Anda di halaman 1dari 15

KEHILANGAN DAN BERDUKA

Disusun Oleh
1. Aleks Nainggolan
2. Dwi wahyuni putri
3. Lestary lembantoruan
4. Melda lumban gaol
5. Melda simorangkir
6. Sardani maria
7. Valentina purba
8. Susi simamora
9. Refida
10. Lidia sitanggang
• Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada. Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun
dalam bentuk yang berbed (Yosep, 2010).
• Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan
yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, cemas, sesak nafas,
susah tidur dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada
semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua jenis tipe
berduka, yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional
(Rachmad, 2011).
Lanjutan...

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung


• Arti dari kehilangan
• Sosial budaya
• Spritual
• Peran seks
• Status soisial ekonomi
• kondisi fisik dan psikologi individu
Lanjutan...

• Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan,
misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan
perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun
Lanjutan....

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:


• Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
• Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
• Kehilangan objek eksternal
• Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
• Kehilangan kehidupan/ meninggal
Lanjutan...
Rentang Respon Kehilangan
Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance
BERDUKA
Berduka
Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka
diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu
status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan
yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek
atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini
masih dalam batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang
merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat
individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,
abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
2.2.2 Teori dari Proses Berduka
Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan
menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
b) Kemarahan (Anger)
c) Penawaran (Bargaining)
d) Depresi (Depression)
e) Penerimaan (Acceptance)
Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang
tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang
mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya
reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
Teori Rando
Penghindaran
Konfrontasi.
Akomodasi
Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang
dapat diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun
menjelang ajal.
Fase I (shock dan tidak percaya)
Fase II (berkembangnya kesadaran)
Fase III (restitusi)
Fase IV
Fase V
Dari data diatas disimpulkan bahwa :
Faktor yang menibulkan stress
• Cemas
• Ekonomi
• Kehilangan anggota tubuh
Peran perawat
• Membina komunikasi yang baik dan hubungan saling percaya
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga manfaat berobat segera ke RS dengan tidak
menyalahkan pasien.
• Perawatan yang holistik
• Membina keluarga agar menerima keadaan klien
• Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang kondisinya
• Memberikan motivasi dan dukungaan
hasil yang diharapkan
• Klien menerima kondisi nya
• klien dapat mengatasi kecemasan nya dengan koping yang adaptif
TINJAUAN KASUS
Seorang pasien Tn.P di ruang 5 south dengan keluhan nyeri pada bekas
Amputasi, klien marah kepada perawat karena dokter tidak dapat
menyembuhkan kaki klien selain tindakan amputasi, perawat melakukan
pengkajian lanjut klien mengatakan sebulan yang lalu klien pernah jatuh dari
pohon Ara , klien merasakan sakit pada kaki namun klien tidak berobat ke RS,
klien pergi berobat ke tukang kusut, namun tukang kusut menyarankan agar
klien pergi berobat ke dukun patah, Dua minggu setelah berobat ke dukun
patah keadaan klien tidak membaik, sehingga klien berobat ke RS tarutung,
di Rs tarutung klien dinyatakan patah tulang, klien diberikan perawatan dan
pengobatan sementara dan dianjurkan untuk dirujuk ke RS MTMH namun
klien menolak dan pulang atas permintaan sendiri karena alasan Biaya dan
klien percaya klien bisa sembuh dengan pengobatan Tradisional. Klien
mengatakan klien pergi ke dukun patah yang disarankan oleh keluarga
karena pengalaman banyak pasien sembuh oleh dukun patah tersebut,
namun dua minggu berikutnya keadaan klien memburuk kaki bengkak
dengan warna kehitaman, sehingga klien berobat ke RS MTMH. Klien
mengatakan klien malu dengan keadaanya dan tidak dapat melakukan
aktifitas seperti biasanya untuk mencari nafkah bagi keluarga
Dari data diatas disimpulkan bahwa :

1. Faktor yang menibulkan stress


Cemas
Ekonomi
Kehilangan anggota tubuh
2. Peran perawat
Membina komunikasi yang baik dan hubungan saling percaya
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga manfaat berobat segera ke RS dengan tidak
menyalahkan pasien.
Perawatan yang holistik
Membina keluarga agar menerima keadaan klien
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang kondisinya
Memberikan motivasi dan dukungaan
3. hasil yang diharapkan
a. Klien menerima kondisi nya
b. klien dapat mengatasi kecemasan nya dengan koping yang adaptif
TAHAP TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Mengingkari
• Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
• Mendengarkan dengan penuh perhatian
• Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan
• Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi sampaikan fakta
• Teknik komunikasi diam dan sentuhan
• Perhatikan kebutuhan dasar pasien
b. Marah
• Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal
tanpa melawan dengan kemarahan
• Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal
karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan
• Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
• Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat
• Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.
c. Tawar-menawar
• Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
d. Depresi
• Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
• Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
• Hargai perasaan pasien
• Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
• Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki
e. Penerimaan
• Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
• Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang
sama pada saat yang bersamaan.
• Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah masa
berkabung telah dilalui.

Anda mungkin juga menyukai