Anda di halaman 1dari 37

Keperawatan Masalah Psikososial

(Penggunaan NAPZA)

Ns. Ilham, S.Kep


TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa Mampu Memahami Konsep


Keperawatan Masalah Psikososial
(Penggunaan NAPZA)
Pengertian
• Pengertian
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus
menerus bahkan sampai terjadi masalah Ketergantungan zat
menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai
penyakit.
• Adiksi : perilaku psikososial yang berhubungan dengan
ketergantungan zat.
• Gejala putus zat : terjadi karena kebutuhan biologik
terhadap obat.
• Toleransi :adalah peningkatan jumlah zat untuk
memperoleh efek yang diharapkan.
• Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda
ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998)
Rentang Respons Gangguan Penggunaan NAPZA
• Respon adaptif Respon Maladaptif

Eksperimental Rekreasional Situasional Peyalahgunaan Ketergantungan


(Sumber: Yosep, 2007)

• Eksperimental: Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuan pada
masa tumbuh kembangnya, klien biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf coba-
coba.
• Rekreasional: Penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman sebaya, misalnya pada waktu
pertemuan malam mingguan, acara ulang tahun. Penggunaan ini mempunyai tujuan rekreasi bersama
temantemannya.
• Situasional: Mempunyai tujuan secara individual, sudah merupakan kebutuhan bagi dirinya sendiri. Seringkali
penggunaan ini merupakan cara untuk melarikan diri atau mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya individu
menggunakan zat pada saat sedang mempunyai masalah, stres, dan frustasi.

• Penyalahgunaan: Penggunaan zat yang sudah cukup patologis, sudah mulai digunakan secara rutin, minimal
selama 1 bulan, sudah terjadi penyimpangan perilaku mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial,
pendidikan, dan pekerjaan.
• Ketergantungan: Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis.
Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana individu yang
biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau
berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan.
Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk
mencapai tujuan yang biasa diinginkannya
Jenis-Jenis NAPZA
1. Narkotika
Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun sintetis yang dapat menyebabkan turunnya kesadaran,
menghilangkan atau mengurangi hilang rasa atau nyeri dan perubahan kesadaran yang enimbulkan ketergantungan
akan zat tersebut secara terus menerus. Contoh narkotika yang terkenal adalah seperti ganja, heroin, kokain, morfin,
amfetamin, dan lain-lain.
2. Psikotropika (Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, )
Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat atau obat, baik sintesis maupun
semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika (Hawari, 2006) adalah:
stimulansia yang membuat pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis. Termasuk dalam
golongan stimulan adalah amphetamine, ektasy (metamfetamin), dan fenfluramin. Amphetamine sering disebut
dengan speed, shabu-shabu, whiz, dan sulph. Golongan stimulan lainnya adalah halusinogen yang dapat mengubah
perasaan dan pikiran sehingga perasaan dapat terganggu. Sedative dan hipnotika seperti barbiturat dan
benzodiazepine merupakan golongan stimulan yang dapat mengakibatkan rusaknya daya ingat dan kesadaran,
ketergantungan secara fisik dan psikologis bila digunakan dalam waktu lama
3. Zat Adiktif Lainya
• Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat
membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung dan tidak langsung yang mempunyai sifat
karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi. Bahan -bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan
termasuk ke dalam narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik seseorang jika
disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999).
• Adapun yang termasuk zat adiktif ini antara lain: minuman keras (minuman beralkohol) yang meliputi
• minuman keras golongan A (kadar ethanol 1% sampai 5%) seperti bir, green sand;
• minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai 20%) seperti anggur malaga; dan minuman.
• keras golongan C (kadar ethanol lebih dari 20% sampai 55%) seperti brandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan
mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10% (Marviana dkk. 2000).
• Zat adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan solvent/inhalasia.
Faktor Penyebab Penyalahgunaan
NAPZA
1. Faktor Internal
a) Faktor Kepribadian
b) Inteligensia
c) Usia
d) Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu
e) Pemecahan Masalah

2. Faktor Eksternal
a) Keluarga
b) Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
c) Faktor Kesempatan
Tanda dan Gejala
• Pengaruh NAPZA pada tubuh disebut
intoksikasi. Selain intoksikasi, ada juga
sindroma putus zat yaitu sekumpulan gejala
yang timbul akibat penggunaan zat yang
dikurangi atau dihentikan. Tanda dan gejala
intoksikasi dan putus zat berbeda pada jenis
zat yang berbeda
Tanda dan gejala intoksikasi
Opiat Ganja Sedatif- Alkohol amfetamine
Hipnotik
1. mengantuk 1. eforia 1. Pengendali 1. mata 1. Selalu
2. bicara 2. mata an diri merah terdorong
cadel merah berkurang 2. bicara 2. Untuk
3. konstipasi 3. mulut 2. jalan cadel bergerak
4. kering sempoyon 3. Jalan 3.
penurunan 4. banyak gan sempoyon berkeringat
kesadaran bicara dan 3. Mengantuk gan 4. gemetar
tertawa memperpa 4. perubahan 5. cemas
5. nafsu njang tidur 5. persepsi 6. depresi
makan 4. Hilang 6. penurunan 7. paranoid
meningkat kesadaran 7. Kemampua
6. Gangguan n menilai
persepsi
Tanda dan Gejala Putus Zat
Opiat Ganja Sedatif- Alkohol amfetamine
Hipnotik

1. nyeri jarang 1. tangan 1. cemas 1. cemas


2. mata dan ditemukan gemetar 2. depresi 2. depresi
3. hidung berair 2. Perubahan 3. muka merah 3. kelelahan
4. Perasaan persepsi 4. mudah marah 4. energi
panas dingin 3. gangguan 5. tangan 5. berkurang
5. diare daya ingat gemetar 6. Kebutuhan
6. gelisah 4. tidak bisa tidur 6. mual muntah tidur
7. tidak bisa tidur 7. tidak bisa tidur meningkat
Dampak Penyalahgunaan NAPZA
• Bagi diri sendiri.
• Bagi Keluarga
• Bagi pendidikan atau sekolah
• Bagi Masyaeakat bangsa dan negara
Dampak Yang Ditimbulkan Pemakai
Narkoba
3 (tiga) golongan/jenis:
a) Upper
b) Downer
c) Halusinogen
Penanggulangan Masalah NAPZA
• Penanggulangan masalah NAPZA dilakukan
mulai dari
1. pencegahan,
2. pengobatan
3. sampai pemulihan (rehabilitasi
Pengkajian
1. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
1. Kapan zat digunakan
2. Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
3. Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
2. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
1. Berbagi peralatan suntik
2. Perilaku seks yang tidak nyaman
3. Menyetir sambil mabuk
4. Riwayat over dosis
5. Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
3. Kaji pola penggunaan
1. Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan
malam)
2. Penggunaan selama seminggu
Diagnosa Keperawatan
• Koping individu tidak efektif:belum mampu
mengatasi keinginan menggunakan zat
Tindakan Keperawatan
• Strategi Pertemuan 1- Klien:
1. mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA
bagi kesehatan, cara
2. meningkatkan motivasi berhenti, dan cara
mengontrol keinginan.
3. melatih cara meningkatkan motivasi dan cara
mengontrol keinginan.
4. membuat jadwal latihan
Latihan SP 1-Klien
• Orientasi
“Selamat pagi Dik, perkenalkan saya suster M”. “Nama adik siapa?”
“Lebih senang dipanggil apa” “Bagaimana keadaan kamu pagi ini?”
“Kalau A tidak keberatan, selama 20 menit kedepan kita akan
bercakap-cakap tentang kesehatan A?” “Bagaimana kalau kita
bercakap-cakap di teras depan ruangan A?”
• Kerja
“Apa yang biasa A pakai sebelum masuk ke pusat rehabilitasi ini?”
“Ganja?” “Apakah ada keluhan dengan kesehatan A?” “Bagaimana
hubungan A dengan teman-teman A?” “Bagaimana dengan sekolah
A?” “Sejak kapan A menggunakan ganja?” “Pada situasi yang
bagaimana timbul keinginan A menghisap ganja?” “Apa saja akibat
yang A rasakan kalau menghisap ganja?”
• “Apakah A ingin berhenti?” “Bagus!” “Berapa kali A mencoba berhenti?” “Bagaimana perasaan A
ketika tidak menghisap ganja?” “Apa yang menyebabkan A memakai ganja lagi?” “Baiklah kalau
begitu, Suster akan jelaskan akibat kesehatan yang dapat terjadi. (Jelaskan sesuai jenis NAPZA yang
dipakai, tabel 1 dan 2). “Yang mana yang sudah A alami?” “Jadi A ingin coba berhenti?”
• “Sekarang mari kita bicarakan apa-apa saja yang masih dapat dibanggakan dari A, kita mulai dari:
• * Diri A: “Coba A lihat aspek positif yang masih A miliki.” “Betul A masih sangat muda, punya
pendidikan, sehat, dan masa depan yang cerah sedang menunggu kamu, bagus sekali.”
• * Keluarga A: “A masih punya ayah, ibu, dan saudara-saudara kamu yang begitu perhatian dengan
kamu”. “Ternyata banyak sekali hal positif yang ada pada A” “Sekarang bagaimana kalau A berlatih
mensyukuri hal positif yang ada pada A” “Katakan saya masih muda, saya harus berhenti!”
• “Bagaimana kalau kita teruskan diskusi tentang cara-cara menghindari penggunaan ganja.” “Ada
beberapa cara yaitu:
1. Hindari teman-teman A yang menawarkan ganja
2. Kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan
3. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti
4. Kalau pergi keluar dari rumah sebaiknya ditemani keluarga
• Terminasi
“Bagaimana perasaan A setelah bercakap-cakap?” “Bagus
sekali.” “Nah, suster mau tanya lagi: “Coba A sebutkan
kembali hal-hal positif yang masih A miliki!” “Bagus
sekali” “Yang mana yang mau dilatih?” “Saya bisa
berhenti.” (Afirmasi). “Sekarang coba sebutkan kembali
cara menghindari penggunaan ganja!”“Benar” “Yang
mana yang mau dilatih” “Nah, masukkan dalam jadwal
latihannya dan dicoba” “Besok pagi suster akan datang
kembali, kita akan diskusikan lagi hasil latihannya dan kita
latih cara yang lain.” “Bagaimana A” “Baiklah kalau begitu
besok jam 11.00 kita ketemu ya.” “Sampai jumpa”
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu
klien mengatasi raving/nagih (keinginan untuk menggunakan ke
mbali NAPZA) adalah sebagai berikut:
• identifikasi rasa nagih muncul,
• ingat diri sendiri, rasa nagih normal muncul saat kita berhenti,
• ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar, semakin diberi
makan semakin sering muncul, cari seseorang yang dapat
mengalihkan dari rasa nagih,
• coba menyibukkan diri saat rasa nagih datang,
• Tundalah penggunaan sampai beberapa saat,
• bicaralah pada seseorang yang dapat mendukung,
• lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman,
• kunjungi teman-teman yang tidak menggunakan narkoba,
• tontonlah video, ke bioskop atau dengar musik yang dapat membuat
• rileks,
• dukunglah usaha anda untuk berhenti sekalipun sering berakhir
dengan menggunakan lagi, bicara pada teman-teman yang berhasil
berhenti,
• Dan bicaralah pada teman-teman tentang bagaimana mereka
menikmati hidup atau rilekslah untuk dapat banyak ide.
Menurut Keliat dkk. (2006), tujuan tindakan keperawatan untuk
keluarga adalah sebagai berikut

• Keluarga dapat mengenal masalah


ketidakmampuan anggota
• keluarganya berhenti menggunakan NAPZA
• Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien
untuk berhenti
• Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien
NAPZA
• Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien
yang perlu dirujuk
Evaluasi
• Klien mengetahui dampak NAPZA
• Klien mampu melakukan cara meningkatkan
motivasi untuk berhenti menggunakan NAPZA
• Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan
menggunakan NAPZA kembali
• Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan
koping yang adaptif
• Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat
• Klien mematuhi program pengobatan
Sekian terima
kasih
Post Traumatic Strees Disorder

Ns. Ilham, S.Kep


TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa Mampu Memahami


Post Traumatic Stress Disorder
Konsep PTSD
• Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah kecemasan
patologis yang umumnya terjadi setelah seseorang mengalami
atau menyaksikan trauma berat yang mengancam fisik dan
jiwa orang tersebut.
• PTSD adalah stress yang disebabkan oleh kejadian atau
mengalaman traumatik terjadi setelah (setelah 6 tahun
kejadian taumatik), termasuk salah salah satu gangguan
kecemasan (anxiety disorder) cara mengatasi yang sering
digunakan intervensi krisis.
• PTSD adalah pengalaman traumatik yang sering disebabkan
oleh physical abuse, korban kriminalitas, korban peperangan,
bencana alam yang dipengaruhi support system yang ada dan
mekanisme koping individu.
Factor Penyebab
• Trauma yang disebabkan oleh bencana alam seperti bencana (gempa bumi,
banjir, topan), kecelakaan, kebakaran, menyaksikan kecelakan atau bunuh diri,
kematian anggota keluarga atau sahabat secara mendadak.
• Trauma yang disebabkan individu menjadi korban dari interpersonal attack,
seperti: korban dari penyimpangan atau pelecehan seksual, penyerangan atau
penyiksaan fisik, peritiwa kriminal (perampokan dengan kekerasan),
penculikan, menyaksikan peristiwa penembakan atau tertembak.
• Trauma yang terjadi akibat perang, atau konflik bersenjata seperti: tentara
yang diserang, korban terorisme atau pengeboman, korban penyiksaan,
sandera, orang yang menyaksikan atau mengalami kekerasan.
• Trauma yang disebabkan oleh penyakit berat yang diderita individu seperti:
kanker, rheumatoid arthiris, jantung, diabetes, renal failure, multiple
sclerosis dan penyakit lain yang mengancam jiwa pemderitanya.
Teori-Teori Factor Penyebab
• Psikodinamika: Ego klien telah mengalami trauma berat, sering dirasakan
sebagai ancaman terhadapintegritas fisik atau konsep diri.
• Biologis: Dari hasil penelitian, abnormal dalam penyimpangan, pelepasan dan
eliminasi katekolamin yang mempegaruhi fungsi otak di daerah lokus serules,
amigdala dan hipokampus. Hipersensitivitas pada lokud serules dapat
menyebabkan seseorang tidak dapat belajar. Amigdala sebagai penyimpanan
memori. hipokampus menimbulkan koheren naratif serta lokasi waktu dan
ruang. Hiperaktiv dalam amigdala dapat menghabat otak membuat hubungan
perasaan dalam memorinya sehingga menyebabkan memori disimpan dalam
bentuk mimpi buruh, kilas balik, dan gejala-gejala fisik lainnya.
• Dinamika Keluarga: Tipe pendidikan formal, kehidupan keluarga, dan gaya
hidup merupakan perkiraan yang signifikan terjadi PTSD. Pendidikan yang
dibawah rata-rata, perilaku orang tua yang negatif, dan kemiskinan orang tua
merupakkan prediktor perkembangan PTSD.
Tanda dan Gejala PTSD
• Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukan dengan: selalu teringat akan
peristiwa yang menyedihkan yang telah dialami, Flashback (merasa seolah-lah
peristiwa yang menyedihkan terulang kembali), Nightmares (mimpi buruk
tentang kejadian-kejadian yang membuat sedih), Reaksi emosional dan fisik
yang berlebihan karena terpicu oleh kenangan akan peristiwa yang
menyedihkan.
• Penghindaran dan emosional yang dangkar, ditunjukan dengan: menghindari
aktivitas, tempat, berfikir, merasakan, atau percakan yang berhungan dengan
trauma dan Kehilangan minat terhadap semua hal
• Perasaan terasing dari orang lain : Emosi dangkal, Sensitifitas meningkat,
ditunjukan dengan: susah tidur, mudah marah, susah berkonsentrasi,
kewaspadaan yang berlebihan, respon yang berlebihan atas segala sesuatu
• Gejala gangguan fisik : Pusing, Gangguan pencernaan, Sesak napas, Tidak bisa
tidur, Kehilangan selera makan, Impotensi, dan sejenisnya
Selanjutnya…Tanda dan Gejala PTSD
• Gangguan kognitif : Gangguan pikiran seperti disorientasi, Mengingkari
kenyataan, Linglung, Melamun, Lupa, Terus menerus dibayang ingatan
yang tak diinginkan, Tidak fokus dan tidak konsentrasi, Tidak mampu
menganalisa dan merencanakan hal-hal yang sederhana, Tidak mampu
mengambil keputusan
• Gangguan emosi : Halusinasi dan depresi, Mimpi buruk, Marah, Merasa
bersalah, Malu, Kesedihan yang berlarut-larut, Kecemasan dan
ketakutan
• Gangguan perilaku : Menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan tubuh
yang minimal. contoh: duduk, berjam-jam dan perilaku repetitif
(berulang-ulang)
• Gangguan sosial : Memisahkan diri dari lingkungan, Menyepi, Agresif,
Prasangka, Konflik dengan lingkungan, Merasa ditolak atau sebaliknya
sangat dominan
Pengkajian PTSD
• Aktivitas atau istirahat : Gangguan tidur, Mimpi buruk, Hipersomnia, Mudah
letih, Keletihan kronis
• Sirkulasi : Denyut jantung meningkat, Palpitasi, Tekanan darah meningkat,
Terasa panas
• Integritas ego : Derajat ansietas bervariasi dengan gejala yangb berlangsung
berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan. Gangguan stress akut terjadi
2 hari - 4 minggu dalam 4 minggu peristiwa traumatik. PTSD akut gejala kurang
dari 3 bulan. PTSD kronik gejala lebih dari 3 bulan. Kesulitan mencari antuan
atau menggerakan sumber personal (menceritakan pengalaman pada anggota
keluarga/teman). Perasaan bersalah, tidak berdaya, isolasi. Perasaan malu
terhadap ketidakberdayaan sendiri. Perasaan tentang masa depan yang suram
atau memendek
• Neurosensori : Gangguan kognitif sulit berkonsentrasi. Kewaspadaan tinggi.
Ketakutan berlebihan. Ingatan persisten atau bicara terus terang suatu
kejadian. Pengendalian keinginan yang buruk dengan ledakan perilaku yang
agresif tidak dapat diprediksi atau memunculkan perasaan (marah, dendam,
benci, sakit hati). Perubahan perilku (murung, pesimis, berifikit yang
menyedihkan, iritabel). Ketagangan otot, gemetar, kegelisahan motorik
Selanjutnya…Pengkajian PTSD
• Nyeri atau ketidaknyamanan : Nyeri fisik karena cedera mungkin diperberat
melebihi keparahan cidera
• Pernapasan : Frekuensi pernapasan meningkat. Dispneu
• Keamanan : Marah yang meledak-ledak. Perilaku kekerasan terhadap
lingkungan atau individu lain. Gagasan bunuh diri
• Seksualitas : Hilangnya gairah. Impotensi. Ketidakmampuan mencapai orgasme
• Interaksi sosial : Minghindar orang/tempat/kegiatan yang meninggalkan
ingatan tentang trauma, penurunan responsif, mati rasa secara psikis,
pemisahan emosi atau mengasingkan diri dari orang lain. Hilangnya minat
secara nyata pada kegiatan yang signifikan, termasuk pekerjaan.
Diagnosa Keperawatan PTSD

• Ansietas (berat sampai panik)/ketakutan.


• Ketidakberdayaan.
• RPK
• Koping individu tidak efektif.
• Berduka kompleks
DIAGNOSA KEPERAWATAN : ANSIETAS
TUJUAN KEPERAWATAN :
1. Pasien mampu mengenal ansietas
2. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
3. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui distraksi
4. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui hipnotis lima jari
5. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual
TINDAKAN KEPERAWATAN :

1. Mendiskusikan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat


2. Melatih teknik relaksasi fisik
3. Melatih mengatasi ansietas dengan distraksi
4. Melatih mengatasi ansietas melalui hipnotis lima jari
DIAGNOSA KEPERAWATAN : KETIDAKBERDAYAAN
TUJUAN KEPERAWATAN :
1. Mengenali ketidakberdayaan yang dialaminya
2. Mengontrol ketidakberdayaannya dengan latihan berfikir positif
3. Mengontrol ketidakberdayaannya dengan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan, pengobatan dan
masa depannya
4. Mengontrol ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan klien

TINDAKAN KEPERAWATAN :
1. Diskusikan tentang penyebab dan perilaku akibat ketidakberdayaannya
2. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya
untuk mengontrol
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap ketidak berdayaannya
4. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan
5. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau subtitusi
6. Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
7. Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat klien
8. Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional
9. Latih mengembangkan harapan positif (afirmasi positif)
10. Latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan klien
(Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan – kekuatan diri yang dapat
diidentifikasi oleh klien) misalnya klien masih mampu menjalankan peran sebagai ibu meskipun sedang sakit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN : RPK
TUJUAN KEPERAWATAN :
1. Pasien Mampu Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat dari perilaku kekerasan
2. Pasien Mampu Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 tarik nafas dalam dan cara fisik 2:
pukul kasur/bantal
3. Pasien Mampu Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara teratur
4. Pasien Mampu Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal/bicara baik-baik
5. Pasien Mampu Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
TINDAKAN KEPERAWATAN :
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta akibat dari perilaku kekerasan
2. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 tarik nafas dalam dan cara fisik 2: pukul
kasur/bantal
3. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara teratur
4. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal/bicara baik-baik
5. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
DIAGNOSA KEPERAWATAN : KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
TUJUAN KEPERAWATAN :
1. Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif
2. Pasien mampu mengatasi koping individu tidak efektif
3. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif
untuk mengatasi masalahnya
TINDAKAN KEPERAWATAN :
1. Bina hubungan saling percaya.
2. Kaji status koping yang digunakan klien
3. Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya.
4. Motivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri.
5. Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
6. Ajarkan alternatif koping yang konstruktif
DIAGNOSA KEPERAWATAN : BERDUKA KOMPLEKS
TUJUAN KEPERAWATAN :
Pasien dapat melalui proses berduka secara normal dan sehat
TINDAKAN KEPERAWATAN :

1. Menjadi pendengar yang aktif


2. Meningkatkan koping
3. Emosional support
4. Spiritual support

Anda mungkin juga menyukai