Anda di halaman 1dari 19

 TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru – paru

akibat kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Tbc akan menimbulkan gejala berupa


batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dana
terkadang mengeluarkan darah.

 Kuman TBC tidak hanya menyerang paru – paru tetapi juga bisa menyerang tulang,
usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar
penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih rentan
terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya penderita
HIV.
 TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto rontgen dada, tes
darah, atau tes kulit (Matoux)
 TBC dapat di sembuhkan jika penderita nya patuh mengkonsumsi obat sesuai
dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum
beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat
umumnya berupa :
- Isoniazid. - Streptomicin
- Rifampicin
- Pyrazinamide
- Ethambutol
Isoniazid adalah obat TB yang paling murah tapi efektif untuk membunuh bakteri
penyebab TBC dibanding obat lainnya seperti, rifampicin dan streptomicin. Obat ini
bisa membunuh 90% kuman TB dalam beberapa hari pertama setelah mual dosis.

Dosis Isoniazid untuk pengobatan TBC biasanya sekitar 300 mg untuk diminum satu
kali sehari, atau sesuai anjuran dokter. Resiko efek sampingny meliputi sensasi baal,
kesemutan, hingga mual dan muntah, gangguan fungsi hati hingga kejang.
 Rifampicin bisa membunuh kuman yang tidak dapat dibunuh oleh obat isoniazid.
Rifampicin harus diminum bersama dengan obat anti – TBC lainnya. Untuk dewasa,
dosis rifampicin adalah 600 mg satu kali sehari, arau 600 mg 2-3 kali seminggu.

 Efek samping obat ini meliputi rasa panas pada perut, mual, muntah, kembung,
dan kencing yang berwarna merah. Namun jagain khawatir karena ini bersifat
sementara. Rifampicin juga bisa membuat pengguna nya menunjukkan gejala –
gejala anoreksia, demam, ruam kulit sesak nafas dan anemia hemolitik.
 Pirazinamid untuk orang dewasa diberikan sebanyak 15 – 30 mg per kg BB untuk
diminum satu kali sehari. Atau bisa juga diberikan sebanyak 50 – 70 mg per kg BB
selama 2 – 3 minggu. Obat ini membunuh kuman TB yang memiliki sel ber – pH
asam.

 Efek samping yang khas dalam penggunaan obat ini adalah peningkatan asam urat
dalam darah (hiperurisemia). Itu sebabnya pengidap TBC yang diresepkan obat
ini harus juga rutin kontrol kadar asam uratny.
 Untuk tahap awal terapi TBC, etambunol diberikan dengan dosis 15 mg per kg BB.
Selanjutnya, dosis bisa ditingkatkan lebih dari 15 mg hingga 25 mg/kg BB.

 Etambunol Bersifat bakteriostatik, artinya menghentikan pertumbuhan bakteri


bukan membunuh bakteri sehingga mengurangi pertumbuhan kuman TB yang
resisten (kebal) terhadap obat isoniazid dan sterptomicin

 Efek samping etambunol adalah gangguan penglihatan.


 Berbeda dengan keempat obat sebelum nya yang diminum lewat mulut, obat TBC
ini diberikan lewat suntik ke jaringan otot. Streptomicin bekerja membunuh
kuman TB yang sedang membelah diri.
 Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 15 mg/kg BB per hari, atau 25
– 30 mg/kg BB dalam 2 – 3 kali seminggu
 Biasanya obat TB jenis suntik ini diberikan jika anda sudah mengalami penyakit TB
untuk kedua kali atau tidak sembuh dengan obat minum.
 Efek samping yang ditimbulkan obat ini berupa nyeri ditempat suntikan,
gangguan keseimbangan dan pendengaran, anemia, rejatan anafilaktik,
agranulositosis, trombositopeni.
 Lepra atau kusta adalah suatu infeksi kronis yang terutama merusak jaringan – jaringan
saraf dan kulit. Pembangkit nya Mycobacterium leprae, ditemukan oleh dokter
Norwegia Hansen (1873), hingga di temukan bakteri mycrobakterium lepromatosis, oleh
Universitas Texas pada tahun 2008, memiliki sifat – sifat yang mirip dengan basil TBC,
yaitu sangat ulet karena mengandung banyak lemak dan lilin yang sukar ditembusi
obat, juga pertumbuhan nya lambat sekali setelah waktu inkubasi yang lama.
 Diindonesia terdapat kurang lebih 100.000 pasien lepra yang diobati di sejumlah
rumah sakit khusus(leprosari) yang diawasi oleh lembaga Kuata Departemen
Kesehatan.
 Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari
saluran pernapasan atas, dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.
Bila tidak langsung ditangani, kusta dapat sangat progresip, menyebabkan kerusakan
pada kulit, saraf – saraf, anggota gerak dan mata tidak spt mitos yang beredar
dimasyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang Begitu mudah
 Konon kusta telah menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh
peradaban Tiongkok Kuno, Mesir Kuno, dan india. Pada 1995, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 2- 3 juta jiwa yang cacat permanen
karena kusta. Walaupun pengisolasian atau pemisahan penderita dg masyarakat
dirasakan kurang perlu dan tidak etis beberapa kelompok penderita masih dapat
ditemukan diberbagai belahan dunia, seperti di India dan Vietnam.
 Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta ditemukan pada akhir 1940-an
dengan diperkenalkan dapson dan derivatnya, bagaimana pun juga, bakteri
penyebab lepra secara bertahap menjadi kebal terhadap dapson dan menjadi kian
menyebar. Hal ini terjadi hingga ditemukanny pengobatan multi obat pada awal
1980-an dan penyakit ini mampu ditangani kembali.
 Sebelum meresepkan obat, dokter akan mengamati terlebih dahulu jenis kusta apa
yang dialami oleh seseorang, beserta gejala yang ditimbulkan. Ada dua jenis tipe
kusta yang umum ditemukan di indonesia, yaitu:
• kusta Kering atau pausi basiler (PB): kusta kering biasanya ditandai dengan
kemunculan sekitar 1-5 bercak putih yang tampak mirip panu. Adanya kerusakan
pada satu saraf.
• kusta basah atau multi basiler (MB) : kusta basah ditandai dengan kemunculan
bercak putih dimulut mirip kadas. Bercakny muncul menyebar lebih dari lima buah.
Untuk gejala lanjut, terjadi ginekosmastia (pembesaran payudara) pada laki –laki.
 Obat kusta diresepkan berdasarkan jenis kusta untuk menentukan jenis, dosis
antibiotik, dan durasi pengobatan. Berikut daftar antibiotik yang paling umum
diresepkan dokter Untu mengobati kusta.
RIFAMPICIN
 Rifampicin adalah antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan bakteri
kusta yang terbilang efektif. Rifampicin berbentuk kapsul yang dikonsumsi hanya
melalui mulut. Obat ini harus diminum dengan segelas air pada saat perut kosong,
1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.
 Efek samping umum daei penggunaan rifampicin meliputi perubahan warna urin
menjadi mwrah, gangguan pencernaan, demam, dan menggigil.
 Dapsone bekerja menghambat pertumbuhan bakteri kusta dan mengurangi
terjadinya pembengkakan. Dosis dapsone tablet untuk Mengobati kusta pada
orang dewasa Biasanya berkisar 50 – 100 mg yang diminum sekali sehari 2 – 5
tahun.

 Efek samping umum yang sering terjadi adalah gangguan pencernaan. Namun
pada beberapa kasus, mungkin terjadi reaksi alergi dan sesak nafas. Jika kedua
hal ini terjadi, maka pengguna obat tsb harus dihentikan. Dokter mungkin akan
meresepkan jenis obat lainnya.
 Lampren berfungsi memper lemah pertahanan bakteri kusta.
 Efek samping lampren termasuk gangguan pencernaan, mulut dan kulit menjadi
kering, serta timbul noda kecoklatan pada kulit ( hiperpigmentasi).

CLOFAZIMINE
 Clofazimine harus diminum bersama dengan makanan atau susu. Dosis
clofazimine kapsul untuk mengobati kusta pada orang dewasa dan remaja
biasanya berkisar 500 – 100 mg yang diminum sehari sekali.
 Obat ini harus diabrengi dg obat lain. Anda mungkin harus mengkonsumsi
clofazimine selama 2 tahun. Jika anda berganti oabt ini terlalu cepat, gejala yang
anda alami dapat kembali kambuh.
 Obat ini umumnya menyebabkan perubahan warna feses, belek (kotoran mata),
dahak, keringat, air mata, dan urin, serta gangguan pencernaan.

OFLOXACIN
 Ofloxacin bekerja menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab kusta. Biasanya
obat ini Diresepkan sebagai alternatif ketika anda mengalami reaksi penolakan
terhadap dapsone.
 Obat ini umumnya menyebabkan pembengkakan kulit akibat alergi dan gatal –
gatal. Jika anda melewatkan waktu minum obat ini, maka segeralah minum begitu
ingat. Jika anda melewatkan nya sehari, tetap diminum namun harus sesuai dosis
obat per hari, jangan melebihi itu.
 Minocycline adalah antibiotik yang bekerja Melawan bakteri. Obat ini tidak
dikonsumsi oleh wanita hamil karena akan membahayakan janin nya. Jangan
berlarut – larut menggunakan obat ini melewati masa dosisnya karena dapat
meningkatkan resiko penyakit ginjal.

KOMBINASI ANTIBIOTIK KUSTA SESUAI DENGAN JENISNYA


 Untuk kusta basah (tipe PB) dokter akan meresepkan kombinasi dapsone dan
rifampicin. Namun jika anda memiliki /mengalami reaksi alergi terhadap dapsone,
maka akan diganti menjadi rifampicin dan clofazimine.
 Untuk kusta kering (tipe MB) dokter akan memberikan kombinasi dapson,
rifampicin, dan clofazimine atau dapsone, rifampicin, dan lampren.
 Untuk SLPB (single lesion paucibacillary) yaitu pengidap kusta yang hanya muncul
gejala lesi tunggal tidak muncul lainnya, kombinasi obat yang diberikan adalah
rifampicin, ofloxacin, dan minocycline.

 Obat lain yang digunakan untuk mendukung proses penyembuhan biasanya


berupa suplemen vitamin B1,B6, dan B12 serta obat cacing yang diberikan sesuai
dosis dengan berat badan.
 Perlu diketahui bahwa efek samping obat kusta jarang terjadi. Jika terjadi pun
hanya pada segelintir kasus. Efek samping yang terjadi dapat ditangani dengan
mudah, sehingga obat tidak perlu dihentikan. Menghentikan minum obat kusta
tanpa sepengetahuan dokter justru dapat memperburuk kesehatan tubuh anda
secara keseluruhan.
 Jika muncul gejala di luar efek samping umum, segera hubungi dokter. Biasanya
obat data diganti. Dengan obat lain sesuai dengan dosis dan tipe kusta yang anda
derita. Begitu pula jika nada memiliki riwayat penyakit lain spt bronkitis,
gangguan ginjal atau penyakit lainnya, konsultasikan terlebih dahulu supaya obat –
obat yang anda konsumsi tidak memper parah penyakit anda.

Anda mungkin juga menyukai