Anda di halaman 1dari 67

Pemicu 1 Hepato

REINHART SAMPAKANG
405150186
LO 1. Anatomi Hepatobilier

Source: Abdominal content in situ. Moore’s Clinically oriented anatomy 6th Edition pg. 369
9 regio & kuadran abdomen

Source: Moore’s Clinically oriented anatomy 6th Edition pg. 310


Anatomi Hepatobilier
Anatomi Hepatobilier
LO 2. Histologi Hepatobilier
LO 3. Fisiologi Hepatobilier
Hepar
Merupakan organ padat terbesar dalam rongga abdomen
Memiliki berat 1000-2500 gr dengan konsistensi padat
kenyal berwarna merah kecoklatan
Terletak di kuadran kanan atas abdomen
Mempunyai kemampuan regenerasi sel yang sangat baik
Struktur Hepar
Hepatosit membentuk lempeng hepatosit
Memiliki unit fungsional yang disebut lobulus
Lobulus berbentuk poligonal 3 dimensi dengan ukuran 0,7 – 2 mm
Melibatkan 3 sistem
◦ Vaskuler
◦ Bilier
◦ Limfatik
Terdapat sel fagsit yang disebut sel kupffer
Fungsi Hepar
Vaskuler
◦ Aliran darah 1450 ml/ menit
◦ Sebagai tempat penyimpanan dan supply darah ekstra
◦ Kaya akan nutrisi dari HPV & kaya akan oksigen dari arteri hepatika
Metabolik
◦ Metabolisme KH, Lemak, & Protein
◦ Detoksifikasi/ degradasi obat, hormon, antibodi & metabolit berbahaya lain
◦ Aktivasi vitamin D
◦ Sintesis protein plasma, faktor-faktor pembekuan
◦ Penyimpann vitamin & mineral
◦ Fagositosis
Fungsi sekresi –ekskresi
◦ Bilirubin, empedu, metabolit
Kategori major Fungsi Hepar
Empedu
Merupakan derivat kolesterol yang bersifat alkalis & isoosmotik plasma
Diproduksi di hepar sebanyak 500 – 600cc/ hari
Disimpan & pekatkan di vesica felea sampai adanya ransang CCK
Terdiri atas:
◦ CCK
◦ Garam empedu
◦ Kolesterol
◦ Pigmen empedu (bilirubin)
◦ Lesitin & fosfolipid lainnya
◦ Metabolit yang diekskresikan bersama empedu
Fungsi empedu
Sekresi kolesterol & fosfolipid
Absorpsi lemak & vitamin
Mengikat kalsium (mencegah pembentukan batu)
Ekskresi metabolit larut lemak, obat-obatan dan logam berat
Asam empedu
Asam empedu dibentuk oleh
◦ Asam kolat
◦ Asam deoksikolat

Membentuk garam empedu setelah berikatan dengan


◦ Taurin
◦ Glisin
Pembentukan
empedu

Sumber: REGULATION OF BILE ACID BIOSYNTHESIS


Z. Reno Vlahcevic, MD*, W. Michael Pandak, MD*, R. Todd Stravitz, MD*
*Division of Gastroenterology, Medical College of Virginia, Virginia
Commonwealth University, and Gastroenterology Section, McGuire
Veterans Administration Medical Center, Richmond, Virginia
Bilirubin
Merupakan hasil destruksi sel darah merah
Berasal dari lien, hepar, dan sumsum tulang
Bilirubin tidak terkonjugasi berikatan dengan asam glukoronat membentuk bilirubin
terkonjugasi
Bilirubin terkonjugasi akan dikeluarkan ke duodenum dan dapat memberikan warna
pada feses
Bilirubin diubah oleh bakteri menjadi urobilinogen
Urobilinogen diserap kembali oleh ileum dan masuk ke sirkulasi enterohepatik
Hepar merekonstruksi atau difiltrasi oleh ginjal
Sterkobilinogen akan memberikan warna pada feses
Metabolisme & sirkulasi bilirubin
Kandung empedu
Organ berbentuk kantung yang terletak inferior terhadap hepar
Berfungsi untuk menyimpan dan memekatkan empedu
Ketika usus halus kosong, sfinkter oddi menutup, tekanan tinggi
sehingga mampu mendorong empedu ke atas dan mengisi kandung
empedu
Bersifat elastis  mengembang saat terisi empedu (40-70 cc)
Ketika usus halus terisi makanan, sfinkter oddi membuka
Kontraksi lapisan muskularis mengejeksikan empedu ke duodenum
Pankreas
Letak
◦ Retroperitoneum
◦ Menyilang aorta dan vena cava inferior
Struktur
◦ Eksokrin : diperankan oleh acini yang mengeluarkan pancreatic juice
◦ Tripsin = pemecahan protein
◦ Amilase = pemecahan karbohidrat
◦ Lipase = pemecahan lemak
◦ Endokrin : diperankan oleh islet langerhans yang menghasilkan hormon
◦ Sel α = menghasilkan glukagon
◦ Sel β = menghasilkan insulin
◦ Sel Δ = menghasilkan stomatostatin
◦ Sel F = menghasilkan polipeptida pankreas
Fungsi
Insulin
◦ Memicu masuknya glukosa darah ke dalam sel
◦ Mengubah glukosa menjadi glikogen dan lemak
◦ Membantu masuknya asam amino ke dalam sel

Glukagon
◦ Stimulasi glikogenolisis dan lipolisis
◦ Stimulasi pembentukkan glukosa dari asam lemak dan asam amino

Somatostatin
◦ Menghambat sekresi insulin dan glukagon
◦ Memperlambat absorpsi nutrisi pada GIT
◦ Memperlambat sekresi enzim pada GIT

Polipeptida pankreas
◦ Menghambat sekresi somatostatin
◦ Menghambat kontraksi kandung empedu
◦ Meningkatkan sekresi pancreatic juice
Getah pankreas
Tidak berwarna dan jernih
Mempunyai pH sedikit basa
Pancreatic juice terdiri atas air, garam, bikarbonat dan enzim
(zymogen)
Air dan bicarbonat banyak diproduksi oleh sel-sel duktus
Diproduksi 1-2 L/ hari
Sekresi pancreatic juice distimulasi oleh
◦Sekretin
◦ Terjadi ketika Ph duodenum < 4,5
◦ Stimulasi produksi bikarbonat
◦ Stimulasi hepar untuk sekresi bikarbonat dalam empedu
◦Kolesitokinin
◦ Sebagai respon terhadap protein dan lemak yang tinggi dalam duodenum
◦ Stimulasi produksi enzim-enzim pankreas
◦ Memperkuat aktivitas secretin
◦ Stimulasi kontraksi otot vesica felea
◦ Pembukaan sfinkter oddi
Metabolisme Lemak, Protein, Karbohidrat

Source: Sherwood, 7th Edition


Carbohydrate digestion

Source: Sherwood, 7th Edition


CARBOHYDRATE ABSORPTION

Source: Sherwood, 7th Edition


FAT DIGESTION & ABSORPTION

Source: Sherwood, 7th Edition


Bile salts

Source: Sherwood, 7th Edition


Protein digestion

Source: Sherwood, 7th Edition


PROTEIN ABSORPTION

Source: Sherwood, 7th Edition


Proses detoksifikasi
Biotransformasi
Biotransformasi adalah mekanisme tubuh untuk menginaktivasi dan
mengekskresikan bahan-bahan asing keluar dari tubuh.
Bahan-bahan asing tersebut dapat berupa bahan dari alam (xenobiotik)
ataupun dibuat manusia secara sintetik.
Biotransformasi terjadi terutama di dalam hepar.
Pada umumnya biotransformasi terjadi melalui 2 reaksi, yaitu:
◦ reaksi fase I (reaksi perubahan) dan reaksi fase II (pembentukan konjugat).
Reaksi fase I
Reaksi fase I terjadi di dalam retikulum endoplasma halus.
Di dalam fase ini terjadi penambahan gugus fungsional ke dalam molekul non
polar atau mengubah gugus fungsional yang ada pada bahan asing.
◦ Reaksi ini akan menyebabkan peningkatan polaritas dan penurunan aktifitas biologik
atau sifat racun dari bahan asing.
◦ Namun dalam keadaan tertentu (beberapa obat dan zat karsinogen), reaksi fase I ini
dapat menyebabkan bahan-bahan asing menjadi lebih aktif atau lebih toksik
terhadap tubuh.
Reaksi fase I yang penting dalam biotransformasi adalah:
1. reaksi oksidasi (hidroksilasi, pembentukan epoksida, pembentukan sulfoksida,
dealkilasi dan desaminasi),
2. reaksi reduksi (dari senyawa karbonil, azo atau nitro dan dehalogenisasi),
metilasi dan desulfurisasi.
Reaksi fase II

Reaksi fase II merangkaikan substrat (bilirubin, metabolit dari


xenobiotik, obat-obatan dan hormon steroid) pada molekul yang sangat
polar dan bermuatan negatif.
Reaksi fase II dikatalisis oleh enzim transferase.
Produk yang dihasilkan berupa konjugat yang merupakan molekul
sangat polar sehingga larut dalam air dan mudah diekskresi.
Konjugat dengan berat molekul >300 akan diekskresikan lewat bilier,
sedangkan yang <300 akan diekskresikan lewat renal.
LO 4. Pemeriksaan penunjang Penyakit sistem
hepatobilier
Tes laboratorium umumnya efektif untuk berikut:
◦ Mendeteksi disfungsi hati
◦ Menilai keparahan luka hati
◦ Pemantauan penyakit hati dan respon terhadap pengobatan
◦ Menyempurnakan diagnosis
Pemeriksaan penunjang Penyakit sistem
hepatobilier
Tes laboratorium yang paling berguna untuk screening gangguan hati
adalah :
1. Serum Aminotransferase (AST or SGOT and ALT or SGPT) (tes fungsi
hati yang paling umum digunakan),
2. Albumin,
3. bilirubin,
4. Protrombin (INR), dan
5. alkali fosfatase (ALP).
Beberapa tes laboratorium diagnostik; adalah sebagai
berikut:

1. IgM antibodi terhadap virus hepatitis A (anti-HAV) untuk hepatitis A akut


2. Hepatitis B antigen permukaan (HBsAg) untuk hepatitis B
3. Antibodi terhadap virus hepatitis C (anti-HCV) dan HCV-RNA untuk hepatitis C
4. Antibodi antimitochondrial untuk primary biliary cirrhosis
5. Serum ceruloplasmin (berkurang) dan tembaga kemih (meningkat) untuk
penyakit Wilson
6. Serum α1-antitrypsin defisiensi α1-antitrypsin α-fetoprotein untuk karsinoma
hepatoseluler
AST, ALP, PT
LO 5. DILI
Faktor RisikoSumber:
Hati& Empedu
ICD10 Liver Diseases

Viral hepatitis
◦ Acute hepatitis A
◦ Acute hepatitis B
◦ Acute hepatitis C
◦ Acute hepatitis D – this is a superinfection with the delta-agent in a patient already
infected with hepatitis B
◦ Acute hepatitis E
◦ Chronic viral hepatitis
◦ Other viral hepatitis viruses may exist but their relation to the disease is not firmly
established like the previous ones (hepatitis F, GB virus C, hepatitis X)
Other infectious diseases
◦ Hepatitis: ◦ yellow fever virus infection
◦ cytomegalovirus infection ◦ rubella virus infection
◦ herpesviral: herpes simplex ◦ leptospirosis
infection ◦ Echinococcosis
◦ Toxoplasmosis ◦ Amoebiasis
◦ Hepatosplenic schistosomiasis
◦ Portal hypertension in
schistosomiasis
◦ Liver disease in syphilis
◦ Epstein-Barr virus infection
Other inflammatory diseases ◦ This includes mostly drug-induced
◦ liver abscess hepatotoxicity, (DILI) which may
generate many different patterns over
◦ autoimmune hepatitis
liver disease, including
◦ primary biliary cholangitis (primary
◦ cholestasis
biliary cirrhosis)
◦ necrosis
◦ phlebitis of the portal vein
◦ acute hepatitis and chronic hepatitis
◦ granulomatous hepatitis
of different forms,
◦ berylliosis
◦ cirrhosis
◦ sarcoidosis
◦ Effects of Acetaminophen (Tylenol)
◦ nonalcoholic steatohepatitis (NASH)
◦ other rare disorders like focal
Alcohol nodular hyperplasia, Hepatic
◦ This may cause fatty liver, hepatitis, fibrosis, peliosis hepatis and veno-
fibrosis and sclerosis leading to occlusive disease.
cirrhosis and finally liver failure. ◦ Liver damage is part of Reye's
Toxins syndrome.
Tumours hepatic hemangiomas, hepatic
◦ Malignant neoplasm of liver and adenomas, and focal nodular
intrahepatic bile ducts. The most hyperplasia (FNH).
frequent forms are metastatic
malignant neoplasm of liver) End-stage liver disease
◦ liver cell carcinoma ◦ Chronic liver diseases like chronic
◦ hepatocellular carcinoma hepatitis, chronic alcohol abuse or
◦ hepatoma chronic toxic liver disease may cause
◦ cholangiocarcinoma ◦ liver failure and hepatorenal
syndrome
◦ hepatoblastoma
◦ fibrosis and cirrhosis of liver
◦ angiosarcoma of liver
◦ Cirrhosis may also occur in primary
◦ Kupffer cell sarcoma
biliary cirrhosis. Rarely, cirrhosis is
◦ other sarcomas of liver congenital.
◦ Benign neoplasm of liver include
Metabolic diseases
◦ haemochromatosis Cysts
◦ Wilson's disease ◦ Congenital cystic disease of the liver
◦ Gilbert's syndrome ◦ Cysts caused by Echinococcus
◦ Crigler-Najjar syndrome ◦ Polycystic liver disease
◦ Dubin-Johnson syndrome
Others
◦ Rotor's syndrome
◦ Amyloid degeneration of liver
Vascular disorders
◦ chronic passive congestion of liver
◦ central haemorrhagic necrosis of liver
◦ infarction of liver
◦ peliosis hepatis
◦ veno-occlusive disease
◦ portal hypertension
◦ Budd-Chiari syndrome
Gallbladder and biliary tract diseases
malignant neoplasm of the gallbladder hydrops, perforation, fistula
malignant neoplasm of other parts of biliary cholesterolosis
tract
biliary dyskinesia
extrahepatic bile duct
K83: other diseases of the biliary tract:
ampulla of Vater
cholangitis (including ascending cholangitis and
cholelithiasis primary sclerosing cholangitis)
cholecystitis obstruction, perforation, fistula of biliary tract
others (excluding postcholecystectomy spasm of sphincter of Oddi
syndrome), but including
biliary cyst
other obstructions of the gallbladder (like
strictures) biliary atresia

Anda mungkin juga menyukai