Anda di halaman 1dari 35

ASMA

Dinda Noviyanti 1810711007

1
Pengertian asma
> Penyakit asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil
dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas.” Penyakit
asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan
mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.
Asma juga disebut penyakit paru-paru kronis yang
menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini disebabkan
karena pengencangan dari otot sekitar saluran pernafasan,
peradangan, rasa nyeri, pembengkakan, dan iritasi pada
saluran nafas di paru-paru.

2
Etiologi Asma
Sondang Mariani 1810711090

3
1. Alergen
2. Exercise ( Latihan )
3. Polusi udara
4. Faktor kerja
5. Infeksi pernapasan
6. Masalah hidung dan sinus
7. Sensitif terhadap obat dan makanan tertentu
8. Penyakit refluk gastroesophageal
9. Faktor psikologis
10. Perubahan cuaca
Manifestasi
Klinis
Gejala klasik pada asma bronchial ini adalah sesak napas, mengi (whezzing),
batuk, sebagian penderita nyeri dada. Pada serangan asma yang lebih berat
gejala- gejala yang timbul adalah sianosis, gangguan kesadaran,
hiperventilasi dada, tachicardi dan pernafasan dangkal. Gejala gejala yang
umum pada penderita asma menurut Crockett (2001) diantarnya :

6
Pilek Kelenjar Lebam

Nyeri Otot & Sakit Kepala


tulang 7
- Sering menggosok mata, hidung dan telinga berlebihan
- Sering kencing
- Gangguan saluran pencernaan antara lain gastroesofageal reflek, sering
muntah, nyeri perut, sariawan, lidah sering putih atau kotor, nyeri gusi atau
gigi, mulut berbau, air liur berlebihan dan bibir kering
- Sering buang air besar (>2 kali/hari), sulit buang air besar (obstipasi),
kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang
angin
- Kepala, telapak kaki atau tangan sering teraba hangat atau dingin
- Sering berkeringat berlebih
- mata gatal, timbul bintik di kelopak mata, mata sering berkedip
- Gangguan hormonal berupa tumbuh rambut berlebih di kaki dan tangan,
keputihan dan

8
KOMPLIKASI
ASMA
Nanda Syifa M. 1810711031
Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya
udara di dalam rongga pleura yang
dicurigai bila terdapat benturan atau
tusukan dada.Keadaan ini dapat
menyebabkan kolaps paru yang lebih
lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan
napas.
Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma“udara”, juga
dikenal sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi
dimana udara hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada
1819 oleh ReneLaennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh
trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar
dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga
dada .
Atelektasis
Pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.

Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur
dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat.Penyakit ini juga
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak
dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi
Aspergillus sp.

Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap
karbodioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi
oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di
mana lapisan bagian dalam dari saluran pernapasan di
paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.
Selain bengkak juga terjadipeningkatan produksi lendir
(dahak). Akibatnya penderita merasa perlubatuk
berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir
yangberlebihan, atau merasa sulit bernapas karena
sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya
lendir.
Penatalaksanaan
Asma
By: Nur Rohmah (1810711083)
Manajemen pengendalian asma terdiri dari 8 (delapan) tahapan yaitu sebagai berikut:

1) Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan penyakitnya dan
mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan (GINA, 2005).

2) Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani penyakit asma.
Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin terjadi terhadap penderita
asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru
(GINA, 2005).

3) Menghindari Faktor Resiko


Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma adalah
menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma. Faktor resiko ini dapat
berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya (GINA, 2005).
4) Pengobatan Medis Jangka
Panjang Berikut penjelasan tentang obat-obat
pengontrol asma :
Pengobatan jangka panjang terhadap Glukokortikosteroid Inhalasi
penderita asma, dilakukan Glukokortikosteroid Oral
β2-Agonist Inhalasi
berdasarkan tingkat keparahan
β2-Agonist Oral
terhadap gejala asma tersebut. Pada Teofiline
penderita asma intermitten, tidak ada Leukotriens
pengobatan jangka panjang. Pada
penderita asma mild intermitten, Berikut penjelasan tentang obat-obat
menggunakan pilihan obat meringankan (reliever) asma:
glukokortikosteroid inhalasi dan β2-Agonist Inhalasi
β2-Agonist Oral
didukung oleh Teofilin, kromones,
Antikolinergic
atau leukotrien. Dan untuk asma
moderate persisten, menggunakan
pilihan obat β.
5) Metode Pengobatan Alternative
Metode pengobatan alternative ini sebagian besar masih dalam penelitian. Buteyko merupakan
salah satu pengobatan alternative yang terbukti dapat menurunkan ventilasi alveolar terhadap
hiperventilasi paru penderita asma, selain itu memperbaiki gejala yang ditimbulkan asma.
Buteyko ini merupakan tehnik bernapas yang dirancang khusus untuk penderita asma dengan
prinsip latihan tehnik bernapas dangkal (GINA, 2005).

6) Terapi Penanganan Terhadap Gejala


Terapi ini dilakukan tergantung kepada pasien. Terapi ini dianjurkan kepada pasien yang
mempunyai pengalaman buruk terhadap gejala asma, dan dalam kondisi yang darurat.
Penatalaksanaan terapi ini dilakukan di rumah penderita asma dengan menggunakan obat
bronkodilator seperti: β2 -agonist inhalasi dan glukokortikosteroid oral (GINA, 2005).

7) Pemeriksaan Teratur
Penderita asma disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara teratur kepada tim
medis. Pemeriksaan teratur berfungsi untuk melihat perkembangan kemampuan fungsi paru
(GINA, 2005).
Cara Penggunaan MDI
8) Inhaler
Inhaler merupakan sebuah alat yang 1) MDI menghasilkan kadar tertentu obat
digunakan untuk memberikan obat ke PPOK dalam bentuk aerosol. MDI
dalam tubuh melalui paru-paru. Hal ini memungkinkan bagi Anda untuk
terutama digunakan dalam pengobatan menghirup obat PPOK Anda, bukan
asma. minum pil. Dengan demikian, obat
PPOK anda kemudian langsung menuju
Yang paling umum adalah MDI ke paru-paru Anda
(Metered Dose Inhaler) yang diberi
tekanan udara dan diukur dosis
pengisapnya. Pada MDI, obat-obatan 1
biasanya disimpan dalam bentuk larutan .

yang diberi tekanan udara dalam tabung


kecil yang berisi propellan, meskipun
mungkin juga bisa dalam bentuk
suspensi.
4) Segera tempat corong di mulut Anda dan
2) Sebelum menggunakan MDI, lepaskan
menempatkan Anda di sekitar gigi itu (tidak di
tutup mulut dan kocok secara menyeluruh.
depan dan jangan digigit), dan segel bibir
Jika Anda belum menggunakan inhaler
Anda di sekitar mulut, memegang di antara
selama seminggu atau lebih, atau itu
bibir Anda
adalah pertama kalinya anda
menggunakan inhaler, semprot ke udara 4
.
pertama untuk memeriksa bahwa ia
bekerja
2
. 5) Mulai untuk bernapas dalam perlahan dan
me ndalam melalui corong telepon. Ketika
Anda bernapas dalam, secara bersamaan
3) Ambil napas panjang beberapa kali dan
tekan ke bawah tabung inhaler untuk
kemudian bernapas keluar dengan lembut.
melepaskan obat. Satu siaran pers satu kali
semprotan obat.Lanjutkan bernapas dalam-
3 dalam untuk memastikan obat masuk ke paru-
. paru Anda.
Pemeriksaan spirometry

• Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum


dan sesudah pemberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
adrenergik.
• Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
>20% menunjukkan diagnosis Asma

Jens Martensson 21
Pemeriksaan tes kulit

• Untuk menunjukkan adanya antibodi


IgE yang spesifik dalam tubuh

Jens Martensson 22
Pemeriksaan radiologi

• Pemeriksaan radiologi dilakukan bila ada


kecurigaan terhadap proses patologik di
paru atau komplikasi Asma, seperti
pneumothorak, pneumomediastinum,
atelektasis, dan lain-lain.

Jens Martensson 23
Pemeriksaan AGD

• Pemeriksaan analisa gas darah hanya


dilakukan pada penderita dengan serangan
Asma berat

Jens Martensson 24
Pemeriksaan sputum

• Untuk melihat adanya eosinofil, kristal


Charcot Leyden, spiral Churschmann,
pemeriksaan sputum penting untuk menilai
adanyamiselium Aspergilus fumigatus

Jens Martensson 25
Pemeriksaan eosinofil

• Pada penderita Asma, jumlah eosinofil total dalam


darah sering meningkat. Jumlah eosinofil total
dalam darah membantu untuk membedakan Asma
dari Bronchitis kronik

Jens Martensson 26
TELAAH JURNAL

Widya Astika Sari 1810711022


Program Olahraga Renang: Intervensi Non-Farmakologis yang Efektif
pada Asma Anak

Abstrak
Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang
prevalensinya terus meningkat terutama pada anak dan
berkaitan erat dengan riwayat atopi. Asma pada anak
merupakan permasalahan serius yang membutuhkan
upaya tatalaksana yang tepat. Tatalaksana pada asma
anak terdiri dari tatalaksana farmakologi dan
nonfarmakologi, dimana salah satu tatalaksana non-
farmakologinya yaitu program latihan fisik atau olahraga.
Resume Jurnal

Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang


khas dengan proses inflamasi yang berkaitan dengan
riwayat atopi.7 Beberapa gejala asma seperti wheezing,
napas pendek, sesak napas, dan batuk yang terjadi
bervariasi dari segi waktu dan intensitas.
Prevalensi asma meningkat dari waktu ke waktu
terutama pada anak sehingga membutuhkan upaya
tatalaksana yang tepat.Terdapat tatalaksana farmakologi
dan non-farmakologi pada asma anak, dimana salah
satunya tatalaksana nonfarmakologi yaitu program latihan
fisik atau olahraga.
Berdasarkan penelitian,program olahraga renang
menunjukkan hasil yang baik seperti berkurangnya
penggunaan steroid, menurunnya morbiditas, dan
menurunnya angka absensi sekolah. Penelitian di
California dengan pemberian olahraga renang selama 6
minggu sebagai terapi pada asma anak menunjukkan
perbaikan yang signifikan dimana terdapat peningkatan
Peak Expiratory Flow Rate (PEFR).
Program olahraga renang sebagai terapi
nonfarmakologi asma pada anak menunjukkan perbaikan
yang signifikan pada PEFR, dimana PEFR sebagai
parameter terkontrol tidaknya asma.14 Selain itu renang
juga memberikan dampak lain, seperti berkurangnya
frekuensi serangan, berkurangnya jumlah hari dengan
keluhan wheezing, berkurangnya ketergantungan akan
obat serta kunjungan rumah sakit, dan menurunnya angka
absensi sekolah.
Implikasi

• Terapi renang ini akan sulit diterapkan pada pasien anak


yang yang tidak mau maupun takut untu berenang.
• Terapi memerlukan penjagaan khusus untuk menghindari
resiko-resiko yang mungkin muncul pada saat penerapan
terapi.
Simpulan

Renang dapat menjadi intervensi nonfarmakologi yang efektif


untuk asma pada anak karena menunjukkan perbaikan pada beberapa
parameter penyakit, salah satunya adalah PEFR. Peningkatan PEFR
berbanding lurus dengan perbaikan beberapa aspek, seperti
berkurangnya frekuensi serangan, berkurangnya jumlah hari dengan
keluhan wheezing, berkurangnya ketergantungan akan obat serta
kunjungan ke rumah sakit, berkurangnya frekuensi rawat inap, dan
menurunnya angka absensi sekolah.

Saran

• Penulis dapat menjelaskan bagaimana cara penerapan terapi pada


anak yang tidak bias dan tidak suka mmaupun takut berenang.
• Penulis dapat menguraikan apa saja dan bagaimana mengatasi
resiko-resiko yang mungkin terjadi setelah terapi diterapkan.

Anda mungkin juga menyukai