Anda di halaman 1dari 54

G. Di Grezia,1 G. Gatta,2 R. Rella,2 D. Donatello,2 G. Falco,3 R. Grassi,4 dan R.

Grassi2
1. Hipokondrium dextra : hepar, vesika felea,
flexura coli dextra, glandula suprarenalis
dextra
2. Epigastric : gaster, pancreas, duodenum pars
superior, hepar
3. Hipokondrium sinistra : lien, cauda pancreas,
gaster, lobus hepatis sinistra, flexura coli
sinistra, glandula suprarenalis sinistra
4. Umbilikus : jejunum, ileum, duodenum, colon
transvesum, gaster
5. Lumbal dextra : ren dextra, ureter dextra,
glandula suprarenalis dextra, colon ascendens
6. Lumbal sinistra : colon descendens, ren
sinistra, glandula suprarenalis sinistra, ureter
sinistra
7. Iliaca/inguinal dextra : caecum, appendix,
ovarium dextra
8. Hipogastrium : uterus VU, rectum
9. Iliaca/inguinal sinistra : colon sigmoid,
ovarium sinistra
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
menilai FPA :
1. Gambaran udara di usus
2. Gambaran jaringan lunak (soft
tissue)
3. Gambaran organ intra abdomen :
 Hepar
 Lien
 Renal
 Urinary tract dan genitalia
Untuk melihat:
•Free air.
•Air fluid level.
Udara gaster

Lemak
para/perirenal Preperitoneal fat
line

Udara kolon

Udara usus
halus Psoas line

Udara rektum Lemak


pravesica
Hepar Costa

Ginjal

m. Psoas vertebra

Tulang pelvis
Kelebihan
~ lebih unggul dalam evaluasi klinis
~ memberikan gambaran yang lebih rinci dan dapat
membantu untuk menentukan intervensi operatif
~ memberikan gambaran intraabdomen dan
retroperitoneum
Kekurangan
~ sulit untuk pasien dengan hemodinamik yang tidak
stabil
~ lebih mahal
~ btuh waktu dan transport pasien
~ CT-SCAN lebih jelas jika menggunakan kontras baik
kontras oral , intravena atau keduanya, namun masih
kontrofersi terkait dengan penggunaan kontras oral ,
dikarenakan dapat terjadi aspirasi dan dapat
menyebabkan mual dan muntah, kontras intravena
lebih aman dan bebas dari alergi
Coronal CT abdomen
 Banyak penemuan insidental yang dapat diamati saat pemeriksaan
Multi detector CT (MDCT) abdomen
 jinak
 meragukan
 mengkhawatirkan

 Walaupun yang paling sering ditemukan adalah yang jinak, terdapat


beberapa kondisi seperti hernia abdominal, Giant Colon Diverticulum,
GIST, Pneumatosis Intestinal, iskemia colon, cold intussusception,
ileus batu empedu, dan benda asing  kewatdaruratan medis
 Berdasarkan etiologi:

Kongenital Akuisita

Internal Eksternal

 Beberapa penulis juga menambahkan klasifikasi tipe diafragmatika


 Dapat bersifat asimtomatik
 Walaupun pilihan tatalaksana utama pada sebagian besar kasus adalah
intervensi bedah, keputusan terapi tetap perlu disesuaikan dengan setiap
individu dan pertimbangan terhadap komplikasi serta rekurensi.
 Protrusi usus melalui celah mesenterik atau peritoneal pada tepi kavitas
peritoneal
 Bisa bersifat kongenital atau diperoleh
 Dalam kategori ini termasuk juga hernia post-inflamasi dan hernia
traumatik post-operasi, operasi transplantasi liver atau bypass lambung
dalam operasi bariatrik.
 Walau angka kejadiannya jarang, kasus ini sering misdiagnosis  angka
mortalitas 50% jika terjadi strangulasi
 Berdasarkan lokasi, hernia internal dapat dibedakan di paraduodenal
melalui foramen Winslow, intersigmoid, pericecal, transmesenteric, and
retroanastomotic;
 Berdasarkan data personal, diperoleh bahwa 48 dari 84 pasien dalam
observasi kami memiliki hernia tipe paraduodenal kanan atau kiri (57%)
Hernia inguinalis
Penemuan MDCT :
 Pada hernia paraduodenal sisi kiri, MDCT dapat menunjukkan
enkapsulasi lengkungan usus di duodenojejunal junction antara lambung
dan pankreas di sebelah kiri ligamen Treitz atau diantara colon
transversum dan kelenjar adrenal kiri
 Sering terdapat obstruksi usus halus disertai dilatasi dan air-fluid levels
 Pembuluh mesenterium dapat membesar, teregang dan berubah posisi;
dinding lambung posterior dapat berpindah ke anterior, duodenojejunal
junction ke arah inferomedial dan colon transversum ke inferior
 Sedangkan pada hernia paraduodenal sisi kanan, MDCT dapat
menunjukkan enkapsulasi lengkungan usus di lateral dan inferior
duodenum desendens dan pembuluh darah mesenterium memberi
suplai aliran ke kengkung hernia
Gambar 1
(a) potongan axial
(b) rekonstruksi coronal
(c,d) rekonstruksi sagittal MDCT
abdomen menunjukkan hernia
internal, yaitu hernia
paraduodenal sisi kiri (panah
putih)
 Prolaps lengkung usus yang terjadi akibat kongenital atau
kelemahan, defek, atau lubang yang didapat di dinding
abdomen/pelvis.
 Hernia eksternal mencakup hernia inguinal, umbilikal, dan femoral
 Dapat bersifat asimtomatik
 Pada beberapa kasus dimana terjadi peningkatan tekanan
intraabdominal secara tiba-tiba dapat menimbulkan
kegawatdaruratan  hernia inkarserata
Penemuan CT
 Hernia inkarserata dapat memberi gambaran dilatasi usus dan penebalan
mesangial.
 CT scan diikuti dengan administrasi kontras iodin oral merupakan metode terbaik
untuk menentukan apakah isi kantong merupakan bagian dari usus dan
mengidentifikasi tipe usus.
 MDCT scan dapat membantu deteksi strangulasi usus
 Berdasarkan pengalaman penulis dalam pemeriksaan pre-operatif, identifikasi
massa menyerupai kantong atau kumpulan usus halus yang mengalami dilatasi di
lokasi anatomis abnormal merupakan hal yang fundamental
 Deteksi dari pembuluh mesenterium yang mengalami peregangan dan perubahan
posisi serta adanya dan pertemuan kumpulan pembuluh darah di orifisium hernia
merupakan hal yang penting.
 Gambar 2. MDCT
menunjukkan
adanya hernia
lumbalis kiri
(panah putih)
 Defek atau lubang di diafragma dapat menjadi celah herniasi isi abdomen kedalam
rongga dada.
 Hernia diafragmatika dapat didefinisikan sebagai defek kongenital atau defek yang
diperoleh di diafragma
 Hernia diafragmatika kongenital merupakan kondisi yang langka dan berat.
 Defek bisa bervariasi mulai dari defek sub-centimetris hingga agenesis diafragmatika
komplit.
 Terdapat 3 tipe hernia diafragmatika kongenital:
 Tipe Bochdalek (posterolateral)
 Tipe Morgagni (anterior)
 Tipe septum transversum sentral atau hernia hiatal

 Komplikasi  hipoplasia paru, volvulus lambung, kelainan rotasi organ, midgut volvulus,
hipoplasia ventrikel kiri disertai hernia sisi kiri atau efusi pleura akibat keterlibatan sisi
kanan dan hipertrofi ginjal bilateral.
Penemuan Ultrasound, Rontgen Thorax, dan CT
 Dalam kasus personal penulis (15 pasien) pada saat periode pre-natal, ultrasound
memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi hernia diafragmatika kongenital
 Pada periode neonatal dan infantil, rontgen thorax dapat memberi diagnosis
akurat
 Gambaran radiologis klasik  hemithorax kiri terisi oleh lengkung usus,
pergeseran mediastinum ke kanan, serta tidak adanya gas di dalam abdomen.
 Hernia diafragmatika yang diperoleh dapat terjadi akibat traumatik atau
iatrogenik.
 Organ retroperitoneal atau intra-abdomen serta jaringan dapat mengalami
prolaps kedalam kavitas thoraks akibat tekanan intrathoraks yang negatif 
tergantung dari lokasi dan ukuran defek
 CT dilaporkan memiliki sensitivitas sebesar 14–82%, dengan spesifisitas 87%.
 CT spiral memiliki sensitivitas yang lebih tinggi, yaitu 71-100% disertai
sensitivitas yang lebih tinggi pada sisi kiri dibandingkan dengan sisi kanan.
 Penemuan CT yang mengindikasikan adanya ruptur :
 visualisasi direk dari cedera
 visualisasi diagfragma segmental tidak terlihat
 herniasi intratorakal dari viscera
 “collar sign”
 ekstravasasi kontras peridiafragmatika secara aktif.
Gambar 3
 (a) bidang axial
 (b) rekonstruksi sagittal
menunjukkan hernia
paradiafragmatika
campuran (panah
putih)
 Manifestasi langka dari penyakit divertikular, ditandai dengan massa divertikular
besar berukuran ≥ 4cm, tersambung dengan lumen usus besar, biasanya terisi
oleh kotoran dan gas.
 Mayoritas (>90%) muncul di kolon sigmoid, tetapi bisa muncul di bagian kolon lain
 Terdapat beberapa teori terkait penjelasan perkembangan GCD tetapi penyebab
pasti masih belum diketahui.
 Salah satu hipotesis mengatakan bahwa GCD dapat disebabkan oleh mekanisme
unidirectional ball-valve melalui sambungan dari leher divertikular kecil  udara
terperangkap  pembesaran dari divertikulum
 Sementara hipotesis lain mengatakan bahwa GCD disebabkan oleh organisme
membentuk gas atau merupakan sebuah duplikasi kongenital dalam
perkembangan embiologi yang bersifat anomali.
Giant colon diverticulum, juga disebut
pseudodivertikula kolon raksasa, merupakan bentuk
presentasi yang tidak biasa dari divertikulosis kolon
dan ditandai oleh massa divertikular besar, biasanya
diisi dengan feses dan gas, yang terhubung dengan
lumen kolon.
 GCD dapat dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan pola histopatologis:
 Tipe 1: pseudodiverticula (22%)
 Tipe 2: inflammatory diverticula (66%)
 Tipe 3: true diverticula (12%)

 Pasien memiliki gejala yang tidak khas: demam, mual, muntah,


dan perdarahan rektal. Gejala lain juga meliputi konstipasi dan
massa di abdomen yang dapat dipalpasi.
 Komplikasi yang paling umum adalah peritonitis yang disebabkan
oleh perforasi GCD, diikuti oleh abses, obstruksi usus, volvulus,
dan infark.
 Karsinoma juga dapat muncul dari mukosa divertikular
• giant pseudodiverticula (or type I)
the second most common type (~20% of cases)
the mucosa herniates through the muscular wall and becomes progressively enlarged by
colonic gas via a ball-valve type mechanism 4
diverticula wall is made of remnants of both the muscularis mucosa and muscularis propria,
which are permeated by chronic granulation tissue 4,6
• inflammatory giant colonic diverticula (or type II)
majority of cases (~70% of cases)
result from perforation and formation of a persistent abscess cavity that remains in
communication with the colonic lumen 6it can also be understood as a chronic contained
colonic perforation
diverticula wall is made of dense fibrous tissue containing both chronic inflammatory cells
and foreign body giant cells 4
• true giant colonic diverticula (or type III)
rare (~10% of cases)
contain all the colonic wall layers: serosa, muscularis, submucosa, and mucosa
believed to represent a duplication cyst that has communication with the colonic lumen 4,
• Foto Polos abdomen menunjukkan
gambaran berupa kista besar berisi gas
dengan gambaran gas fluid level
 Penemuan CT:
 Divertikulum dapat tampak sebagai sebuah kavitas yang
terisi oleh gas, cairan, atau kotoran, dengan dinding reguler
yang tipis
 Penyangatan kontras (-)  kecuali jika inflamasi
 Jika terdapat inflamasi kronis  kalsifikasi dinding

 Tatalaksana definitif GCD :


 operasi reseksi segmen yang terlibat dengan anastomosis
primer.
Axial unenhanced CT scan of the
abdo- men shows a 9 􏰀 9-cm
cystic mass with an air-fluid level
(arrowhead). The mass has a
thickened wall and is in continuity
with the sigmoid colon.
Inflammation of the surrounding
mesentery is seen.
A 55-year-old man with giant sigmoid
diverticulum (GSD) associated with acute
diverticulitis. Abdominal radiograph (a)
shows a large, round, homogenous
radiolucency in the right upper quadrant
that is smoothly marginated (arrows). Axial
(b and c), coronal (d), and sagittal (e)
contrast-enhanced CT images through the
upper abdomen show a predominantly gas-
filled structure in the right upper abdomen,
communicating with the sigmoid colon (S)
and consistent with GSD. The sigmoid colon
is located in the right side of the abdomen
(anatomical variant). The arrow
demonstrates the neck of the GSD, which
connects the diverticular cavity with the
adjacent sigmoid colon; this finding is
essential for correct diagnosis. The
thickened wall of the diverticulum and the
surrounding mesentery infiltration denote
acute diverticulitis
 Tumor mesenkim yang jarang dijumpai
 Muncul dari sel interstitial Cajal yang mengekspresikan KIT protein-
CD117 pada pemeriksaan immunohistokimia.
 GIST tidak hanya muncul di sepanjang saluran cerna, tetapi dapat
muncul juga di mesenterium, omentum, dan retroperitoneum
 Temuan klinis  biasanya spesifik sesuai lokasi lesi
 Lambung, usus halus, atau colon : hematemesis, melena, atau darah
samar pada tinja
 Esofagus: disfagia, mual, muntah, rasa tidak nyaman di perut, ↓BB, cepat
kenyang
 Penemuan CT :
 Tumor biasanya memiliki densitas yang bervariasi dan menunjukkan patchy
enchancement setelah kontras intravena
 Massa tumor umumnya memiliki densitas jaringan lunak dengan area bagian sentral
memiliki densitas yang lebih rendah jika terdapat nekrosis dan kadang muncul sebagai
fluid-fluid levels.
 Penyangatan biasanya bersifat peripherical , jarang terdapat kalsifikasi
 Torricelli-Bernoulli Sign : ulserasi dalam berbentuk bulan sabit dengan penampakan air-
fluid level internal.
 Pembesaran nodus limfe bukan merupakan fitur GIST
 Lesi yang lebih agresif  metastasis atau invasi langsung organ sekitar
 GIST adalah positron emission tomography (PET) avid tumors karena reseptor tirosin
kinase ↑ glucose transport protein signalling
 PET berguna dalam menemukan metastasis kecil yang tidak akan terlihat di CT
 GIST resisten terhadap kemoterapi dan radioterapi standar  diobati dengan advanced
molecular targeting therapy atau bedah eksisi radikal.
Gambar 4:
(a) rekonstruksi coronal
(b) bidang axial
(c) rekonstruksi sagittal dari
pemeriksaan MDCT
abdomen menunjukkan
GIST pada lambung (a,b),
neoplasia usus halus (c)
(panah putih)
(d) Penampakan lesi pasca
operasi
 Nama lain: intestinal emphysema, pneumatosis coli, pneumatosis cystoides intestinalis
 Merupakan penemuan radiologis langka, ditandai dengan adanya jalur gas di sepanjang
dinding usus, dapat muncul dalam bentuk linear (submukosal) atau sekumpulan kista bulat
(subserosal)
 Usus halus (42%) merupakan area yang paling sering terlibat, diiikuti oleh colon (36%)
sedangkan keterlibatan keduanya hanya terdapat di 22% kasus.
 PI dibagi menjadi 2 kelompok: primer dan sekunder.
1. Primer (15%):
kondisi idiopatik (jinak) dimana terdapat kista multipel berdinding tipis yang berkembang dari lapisan
submukosa atau subserosa kolon.
Tidak memiliki gejala
2. Sekunder (85%):
 berhubungan dengan penyakit saluran cerna obstruktif dan nekrotik atau disertai dengan penyakit
paru obstruktif.
Teori Mekanik Teori Bakterial
Gas yang berasal dari lumen usus Bakteri basil pembentuk gas
atau dari paru-paru melalui memasuki lapisan submukosa
mediastinum memotong dinding melalui celah mukosa atau ↑
usus akibat suatu mekanisme permeabilitas mukosa dan
yang menyebabkan peningkatan memproduksi gas didalam
tekanan atau trauma langsung dinding usus.
An abdominal X-ray showing pneumatosis intestinalis
in the ascending colon
Penemuan CT:
 CT lebih sensitif dari radiografi abdomen konvensional dalam
mendeteksi kondisi ini dan mengevaluasi penyebaran dan komplikasi
 Karakteristik radiologis dari PI saat menggunakan CT Scan dalam lung
window adalah terdapat pola linear atau gelembung dengan densitas
rendah atau kombinasi keduanya dan terdapat gas di dinding usus
 CT abdomen dengan atau tanpa kontras dapat menunjukkan morfologi,
distensi, dan ketebalan lengkungan usus.
 Dapat terlihat perubahan morfologi meliputi penebalan dinding, dilatasi,
adanya penyangatan dinding, peningkatan atenuasi di mesenterium,
edema atau perdarahan, obstruksi vaskular, asites, dan gas
portomesenterium
 Gambar 5. Pemeriksaan
MDCT menunjukkan
pneumatosis parietal
usus halus (panah
putih)
 Kondisi klinis dimana aliran darah ke colon berkurang sehingga tidak cukup untuk
mempertahankan fungsi metabolisme seluler
 Proses ini menandakan bahwa sel colon mengalami asidosis dan disfungsi, kehilangan
integritasnya, dan akhirnya mengalami kematian.
 Perubahan iskemik yang terjadi paling awal dan intens selalu terdapat di lapisan
mukosa colon  kemudian meluas ke serosa
 Diagnosis biasanya ditegakkan bila ditemukan gejala-gejala seperti keram atau nyeri
perut ringan yang terjadi secara tiba-tiba; adanya keinginan mendesak untuk defekasi,
dan diare berdarah dengan warna darah merah terang dalam waktu 24 jam.
 Klasifikasi berdasarkan penyebab:
 Iskemia non-oklusif  timbul akibat tekanan darah rendah atau konstriksi pembuluh darah yang
memberi nutrisi ke colon
 Iskemia oklusif  gumpalan darah atau hambatan lain yang menghalangi suplai aliran darah ke
colon
Penemuan CT
 CT dengan kontras intravena dan oral merupakan pemeriksaan awal yang paling
membantu dalam menangani pasien dengan nyeri abdomen untuk menilai distribusi
dan fase colitis
 CT juga dapat menyingkirkan penyebab lain dari nyeri abdomen, menandai lokasi dan
sumber penyebab iskemia, dan mengidentifikasi komplikasi terkait penyakit tahap
lanjut.
 Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan penemuan CT berupa penebalan dinding
usus (8 mm), thumb-printing sign, dan peningkatan atenuasi di sekitar colon dengan
atau tanpa disertai ascites
 Kebanyakan kasus mereda secara spontan dan tidak membutuhkan terapi spesifik
 Intervensi bedah perlu dipertimbangkan apabila iskemia colon disertai dengan
hipotensi, takikardia, dan nyeri perut tanpa disertai perdarahan rektal, iskemia kolon
tipe pan-colonic, dan jika terdapat gangrene.
 Gambar 6. Pencitraan
MDCT potongan axial
dari pasien iskemia
colon menunjukkan
penebalan dinding
usus di colon kiri
(panah putih)
 Intususepsi merupakan keadaan dimana terdapat prolaps dari lengkung
usus beserta lipatan mesenterium yang melipat kedalam segmen usus
sehingga menimbulkan obstruksi
 Mayoritas intususepsi merupakan tipe ileocolic, sedangkan sisanya
adalah tipe ileoileal atau colocolic.
 Berdasarkan kanalisasi dan konsekuensinya dibagi menjadi 3 tipe:
 cold intussusception
 hot intussusception inkomplit dan reversibel
 hot intussusception komplit dan irreversibel

 Cold intussusception merupakan kasus insidental dan asimtomatik tanpa


disertai tanda obstruksi usus seperti nyeri perut dan gejala obstruktif.
Penemuan CT Abdomen:
 Gambaran Distensi usus dengan tes enteroclysis merupakan teknik radiologi yang
paling sensitif dalam mengidentifikasi intususepsi.
 CT Scan menggambarkan adanya kehadiran dan asal penyebab massa usus, lokasi,
dan traktus saluran cerna yang terlibat, gangguan vaskular mesenterium,
keterlibatan lemak perivisceral, jaringan sekitar, dan nodus lime locoregional.
 Terdapat 3 pola gambaran intususepsi yang diekspresikan dalam tahap berbeda:
1. Target-like pattern intususepsi awal disertai obstruksi minimal dan tidak terdapat
tanda iskemia
2. Reniform-pattern  densitas 2 lobus disertai atenuasi tinggi di perifer serta
atenuasi rendah di bagian sentral
3. Sausage-shape pattern  Area dengan atenuasi rendah dan tinggi saling
bergantian terkait dengan keadaan dinding usus, lemak mesenterium dan cairan,
cairan intraluminal, zat kontras, atau udara
 Gambar 7. Pencitraan MDCT
Cold Intussusception potongan
axial menunjukkan bahwa usus
tertarik ke dalam (panah putih)
 Ileus Batu Empedu merupakan penyebab obstruksi usus halus mekanik yang
jarang terjadi akibat adanya impaksi dari 1 atau beberapa batu empedu yang
besar di saluran cerna.
 Patologi utama dari ileus batu empedu  fistula bilier-enterik
 Batu empedu memasuki saluran cerna melalui fistula antara kantung
empedu yang mengalami gangrene dan saluran cerna
 Batu juga kadang bisa memasuki usus melalui fistula yang terbentuk antara
duktus bilier komunis dengan saluran cerna  komplikasi yang langka dari
kolesistitis kronis dan lokasi tempat masuk yang paling umum terjadi melalui
erosi terdapat di duodenum.
 Manifestasi klinis dari ileus batu empedu bervariasi dan bergantung dari
lokasi obstruksi tetapi seringkali bersifat tidak spesifik disertai gejala
intermiten dari mual, muntah, distensi abdomen, dan nyeri abdomen
Penemuan X-Ray Abdomen dan CT :
 Temuan klasik pada x-ray abdimen adalah gambaran obstruksi usus, pneumobilia, dan batu empedu ektopik
didalam lumen usus (Trias Rigler)
 CT kontras dapat memberikan diagnosis cepat dari ileus batu empedu sebelum tindakan operasi
 Kriteria diagnostik ileus batu empedu pada CT adalah sebagai berikut:
(1) obstruksi usus halus
(2) batu empedu ektopik; dapat mengalami kalsifikasi tipis (rim-calcified) atau total
(3) Kantung empedu abnormal disertai dengan akumulasi udara, gambaran air-fluid level atau akumulasi
cairan disertai dinding ireguler

 CT dapat memperkirakan ukuran batu empedu ektopik sehingga dapat membantu pengambilan keputusan
strategi pengobatan
 Tujuan utama terapi  menghilangkan obstruksi usus dengan cara ekstraksi batu empedu penyebab
sumbatan
 Gambar 8. Pencitraan
MDCT potongan axial
menunjukkan ileus batu
empedu (panah putih)
di ileus terminal
 Benda asing dapat tertelan, dimasukkan melalui suatu kavitas di tubuh, atau masuk
kedalam tubuh melalui suatu cedera traumatik atau iatrogenik
 Kebanyakan benda asing masuk akibat tertelan pada populasi anak-anak.
 Hampir semua benda asing dapat diidentifikasi secara radiologis akan tetapi radiografi
tidak selalu dapat mendeteksi benda asing radiolusen secar aakurat, terutama tulang ikan.
 Walaupun tulang ikan cukup bersifat radioopak pada pemeriksaan fadiografi, adanya
massa jaringan lunak berukuran besar serta cairan dapat menutupi kandungan kalsium
yang minimal pada tulang, terutama pada pasien obesitas.
 Penggunaan barium swallow tidak direkomendasikan karena risiko aspirasi serta adanya
lapisan kontras pada benda asing dan mukosa esofagus dapat mengganggu visualisasi
endoskopik.
 CT Scan lebih superior dibandingkan x-ray, dengan sensitivitas
90%-100% dan spesifisitas 93.7%-100%.
 CT dapat memberikan visualisasi bentuk, ukuran, lokasi dan
kedalaman impaksi benda asing serta jaringan sekitarnya.
 Penggunaan agen kontras IV sudah lama digunakan dalam
mendiagnosis komplikasi terkait masuknya benda asing kedalam
tubuh seperti abses, peritonitis, atau formasi fistula
 Kebanyakan benda asing dapat melewati tubuh tanpa adanya
intervensi dan pengambilan endoskopik
 Tindakan operasi dilakukan bila benda asing tersebut berukuran
panjang, tajam, atau memiliki ujung lancip.
 Gambar 9.
Pencitraan MDCT (a)
potongan axial
menunjukkan
adanya benda asing
didalam usus halus
(panah putih), serta
terdeteksi juga di
gambaran USG
Abdomen (b)
 G. Di Grezia, G. Gatta, R. Rella, et al. Abdominal hernias, giant colon diverticulum,
GIST, intestinal pneumatosis, colon ischemia, cold intussusception, gallstone
ileus, and foreign bodies: our experience and literature review of incidental
gastrointestinal MDCT findings. BioMed Research International 2017, Article ID
5716835, 9 pages, 2017. Available from: https://doi.org/10.1155/2017/5716835.
 = multidetector ct
 MDCT adalah bentuk teknologi dari ct untuk pencitraan diagnostik
 Dalam MDCT, array 2 dimensi elemen detector menggantikan array
linier elemen detector yang digunakan dalam scanner CT
konvensional dan heliks
 Array detector dua dimensi memungkinkan pemindai CT untuk
mendapatkan beberapa irisan atau bagian secara bersamaan dan
sangat meningkatkan kecepatan akuisisi gambat CT.
 Rekonstruksi gambar MDCT lebih rumit dari CT tunggal
 MDCT scanning is a rapid, painless diagnostic procedure that
combines the use of computers and x rays. MDCT scan allows the
radiologist to see the location, or abnormalities

Anda mungkin juga menyukai