Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

KOMA

1
DISUSUN OLEH :

FANNY LIANA HALIM 18710090


CINDYESTI LARISSA 18710021
SILVYA MAHMUDA 18710081

2
DEFINISI

3
Koma

Berlangsung
Kelainan kesadaran yang ditandai oleh tidak setidaknya satu
adanya stimulasi atau keadaan tidak responsif jam
di mana pasien berbaring dengan mata
tertutup dan tidak memiliki kesadaran terhadap
diri dan lingkungan
Pasien koma mulai
bangun dan pulih secara
bertahap dalam 2 hingga
4 minggu

Kondisi vegetatif atau


kesadaran minimal
4
resusitasi dengan
dukungan sistem
kardiovaskular dan
pernapasan

Koma adalah situasi akut yang mengancam jiwa koreksi gangguan


sehingga harus di evaluasi dengan cepat, komprehensif, metabolisme terutama
dan meminimalkan kerusakan neurologis lebih lanjut. kontrol glukosa darah
Manajemen darurat harus mencakup : dan tiamin

kontrol kejang dan


suhu tubuh

5
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI KOMA

6
ETIOLOGI KOMA
BERDASARKAN
NEUROANATOMI

7
Kerusakan Hemisfer Bilateral yang Difus
Kerusakan Hemisfer secara bilateral dapat memicu terjadinya koma, sedangkan lesi
hemisfer unilateral tidak dapat menyebabkan koma kecuali jika ada kompresi batang
otak sekunder yang disebabkan oleh adanya herniasi. Penyebab kerusakan hemisfer
secara bilateral meliputi

gangguan obat
trauma iskemik infeksi
metabolik

8
Lesi Batang Otak

Lesi pada batang otak berperan terhadap kejadian koma. Infark


dan perdarahan pada batang otak sering menyebabkan koma
sementara kondisi batang otak lainnya seperti multiple sclerosis
atau tumor jarang menyebabkan seseorang koma. Lesi yang
berada di bawah pons biasanya tidak dapat menyebabkan koma.

9
Kompresi batang otak
Primer sekunder
■ Massa tumor ■ lesi sereberal yang
■ abses menekan area reticular
batang otak kearah
■ infark dengan edema
depan dan atas
yang massif atau
perdarahan intraserebral
■ subdural maupun epidural
yang mendistorsi struktur
yang lebih dalam dan
menyebabkan koma
■ adanya perubahan-
perubahan yang lebih
meluas di seluruh hemisfer

10
PENYEBAB KOMA SECARA
ANATOMI-PATOFISIOLOGI

11
Koma tanpa tanda fokal dan tanpa meningeal sign.

Ini adalah bentuk koma yang paling umum dan


disebabkan oleh adanya infeksi, keadaan pasca iskemik,
gangguan metabolisme, toksik, dan obat- obatan.

Koma tanpa tanda fokal dengan meningeal sign.

Koma jenis ini disebabkan oleh adanya perdarahan


subaraknoid, meningitis, dan meningoensefalitis.

Koma dengan tanda-tanda fokal.

Koma jenis ini disebabkan oleh perdarahan intrakranial, infark,


tumor atau abses.

12
Hubungan tanda klinis dengan etiologi
neuroanatomi dalam koma

• Simetris (sifat dan respon fleksi atau ekstensi terhadap


rangsang nyeri)
Kerusakan / disfungsi • Kemungkinan terdapat riwayat penyakit jantung atau
belahan otak bilateral mioklonus
• Refleks batang otak yang tidak normal
• Oculocephalic response (OCR) tes kalori normal
• Pupil normal

• Kelumpuhan saraf cranial ketiga


Lesi massa supratentorial dengan
ipsilateral
kompresi batang otak sekunder
• Hemiplegia kontralateral

13
Gangguan pergerakan mata: OCR abnormal atau
Lesi batang otak kalori
Respons motorik asimetris

Didapatkan pupil yang normal


Pada koma ringan, pergerakan bola mata dapat
Lesi thalamik dan berputar kesegala arah, sedangkan pada koma
hipotalamus bilateral yang berat bola mata berada diposisi normal.
(racun / metabolic)

14
PEMERIKSAAN
PASIEN DENGAN
GANGGUAN
KESADARAN
15
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
 Status Internus:
meliputi : TTV, kepala, leher, thorax, abdomen
 Pemeriksaan Neurologis :
- pemeriksaan GCS

16
17
Pemeriksaan untuk menetapkan letak
proses patologik
Observasi
umum

Gerakan menelan, menguap,


membasahi bibir
•Fungsi nukleus di batang otak
masih baik
gerakan mioklonik multifokal dan • gangguan metabolisme sel hemisfer
berulang kali otak

• lengan dan tungkai dalam posisi


fleksi maka hal ini berarti
Letak lengan dan tungkai gangguan terletak di hemsifer
otak (dekortikasi),
•kedua lengan dan tungkai dalam
keadaan ekstensi (rigiditas
deserebrasi) maka ini menunjukkan
adanya gangguan di batang otak

18
■ Pengamatan pola penapasan

Bentuk Cheyne-Stokes atau periodic proses patologik di hemisfer dan /


breathing atau batang otak bagian atas
(pedunkulus serebri).
Central neurogenic breathing proses patologik di tegmentum
(pernapasan Kussmaul/Biot) (batas antara mesensefalon dan
pons)
Inspirasi dalam diikuti berhentinya
Pernapasan apneustik
napas pasca-ekspirasi . Lokasi lesi
di lower pontine

Pernapasan ataksik Pernapasan biasanya tampak ketika formasio


yang cepat, dangkal dan tak teratur retikularis bagian dorsomedial
medula oblongata terganggu

19
■ Kelainan pupil

Pemeriksaan pupil pada pasien koma meliputi lebar pupil,


bentuk pupil, refleks pupil terhadap cahaya dan konvergensi,
dan reaksi konsensual pupil

20
■ Gerak bola mata
1. Deviasi konjugat
Kedua bola mata melirik ke samping, ke arah hemisfer yang terganggu,
ukuran dan bentuk pupil normal, refleks cahaya positif , adanya gangguan
pada area 8 lobus frontalis.
2. Lesi di thalamus
Kedua bola mata melirik ke hidung, pasien tidak dapat dapat
menggerakkan kedua bola mata ke atas, pupil kecil dan refleks cahaya
negative
3. Lesi di pons
Kedua bola mata berada di tengah, bila kepala pasien digerakkan ke
samping maka tidak terlihat gerakan bola mata ke samping (dolls eye
manoever yang abnormal), pupil sangat kecil, reaksi terhadap cahaya positif
(dilihat dengan kacapembesar)
4. Lesi di serebelum
Pasien tidak dapat melihat ke samping, pupil normal (bentuk dan reaksi
terhadap cahaya ). 21
Refleks Batang Otak

Refleks pupil (mesensefalon)

Pada pasien koma hanya dapat diperiksa refleks cahaya. Bila refleks cahaya
terganggu berarti ada gangguan di mesensefalon (bagian atas batang otak)

Doll’s eye manoever


Bila kepala pasien digerakkan ke samping maka bola mata akan bergerak ke
arah yang berlawanan. Refleks negatif bila ada gangguan di pons

Refleks okulo-auditorik
Bila telinga pasien dirangsang dengan suara yang keras maka
pasien akan menutup matanya (auditory blink reflex)

22
Refleks okulovestibular (pons)
a. Bila meatus akustikus eksternus dirangsang dengan air panas (44°C) maka akan
terjadi gerakan bola mata cepat ke arah telinga yang dirangsang
b. Bila tes kalori ini negatif berarti ada gangguan di pons

Refleks kornea

Bila kornea digores dengan kapas halus maka akan terjadi penutupan kelopak mata

Refleks muntah (medula oblongata)

Dinding belakang faring dirangsang dengan spatel maka akan terjadi refleks
muntah

23
.F. Reaksi terhadap rangsang nyeri
1. Penekanan di atas orbita, jaringan di bawah kuku jari tangan,
atau tekanan pada sternum. Reaksi yang dapat dilihat seperti
gerakan abduksi, seakan akan pasien menghalau rangsangan;
ini menandakan bahwa masih terdapat fungsi hemisfer.
2. Gerakan adduksi, seakan-akan pasien menjauhi rangsangan
(withdrawal); ini berarti bahwa masih terdapat fungsi tingkat
bawah.

3.Gerakan fleksi lengan dan tungkai; ini berarti bahwa terdapat


gangguan di hemisfer.

4. Kedua lengan dan tungkai mengambil posisi ekstensi


(rigiditas deserebrasi) ; hal ini berarti bahwa terdapat gangguan
di batang otak
24
Penatalaksanaan dasar

ABC •TTV, SPO2, EKG, GCS

Konsul bedah • Jika diduga penyebabnya adalah traumatis dan


berisiko terjadinya kelumpuhan tulang belakang
saraf leher

• Pasien dengan kolaps jalan nafas dengan GCS


Intubasi
8 atau kurang

Hipotensi • kristaloid
25
•sistolik di atas 250 mm Hg atau MAP di atas 130 mm
hipertensi ekstrem Hg) diterapi dengan: labetalol (10 mg IV), hidralazin
(10 mg IV) atau nicardipine (5 mg / jam)

• glukometer <45mg / ml (2,5 mmol / l) dalam non-


pemeriksaan
diabetes, kirim tes darah spesifik, berikan dekstrosa
glukosa darah;
dengan thiamine IV

•diazepam 10-20mg I.V perlahan atau lorazepam 4mg I.V


masukkan secara perlahan, atau medazolam 5mg I.V perlahan
atau
Kontrol •fenitoin 15-20mg / kg dengan kecepatan 50mg / menit,
kejang fenobarbital 15-20mg / kg dengan kecepatan 50mg / menit atau
natrium valproate 200-400 mg I.V
•Evaluasi status epileptikus. Jika tidak ada respons

26
• larutan dekstrosa pada penderita alkoholik
thiamin hidroklorida
atau pada keadaan kurang gizi. Berikan thiamine
100 mg I.M atau I.V
terlebih dahulu, karena glukosa dapat
menyebabkan ensefalopati Wernicke pada mereka
yang kekurangan gizi

nalokson 0,1 mg •ulangi setiap 3 menit secara intravena jika


/ kg (maks. 2 mg)
I.V dicurigai keracunan opioid

27
Prognosis

tes refleks batang


Tanda-
otak Tidak memiliki refleks
tanda fisik
tes refleks kornea kornea tidak dapat
bertahan lebih dari 24
respons pupil jam

Kedalaman Glasgow Coma


koma Scale Bila dalam 6 jam setelah penurunan
kesadaran:
1. Dapat membuka mata (1:5) dan
Tidak buka mata (1:10)
2. Ada respon motoric 15% dan
tidak ada respon motoric 3%
3. Ada respon verbal 30% dan tidak
ada respon verbal 8%

28
Durasi
koma
 Semakin lama semakin berkurang
kesempatan untuk sembuh
 Pada hari ketiga kesempatan
pemulihan berkurang menjadi hanya
7%,
 pada hari ke-14 tingkat
pemulihannya menurun hingga 2%.
 Kesadaran pada akhir minggu
pertama berada dalam keadaan
vegetative

29
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai