Anda di halaman 1dari 43

TEORI KONTINGENSI

KELOMPOK 5
SEPTIAN WIDYANTO 140321308
DESI KURNIA SARI 140321469
SYLVIA MAGANADIAN 140321442
• Teori kontingensi adalah teori kesesuaian pemimpin ( Fiedler & Chermers, 1974), yang
berarti berusaha menyesuaikan pemimpin dengan situasi yang tepat. Karena teori ini
menyatakan bahwa keefektifan pemimpin tergantung pada seberapa sesuai gaya pemimpin
dengan situasi sekitar.
• Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader
Orientation dan Situation Favorability.
Leader Orientation adalah : apakah pemimipin pada suatu organisasi berorinetasi
pada relationship atau beorintasi pada task.

Situation favorability adalah : sejauh mana pemimpin tersebut dapat mengendailikan suatu
situasi, yang ditentukan oleh 3 variabel situasi, yaitu :
Leader-Member Orientation: hubungan pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya.
Task Structure:Tingkat struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh
anggota organisasi.
Position Power: Tingkat kekuasaan yang diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.
CIRI-CIRI TEORI KONTINGENSI

• Hubungan pemimpin – pengikut , stuktur tugas, dan kekuatan posisi ( bagan 6.1)
• Hubungan pemimpin – pengikut mencakup suasana kelompok dan tingkat keyakinan,
kesetiaan, dan daya tarik yang dirasakan pengikut untuk pemimpin mereka.
BAGAN 6.1
GAYA KEPEMIMPINAN

• Gaya kepemimpinan digambarkan sebagai termotivasi tugas atau hubungan.


• Pendekatan Sifat dan Perilaku
• Kepemimpinan hanya difokuskan pada sisi pemimpin, bagaimana karakteristik pemimpin dan
bagaimana perilaku pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinannya.
VARIABEL SITUASIONAL

• Hubungan antara nilai LPC pemimpin dan efektivitas bergantung pada sebuah sebuah variabel situasional
yang yang rumit disebut “ keuntungan situasional” atau kendali situasional. Fiedler mendefinisikan
kesukaan sebagai batasan dimana situasi memberikan kendali kepada seorang pemimpin atas para
bawahan.
• Tiga aspek situasi yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut.
• 1. Hubungan pemimpin-anggota. Batasan dimana pemimpin memiliki dukungan dan kesetiaan dari para
bawahan, dan hubungan dengan para bawahan bersahabat dan kooperatif.
• 2. Kekuasaan posisi. Batasan dimana pemimpin memiliki kewenangan untuk mengevaluasi kinerja bawahan dan
memberikan penghargaan dan hukuman.
• 3. Struktur tugas. Batasan dimana terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan tugas, sebuah
gambaran rinci dari produk atau jasa yang telah jadi, dan idikator objektif mengenai seberapa baiknya tugas itu
dilaksankan.
• Suatu tugas di anggap terstruktur:
• Tuntutan tugas diutarakan secara jelas dan diketahui oleh orang-orang diminta untuk
melakukan tugas itu.
• Pola penyelesaian tugas memiliki sejumlah alternatif.
• Penyelesaian tugas bisa ditunjukkan secara jelas.
• Hanya ada jumlah terbatas dari solusi yang tepat untuk tugas itu.
• Contoh : pembersihan mesin milkshake di McDonald
BAGAIMANA TEORI KONTINGENSI BERFUNGSI?

• Situasi yang memiliki hubungan pemimpin-pengikut yang baik, tugas terstruktur, dan
kekuatan posisi yang kuat akan gagal dalam kategori 1 dari gaya kepemimpinan yang dipilih.
Sebaliknya, suatu situasi yang memiliki hubungan pemimpin-pengikut yang buruk, tugas
terstruktur, dan kekuatan posisi yang lemah akan gagal di gaya kepemimpinan Kategori 6.
• Begitu karakter dari situasi ditentukan, kesesuaian antara gaya pemimpin dan situasi dapat
dinilai. Bagan itu mengindikasikan bahwa LPC rendah (nilai LPC rendah) efektif dalam
Kategori 1, 2, 3, dan 8, sementara LPC tinggi (nilai LPC tinggi) efektif dalam Kategori 4, 5,
6, dan 7. LPC menengah efektif dalam Kategori 1, 2, dan 3.
• Bila gaya pemimpin cocok dengan kategori di dalam model, pemimpin itu akan efektif.
Tetapi, bila gaya pemimpin tidak cocok dengan kategori yang ada, pemim pin itu tidak akan
efektif. Penting untuk menyatakan bahwa teori kontingensi menekankan bahwa pemimpin
tidak efektif di segala situasi. Bila gaya A cocok dengan situasi di mana A bekerja, A akan
sukses dalam pekerjaannya. Bila gaya A tidak sesuai dengan situasi, A mungkin akan gagal.
KEKUATAN

• Pertama, hal itu di dukung oleh banyak penelitian empiris ( lihat peters, hartke, & pohlman, 1995; strube &
Garcia 1981 ) Teori kontingensi didasarkan pada penelitian
• Kedua, teori kontingensi telah memperluas pemahaman kita tentang kepemimpinan, dengan memaksa kita untuk
memikirkan dampak situasi pada pemimpin.
• Teori kontingensi mengalihkan penekanan ke konteks kepemimpinan, terutama hubungan antara pemimpin dan
situasi.
• Ketiga, teori kontingensi itu bersifat prediktif dan menyediakan informasi yang berguna tentang jenis
kepemimpinan yang paling mungkin efektif dalam sejumlah konteks.
• Keempat, teori ini tidak menuntut orang untuk efektif dalam segala situasi.
• Kelima, teori kontingensi memberikan data tentang gaya pemimpin yang bisa berguna untuk organisasi, dalam
mengembangkan profil kepemimpinan.
KRITIK

1. Teori kontingensi telah dikritik karena gagal menjelaskan mengapa orang dengan gaya
kepemimpinan tertentu lebih efektif dalam sejumlah situasi dibanding situasi lain.
Fiedler menyebutnya sebagai “Masalah kotak hitam”
2. Skala LPC dipertanyakan karena hal itu tampak tidak meyakinkan, tidak berkorelasi
dengan baik dan tidak mudah dilengkapi dengan benar.
3. Gagal menjelaskan secara menyeluruh apa yang seharusnya dilakukan organisasi ketika
ada ketidakcocokan pemimpin dan situasi tempat kerja.
INSTRUMEN KEPEMIMPINAN

• Skala LPC digunakan dalam teori kontingensi untuk mengukur gaya kepemipinan
seseorang.
• Contoh :
• Hal itu mengukur gaya anda dengan meminta anda mengambarkan rekan kerja yang membuat
anda untuk menggambarkan rekan kerja yang membuat anda mengalami kesulitan untuk
menyelesaikan pekerjaan.
• Instrumen LPC meminta anda untuk menggambarkan rekan kerja anda pada 18 kumpulan
sifat.
• LPC rendah termotivasi tugas. Kebutuhan utama mereka adalah untuk menyelesaikan
tugas, dan kebutuhan sekunder mereka terfokus pada pergaulan dengan orang lain.
• LPC sedang adalah orang yang mandiri secara sosial.
• LPC tinggi dimotivasi oleh hubungan.
STUDI KASUS
KASUS 6.1. TIDAK ADA KENDALI ATAS DEWAN
SISWA
• Tamara Popovich telah diangkat sebagai presiden dewan siswa di perguruan tinggi
setempat tempat dia kuliah. Dia menyukai anggota dewan siswa yang lain, dan mereka
tampak menyukai dia. Tugas pertamanya sebagai presiden di dewan itu adalah untuk
mengembangkan kebijakan baru untuk biaya komputer siswa. Ini adalah tahun pertama
biaya komputer dinilai, sehingga tidak ada panduan tentang apa yang seharusnya
dimasukan didalam kebijakan ini. Karena pengikut dewan dipilih pengikut badan
mahasiswa, tamara tidak memiliki kendali atas kerja mereka, dan tidak memiliki cara untuk
memberi mereka imbalan atau hukuman. Didalam kursus kepemimpinan yang di ambil
Tamara , dia mengisi kuesioner LPC, dan niainya 98.
1. BAGAIMANA TAMARA AKAN BERTINDAK
SEBAGAI PRESIDEN DEWAN SISWA?
• Tamara adalah orang yang memiliki motivasi pada hubungan, jadi dia disini fokus
membangun relationship dengan organisasinya, padahal sebagai pemimpin Tamara harus
serius dan benar saat mengerjakan tugasnya.
• Sisi positifnya organisasi dewan siswa Tamara akan ramai, santai dan tidak terfokus pada
pekerjaan, namun ada kemungkinan Tamara gagal menyelesaikan tugasnya.
2. MENURUT NILAI LPC – NYA, APA KEBUTUHAN
UTAMANYA?
• Kebutuhan utama Tamara adalah untuk menjalin relationship dengan sekitarnya, terbukti
bahwa tamara disukai orang lain. Namun yang perlu diperhatikan adalah proses kinerja
Tamara.
3. BAGAIMANA KEBUTUHAN INI AKAN MEMPENGARUHI
KEMAMPUANNYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEBIJAKAN BARU
UNTUK BIAYA KOMPUTER?

• Tamara harus menyusun tugas dan pekerjannya sendiri, dari nilai LPC-nya Tamara tidak
bisa tegas / marah, hal ini membuatnya tidak bisa memerintah / memarahi anggota lain saat
mereka berbuat kesalahan.
4. BAGAIMANA TAMARA BISA MENGUBAH SITUASI INI
AGAR SESUAI DENGAN GAYA MANAJEMENNYA?

• Membuat beberapa kelompok yang hasil akhirnya dilaporkan kepada dia. Dengan reward
tertentu setelah kelompok tersebut mampu melakukan pekerjaannya.
KASUS 6.2. MEMBERI DIA DI MASA –MASA SULIT

• Bill adalah seorang guru kelompok musik SMA yg sudah bekerja selama 15 tahun. Setiap
tahun, ia harus membuat konser yang berbeda di musim liburan. Tahun ini ia berencana
membuat program jazz yang berhubungan dengan paduan suara siswa senior. Kelompok
musik dan paduan suara yang merupakan aktivis sukarela menentang Bill dan memberinya
masalah. Saat mengambil manajemen kelas, nilai LPC Bill 44.
1. MENURUT BAGAN 6.1, SITUASI INI MASUK
KATEGORI APA?
• Bill memiliki LPC rendah (18 ≥ 57) berarti memiliki LPC rendah, berarti Bill termotivasi
oleh tugas, dan cenderung kurang bisa bergaul dan bersosialisasi.
2. AKANKAH BILL SUKSES DALAM UPAYANYA
UNTUK MENJALANKAN PROGRAM LIBURAN?
• Karena Bill berada dalam skala LPC rendah, ada kemungkinan Bill gagal menjalankan
program liburan dikarenakan hal tersebut membutuhkan hubungan yang intens, sedangkan
Bill adalah orang yang termotivasi dengan tugas, sehingga kurang cocok apabila menjadi
guru musik tersebut.
3. APAKAH ADMINISTRASI SEKOLAH HARUS MEMBUAT PERUBAHAN
APAPUN TERKAIT POSISI BILL?

• Iya, dikarenakan sosialisasi Bill termasuk kurang baik sehingga alangkah lebih baik
mengambil orang dengan LPC sedang, sehingga saat ditugaskan untuk kedepannya
mampau menjadi penengah dari tugas dan hubungan.
KASUS 6.3. APAKAH YANG COCOK DENGAN
PEMIMPIN TERBAIK?
• Universal Drug adalah perusahaan farmasi keluarga yang membuat obat generik seperti
aspirin dan pil vitamin.
• Pemilik perusahaan telah menampilkan minat yang kuat dalam membuat manajemen
perusahaan, yang semula sangat otoritatif, lebih berorientasi pada kerja tim.
• Martin Lee telah bekerja di Universal selama 5 tahun dan telah dipilih oleh rekan sejawat
sebagai “ manager paling luar biasa “ untuk tiga kesempatan yang berbeda.
1. MENURUT TEORI KONTINGENSI, MANAKAH DUA CALON YANG
SEHARUSNYA DIPILIH PEMILIK BARU UNTUK MENGEPALAI STRUKTUR
MANAJEMEN BARU? MENGAPA?
• Martin Lee • LPC tinggi jika pemimpjn tidak menyenangi rekan kerja,
sedangkan LPC yang rendah menunjukkan pemimpin yang siap
• Alasannya: menerima rekan kerja untuk bekerja sama. Skor LPC yang
• Merupakan manajer yang sudah memiliki banyak pengalaman di tinggi menujukkan bahwa pemimpin berorientasi pada
Universal selama 15 tahun dengan memiliki jiwa ramah, jujur relationship, sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan
dan berusaha sangat keras untuk mencapai tujuan jangka bahwa pemimpin beroeintasi pada tugas. Fiedler memprediksi
pendek dan jangka panjang. bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang
mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektif dibanding
• Teori kontingensi melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang
(organization context) yang diliay dari review martin mengutamakan orientasi kepada orang atau hubungan baik
sebelumnya. dengan orang apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun
sangat tinggi. Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan
• Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang
lebih efektif dibanding pemimpin dengan Low LPC apabila
pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah
kontrol situasinya moderat.
ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan
dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi.
2. BISAKAH PEMILIK MENETAPKAN POSISI BARU MENURUT TEORI KONTINGENSI
DALAM CARA TERTENTU YANG AKAN MEMBUAT SATU CALON LEBIH MEMENUHI
KUALITAS DIBANDINGKAN YANG LAIN?

• Iya, Karena Seorang pemilik berhak menentukan apa yang ingin dia kembangkan setelah
melihat dan mempelajari setiap teori dan kemampuan lainnya yang dapat kita pahami
bahwa perubahan karakter situasional manajemen mulai dipahami sebagai kunci kepada
proses manajemen itu sendiri.Bahkan sebuah kualitas jugalah sangat penting.
3. “AKANKAH UNIVERSAL DRUG MENDAPAT MANFAAT DENGAN
MENGGUNAKAN TEORI KONTINGENSI DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSANNYA TERKAIT DENGAN STRUKTUR MANAJEMEN BARU?

• Iya, Karena dengan adanya teori kontingensi yang memiliki usaha untuk menyesuaikan jiwa
kepemimpinan dengan situasi yang tepat. Karena teori kontingensi menyatakan bahwa
keefektifan pemimpin tergantung pada seberapa sesuai gaya pemimpin dengan situasi
sekitarnya.
THE TROUBLE WITH
GENIUSES, PART 2
“After protracted Negotiations, it was agreed that Robert would be put on probation.”
1. CHRISTOPHER LANGAN

• Seorang jenius yang berasal dari keluarga miskin.


• 4 bersaudara dengan ayah yang berbeda.
• Mendapat Pendidikan keras dari ayah tirinya.
• Ditawarkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi (Reed College, Oregon).
• Kehilangan beasiswanya karena alasan tertentu.
• Chris dropped out dari perguruan tinggi.
• Dia berpindah-pindah kerja, hingga akhirnya menekuni pekerjaan sebagai bouncer (tukang pukul).
• Mengerjakan CTMU (Cognitive Theoretic Model of the Universe).
2. ROBERT OPPENHEIMER

• Seorang fisikawan yang berasal dari keluarga kaya.


• Bersekolah di Harvard & Cambridge Univeristy.
• Sangat tertarik untuk belajar fisika teori, namun dipaksa untuk belajar fisika eksperimen
• Menjalani masa percobaan karena berusaha meracuni mentornya.
• 20 tahun setelah lulus ia menjadi direktur di Manhattan Project.
• Dua orang jenius muda menghadapi masalah yang membahayakan karir perguruan tinggi
mereka. Mereka memang jenius, tapi seorang yang jenius pun harus mendapat Pendidikan
yang seharusnya.
3. ANETTE LAREAU

• Melakukan penelitian pada sekelompok keluarga murid sekolah dasar. Mengambil sampel
dari setiap ras, hitam dan putih, kaya dan miskin. Menurut Lareau ada 3 gaya mendidik
anak berdasarkan kondisi ekonomi keluarganya:
• Keluarga kaya (Authoritarian)
Memberikan komando namun tidak responsif.
• Keluarga menengah (Concerted cultivation)
Memberikan komando & responsif.
• Keluarga kurang mampu (Permissive/Indulgent)
Responsif namun tidak memberi komando.
• Anak yang berasal dari keluarga kaya mendapat controlling yg kuat, orang tuanya terlalu
ikut campur & mengatur dalam aktivitas keseharian anak.
• Anak yang berasal dari keluarga menengah biasanya lebih mandiri, orang tua mereka tidak
hanya memberi komando namun juga berharap anaknya untuk bertanya, bernegosiasi &
memberikan alasan.
• Anak dari keluarga kurang mampu biasanya lebih mandiri, namun kurang memiliki tujuan
karena kurangnya komando/pengarahan dari orang tua.
• Kecerdasan sosial itu adalah sebuah pengetahuan, bukan sesuatu yang di dapatkan secara
cuma-cuma atau di turunkan dari orang tua, seperti kecerdasan intelektual, warna kulit,
dll.
• Tempat untuk mendapatkan kemampuan ini adalah keluarga.
• Practical intelligence
Mengerti apa yang harus di katakan, dan kapan untuk mengatakannya untuk mendapatkan
hasil yang maksimum.
• Analytical intelligence
Kemampuan untuk menganalisa, mengevaluasi ide, dan membuat keputusan.
• Dalam sebuah percakapan antara anak kecil dan orang dewasa. Anak yang di didik dengan
gaya concerted cultivation bisa melakukan interaksi dengan orang dewasa dengan santai,
bias menyeimbangkan kekuatan anak dengan orang dewasa, & di perlakukan dengan
hormat oleh orang dewasa.
4.LANGAN & OPPENHEIMER

• Pendidikan lebih ini lah yang di didapatkan oleh Oppenheimer dan Langan tidak.
• Oppenheimer berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang jauh lebih baik dari
Langan.
• Waktu kecil, Oppenheimer memiliki hobby mengoleksi batu.
• Pada usia 12 tahun ia berbicara dengan geologist setempat tentang formasi batu di
Central park, New York.
• Geologist tertarik dengan dia, & mengundangnya untuk memberikan sedikit pelajaran
untuk kolektor batu amatir di New York Mineralogical Club
• Dengan gugup & malu, dia menjelaskan tentang batu kepada kolektor amatir.
• Sebaliknya, Langan hanya mendapatkan kesuraman pada masa kecilnya.
• Masa kecilnya di dominasi oleh Ayah tiri yang pemarah.
• Pelajaran dia dapat di masa kecil: hidup mandiri dan jangan percaya otoritas.
• Tidak mendapat pelajaran bagaimana untuk berbicara, memperjuangkan haknya, negosiasi,
& mempertahankan opininya.
5. LEWIS MADISON TERMAN

• Ketika anak remaja memasuki kedewasaan.


• Terman melihat catatan Pendidikan 730 individu dan membagi mereka dalam 3 kelompok A, B & C.
• A: Top 20%
• B: Middle 60%
• C: 20%

• Apa yang berbeda antara k elompok A & C?


• Para A berasal dari keluarga menengah & atas, rumah mereka di penuhi buku, lebih dari setengah orang
tua A memiliki prestasi akademis yang baik, S1, S2, dst.
• Sebaliknya, para C hampir dari se-pertiga orang tua mereka dropped out SMA.
6. EPILOGUE

• Saat ini Christoper Langan tinggal di sebuah pertanian di Missouri dengan istrinya, & buku-
buku yang ia pesan dari perpustakaan setempat. Dia telah mengakui kekalahannya.
• Dia mengerti dia harus lebih baik lagi dalam menjelajahi dunia, tapi dia tidak tahu caranya. Dia
bahkan tidak bisa berbicara dengan guru matematikanya.
• Hal seperti ini yang bisa di kuasai orang lain dengan mudah, orang yg berkemampuan lebih
rendah. Karena mereka mendapatkan bantuan dari orang sekitarnya. Tapi Langan tidak pernah
mendapatkannya.
• Tidak ada seorang pun, bahkan seorang jenius pun tidak bisa sukses tanpa bantuan orang lain.
Fin.

Anda mungkin juga menyukai