Anda di halaman 1dari 29

CASE REPORT

“SINDROM STEVENS JOHNSON (SSJ)”


KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN
KELAMIN RSUD CIBINONG
PERIODE 1 APRIL – 4 MEI 2019

Axel Jusuf | Jack Benjamin Nalle


Puti Marisya | Rizky Chintia | Ramses Manalu
IDENTITAS
• Nama : Ny. A

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Usia : 40 Tahun

• Agama : Islam

• Suku : Jawa

• Pendidikan : SMA

• Pekerjaan : IRT

• Tanggal Kunjungan : 14 April 2019


Keluhan Utama
Ruam kemerahan di seluruh tubuh sejak 3 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan berusia 40 tahun datang dengan keluhan ruam kemerahan di
seluruh badan sejak 3 hari SMRS.
Awalnya pasien mengaku 3 hari SMRS timbul ruam kemerahan di daerah dada dan
kemudian ruam kemerahan tersebut meluas ke seluruh tubuh termasuk punggung, tangan,
kaki, wajah telinga hingga bibir disertai kulit mengelupas, yang juga diikuti rasa gatal dan
panas. Pasien mengaku bahwa 7 hari SMRS pasien demam dengan suhu badan 40 derajat
celsius yang diperiksanya sendiri di rumah, dan pasien langsung meminum obat penurun
panas yang dibelinya sendiri. Pasien mengaku 1 bulan SMRS pasien melakukan operasi
caesar di RS Trimitra, dan di RS Trimitra diberikan obat antibiotik dan parasetamol.
Riwayat Demam sebelumnya (+), Riwayat Sesak (+), Palpitasi (+) sejak 7 hari SMRS.
Riwayat alergi obat dan makanan tidak diketahui pasien. Pasien mengaku punya
kebiasaan meminum obat penurun panas yang dibelinya sendiri bila mengalami
demam.
Kemudian pasien ke RSUD Cibinong dan obat-obatan sebelumnya dihentikan.
Setelah itu keluhan sesak dan berdebar-debar, serta ruam dan kulit mengelupas berangsur
berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan
seperti ini
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : Tampak sakit berat


• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda Vital
• Tekanan Darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 77 x/menit
• Suhu : 37.1oC
• RR : 19 x/menit
• Berat Badan: 60 kg
• Tinggi Badan: 155 cm
PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala : Normocephali
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/
+)
• Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
• Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
• Mulut : terdapat lesi pada mukosa bibir dan
mulut, sianosis (-)
• Tenggorokan : T1 – T1, hiperemis (-)
• Thorax : Simetris, retraksi (-)
• Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), gallop (-)
• Paru : SD vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-)
• Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
• KGB : Tidak teraba pembesaran.
• Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 14.0 gr/dl
Leukosit 13.560 /uL
Trombosit 241.000 /uL
Hematokrit 42.8%
GDS 77 mg/dl
SGOT 250uL
SGPT 80 g/dl
STATUS DERMATOLOGI
• Lokasi
Generalisata

• Effloresensi
• Patch eritematosa generalisata
• Eritema (pinggir eritema, tengah relatif hiperpigmentasi), urtikaria,
lesi papular berbentuk target dan erosi

• Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan darah lengkap,
urin, elektrolit, usg kandungan.
Gambaran Pasien
DIAGNOSIS
• Diagnosis Kerja
Stevens Johnson Syndrome

• Diagnosis Banding
• Eritema multiformis (EM)
• Nekrolisis Epidermal Toksik (NET)
• Staphylococcal Scaled Skin Syndrome
PENATALAKSANAAN
1. EDUKASI

• Memberikan informasi mengenai penyakit pasien.


• Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarganya
dalam menjalani pengobatan
2. Medikamentosa
Umum
• pemberian cairan intravena, serta kalori dan protein
secara parenteral
• Oksigenasi
Khusus
Sistemik
• Kostikosteroid  methylprednisolon inj
• Antibiotik  klindamisin , gentamisin inj
• Antihistamin  cetirizine po, difenhidramin inj
Topikal
• Kortikosteroid topikal  desoximethason
• Kelainan yang basah dikompres dengan asam salisil 1%
PROGNOSIS

Prognosis
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad kosmeticum : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Stevens Johnson Syndrome merupakan reaksi
mukokutan akut yang mengancam nyawa, ditandai
dengan nekrosis luas dan pengelupasan
epidermis.
Epidemiologi
• Kejadian SJS terjadi 1-3 kasus per satu juta penduduk
setiap tahunnya.
• >> Ras Kaukasia
• Orang dari semua umur, anak lebih rentan
• perempuan > laki-laki
Etiologi
• Idiopatik
• >> alergi sitemik thd obat
• Faktor pencetus:
• Obat
• Infeksi
• Imunisasi
• Penyebab lain
Patogenesis dan Patofisiologi
• Reaksi hipersensitivitas tipe III
• Erupsi timbul mendadak, gejala bermula di mukosa mulut
berupa lesi bulosa atau erosi, eritema, disusul mukosa
mata, genitalia sehingga terbentuk trias (stomatitis,
konjuntivitis, dan uretritis). Gejala prodormal tidak
spesifik, dapat berlangsung hingga 2 minggu 
menyembuh dalam 3-4 minggu tanpa sisa, beberapa
penderita mengalami kerusakan mata permanen.
Kelainan pada selaput lendir, mulut dan bibir selalu
ditemukan. Dapat meluas ke faring sehingga pada kasus
yang berat penderita tak dapat makan dan minum. Pada
bibir sering dijumpai krusta hemoragik.
Manifestasi Klinis
• Adapun 3 kelainan utama yang muncul pada SJS, antara
lain:
• Kelainan pada kulit
Ruam yang berkembang menjadi eritema, papula, vesikel,
dan bula. Tanda patognomonik  lesi target atau
targetoid lesions.
• Kelainan pada mukosa
• Kelainan pada mata
•  hiperemia konjungtiva, perlekatan
Diagnosis
Diagnosa ditujukan terhadap manifestasi yang sesuai
dengan trias kelainan kulit, mukosa, mata, serta
hubungannya dengan faktor penyebab yang secara klinis
terdapat lesi berbentuk target, iris atau mata sapi,
kelainan pada mukosa, demam. Selain itu didukung
pemeriksaan laboratorium antara lain pemeriksaan darah
tepi, pemeriksaan imunologik, biakan kuman serta uji
resistensi dari darah dan tempat lesi, serta pemeriksaan
histopatologik biopsi kulit.
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
• darah lengkap  kadar sel darah putih yang normal atau
leukositosis non spesifik, penurunan tajam kadar sel darah putih
(infeksi bacterial berat)
• Imunofluoresensi banyak membantu membedakan sindrom Steven
Johnson dengan penyakit kulit dengan lepuh subepidermal lainnya.
• fungsi ginjal dan mengevaluasi adanya darah dalam urin.
• Pemeriksaan elektrolit.
• Kultur darah, urine, dan luka, diindikasikan ketika dicurigai terjadi
infeksi.
• Pemeriksaan bronchoscopy, esophagogastro duodenoscopy
(EGD), dan kolonoskopi dapat dilakukan.
• Imaging
• Histopatologi
Diagnosis Banding
• Eritema multiformis (EM)
• Nekrolisis Epidermal Toksik (NET)
• Staphylococcal Scaled Skin Syndrome
Pengobatan
• Pengganti cairan dan nutrisi.
• Perawatan luka
• Perawatan mata
• Obat-obatan yang biasa digunakan dalam pengobatan
SJS meliputi:
• Obat nyeri untuk mengurangi ketidaknyamanan
• Antihistamin untuk meredakan gatal
• Antibiotik untuk mengendalikan infeksi, bila diperlukan
• Steroid topikal untuk mengurangi peradangan kulit.
Prognosis
Komplikasi
• Oftalmologi – ulserasi kornea, uveitis anterior,
panophthalmitis, kebutaan
• Genitourinaria – nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal,
penile scarring, stenosis vagina
• Pulmonari – pneumonia
• Kutaneus – timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit
permanen, infeksi kulit sekunder
• Infeksi sitemik, sepsis
• Kehilangan cairan tubuh, shock
Tinjauan Pustaka
Effendi E H. Sindrom Stevens-Johnson dan Nekrolisis
Epidermal Toksik. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ke-
7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2017. hal
199-200.

Stevens Johnsons Syndrome. In: Fitzpatrick TB. et al.


Dermatology in General Medicine. 8th Edition. New York:
Mc Graw-hill Book. 2012.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai