Anda di halaman 1dari 22

Dosen Pengampu : Eliatun, ST., MT.

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 4 :


1. Annisa Aulia Arysiwi (1610811320003)
2. Axel Ricardo Santoso (1610811110008)
3. Eva Puspita Dewi (1610811320009)
4. Farah Khalisa (1610811320010)
5. Ferry Saputra Sudjana (1610811110014)
6. Julizar Rahman (1610811310013)
7. Muhammad Rizki Ramadhan (161081131002
8. Novia Ariani (1610811320030)
9. Sayed Abdullah Iskandar Alydrus (161081131003
10. Andria Refian Noor (1610811210008)
Mengapa Dewatering perlu dilakukan?

Karena Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya


air tanah. Oleh karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus
dipersiapkan pekerjaan pengeringan (dewatering) agar air tanah yang ada tidak
mengganggu proses pelaksanaan basement. Masalah galian dalam lebih kritis bila
kondisi tanah merupakan tanah lunak atau pasir lepas dalam kondisi muka air tanah
yang tinggi.
Sesungguhnya masalah dewatering dapat diartikan dalam 2 tinjauan.
Yang pertama adalah pengeringan lapangan kerja dari air permukaan (misalnya air
hujan atau air banjir yang masuk area galian). Yang kedua adalah karena peristiwa
rembesan yang mengakibatkan air berkumpul di area galian dan mengganggu
pekerjaan.
Dewatering(pekerjaan pengeringan)

Dewatering adalah proses penurunan muka air tanah selama


Konstruksi berlangsung selain itu juga diperuntukkan pencegahan
kelongsoran akibat adanya aliran tanah pada galian atau bisa
dipaparkan sebagai proses pemisahan antara cairan dengan
padatan.
Tujuan Dewatering

1. Mencegah rembesan

2. Memperbaiki kestabilan tanah

3. Mencegah pengembungan tanah

4. Memperbaiki karakteristik dan kompaksi tanah terutama dasar

5. Pengeringan lubang galian

6. Mengurangi tekanan lateral


Proses Dewatering
Proses Dewatering tidak dapat dilakukan secara sekaligus,melainkan bertahap:

1.Thickening
Merupakan proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel
atau mineral tersebut dalam suatu pulp sehingga solid factor yang dicapai sama dengan satu (% solid = 50%)
2. Filtrasi
Merupakan proses pemisahan antara padatan dengan cairan jalan
menyaring (dengan filter) sehingga didapat solid factor sama dengan empat (% solid = 100%).
3. Drying
Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan jalan pemanasan,
sehingga padatan itu betul-betul bebas dari cairan atau kering (% solid = 100%)
Faktor-Faktor Penentu dalam Pemilihan Dewatering

1. Sifat tanah

2. Air tanah

3. Ukuran dan dalam galian

4. Daya dukung tanah

5. Kedalam dan tipe pondasi

6. Design dan fungsi dari struktur

7. Rencana pekerjaan
Metode dewatering :
1. Metode Open Pumping
Pada metode dewatering ini air tanah dibiarkan mengalir ke dalam lubang galian, kemudian
dipompa keluar melalui sumur/ selokan penampung di dasar galian.
Metode Open Pumping

Metode Open Pumping ini digunakan bila:


• Karakteristik tanah merupakan tanah padat,
bergradasi baik dan berkohesi
• Jumlah air yang akan dipompa tidak besar
(debitnya)
• Dapat dibuat sumur/ selokan penampung
untuk pompa.
• Galian tidak dalam.
Pelaksanaan Metode Open Pumping:
• Siapkan saluran untuk mengalirkan air tanah yang dipompa, sejak sebelum penggalian dimulai.
• Penggalian diakukan sampai kedalaman rencana, bila belum sampai pada kedalaman rencana sudah
tergenang air yang cukup mengganggu pekerjaan galian, maka penggaliannya dilakukan secara bertahap.
• Pada setiap tahapan galian dibuat sumur kecil/ selokan tandon air untuk tempat pompa isap.
• Pada sumur/ selokan tandon air tersebut, dipasang pompa untuk pengeringan (pompa submersible lebih
baik dibanding pompa biasa).
• Bila kedalaman galian melebihi kemampuan isap pompa (suction lift), maka pemompaan dapat diturunkan
• Bila galian sangat luas, dapat dilakukan secara bertahap. Dan membuat sumur/ selokan di beberapa
tempat.
• Galian dengan areal yang sangat luas, maka dilakukan penahapan sebagai berikut:
• Tanah digali sebatas muka air tanah pada seluruh luasan galian dengan Bulldozer/ Excavator.
• Disekeliling tepi galian dibuat galian selokan dengan kedalaman lebih dari elevasi dasar galian, dengan
menggunakan excavator atau clampshell.
• Prosedur ini sekaligus dapat mengontrol lateral seepage (rembesan) ke dalam selokan tandon di sekeliling
tepi galian.
Metode Predrainage
Pada Metode Dewatering ini muka air tanah (water table) diturunkan terlebih dulu
sebelum penggalian dimulai, dengan menggunakan wells, wellpoints.
Metode Predrainage digunakan bila :
 Karakteristik tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak dengan banyak celah.
 Jumlah air yang akan dipompa cukup besar (debitnya).
 Slope tanah sensitif terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide.
 Penurunan muka air tanah tidak mengganggu atau merugikan bangunan di sekitarnya.
 Tersedia saluran pembuangan air dewatering.
Pelaksanaan Metode Predrainage :
Prinsip predrainage di sini adalah muka air tanah di daerah galian diturunkan sampai di
bawah elevasi rencana dasar galian, dengan menggunakan wellpoint system atau deep well, sebelum
pekerjaan galian dimulai. Dengan demikian selama proses penggalian tidak akan tergganggu oleh air
tanah.
METODE PREDRAINAGE
(WELLPOINTS)
Urutan pekerjaan dewatering metode predrainage adalah:
1. Dibuat suatu perencanaan (design wellpoints) untuk memperoleh
jumlah wellpoint yang diperlukan (letak dan jaraknya) dan kapasitas
pompa yang akan digunakan. Jarak tiap-tiap wellpoint biasanya
berkisar antara 1 sampai 4 meter, dengan suction lift (penurunan muka
air tanah) antara 5 sampai 7 meter.
2. Dibuat sumur tes untuk mengetahui lapisan tanah dan tinggi muka air
tanah, guna meyakinkan perencanaan yang ada.

3.Dipersiapkan saluran untuk mengalirkan air buangan dari pompa ke


dalam saluran drainase yang ada. Hal ini perlu menjadi perhatian
karena debit air yang dibuang kadang-kadang cukup besar.
4. Dipasang wellpoint dengan kedalaman dan jarak tertentu dan bagian
pengisapnya (bagian atas) dihubungkan dengan header (pipa
penghubungwellpoint). Kemudian header pipe dihubungkan
dengan pompa dengan pipa buangnya disambung dan diarahkan ke
saluran pembuang.
METODE CUT OFF
Metode Cut Off, digunakan bila:
• Sama dengan persyaratan pada Metode dewatering predrainage, kecuali item
terakhir (karena pada metode dewatering Cut Off ini tidak ada penurunan
muka air tanah di sekitarnya).
• Dinding Cut Off diperlukan juga untuk struktur penahan tanah.
• Gedung sebelah yang ada, sensitif terhadap penurunan muka air tanah.
• Tidak tersedia saluran pembuang (saluran drain).
• Diperlukan untuk menunjang metode Top Down pada pekerjaan basement.
Pelaksanaan Metode Cut Off:
Prinsip metode dewatering Cut Off ini adalah memotong aliran air dengan
suatu dindingpembatas, sehingga daerah yang dikehendaki dapat terbebas dari air
tanah. Ditinjau dari pergerakan air tanah, Metode dewatering cut off ini paling
baik, karena tidak terjadi aliran air tanah, dan tidak terjadi penurunan muka air
tanah di sekeliling luar daerah galian. Jenis dinding yang digunakan beserta urut-
urutan kerjanya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Steel Sheet Pile 2. Concrete diaphragm wall 3. Secant piles 4. Slurry Trenches
Kemb Steel Sheet Pile
ali • Tetapkan jenis profil steel sheet pile yang akan digunakan, karena steel sheet pile tersebut juga berfungsi
sebagai struktur penahan tanah.
• Tetapkan model profil yang terletak pada belokan
• Bila diperlukan, steel sheet pile dapat disambung lebih dulu sebelum dipancang
• Steel Sheet Pile dipancang pada tempatnya untuk tahap 1 cukup pada kedalaman agar steel sheet pile dapat berdiri
sendiri dengan stabil.
• Steel sheet pile berikutnya dipancang dengan mengikuti alur sambungan dengan steel sheet pile yang telah dipancang
lebih dulu, dengan kedalaman yang sama.
• Pemancangan tahap berikutnya adalah memancang steel sheet pile satu per satu sampai kedalaman yang dikehendaki.
• Bila pemancangan telah selesai sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki yaitu sampai pada lapisan impermeable,
barulah pekerjaan galian dapat dimulai. Bila diperlukan steel sheet pile dapat diperkuat dengan strutting yang dipasang
bersamaan mengikuti pekerjaan galian.
• Bila diinginkan daerah galian bebas dari struktur penahan, maka dapat digunakan sistem angkur.
• Bila pada kaki steel sheet pile terdapat lapisan impermeable (clay) yang ketebalannya tidak cukup kuat menahan
tekanan air, agar tidak terjadi peristiwa quick sand, di luar dinding steel sheet pile dipasang pressure relief well (Sumur
pelepasan tekanan).
• Bila lapisan impervious letaknya sangat dalam, untuk memperkecil hydraulic gradient (untuk mengurangi tinggi tekanan
air) pemancangan steel sheet piledapat diperdalam. Dengan demikian dapat dihindari terjadinya peristiwa quick sand.
Concrete diaphragm wall
Diaphragm Wall ini dibuat dari beton yang dicor di dalam tanah membentuk dinding yang dapat berfungsi sebagai cut off
dewatering dan sebagai struktur penahan tanah. Pada proses penggalian tanah (basement).

Metode pelaksanaan diaphragm wall secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Dibuat guide wall dari beton sepanjang diaphragm wall sebagai pedoman penggalian dan sekaligus difungsikan sebagai lantai
kerja (beton bertulang).

GUIDE WALL
Kemba
li

 Dilakukan galian tanah untuk diaphragm wall, panel demi panel


(panel female) berselang seling dengan menggunakan clampshell,
selebar dan sedalam desain. Bila perlu dengan bantuan lumpur
bentonite untuk mencegah keruntuhan dinding galian.
 Lubang tanah yang telah selesai digali secara selang-seling
kemudian dipasang pembesian dan pipa, untuk pengecoran panel
female.

Galian Female + Pemasangan Pipa Pengecoran Female

 Panel-panel antara galian yang sudah dicor beton, digali seperti


panel yang terdahulu (panel male).
 Kemudian panel-panel tersebut dicor beton, sehingga
membentuk dinding betonyang menerus.
Metode Cut Off dengan Secant Piles
Dewatering dengan Metode Cut Off dapat dilakukan dengan
menggunakan Secant Piles, yaitu tiang yang saling bepotongan
sehingga membentuk dinding yang rapat. Prosesnya sama dengan
diaphragm wall, tetapi materialnya menggunakan tiang beton
Tiang Bentonite
bertulang dan tiang dari semen bentonite, yang dapat diuraikan • Tepat di tengah-tengah antara tiang-tiang semen bentonite yang telah
sebagai berikut : selesai di cor (setelah 3 hari), dilakukan pengeboran tanah dengan
 Di titik yang telah ditetapkan, tanah di bor sedalam desain,
diameter dan kedalaman yang sama. Karena jarak tepi tiang lebih
kemudian di cor semen bentonite.
 Di sebelahnya, sesuai dengan arah (line) diaphragm wall yang kecil dari diameter, maka selama proses pengeboran tiang-tiang lama
direncanakan, di bor lagi sedalam desain, dengan jarak as lebih akan tergerus. Kemudian dilakukan pengecorandengan semen
kecil dari 2x diameter lubang, kemudian di cor semen bentonite. Begitu seterusnya diantara tiang-tiang yang telah di cor,
bentonite. Begitu seterusnya hingga seluruh line diaphragm
wall dicapai. dengan demikian terbentuklah dinding yang rapat, terdiri dari tiang-
tiang yang saling berpotongan (berjejeran).
Kemb
ali

Pengeboran diantara tiang bentonite

 Bila struktur secant pile ini diperlukan juga sebagai struktur


penahan tanah selama proses penggalian, maka untuk tiang
yang tahap kedua di cor beton bertulang (sebagai struktur
penahan)

 Semen bentonite yang ada di pasaran ada beberapa macam


antara lain Indobent (produksi dalam negeri), dan produksi luar
negeri (impor). Sedangkan campuran semen bentonite dari
beberapa trial mix yang pernah dilakukan, telah didapatkan
hasil test laboratorium untuk Unconfined Compressive
Strength pada umur 7 hari.
Metode Cut Off dengan Slurry Trenches
Dewatering dengan metode Cut Off bisa juga menggunakan Slurry Trenches, Slurry
Trenches ini sering digunakan untuk :
 Untuk Construction Dewatering

 Untuk Penjagaan polusi terhadap air tanah

• Untuk Pengendalian seepage pada dam/tanggul


Metode pelaksanaan Slurry Trenches adalah sebagai berikut:

1. Parit digali sesuai lebar dan kedalaman desain dengan menggunakan backhoes, clamp
shell atau dragline. Kedalaman galian harus dapat diyakinkan bahwa sudah memotong
atau mencapai lapisan kedap air.
2. Tanah bekas galian yang sudah dibersihkan dari akar-akar dan lain-lain, dicampur dengan
slurry pada permukaan sepanjang parit menggunakan bulldozer atau loader.
3. Penimbunan kembali lubang parit dengan material yang sudah dicampur slurry tersebut,
dilakukan dalam dua tahap.
4. Penimbunan tahap pertama menggunakan clamp shell dengan cara meletakkan material
campuran ke dasar parit, agar tidak terjadi segregasi sampai membentuk lereng timbunan
setinggi permukaan.
5. Penimbunan tahap ke dua, menggunakan bulldozzer dengan cara mendorong material
campuran ke dalam lubang parit melalui lereng yang telah terbentuk pada penimbunan
tahap pertama.
6. Setelah penimbunan kembali selesai, bagian atasnya ditutup dengan tanggul tanah yang
dipadatkan.
Efek Samping Pekerjaan Dewatering

Dewatering kadang-kadang mengakibatkan settlement pada tanah sekitar, bahkan terkadang


disertai dengan kerusakan struktur bangunan yang ada. Dalam praktek, hal ini jarang terjadi,
tetapi hal ini berpotensi menimbulkan klaim dari pihak lain yang merasa dirugikan.
Dewatering dapat menyebabkan settlement karena:
1. Tersedotnya partikel halus dari tanah oleh pompa yang digunakan (wellpoint atau well).
2. Metode Open pumping yang kurang sesuai, sehingga terjadi proses boiling dan piping.
3. Terjadi konsolidasi silt, clay atau loose sand akibat naiknya effective stress.

Dampak lain dari pekerjaan dewatering, selain dari yang disebutkan di atas (diluar proyek
konstruksi). Adalah sebagai berikut:
1. Dapat menyebabkan intrusi air laut (air asin) atau air yang tercemar.
2. Struktur sipil yang menggunakan bahan kayu yang berada di bawah muka air dapat rusak.
3. Merusak ekologi dari wetlands
4. Pohon-pohon dan tumbuh-tumbuahan di daerah sekitar pekerjaan dewatering dapat
terganggu.
Jadi sebelum kita melaksanakan pekerjaan dewatering maka terlebih dahulu dibuat
perencanaan yang matang disertai dengan studi terhadap AMDAL (Analisa mengenai dampak
lingkungan hidup) dan hal-hal lain yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang tidak
diinginkan.
TERIMA KASIH

APAKAH ADA PERTANYAAN ?

Anda mungkin juga menyukai