otomatisasi dan Teknologi : Risiko Kerusakan Mesin
Sebagai pemimpin industri semen, PT Semen Indonesia jelas
menggunakan mesin-mesin dan peralatan canggih untuk memproduksi
berbagai produk semen mereka. Risiko yang dapat timbul adalah
output produksi tidak stabil, kerusakan mesin, atau produksi melebihi
kapasitas
• Teknologi : Risiko Kegagalan Sistem Informasi
Saat ini, perusahaan memiliki Information and Communication
Technology (ICT) untuk mendukung strategi ekspansi perusahaan.
Sistem informasi ini bertujuan untuk penyediaan sistem dan data untuk
riset pasar, forecasting dan simulasi pasar, simulasi dan portofolio
cadangan bahan baku, due diligence dalam akuisisi pabrik semen lain,
project management, operasional fasilitas produksi baru, sinergi antar
fasilitas produksi, serta monitoring, evaluasi dan konsolidasi laporan
kinerja. Risiko kegagalan sistem informasi ini merupakan hal yang paling
utama yang harus dicegah karena SI merupakan pusat data bagi
perusahaan.
Evaluasi Diri untuk Mengukur Risiko Operasional

• Self-Assessment I. Control Environment


• Kontrol lingkungan mengatur kelancaran di dalam organisasi, melalui
kontrol terhadap orang-orang di dalam organisasi. Kontrol ini
berperan sebagai fondasi dari komponen lain seperti kontrol internal,
melaksanakan disiplin, dan juga struktur.
• Self-Assessment II. Risk Assessment
• Penilaian risiko adalah identifikasi dan analisis risiko yang relevan
untuk pencapaian tujuan dan membentuk dasar untuk menentukan
bagaimana risiko harus dikelola. Prasyarat untuk penilaian risiko
adalah penetapan tujuan pada tingkat yang berbeda dan konsisten
secara internal. Karena kondisi operasi terus berubah, penilaian risiko
adalah proses yang berkelanjutan.
• Pada PT Semen Indonesia, secara periodik, pemilik proses bisnis melakukan
risk assessment dan di tahun 2012 yang telah dilengkapi dengan Key Risk
Indicator dan Key Control Indicator, yang merupakan indikator-indikator
yang digunakan untuk mendeteksi adanya potensi risiko dalam pencapaian
indikator kunci dari kinerja perusahaan (KPI). Proses risk assessment yaitu
evaluasi dan monitoringnya dilakukan secara periodik setiap tiga bulan
(kuartalan). Hasilnya disampaikan kepada Unit GRC untuk dilakukan
monitoring dan selanjutnya disampaikan kepada Unit Internal Audit. Hasil
risk assessment dinilai efektifitas dari pengendalian dan penanganannya
(mitigasi risiko) oleh Unit Internal Audit. Selain itu, hasil tersebut juga
digunakan sebagai masukan dalam melakukan audit yang berbasis risiko
(risk based audit).
• Self-Assessment III. Control Activities
• Control activities adalah kebijakan dan prosedur untuk membantu
memastikan bahwa tindakan yang diperlukan diambil untuk
mengatasi risiko terhadap pencapaian tujuan entitas. Aktivitas kontrol
terjadi di seluruh organisasi, di semua tingkatan dan di semua fungsi
yang mencakup serangkaian kegiatan beragam seperti persetujuan,
otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi, tinjauan kinerja operasi, keamanan
aset, dan pemisahan tugas.
• Self-Assessment IV. Information and Communication
• Informasi terkait harus diidentifikasi, captured, dan dikomunikasikan
dalam form dan kerangka waktu yang memungkinkan orang untuk
melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi
menghasilkan laporan, yang berisi tentang informasi operasional,
keuangan, dan pemenuhan-terkait informasi yang memungkinkan
untuk menjalankan dan mengendalikan bisnis.
• Self-Assessment V. Monitoring
• Sistem kontrol internal perlu dipantau - proses yang menilai kualitas
kinerja sistem dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dicapai melalui
kegiatan pemantauan yang sedang berjalan, evaluasi terpisah atau
kombinasi keduanya. Pemantauan yang sedang berlangsung terjadi
selama operasi. Ruang lingkup dan frekuensi evaluasi terpisah
tergantung pada penilaian risiko dan efektivitas prosedur
pemantauan yang sedang berjalan. Kekurangan kontrol internal harus
dilaporkan ke hulu, dengan hal-hal serius dilaporkan kepada
manajemen senior dan Dewan.
COSO/FDICIA Adequate Enhancement Inadequate N/A
Integrated Framework (Memadai) Requirement (Tidak (Tidak
(Membutuhkan Memadai) Memiliki)
Pengembangan)
I Control Environment
1 Adanya jobdesk dan tugas pekerja. ✓

2 Memiliki filosofi manajemen dan gaya ✓


operasional perusahaan.

3 Berkomitmen di dalam integritas dan etika ✓


bisnis.
4 Memiliki kebijakan dan prosedur ✓
perusahaan.
5 Memiliki sistem untuk sumber daya ✓
manusia.
6 Operasional perusahaan sesuai dengan misi ✓
perusahaan.

7 Adanya alur komunikasi antara Board of ✓


Commisioner (BOC) dan Board of Director
(BOD)
II Risk Assessment
1 Memiliki metodologi yang memadai untuk ✓
menilai dan mengidentifikasi risiko yang terkait
dengan kegiatan bisnis yang diidentifikasi.
2 Memiliki control officer yang ditunjuk untuk ✓
membantu manajemen dalam memantau dan
mengidentifikasi risiko bisnis .
3 Terdapat proses yang memonitor aktivitas bisnis ✓
untuk dapat memastikan kepatuhan terhadap
tujuan yang ditetapkan, rencana operasi, dan
memitigasi prosedur pengendalian.
III Information and Communications
1 Proses komunikasi yang jelas antar karyawan ✓
2 Komunikasi yang efektif antar lintas organisasi/lini ✓
bisnis serta dengan pihak eksternal
3 Mekanisme realistis yang memungkinkan staf ✓
untuk memberikan rekomendasi mengenai
produktivitas, kualitas, dll
4 Adanya orang tertentu yang ditunjuk untuk ✓
memantau, menyelidiki, dan menyele- saikan
keluhan pelanggan dan / atau staf, kesalahan
dalam pemrosesan, dll
IV Control Monitoring Process
1 Kekuatan keseluruhan dari kegiatan monitoring ✓
2 Pemantauan dan penilaian kegiatan kontrol ✓

Anda mungkin juga menyukai