ANTIKANKER NATANAEL RAYMOND RORING, S.FARM UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA POTENSI KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia. Hingga saat ini hanya 7.000 tanaman yang telah diketahui khasiatnya. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan tanaman untuk menyembuhkan penyakit dan 80% penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka. Berbagai tanaman obat dan ribuan tanaman berpotensi sebagai bahan baku obat di Indonesia mengandung beraneka ragam jenis senyawa kimia alami. Berdasarkan penggunaan tradisional dan berbagai penelitian ilmiah, tanaman tersebut memiliki berbagai efek farmakologis dan bioaktivitas penting mulai dari potensi sebagai agen anti penyakit inifeksi sampai penyakit degeneratif seperti imunodefisiensi, hepatitis, arthritis, stroke, osteoporosis bahkan kanker. Disisi lain pengobatan dengan senyawa tunggal atau senyawa isolat murni maupun sintesis belum meberikan kesembuhan optimal. Maka masyarakat berupayauntuk mencari obat alternatif, terutama dari herbal (Saifudin et al., 2011). KANKER
Kanker merupakan suatu penyakit sel yang ditandai
dengan hilangnya fungsi kontrol sel terhadap regulasi daur sel maupun fungsi homeostatis sel pada organisme multiseluler. Dengan kegagalan tersebut, sel tidak dapat berproliferasi secara normal. Akibatnya, sel akan berproliferasi terus-menerus sehingga menimbulkan pertumbuhan jaringan yang abnormal. Pertumbuhan kanker merupakan sebuah proses mikroevolusioner yang dapat berlangsung selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Proses pertumbuhan ini dinamakan karsinogenesis. Usaha penyembuhan penyakit kanker sangat sulit karena kompleksnya mekanisme molekuler yang menyertainya (Anonim, 2016) PREVALENSI KANKER PAYUDARA DI INDONESIA Kanker payudara atau karsinoma payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita wanita dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada wanita di seluruh dunia. Di Indonesia kanker payudara berada diurutan kedua yang paling sering ditemukan pada wanita setelah kanker mulut rahim(Burstein and Winer, 2000). Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada wanita dan 460 kasus kematian pada pria. Di Indonesia, jumlah penderita kanker pada tahun 2013 sesuai dengan data dari Kementerian Kesehatan RI yaitu 347.792 penderita dimana 61.682 adalah penderita kanker Payudara atau sekitar 17,73% (Kementerian Kesehatan RI, 2015). PENANGANAN KANKER
Penanganan pasien kanker dapat dilakukan dengan operasi,
kemoterapi atau radiasi (Meiyanto, 2008). Penanganan kanker dengan agen kemoterapi masih menjadi pilihan dalam pengobatan kanker. Namun adanya mekanisme multidrug resistance (MDR) mengakibatkan berkurangnya efikasi obat kemoterapi (Conze et al., 2001). Beberapa penelitian mulai diarahkan pada pengujian potensi bahan alam sebagai agen kemoprevensi yang berpotensi sebagai agen pendamping kemoterapi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan sensitifitas sel kanker serta mengurangi efek samping yang ditimbulkan oleh agen kemoterapi. Agen kemoprevensi yang dimaksud disini umumnya memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan tumor melalui mekanisme cell cycle arrest (Saphiro and Harper, 1999), pemacuan apoptosis (Fisher, 1994) ataupun penghambatan ekspresi protein yang berperan dalam Multi Drug Resistance (Kitagawa, 2006). PENGEMBANGAN BAHAN OBAT ALAM
Penggunaan bahan obat alam sebagai pengobatan
alternatif dalam menangani penyakit kanker dikarenakan bahan obat alam mudah didapatkan serta memiliki harga yang terjangkau. Disamping itu, efek samping yang ditimbulkan relatif kecil (Thomas, 1989). Sedangkan penggunaan obat antikanker merupakan obat yang spesialistik. Batas keamanannya begitu sempit sehingga hanya dibenarkan penggunaannya oleh dokter yang berpengalaman di bidang pengobatan ini. Penggunaan yang kurang cermat hanya akan menambah penderitaan, bersifat fatal dan pemborosan biaya (Departemen Farmakologi dan terapeutik FKUI, 2012). KLASIFIKASI TUMBUHAN Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Scrophulariales Famili : Acanthaceae Genus : Strobilanthes Spesies : Strobilanthes crispa (L.) Blume. KEJI BELING
Tanaman Keji beling (Strobilanthes crispa (L.) Blume) merupakan
salah tanaman asli Indonesia. Tanaman keji beling (Strobilanthes crispa (L.) Blume) memiliki morfologi tanaman yaitu semai (benih tumbuhan yang sudah berkecambah yang akan ditanam lagi sebagai bibit), tinggi 1-2 m, batang beruas, berbentuk bulat, berbulu kasar, percabangan monopodial, berwarna hijau. Daun jenis tunggal, berhadapan, berbentuk lanset atau lonjong, tepi bergerigi, ujung meruncing, pangkal runcing, panjang 9-18 cm, lebar 3-8 cm, bertangkai pendek, pertulangan menyirip, berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, mahkota bentuk corong, berambut, berwarna ungu, kelopak berambut pendek, ungu, benang sari empat, putih, kuning. Buah berbentuk bulat, berwarna coklat. Biji berbentuk bulat, kecil, pipih, berwarna coklat. Akar tunggangg berwarna coklat muda (Dalimartha, 2008). KANDUNGAN KIMIA KEJI BELING
Daun Keji beling (Strobilanthes crispa (L.) Blume)
mengandung beberapa senyawa kimia seperti saponin, flavonoid, glikosida, sterol, golongan terpen,lemak dan mineral (Kalium dengan kadar tinggi, asam silikat, natrium, kalsium). Keji beling juga mengandung vitamin (asam askorbat, riboflavin dan tiamin), asam fenolat (p-hydroxybenzoic acid, p- coumaric acid, caffeic acid, asam vanilat, asam gentinat dan asam ferulat), kafein, tanin, alkaloid dan katekin (Dalimartha, 2008). PENGGUNAAN SECARA EMPIRIS
Daun keji beling di Indonesia sering digunakan
sebagai obat tradisional untuk mengobati batu ginjal, batu kandung empedu, kencing kurang lancar, kencing manis (diabetes melitus), sembelit dan wasir. Di Malaysia daun keji beling secara tradisional digunakan untuk pengobatan diabetes melitus, sebagai diuretik dan pengobatan hipertensi. Penggunaan secara tradisional lainnya yaitu sebagai laksativ, antioksidan dan antikanker (Dalimartha, 2008). HASIL PENELITIAN SECARA IN-VITRO
Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak n-
heksan daun keji beling memiliki aktivitas sitotoksik terhadap Artemia salina Leach. Dari hasil uji aktivitas sitotoksik ekstrak n- heksan daun keji beling diduga senyawa flavonoid yang bertanggung jawab terhadap efek toksik dari ekstrak tersebut dengan menunjukkan adanya nilai Lethality Concentration yang potensial. fraksi n-heksana daun keji beling memiliki nilai aktivitas antikanker yang baik karena hasil pengujian dengan metode BSLT menunjukkan bahwa nilai LC50 dari fraksi n-heksana adalah 33,49 µg/ml (Rahma et al., 2011). . Menurut NCI (National Cancer Institute), suatu ekstrak dinyatakan memiliki aktivitas antikanker tinggi apabila memiliki nilai IC50 < 30 µg/ml, memiliki aktivitas antikanker moderat apabila memiliki 30 µg/ml ≤ IC50 < 100 µg/ml dan tidak aktif apabila nilai IC50 > 100 µg/ml (Zheng et al., 2000). TERIMA KASIH