LELA HAYATI RAHMAWATI Pentingnya Penerapan Pendidikan Multikultural pada Tingkat Satuan Pendidikan
Menurut Gorski (1980), Pendidikan multikultur di
Indonesia perlu menggunakan kombinasi model yang ada, agar seperti yang di ajukan, pendidikan multikultur dapat mencakup 3 jenis transformasi, yaitu: 1. transformasi diri 2. transformasi sekolah dan proses belajar mengajar 3. transformasi masyarakat. Transformasi Level Diri (Tranformation of Self)
Ada 3 langkah besar yang dapat ditempuh dalam melakukan
tranformasi diri, yaitu mengubah sikap mental, mengubah pola hidup, dan fokus pada tujuan. 1. Dengan Mengubah Sikap Mental, Cara Berpikir Akan Berubah. Mengubah sikap mentaldapat diawali dengan bertanya : Apa arti hidup bagi saya? Apa yang saya cari dalam hidup ini ? Apa arti keluarga bagi saya ? Apa arti seorang sahabat bagi saya ? Apakah hidup saya berarti bagi keluarga saya ? 2. Dengan Mengubah Mindset (cara berpikir), Pola Hidup atau Kebiasaan Akan Berubah. Cara berpikir akan mengubah pola hidup . kebiasaan, sikap, tutur kata, penampilan, body language, lingkungan pergaulan, perasaan, keputusan yang diambil, kepedulian, dan akhirnya dapat fokus pada tujuan hidup.
3. Jika Semuanya Telah Berubah, Hidup Pun Akan Berubah.
Jika kita telah mengubah sikap mental dan cara berpikir yang menghasilkan terjadinya perubahan pola hidup dan kebiasaan serta fokus pada tujuan hidup, langkah-langkah ini akan mengantarkan ke jenjang transformasi diri yang sejati. Transformasi Level Sekolah (Transformation of School and Schooling) Transformasi pada level sekolah digambarkan melalui 5 dimensi pendidikan multicultural, yaitu sebagai berikut : Integrasi Materi (Content Integration) Merupakan upaya guru memberikan atau menggunakan contoh dan materi dari berbagai budaya dan kelompok untuk mengajarkan konsep kunci , prinsip teori, dan lain-lain ketika mengajarkan satu topic atau mata pelajaran tertentu dengan menyisipkan akan adanya kesadaran perbedaan budaya. Proses Pembentukan Pengetahuan (Knowledge Construction Process) Merupakan upaya membantu siswa untuk memahami, mencari tahu, dan menentukan cara suatu pengetahuan atau teori pada dasarnya secara nyata tercipta karena adanya pengaruh budaya, kalangan, dan kelompok tertentu dengan status sosial yang terjadi pada saat itu. Reduksi Prasangka (Prejudice Reduction) Merupakan upaya guru dalam membantu siswa mengembangkan sifat positif terhadap perbedaan dari sisi suku, budaya, ras, gender, status sosial Pendidikan atau Perlakuan Pedagogik Tanpa Pandang Bulu (Equity Pedagogy) adalah upaya guru memperlakukan secara sama dalam proses pembelajaran di kelas Pemberdayaan Budaya Sekolah dan Struktur sosial Merupakan proses menstrukturisasi dan reorganisaasi sekolah sehingga siswa dari beragam ras, suku, dan kelas sosial mengalami atau merasakan pemberdayaan ataupun persamaan budaya. Transformasi Level Masyarakat
Masyarakat adalah suatu konsep sosial. Terdapat perbedaan
yang nyata antara konsep masyarakat dan konsep kolektif. Mempertukarkan keduanya mengandung kerancuan pemikiran. Konsep kolektif menggambarkan kumpulan manusia orang per orang secara fisik yang biasanya didasarkan atas karakteristik uniformitas. Sebaliknya, konsep masyarakat menggambarkan berkumpulnya manusia atas dasar sukarela yang tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga berupa keterkaitan dan keterkaitan batiniah Program Pendidikan Multikultural Menurut Bunnet (Azyumardi,2001) program pendidikan multikultural memiliki tiga macam program yang dapat diterapkan oleh sekolah dan masyarakat secara keseluruhan. 1. Berorientasi pada Materi ( Content Oriented Programs) Berorientasi pada materi merupakan bentuk pendidikan multikultural yang paling umum dapat cepat dipahami. Tujuan Utamanya adalah memasukan materi tentang kelompok budaya yang berbeda dalam kurikulum dan materi pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang kelompok-kelompok tersebut. 2. Berorientasi pada siswa ( Student Oriented Programs) Program yang berorientasi pada siswa bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademis kelompok siswa yang berbeda meskipun pada saat itu tidak memberikan perubahan besar dalam muatan kurikulum.
3. Berorientasi Sosial (Sosially Oriented
Programs) Program yang berorientasi sosial berupa mereformasi pendidikan ataupun konteks politik dan budaya pendidikan Peranan Guru dan Sekolah dalam Penerapan pendidikan Multikultural
peran guru dan pihak sekolah diperlukan memenuhi
berbagai kebutuhan peserta didik, antara lain sebagai berikut. 1. Membangun Paradigma Keberagaman 2. Menghargai Keragaman Bahasa 3. Membangun Sensitivitas Gander 4. Membangun Sikap Kepedulian Sosial 5. Membangun Sikap Anti Diskriminasi Etnis 6. Membangun Sikap Anti Diskriminasi terhadap Perbedaan Kemampuan 7. Membangun Sikap Anti Diskriminatif Umur Kesimpulan Jadi dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pendidikan Multikultural pada Tingkat Satuan Pendidikan sangatlah penting. Selain itu, pendidikan multikultur mencakup tiga jenis transformasi, yaitu transformasi diri, transformasi sekolah dan proses belajar mengajar, serta transformasi masyarakat. Pendidikan multikultural juga memiliki tiga macam program yang dapat diterapkan oleh sekolah dan masyarakat secara keseluruhan yaitu Berorientasi pada Materi, pada siswa dan Berorientasi Sosial. Peran Guru dan Sekolah dalam Penerapan pendidikan Multikultural harus memenuhi berbagai kebutuhan peserta didik salah satunya adalah Menghargai Keragaman Bahasa, Membangun Sikap Kepedulian Sosial dan Membangun Sikap Anti Diskriminasi Etnis.