Anda di halaman 1dari 98

DISAIN STUDI EPIDEMIOLOGI

DESKRIPTIF

kris/studiepid/ppt 1
DISAIN PENELITIAN EPIDEMIOLOGI

Introduksi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari :
•Distribusi
•Frekwensi suatu penyakit/masalah kesehatan di populasi
•Diterminan

Disain penelitian Epidemiologi

Disain penelitian epidemiologi secara garis besar dapat dibagi menjadi


•Penelitian/studi epidemiologi deskriptif
•Penelitian/studi epidemiologi analitik

kris/studiepid/ppt 2
Disain Dasar pada Studi
Epidemiologi
 Epidemiologi Deskriptif
– Menjelaskan distribusi masalah kesehatan
terutama berdasarkan faktor orang,
tempat dan waktu

 Epidemiologi Analitik
– studi mengenai determinants dari
masalah kesehatan
kris/studiepid/ppt 3
Siklus Studi Epidemiologi:

1. Studi-Studi Epidemiologi --- data

4. Analisa Hasil 2. Hipotesa Formulasi


Menyarankan studi lanjutan
(deskriptif/anlitik)

3.Studi Analitik
Test Hipotesa
kris/studiepid/ppt 4
Perkembangan Alamiah pemikiran
Epidemiologi

Kecurigaan atas factor pemapar


(exposure) yang mempengaruhi
terjadinya penyakit. Dapat muncul
dari praktek klinik , penelitian
laboratorium, pengamatan pola
penyakit, studi korelasi, laporan
kasus (epidemiologi deskriptif)

kris/studiepid/ppt 5
Perkembangan Alamiah pemikiran
Epidemiologi

Formulasi Hipotesis tertentu

Melakukan penelitian epidemiologi


untuk menguji hubungan antara
pemaparan (eksposure) dan penyakit
(epidemiologi analitik).

Dalam pengujian ini harus diperhatikan


factor peluang (chances), bias dan
confounding
kris/studiepid/ppt 6
Perkembangan Alamiah pemikiran
Epidemiologi

Keputusan apakah hubungan yang


didapat merupakan hubungan
sebab akibat atau bukan. Untuk
menentukan hubungan sebab
akibat harus memperhatikan hasil
penelitian lainnya, kekuatan
hubungan, arah waktu (temporal
ambiguity)
kris/studiepid/ppt 7
Dasar Studi Epidemiologi
Penelitian Epidemiologi ditegakkan atas dasar
(dua) asumsi :

A Kejadian sakit tidak terjadi secara acak

B.Penelusuran sistematik dan cermat kelompok


penduduk yang berbeda dapat mengenal faktor-
faktor penyebab dan pencegahan terjadinya
penyakit.

Untuk mengerti lebih jauh Jenis studi


epidemiologi, sebaiknya ditetapkan dulu definisi8
kris/studiepid/ppt

dari epidemiologi sebagai dasar berfikir.


Termasuk disain studi epidemiologi deskriptif
adalah :

• disain studi laporan kasus (case-report)


• disain studi serial kasus (case-series)
• disain studi korelasi (correlation study)
• disain studi potong lintang (cross-sectional)

: Termasuk disain studi epidemiologi analitik adalah

• disain studi kohort (cohort study)


• disain studi kasus-kontrol (case-control study)
• disain studi intervensi (intervention study)

kris/studiepid/ppt 9
Studi deskriptif
A. Studi yang menggambarkan karakter umum
sebaran suatu penyakit, misalnya berhubungan
dengan:
(i) Orang (siapa)
(ii) Tempat (di mana)
(iii) Waktu (Bila mana)

B. Memberikan bukti untuk mengembangkan


hipotesis
C .Memberikan informasi untuk pelayanan kesehatan
dan administrator bagi pengalokasian sumber daya
dan perencanaan program pencegahan dan
pendidikan.

kris/studiepid/ppt 10
Tujuan Studi Deskriptif
 Untuk dapat menggambarkan distribusi penyakit
berdasarkan karakteristik populasi
 Untuk evaluasi trend masalah kesehatan dan
membandingkan antara daerah
 Untuk dapat memperhitungkan besarnya masalah
kesehatan sebagai basis perencanaan dan
evaluasi program
 Untuk identifikasi masalah kesehatan yg nantinya
dilanjutkan dengan penelitian analitik untuk uji
hipotesa
kris/studiepid/ppt 11
Studi Deskriptif

 Relatif murah dan cepat dibandingkan


dengan studi analitik
 Menjelaskan:
– Siapa yg mendapat sakit dan siapa yg
tidak
– Dimana masalah (rate) penyakit yg tinggi
– Apakah ada pola temporal

kris/studiepid/ppt 12
Case Report
 Case Report:
– Mempelajari kasus (satu pasien) secara
mendalam yg dilakukan oleh satu atau
beberapa dokter.

kris/studiepid/ppt 13
Laporan Kasus

 Adalah laporan tentang pengalaman menarik


dari seseorang (kasus) yang berisi detail
laporan atau profil dari patient (kasus)

 Contoh :
Laporan kasus pada tahun 1961 tentang
wanita berusia 40 tahun yang dalam
premenopause menderita emboli paru 5
minggu setelah menggunakan pil kontrasepsi
kris/studiepid/ppt 14
Penelitian Epidemiologi Deskriptif :

Studi Laporan Kasus (case report study)


• merupakan studi epidemiologi yang bersifat observasional
• unit pengamatan/analisisnya individual
• merupakan laporan kasus-kasus penyakit dengan diagnosis
yang diduga sama
• biasanya merupakan penyakit-penyakit baru, masalah kesehatan baru,
fenomena baru yang belum jelas
• menggambarkan riwayat penyakit, pengalaman klinis dari
masing-masing kasus
• laporan kasus-kasus kemudian dapat dianalisis secara sederhana yakni
dengan melihat
• distribusi/ frekwensi penyakit
• berdasarkan : gejala-gejala klinis “ Orang, Tempat, Waktu”

kris/studiepid/ppt 15
• tujuan :
• diperoleh informasi tentang distribusi frekwensi penyakit
/masalah kesehatan yang diteliti
• diperoleh informasi tentang kelompok yang berisiko tinggi
terhadap penyakit
• dapat dipakai untuk membangun/memformulasikan hipotesis baru

• kelemahan :
• gambaran distribusi, frekwensi penyakit yang diperoleh
tidak dapat mewakili populasi
• hanya berdasarkan kasus-kasus yang dilaporkan saja

• kelebihan :
• sebagai langkah awal untuk mempelajari suatu penyakit
• sebagai jembatan antara penelitian klinis dan penelitian epidemilogi
• dapat digunakan untuk sebagai dasar penelitian lebih lanjut :
• dengan melihat kelompok yang berisiko tinggi
kris/studiepid/ppt 16
• dengan membuktikan hipotesis yang dibangun
contoh dari suatu studi laporan kasus

• suatu penyakit yang belum jelas sebut penyakit X,


• 10 orang dengan gejala-gejala yang mirip satu sama lain :

• berdasarkan gejala dan pemeriksaan laboratoris


• Berat badan : 9 orang dengan gejala mengurus, 1 berat badan
tidak turun
• Diare : 6 diare, 4 tidak ada diare
• Demam : 8 demam dengan pnemonia, 4 tidak demam
• Bercak pada kulit : 7 orang mempunyai, 3 tidak ada bercak
• Pemeriksaan laboratoris : semua pasien angka limfosit
menurun drastis

• berdasarkan gambaran demografinya


• sex : 9 pria, 1 wanita
• umur : 8 dewasa muda, 2 tua
• pekerjaan : 6 pemusik, 4 pegawai

kris/studiepid/ppt 17
• kebiasaan mengkonsumsi “drugs” :
• menggunakan jarum suntik 8 orang, cara lain 2 orang
bukan pengguna

•perilaku berhubungan intim :


• sesama jenis 8 orang, lawan jenis 2 orang

• dari data diatas dapat dilihat bahwa :

• dari gejala dan pemeriksaan laboratoris penyakit X tersebut adalah :


• 90 % berat-badan menurun
• 60 % diare
• 80 % demam dengan pneumonia
• 70 % bercak pada kulit
• 100 % limfosit menurun drastis

kris/studiepid/ppt 18
• dari gambaran demografisnya
• 90% pria
• 80% dewasa muda
• 60% pemusik

• dari kebiasaan mengkonsumsi narkoba


• 80% pecandu narkoba

• dari perilaku seksual :


• 80 % homoseksual

• diperoleh gambaran distribusi, frekwensi penyakit berdasarkan :


• gejala dan tanda serta pemeriksaan laboratoris
• gambaran demografi
• kebiasaan mengkonsumsi narkoba
• perilaku seksual

kris/studiepid/ppt 19
• dari analisis sederhana diatas didapat informasi kelompok orang
yang berisiko antara lain :
• pria
• dewasa muda
• pemusik
• pecandu narkoba
• homoseksual

• dari informasi tadi dapat dibangun suatu hipotesis


• pria lebih berisiko untuk mendapat penyakit X dari pada wanita
• usia dewasa muda lebih berisiko untuk mendapat penyakit X
dari pada yang usia tua
• pemusik lebih berisiko untuk mendapat penyakit X dari pada
non pemusik
• pecandu narkoba lebih berisiko untuk mendapat penyakit X dari pada
bukan pecandu
• homoseksual lebih berisiko untuk mendapat penyakit X dari pada
bukan heteroseksual

kris/studiepid/ppt 20
Untuk mendapatkan informasi yang dapat
menggambarkan distribusi, frekwensi penyakit yang
mewakili populasi diperlukan penelitian epidemiologi
deskriptif lain, dimana sampel penelitian mewakili
populasi yang diteliti  disain studi epidemiologi yang
sesuai dipakai untuk itu adalah disain studi potong
lintang.

Untuk membuktikan hipotesis yang dibangun, dapat


dilakukan penelitian epidemiologi analitik lebih lanjut
antara lain dapat dengan :
• studi kohort
• studi kasus kontrol
• studi intervensi

kris/studiepid/ppt 21
Case Reports
• Careful and detailed report by one or
more clinicians of the profile of a single
patient

• Document unusual medical occurrences

• Can provide clues in identification of a


new disease or adverse effects of
exposures (i.e. a case report gave the
clue OC use increases the risk of venous
thromboembolism)
Case Reports
Limitations:

• No appropriate comparison group


• Cannot be used to test for presence
of a valid statistical association
• Since based on the experience of
one person:
--- presence of any risk factor
may be purely coincidental
--- not a true epidemiologic
design
Case Series

Case Series:
– tahap lanjut dari case report yg
menggambarkan bbrp pasien dengan
satu penyakit tertentu berdasarkan pada,
misal: umur, jenis kelamin, status
perkawinan, gambaran klinis, dll. Misal:
identifikasi kasus AIDS pada laki2
homosexual.

kris/studiepid/ppt 24
Laporan seri kasus
 Adalah laporan tentang pengalaman menarik dari
sekelompok orang (group) dengan diagnosis yang sama
yang berisi detail laporan atau profil dari patient (kasus).
Laporan ini juga bias berupa kumpulan laporan kasus
yang terjadi dalam waktu yang singkat.

 Contoh : Laporan kasus pada tahun 1980 tentang 5


pemuda homoseksual yang sebelumnya sehat yang
menderita pneumocystic cariniii di LA (USA)

 Kedua bentuk studi di atas berguna dalam pengenalan


atas penyakit baru dan penyusunan hipotesis

kris/studiepid/ppt 25
Studi Epidemiologi Serial Kasus

• merupakan studi epidemiologi yang bersifat observasional


• unit pengamatan/unit analisis adalah individu
• merupakan kumpulan kasus-kasus individual suatu penyakit dengan
diagnosis yang sama
• sama dengan studi laporan kasus tapi dengan kasus yang lebih banyak
• surveilens yang rutin dilakukan untuk suatu penyakit yang belum jelas
diagnosisnya ataupun sudah jelas diagnosisnya :
• merupakan kumpulan laporan kasus-kasus, atau serial kasus
• dapat digunakan untuk menditeksi munculnya penyakit baru
• dapat digunakan juga untuk menditeksi adanya epidemi

kris/studiepid/ppt 26
• kumpulan laporan kasus kemudian dianalisis secara sederhana yakni
dengan melihat
• distribusi/ frekwensi penyakit
• berdasarkan “ Orang, Tempat, Waktu”

•tujuan :
• diperoleh informasi tentang distribusi frekwensi penyakit
/masalah kesehatan yang diteliti
• diperoleh informasi tentang kelompok yang berisiko tinggi
terhadap penyakit
• dapat dipakai untuk membangun/memformulasikan hipotesis baru

kris/studiepid/ppt 27
•kelemahan :
• gambaran distribusi, frekwensi penyakit yang diperoleh
tidak dapat mewakili populasi
• hanya berdasarkan kasus-kasus yang dilaporkan saja

• kelebihan :
• sebagai langkah awal untuk mempelajari gambaran epidemiologi
suatu penyakit
• sebagai jembatan antara penelitian klinis dan penelitian epidemilogi
• dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian epidemiologi
lebih lanjut :
• dengan melihat kelompok yang diduga berisiko tinggi
• dengan membuktikan hipotesis yang dibangun

kris/studiepid/ppt 28
Latihan :
Kota X mempunyai 8 RS. Seorang dokter disalah satu RS melakukan penelitian terhadap kasus
kasus diabetes mellitus (DM), selama 1 tahun penelitiannya terkumpul data sebagai berikut :

No ID Sex Umur Suku Kadar Komplikasi Status


gula Keluar dr
Darah RS
gr/dl
1 Wanita 50 Jawa 300 Ada Meninggal
2 Wanita 45 Jawa 200 Ada Hidup
3 Pria 30 Sumatra 350 Ada Meninggal
4 Pria 35 Sumatra 375 Ada Meninggal
5 Pria 40 Jawa 280 Ada Meninggal
6 Wanita 50 Jawa 300 Ada Meninggal
7 Pria 40 Betawi 240 Tidak ada Hidup
8 Wanita 45 Betawi 300 Ada Hidup
9 Pria 30 Betawi 400 Ada Meninggal
10 Wanita 60 Betawi 200 Tidak ada Hidup
11 Pria 35 Jawa 150 Tidak ada Hidup
12 Wanita 45 Jawa 180 Tidak ada Hidup
13 Pria 50 Jawa 260 Tidak ada Hidup
14 Wanita 60 Jawa 200 Tidak ada Hidup
15 Pria 40 Jawa 380 Ada Meninggal
16 Pria 35 Jawa 375 Ada Meninggal
17 Pria 40 Jawa 150 Tidak ada Hidup
18 Pria 50 Jawa 160 Tidak ada Hidup
19 Pria 40 Jawa 250 Tidak ada Hidup
20 Wanita 45 Sumatra 280 Ada Hidup
21 Wanita 60 Sumatra 290 Ada Hidup
22 Pria 40 Betawi 300 Ada Meninggal
23 Wanita 45 Betawi 325 Ada Meningga
24 Pria 35 Betawi 200 Tidakada Hidup
25 Wanita 40 Betawi 240 Ada Hidup
26 Pria 40 Sumatra 210 Tidak ada Hidup
27 Pria 45 Sumatra 170 Tidak ada Hidup
28 Pria 50 Jawa 190 Tidak ada Hidup
29 Wanita 55 Betawi 340 Ada Meninggal
30 Wanita 60 Betawi 330 Ada Meninggal
31 Pria 40 Sumatra 300 Ada Meninggal
32 Wanita 45 Jawa 260 Ada Meninggal
33 Wanita 50 Betawi 260 Tidak ada Meninggal
34 Pria 40 Sumatra 370 Ada Meninggal
35 Pria 30 Betawi 400 Ada Meninggal
36 Pria 35 Betawi 240 Ada Hidup
37 Pria 35 Betawi 275 Ada Hidup
38 Pria 40 Betawi 200 Tidak ada Hidup
39 Pria 40 Betawi 150 Tidak ada Hidup
40 Pria 40 Jawa 150 Tidak ada Hidup

kris/studiepid/ppt 29
Tugas :

• deskripsikan distribusikan/frekwensi penyakit DM berdasarkan :


• jenis kelamin
• umur
• ada tidaknya komplikasi
• kadar gula darah
• status pada saat pulang dari RS

• dapatkah gambaran distribusi/frekwensi diatas menggambarkan kondisi di populasi ?


apa alasannya ?
• Dari data diatas dapatkah saudara menentukan kelompok risiko tinggi untuk
penyakit DM ? bagaimana caranya

• dari data diatas dapatkah saudara memformulasikan hipotesis baru

• adakah hubungan antara komplikasi dengan kematian pada penderita DM


• jika ada hubungan antara kejadian komplikasi dengan kematian pada penderita
DM dapatkah hasil tersebut digeneralisasikan di populasi
• dapatkah saudara memformulasikan hipotesis baru dari analisis hubungan
tersebut

kris/studiepid/ppt 30
Case Series (individual data)

• Description of clinical/epidemiologic
characteristics of a number of
patients with a given disease

• Collection of individual case reports


occurring within a fairly short period
of time
Case Series

Strengths:

• Used as an early means to identify


the beginning or presence of an
epidemic

• Can suggest the emergence of a


new disease (i.e. AIDS)
Case Series

Limitations:

• Lack of an appropriate comparison


group

• Cannot be used to test for presence


of a valid statistical association

• Not a true epidemiologic design


Studi Ekologi

 Tujuan: mengkorelasikan karakteristik


umum suatu populasi dengan suatu
masalah kesehatan dalam kurun waktu
yang sama pada beberapa populasi;
atau pada populasi yang sama dalam
kurun waktu yang berbeda.
 Unit analisa: group

kris/studiepid/ppt 34
Studi Korelasi

• nama lain studi ekologi


• merupakan studi epidemiologi yang bersifat studi observasional
• unit pengamatan/analisisnya adalah agregat , berikut beberapa contoh
ukuran agregat :

• ukuran agregat yang mengukur nilai rata-rata, median,


• atau proporsi dari kumpulan nilai-nilai individu di suatu
kelompok misal :
• nilai rate suatu penyakit ; insidens, prevalens
• nilai rata-rata asupan lemak pada suatu kelompok individu
/masyarakat
• nilai cakupan program
• nilai median dari penghasilan sekelompok individu

kris/studiepid/ppt 35
• ukuran agregat “environment”, merupakan ukuran yang
mewakili karakteristik fisik dari suatu lingkungan hidup
misalnya :
• nilai cakupan rumah sehat pada suatu area
• nilai intensitas polusi pada suatu area
• nilai kepadatan jentik pada suatu area

• populasi studi terdiri dari kumpulan unit pengamatan dari mana


ukuran agregat diukur

• sebagai contoh : unit pengamatan untuk angka kepadatan jentik,


dan insidens DHF diukur berdasarkan area kerja puskesmas,
maka populasi studi terdiri dari kumpulan puskesmas - puskesmas

kris/studiepid/ppt 36
Ecological Study Example 1
Cigarette Smoking & Lung Cancer Mortality

Each observation represents


aggregate data
Ecological Study Example 1
Cigarette Smoking & Lung Cancer Mortality

Data may be plotted to


show correlation
Ecological Study Example 2
% calories from fat & heart disease
• Studies in the 1950s showed
an ecological correlation
between diets high in fats
and cardiovascular mortality
Ecological Study Example 2
% calories from fat & heart disease
• Ecological studies often have poor control of
confounding variables
• e.g., high fat intake countries also have:
• low rates of physical activity
• high prevalence of obesity
• high prevalence of smoking
• high cholesterol consumption
• yada, yada, yada
• These “lurking variable” may explain at least
part of observed correlation seen in the prior
slide
Correlation between per capita meat
50 consumption and colon cancer
Colon cancer incidence

40
/100 000 women

NZ

30 USA
Can
Den
Swe
20
Nor UK
Net
10 Jam PR Ice
Fin FDP
DDP
Jap Rom Pol Hun
0
Nig Col
0

00

00

00

00

00

00

00

00
.0

.0

0.

0.

0.

0.

0.

5.

0.

0.
20

70

10

11

14

15

18

18

20

28
per capita consumption
kris/studiepid/ppt
-grams 41
Incidence ISPA per 100 000 di Jawa Barat
1993 - 1997

60
55
Incidence

50
45
40
35
30

Tahun

kris/studiepid/ppt 42
Secular trends
 Perubahan frekuensi penyakit dalam jangka
waktu panjang

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam


menilai secular trend:
- Perubahan artefact (semu)
- Perubahan sejati (sebenarnya)

kris/studiepid/ppt 43
Secular trends
 Perubahan artefact:
– Numerator
 Perubahan teknik diagnosis yg menyebabkan meningkatnya
laporan penyakit
 Perubahan dalam klasifikasi penyakit

– Denominator
 Kesalahan pada saat mengenumerasi populasi (Penghitungan
populasi yg beresiko bertambah akurat)

 Perubahan sejati:
– Perubahan struktur umur populasi
– Perubahan survivorship
– Perubahan incidence penyakit (karena faktor lingkungan,
pekerjaan, dll)
kris/studiepid/ppt 44
Ecologic Studies
• Measures that represent characteristics of
entire populations are used to describe
disease and to postulate causal
associations.

• Measure of interest is correlation between


exposure rates and disease rates among
different groups.

• Correlation coefficient (denoted as r)


Range of r is from –1.0 to 1.0
R evaluated in relation to difference
from 0.
Ecologic Studies
Strengths:
• Cheap, quick, and simple (generally
make use of secondary data)
Limitations:
• Cannot link exposure-disease
relationship at the individual level
• Uses average exposure levels rather
than actual levels of exposure
• Inability to control for confounding
factors
EXAMPLE: Country A: Country B
Prevalence-Hypertension 30% 20%
Average Salt Consumption Moderate Low
Country A Country B
Person Salt Intake Hyp. Salt Intake Hyp.
1 1 Yes 1 Yes
2 1 Yes 1 Yes
3 1 Yes 1 No
4 3 No 1 No
5 3 No 1 No
6 3 No 2 No
7 3 No 2 No
8 5 No 2 No
9 5 No 2 No
10 5 No 2 No
Avg. 3.0 30% 1.5 20%
Ecologic Studies

The “Ecologic Fallacy”:

• Erroneous conclusions based on


grouped data

• Patterns observed on the aggregate


level are not observed on the
individual level
Ecological Fallacy
 ketidak tepatan kesimpulan terhadap hubungan
pada tingkat individu berdasarkan data ekologik
(bila unit analysis adalah group/kelompok).

 Tidak dapat mengestablish hubungan antara


exposure dan outcome (hanya menyarankan)

– rates of condition and risk factor are aggregates for a


geographical area
– we know the rates relate, but do not know whether
subjects who develop the condition also have the risk
factor
kris/studiepid/ppt 49
• analisis yang dilakukan dapat bersifat:
• deskriptif : melihat distribusi frekwensi dari variabel yang diteliti
(dalam unit agregat)

• analitik : melihat korelasi/hubungan antara variabel-variabel diteliti


• jika variabel “exposure” dan variabel “outcome” diukur sebagai
data kontinyu
• hubungannya secara statistik diuji dengan uji korelasi
• kekuatan/keeratan hubungan dilihat dengan melihat
nilai koefisien korelasi (“r”)
• jika variabel “exposure” dan variabel “outcome” diukur
sebagai data kategorikal
• hubungannya secara statistik dapat diuji dengan uji  kuadrat,
atau regressi logistik
• kekuatan hubungan dilihat dengan menghitung RR atau OR

kris/studiepid/ppt 50
• contoh : suatu studi ekologi ingin melihat korelasi antara cakupan
imunisasi campak dengan insidens campak
• unit pengamatan puskesmas
• populasi studi; 10 puskesmas
• cakupan imunisasi campak dianggap sebagai (exposure
/ independent variable)
• insidens campak dianggap sebagai (outcome
/dependent variable)

• contoh 1: jika variabel bebas dan variabel terikat diukur dengan


skala kontinyu
• y = insidens campak
• x = cakupan imunisasi campak
• hubungan secara statitik diuji dengan uji korelasi
• kekuatan hubungan dilihat dari koefisien korelasi

kris/studiepid/ppt 51
•data :
ID PKM X (%) Y(%) X2 Y2 XY

1 50 60 502 602 50 x 60
2 55 70
3 60 35
4 65 30
5 70 25
6 75 20
7 80 25
8 85 20
9 90 15
10 95 10

N =10 X Y X2 Y2 XY

n xy - ( x )(xy)
r = ------------------------------------------------
 n x2 - (x )2 n y2 - (y )2

kris/studiepid/ppt 52
persamaan garis linier : y = a + bx

n xy - ( x )(y) y - bx


b = -------------------------- a = ---------------------------
n x2 - (x )2 n

b2 [ x2 - ( x )2/n]
r2 = ---------------------------------------- r = r2
y2 - (y)2/n

kris/studiepid/ppt 53
a = intercept merupakan titik dimana garis memotong sumbu y
jika nilai a negatif, garis memotong sumbu y dibawah sumbu x
jika nilai a positif, garis memotong sumbu y diatas sumbu x

b = slope angka dimana nilai y berubah untuk setiap unit perubahan pada x
jika nilai b negatif menunjukkan arah garis dari bagian atas sudut kiri
kebagian bawah sudut kanan

jika nilai b positif menunjukkan arah garis dari bagian bawah sudut kiri
ke bagian atas sudut kanan
dalam persamaan regressi disebut dengan koefisien regressi,
memprediksi perubahan y untuk setiap unit perubahan pada x

kris/studiepid/ppt 54
r = koefisien korelasi

• menggambarkan kekuatan hubungan variabel x dan y


• nilai r berkisar dari 0 sampai 1
• makin mendekati 1 ada hubungan linier yang kuat antara x dan y
• makin mendekati 0 hampir tidak ada hubungan antara x dan y

• nilai r dapat positif ataupun negatif


• nilai r yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara x dan y
• jika x meningkat y menurun
• jika x menurun y meningkat
• nilai r yang positif menunjukkan adanya hubungan yang positif antara x dan y
• jika x meningkat y meningkat
• jika x menurun y juga menurun

kris/studiepid/ppt 55
sebagai contoh nilai r = - 0.95
• ada hubungan linier yang kuat antara variabel x dan y
• jika x meningkat y menurun atau sebaliknya

y y
• •
• •• •• • •
• •• •• • •

• • ••
•••••• • •• •


x
x
r = positif dan mendekati 1 r = negatif dan mendekati 1

kris/studiepid/ppt 56
• •

• •

• •
• • • •
r = positif dan mendekati nol

• •

kris/studiepid/ppt 57
Uji statistik : untuk melihat apakah nilai “r” yang didapat merupakan ukuran
yang cukup bermakna secara statistik untuk mengindikasikan bahwa
di populasi kedua variabel x dan y berkorelasi

• hipotesis : H0 : r = 0
HA : r  0
• r = koefisien korelasi di populasi
• uji statistik jika r = 0

n-2
t=r ------------ dengan derajat kebebasan = n-2
1 - r2

kris/studiepid/ppt 58
• jika dipakai  = 0.05, dan hasil kalkulasi uji statistik
mempunyai nilai p < 0.05 maka H0 ditolak,

• artinya koefisien korelasi di populasi tidak sama dengan 0,


artinya hasil kalkulasi r berdasarkan sampel tadi cukup
bermakna secara statistik atau dengan kata lain korelasi
antara variabel x dan y bermakna secara statistik

kris/studiepid/ppt 59
• contoh 2 : jika variabel terikat dan variabel bebas diukur
dengan skala kategorikal
• data :

ID PKM X (%) kategori Y (%) kategori


1 50 rendah 60 Tinggi
2 55 rendah 70 Tinggi
3 60 rendah 35 Rendah
4 65 rendah 30 Rendah
5 70 rendah 25 Rendah
6 75 tinggi 60 Tinggi
7 80 tinggi 25 Rendah
8 85 tinggi 20 Rendah
9 90 tinggi 15 Rendah
10 95 tinggi 10 Rendah

X = cakupan imunisasi campak


y = insidens campak
PKM = puskesmas

kris/studiepid/ppt 60
Tabel distribusi cakupan imunisasi campak dan insidens campak

Insiden tinggi Insiden rendah

Cakupan rendah 25 10 35

Cakupan tinggi 15 35 50

kris/studiepid/ppt 61
Dari 35 puskesmas yang mempunyai cakupan imunisasi rendah,
25 puskesmas mempunyai insiden campak yang tinggi :
• insidens dari insidens campak tinggi pada pkm cakupan rendah = 25/35
• odds insidens|cakupan rendah = 25/10

Dari 50 puskesmas yang mempunyai cakupan imunisasi tinggi,


15 puskesmas mempunyai insiden campak yang tinggi
• insidens dari insudens campak tinggi pada pkm cakupan tinggi = 15/50
• odds insidens|cakupan tinggi = 15/35

Insidens 25/35 odds 25/10


RR= -------------------- = ------------ = 1.56 OR= ------------ = ------------- = 5.81
Insidens 15/50 odds 15/35

kris/studiepid/ppt 62
Uji statistik :
• uji homogenitas proprorsi binomial
• uji independensi

• kedua uji statistik diatas sama prosedurnya

k ( O - E )2
2 =  ---------------
i=1 E
2 : Khi kuadrat
O : Observed value / nilai yang diamati
E : Expected value / nilai yang diharapkan
H0 : angka kepadatan jentik dengan insidens DHF, independen
(tak berhubungan)
Ha : angka kepadatan jentik dengan insidens DHF, tak independen
(berhubungan)
 : 0.05 dengan derajat kebebasan = (c-1)((r-1) c= kolom r=baris
jika 2 memberikan nilai P lebih besar dari  maka H0 ditolak

kris/studiepid/ppt 63
tabel kontingensi “ Observed”

insidens DHF

tinggi rendah total


rendah a b (a+b)
angka kpdt jentik
tinggi c d (c+d)

total (a+c) (b+d) (a+b+c+d)

(a+b) (a+c) (a+b) ( b+d)


a” = ---------------- b” =-----------------
(a+b+c+d) (a+b+c+d)

(c+d) (a+c) (c+d) (b+d)


c” = ---------------- d”= --------------
(a+b+c+d) (a+b+c+d)

jika ada nilai sel “E” kurang dari 5, uji yang dipakai Fisher Exact Test
kris/studiepid/ppt 64
tabel kontingensi “ Expected”

insidens DHF

tinggi rendah total

rendah a” b”
angka kepadatan jentik
tinggi c” d”

total

kris/studiepid/ppt 65
Contoh menghitung nilai “expected”

Insidens penyakit
tinggi rendah total

rendah 25(a) 10(b) 35 (a+b)


cakupan imunisasi
tinggi 15(c) 35(d) 50 (c+d)

total 40(a+c) 45(b+d) 85 (a+b+c+d)

total row x total colum


nilai “expected” =------------------------------------
grand total

total row x total colum 35 x 40


nilai “expected” a = ------------------------------------ = ------------------- = 16.47
grand total 85

total row x total colum 35 x 45


nilai “expected” b = ------------------------------------ = ------------------- = 18.53
grand total
kris/studiepid/ppt 85 66
total row x total colum 50 x 40
nilai “expected” c = ------------------------------------ = ------------------ = 23.53
grand total 85

total row x total colum 50 x 45


nilai “expected” d = ------------------------------------ = ------------------= 26.47
grand total 85

kris/studiepid/ppt 67
k ( O - E )2
2 =  ---------------
i=1 E

(25 - 16.17)2 (10 - 18.53)2 (15 - 23.53)2 (35 - 26.47)2


2 = --------------- + ------------------ + --------------- + -------------------- = 15.75
16.7 18.53 23.53 26.47

Didapat nilai 2  yang mana dibawaH0 akan mengikuti distribusi


khi kuadrat

untuk tingkat = 0.05


kita akan menolak H0 jika nilai nilai 2 > nilai 2d.f..1-
kita akan menerima H0 jika nilai nilai 2 < nilai 2d.f..1-

kris/studiepid/ppt 68
nilai 2d.f..1- = 3.84

{ d.f = derajat kebebasan = (r-1)(c-1) = (2-1)(2-1) =1 dan 1-= 1- 0.05 = 0.95)

kita menolak H0 karena nilai nilai 2 = 15.75 > 3.84 dimana nilai p < 0.05
artinya ada hubungan secara statistik antara variabel
cakupan imunisasi campak dengan insiden campak

• kelebihan dari studi korelasi :


• jika data telah tersedia relatif murah
• dapat untuk melihat distribusi frekwensi kejadian penyakit
/masalah kesehatan dalam satuan agregat di populasi
• dapat melihat hubungan antara variabel yang diteliti
dalam satuan agregat
• dapat untuk membangun /memformulasikan hipotesis baru

kris/studiepid/ppt 69
• kelemahan studi korelasi :
• tidak dapat melihat hubungan ditingkat individu.
• ada ecologic fallacy, yakni bias dalam menginterpretasikan,
hubungan tingkat agregat
disamakan dengan hubungan tingkat individu,

misal ada hubungan antara angka cakupan imunisasi campak


dengan angka insidens campak (hubungan dalam tingkat agregat)
 belum berarti dalam tingkat idividu ada hubungan
antara imunisasi dengan kejadian penyakit campak pada seseorang

• sehingga untuk membuktikan adanya hubungan ditingkat individu,


dari studi korelasi hanya dapat memformulasikan hipotesis baru
• pembuktian hipotesis tadi dengan disain studi epidemiologi analitik

kris/studiepid/ppt 70
Studi Cross-sectional

 Tujuan:
– mempelajari angka kejadian suatu
penyakit/masalah kesehatan
– mempelajari hubungan antara suatu faktor
risiko dengan angka kejadian suatu
penyakit
 Unit analisa: individual
 Faktor risiko/exposure dan status
penyakit/masalah kesehatan dukur
pada saat yang sama
kris/studiepid/ppt 71
Defined Population

Gather data on exposure and disease

Exposed, Not Exposed,


Exposed, Not Exposed,
Do not have Do not have
Have disease Have disease
disease disease
kris/studiepid/ppt 72
Persiapan air minum dan
prevalensi diare pada anak
balita di Kalimantan Selatan

60

50

40

Mencampur
30
Diare

20

10

0
Sei Lulur Murung Keraton Banjar Baru Malintang

kris/studiepid/ppt 73
Disain Studi Potong-Lintang (cross-sectional study)

• nama lain : studi prevalensi, survey


• bersifat observasional
• unit pengamatan dan unit analaisisnya adalah individu
• populasi studi merupakan populasi umum
• sampel diambil secara random (acak)
• setiap orang di populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk menjadi anggota sampel
• sampel representatif /mewakili populasi

• pengukuran variabel independet (exposure) dan variabel dependent


(outcome) dilakukan secara simultan, sehinga :
• tidak dapat terlihat sekuens mana yang terjadi lebih dulu,
variabel independent atau variabel dependent, atau sebaliknya
• konsekwensinya tidak dapat melihat hubungan sebab-akibat
(exposure harus mendahului outcome )

kris/studiepid/ppt 74
• analisis yang dilakukan dapat bersifat:
• deskriptif :
• distribusi frekwensi kejadian penyakit/ masalah kesehatan
berdasarkan “orang - tempat - waktu”
• distribusi frekwensi variabel “exposure” dan “outcome”
(angka prevalens)

• analitik : melihat korelasi/hubungan antara variabel-variabel


diteliti
• jika variabel “exposure” dan variabel “outcome” diukur
sebagai data kontinyu
• hubungannya secara statistik diuji dengan uji korelasi
• kekuatan/keeratan hubungan dilihat dengan melihat
nilai koefisien korelasi (“r”) ataupun dengan koefisien
regressi

kris/studiepid/ppt 75
• jika variabel “exposure” dan variabel “outcome” diukur sebagai
data kategorikal
• hubungannya secara statistik dapat diuji dengan
uji  kuadrat, atau regressi logistik
• kekuatan hubungan dilihat dengan menghitung RR
atau OR

• jika variabel “exposure” diukur sebagai data kontinyu dan


variabel “outcome” diukur sebagai data kategorikal
• hubungannya secara statistik dapat diuji dengan
regressi logistik kekuatan hubungan dilihat dengan
menghitung exponensial koefisien regressi
• setiap ada penambahan atau pengurangan satu satuan
unit “exposure” terjadi peningkatan atau pengurangan
odds “outcome” sebesar eksponensial koefisien regressi

kris/studiepid/ppt 76
• jika variabel “exposure” diukur sebagai data kategorikal
dan variabel “outcome” diukur sebagai data kontinyu
• hubungannya secara statistik dapat diuji dengan uji t
(jika hanya2 kelompok “exposure”) dan tes Anova
(bila lebih dari 2 kelompok)
• kekuatan hubungan dilihat dengan membandingkan
masing-masing nilai mean pada masing-masing kelompok

kris/studiepid/ppt 77
Contoh :

• dalam suatu penelitian dengan disain potong lintang :


• ingin melihat hubungan antara skore intensitas psikosis
dengan kadar amphetamin darah.
• D = skore intensitas psikosis (data kontinyu)
• E = kadar amphetamin darah (data kontinyu)
• pengukuran D dan E dilakukan secara simultan
• populasi pengguna amphetamin yang datang ke klinik
ketergantungan obat
• sampel 10 orang yang diambil secara random dari populasi

• analisis deskriptif : menghitung mean, median, mode dari


variabel D dan E

kris/studiepid/ppt 78
• analisis analitik :
• buat diagram scatter untuk melihat hubungan secara kasar
• analisis korelasi linear dan analisis regrresi
• alpha ditentukan 0,05
• untuk melihat hubungan E dan D lihat koefisien korelasi “r”
• untuk melihat bagaimana E memprediksian D lihat
koeffisien regressi b

kris/studiepid/ppt 79
Data

Pasien Skore intesitas psikosis Kadar amphetamin darah


(Y) mg/ml ( X )

1 10 150
2 30 300
3 20 250
4 15 150
5 45 450
6 35 400
7 50 425
8 15 200
9 40 350
10 55 475

kris/studiepid/ppt 80
persamaan garis linier : y = a + bx

n xy - ( x )(y) y - bx


b = -------------------------- a = ---------------------------
n x2 - (x )2 n

b2 [ x2 - ( x )2/n]
r2 = ---------------------------------------- r = r2
y2 - (y)2/n

silahkan hitung koefisien korelasi “r” dan koefisen regressi “b”

kris/studiepid/ppt 81
Uji statsitik: t statistik

n-2
t=r ------------ dengan derajat kebebasan = n-2
1 - r2

Apakah ada hubungan secara statistik antara kadar amphetamin darah


dengan skore intensitas psikosis

Buatlah persamaan garis y = a + bx

Seseorang pecandu dengan kadar amphetamin 360 mg/ml darah


berapa kira-kira skore intesitas psikosisnya

kris/studiepid/ppt 82
Contoh 2
• dalam suatu penelitian dengan disain potong lintang
• ingin melihat hubungan antara merokok dan bronchitis kronis.
• D = bronchitis kronis (data kategorikal)
• E = merokok (data kategorikal)
• pengukuran D dan E dilakukan secara simultan
• populasi merupakan pegawai di pabrik A
• sampel 1000 orang yang diambil secara random dari populasi

• analisis deskriptif : menghitung distribusi frekwensi D dan E

• analisis analitik :
• analisis khi kuadrat dengan tabel kontingensi
• alpha ditentukan 0,05
• untuk melihat hubungan E dan D hitung OR atau PR

kris/studiepid/ppt 83
Tabel kontingensi 2x2 untuk data diatas

“Outcome”
D+ D- total

E+ 200 200 400


“exposure”
E- 100 500 600

total 300 700 1000

kris/studiepid/ppt 84
Populasi • sampel dipilih secara random (acak)
• sampel representatif untuk populasi

sampel

• distribusi frekwensi variabel “exposure”


sampel • distribusi frekwensi variabel “outcome”

Distribusi frekwensi berdasarkan variabel “exposure” pada sampel


• terpapar dengan “exposure”  E +
• tidak terpapar dengan “exposure”  E -
misal sampel terdiri dari 1000 orang
terpapar dengan “exposure”  E + = 400 orang = 40%
tidak terpapar dengan “exposure”  E - = 600 orang = 60%

E+ 40% prevalensi terpapar dengan “exposure” = 40%


E- 60% prevalensi tidak terpapar dengan exposure = 60%

kris/studiepid/ppt 85
Distribusi frekwensi berdasarkan variabel “outcome” pada sampel
•“outcome” positif  D (disease) +
•“outcome”negatif  D (disease) -
misal sampel terdiri dari 1000 orang
•“outcome” positif  D (disease) + = 300 orang = 30 %
•“outcome”negatif  D (disease) - = 700 orang = 70%

D+ 30%

D- 70%

Prevalensi “disease” = 30%


prevalensi “not disease” = 70%

kris/studiepid/ppt 86
Mendistribusikan variabel “disease” pada variabel “exposure”

200 D+ 100 D+
dari 400(E+) dari 600 (E-)
200 D - 500 D -

E+ 200 D+ 200 D -
E- 100 D+ 500 D -

dari 400 orang (E+)  prevalens D+ pada kelompok E+ = 200/400

dari 600 orang (E-)  prevalens D - pada kelompok E - = 100/600

prevalens D+ pada kelompok E+ = 200/400


Prevalens Ratio = ------------------------------------------------------------------ = 3
prevalens D + pada kelompok E- = 100/600

kris/studiepid/ppt 87
Odds D+E + (kelompok orang terpapar) = 200/200
Odds D+E - (kelompok tidaterpapar) = 100/500

Odds D+E + (kelompok orang terpapar) 200/200


OR = ---------------------------------------------------- = ------------ = 5
Odds D+E - (kelompok tidaterpapar) = 100/500

Tabel kontingensi 2x2 untuk data diatas

“Outcome”
D+ D- total

E+ 200 200 400


“exposure”
E- 100 500 600

total 300 700 1000

kris/studiepid/ppt 88
Mendistribusikan variabel “exposure” pada variabel “disease”

200 E+ 200 E+
dari 300 (D+) dari 700 (D-)
100 E - 500 E -

Prevalens E+D + (kelompok orang sakit) = 200/300


Prevalens E+D - (kelompok tidak sakit) = 200/700

Prevalens E+D + (kelompok orang sakit) 200/300


Prevalens Ratio = ---------------------------------------------------= ------------ = 2 1/3
Prevalens E+D - (kelompok tidak sakit) 200/700

kris/studiepid/ppt 89
Odds E+D + (kelompok orang sakit) = 200/100
Odds E+D - (kelompok tidak sakit) = 200/500

Odds E+D + (kelompok orang sakit) = 200/100


OR = ------------------------------------------------------------------ = 5
Odds E+D - (kelompok tidak sakit) = 200/500

Terlihat bahwa kalkulasi nilai OR tetap = 5.


• bila variabel “disease” didistribusikan pada variabel “exposure”
• atau bila variabel “exposure” dididtribusikan pada variabel “disease”

kris/studiepid/ppt 90
Cross-Sectional Studies
• Snapshot of the health status of
populations at a certain point in time

• For each subject, exposure and


disease outcome are assessed
simultaneously (hence also called a
“prevalence study/survey”)

• Compare prevalence of disease in


persons with and without the
exposure of interest
Cross-Sectional Studies
Disease No Disease

Exposed a b

Not
Exposed c d

a / (a + b)
Prevalence Ratio (PR) = ------------
c / (c + d)
Cross-Sectional Studies
CHD No CHD
Cholesterol

High 100 400

Normal/
Low 50 450

100 / (100 + 400) 0.2


Prevalence Ratio = --------------------- = ---- = 2.0
50 / (50 + 450) 0.1
Cross-Sectional Studies
100 / (100 + 400) 0.2
Prevalence Ratio = --------------------- = ---- = 2.0
50 / (50 + 450) 0.1

Interpretation: In this study population, the


prevalence of CHD is 2 times higher among
those with high cholesterol, compared to the
prevalence in those with normal or low
cholesterol.
Cross-Sectional Studies
Strengths:
• Provides prevalence estimates of
exposure and disease for a well-defined
population

• Easier to perform than studies that


require follow-up (hence relatively
inexpensive)

• Can evaluate multiple risk (and


protective) factors and health outcomes
at the same point in time
Cross-Sectional Studies

Strengths:
• May identify groups of persons at
high or low risk of disease

• Can be used to generate hypotheses


about associations between
predictive factors and disease
outcomes
Cross-Sectional Studies
Limitations:
• Prevalent rather than incident (new)
cases are used – the exposure could be
associated with survival after disease
occurrence, rather than development
of the disease

• Temporal sequence between exposure


and disease cannot be established
* i.e. Which came first, chicken or the egg?
Kelebihan Studi Potong Lintang :

• dapat untuk melihat distribusi frekwensi penyakit di populsi


• dapat untuk melihat hubungan variabel “exposure” dan
variabel “outcome”
• hasil analisisnya dapat dipakai untuk membangun hipotesis baru

Kelemahan Studi Potong Lintang

• tidak dapat untuk melihat hubungan sebab akibat, karena


variabel “exposure” dan variabel “outcome” diukur secara simultan

kris/studiepid/ppt 98

Anda mungkin juga menyukai