Anda di halaman 1dari 37

Tutorial 2

Sistem Hukum Indonesia


Modul 2 dan 3 ISIP 4131

Pokok Bahasan :
Hukum Adat di Indonesia;
 Sitem Hukum Islam;
Hukum Adat di Indonesia

Pengertian Hukum Adat :


Menurut Van Vollenhoven:
“Hukum adat adalah aturan-aturan perilaku yang berlaku bagi orang-
orang pribumi dan timur asing, yang di satu pihak mempunyai sangsi
(maka dikatakan hukum) dan di lain pihak tidak dikodifikasi (maka
dikatakan adat) [Hilman Hadikusuma, “Pengantar Ilmu Hukum Adat”]
“Hk.Adat = adat / kebiasaan yang bersangsi”

Menurut Mr.B.Ter Haar Bzn :


“Hukum adat adalah aturan adat /kebiasaan yang mendapat sifat hukum
melalui keputusan-keputusan atau penetapan-penetapan petugas
hukum seperti Kepala Adat, Hakim, dll baik di dalam maupun di luar
persengketaan” (Teori “Keputusan”/“Beslissingenleer” ).
Istilah Hukum Adat
– Adat Istiadat
Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dengan tidak difikirkan asal usulny
dan merupakan kebiasaan yang dimulai sejak nenek moyang (Toverking = bula
yang tidak diketahui ujung pangkalnya  statis ------Van Vollenhoven)
– Adat Nan Teradat
adat baru timbul yang betentangan dengan adat lama, masyarakat menerima
adat baru tersebut, karena itu tumbuh menjadi hukum adat  Hukum Adat
tumbuh secara evolusi seperti tumbuhnya padi.
– Adat Nan Diadatkan.
adat yang menjadi hukum adat adala karena keputusan-keputusan dari Hakim
atau pejabat (tetua adat) yang berwenang (revolusi).
Tujuan Mempelajari Hukum Adat
Tujuan praktis:
 Hukum adat masih digunakan dalam lapangan hukum
perdata, khususnya dalam perkara waris.
 Secara faktual, masih banyak terdapat eksistensi
kehidupan indigenous people di pelosok pedalaman
nusantara.

Tujuan strategis:
 Hukum adat sebagai hukum asli bangsa merupakan
sumber serta bahan potensial untuk pembentukan
hukum positip Indonesia dan pembangunan tata hukum
Indonesia.
Sifat/Ciri Hukum Adat Indonesia

1. Religio Magis, menurut Iman Sudiyat religio magis adalah pembulata


atau perpaduan kata yang mengandung unsur beberapa sifat atau ca
berfikir seperti prelogika, animisme, pantangan, ilmu gaib da
sebagainya.
2. Communal, yaitu lebih mementingkan kepentingan umum da
kepentingan pribadi.
3. Kontan, yaitu adanya prestasi dan kontra prestasi berlainan dilakuka
sekaligus atau bersamaan.
4. Konkrit yaitu transaksi dalam hukum adat harus disaksikan oleh kepa
adat. Contohnya: panjer, misalnya untuk benda diberi tanda-tanda da
sebagainya.
Dasar Hukum Berlakunya Hukum Adat
Sejarah Politik Hukum Adat
Ada tiga kategori periodesasi hal penting ketika berbicara tentang
sejarah hukum adat, yaitu:
a. Sejarah proses pertumbuhan atau perkembangan hukum adat itu
sendiri. peraturan adat istiadat kita ini pada hakikatnya sudah
terdapat pada zaman pra hindu.
b. Sejarah hukum adat sebagai sistem hukum dari tidak/belum
dikenal hingga sampai dikenaldalam dunia ilmu pengetahuan.
c. Sejarah kedudukan hukum adat sebagai masalah politik hukum di
dalam system perundang-undangan di Indonesia pada periode
ini.
Sejarah politik hukum adat dalam perundang-undangan
di Indonesia terbagi dalam tiga periode yaitu :

1. Masa menjelang tahun 1848;


2. Masa pada tahun 1848 dan seterusnya;
3. Sejak tahun 1927
Dasar Sah Berlakunya Hukum Adat Sekarang
 Setelah kita merdeka Dalam Batang Tubuh UUD 1945, tidak satupun pasal
yang mengatur tentang hukum adat. Oleh karena itu, aturan untuk berlakunya
kembali hukum adat ada pada Aturan Peralihan UUD 1945 Pasal II, yang
berbunyi:
“Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku
selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”.

 Aturan Peralihan Pasal II ini menjadi dasar hukum sah berlakunya hukum adat
yang selanjutnya dijabarkan dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959, UU No. 14
Tahun 1970 jo. UU No. 35 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kekuasaan
Kehakiman, khususnya pada pasal 23 dan pasal 27 UU No. 14 Tahun 1970.
kemudian diganti dengan UU No. 4 Tahun 2004 yang berlandaskan Pasal 18 A
UUD 1945 hasil Amandemen.
Perbedaan Sistem Hukum Barat Dengan Sistem Hukum
Adat
1. Hukum Barat mengenal hukun publik dan hukum privat sedangkan dalam huku
adat tidak mengenal hal tersebut;
2. Hukum Barat membedakan pelanggaran-pelanggaran hukum itu menjadi d
golongan yaitu pelanggaran yang bersifat pidana dan perdata, sedangkan dala
hukum adat tidak mengenal penggolongan pelanggaran seperti itu.

Beberapa contoh kongkrit perbedaan sistem hukum adat dan barat seperti adan
beberapa macam jual beli yaitu:
1. Jual sende: jual gadai, setelah ditebus menjadi milik penggadai (pemilik semula)
2. Jual lepas: jual tanpa ada ikatan apa-apa lagi
3. Jual tahunan: jual hanya untuk 1 tahun setelah itu kembali lagi pada pemi
semula.
Beberapa Bagian Hukum Adat Indonesia
Hukum Perorangan

 Pada prinsipnya mengatur tentang hak dan kewajiban subye


hukum dari hukum adat

 Subyek hukum dari hukum adat adalah :


1.Manusia sebagai subyek hukum (Subjektum Yuris)
2.Badan Hukum Sebagai Subyek Hukum (Subyektum Yuris) yaitu :
a. Desa
b. SUKU
c. Nagari
d. Wakaf
Hukum Kekeluargaan

 Diartikan sebagai keseluruhan ketentuan yang mengenai hubunga


hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah da
kekeluargaan karena perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang tu
perwalian, pengampunan, keadaan tak hadir).

 Dalam hubungan kekeluargaan ini faktor yang sangat pentin


adalah:
a. Masilah perkawinan, yaitu untuk meyakinkan apakah ad
hubungan kekeluargaan yang merupakan larangan untu
menjadi suami-istri;
b. Masalah waris, hubungan keluargaan merupakan dasa
Hukum Perkawinan
 Hukum perkawinan adalah keseluruhan peraturan – peraturan ya
berhubungan dengan suatu perkawinan.
 Tujuan perkawinan bagi masyarakat hukum adat yang bersif
kekerabatan ialah untuk mempertahankan dan meneruskan keturun
menurut garis kebapakan dan keibuan atau keibu-bapakan, unt
kebahagiaan rumah tangga keluarga/kerabat untuk memperoleh nil
nilai adat budaya dan kedamaian dan untuk memperoleh kewarisan.
 Sahnya perkawinan menurut hukum adat bagi masyarakat hukum adat
Indonesia, pada umumnya bagi penganut agama tergantung pada agam
yang dianut masyarakat adat yang bersangkutan. Maksudnya jika tel
dilaksanakan menurut tata tertib hukum agamanya, maka perkawinan i
sudah sah menurut hukum adat.
Di Indonesia dikenal 3 macam sistem perkawinan

a. Sistem Endogani, dalam sistem ini hanya diperbolehkan


kawin dengan seorang dari suku keluarga sendiri.
b. Sistem Exogami, dalam sistem ini orang diharuskan menikah
dengan orang di luar suku keluarganya.
c. Sistem Eleutherogami, sistem ini tidak mengenal larangan-
larangan atau keharusan-keharusan seperti dalam sistem
endogami dan eksogami.
Hukum Adat Waris
 Pengertian Umum : Aturan-aturan hukum adat yang mengatur
tentang bagaimana harta peninggalan atau harta warisan
diteruskan atau dibagi dari pewaris kepada ahli waris dari
generasi ke generasi selanjutnya.

 Ter Haar :Hukum Waris Adat ialah aturan hukum yangmengatur


tentang cara, bagaimana dari masa kemasa proses penerusan
dan peralihan hartakekayaan yang berwujud / tidak berwujud
darigenerasi ke generasi.
 Pewarisan : proses penerusan harta warisan / harta peninggalan da
pewaris kepada ahli waris.

 Dengan demikian, 3 unsur hukum waris, yaitu:


1. Adanya harta warisan / harta peninggalan
2. Adanya pewaris yang meninggalkan hartanya
3. Adanya ahli waris yang meneruskan kepengurusan atau
yangmenerima bagiannya.

 Di Indonesia ini kita menjumpai 3 sistem kewarisan dalam hukum ada


di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Sistem Kewarisan Individual
B. Sistem Kewarisan Kolektif
C. Sistem Kewarisan Mayorat
Hukum Tanah Adat

 Ada dua hal yang menyebabkan tanah itu memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam hukum adat.
a. Karena sifatnya yakni merupakan satu-satunya benda kekayaan
yang meski mengalami keadaan yang bagaimanapun juga, masih
bersifat tetap dalam keadaannya, bahkan kadang-kadang malah
menjadi lebih menguntungkan.
b. Karena fakta Yaitu suatu kenyataan bahwa tanah itu:
1) merupakan tempat tinggal persekutuan;
2) memberikan penghidupan kepada persekutuan;
3) merupakan tempat tinggal kepada dayang-dayang pelindung
persekutuan kepada roh para leluhur persekutuan;
4) merupakan tempat di mana para warga persekutuan yang
 Harus diperhatikan bahwa hak perseorangan atas tanah,
dibatasi oleh hak ulayat sebagai warga persekutuan tiap
individu mempunyai hak untuk:
a. mengumpulkan hasil-hasil hutan
b. memburu binatang liar
c. mengambil hasil dari pohon-pohon yang tumbuh liar
d. mengusahakan untuk diurus selanjutnya suatu kolam ikan

 Transaksi tanah yang bersifat perbuatan hukum sepihak:


1) pendirian suatu desa;
2) pembukaan tanah oleh seorang warga persekutuan.

 Transaksi-transaksi tanah yang bersifat perbuatan hukum dua


pihak. Transaksi jual menurut isinya dapat dibedakan dalam 3
macam, yaitu: ) menggadai, jual lepas, dan jual tahunan.
Hukum Hutang Piutang

 Dalam adat hukum hutang piutang tidak hanya meliputi


atau mengatur perbuatan-perbuatan hukum yang
menyangkutkan masalah perkreditan perseorangan saja,
tetapi juga masalah yang menyangkut tentang :
1. hak atas perumahan, tunbuh-tumbuhan, ternak dan
barang
2. sumbang-menyumbang, sambat-sinambat, tolong
menolong;
3. panjer;
4. kredit perseorangan.
Hukum Adat Delik

 Pada dasarnya suatu adat delik itu merupakan suatu tindakan yang
melanggar perasaan keadilan dan kepatuhannya yang hidup dalam
masyarakat, sehingga menyebabkan terganggunya ketentraman serta
keseimbangan masyarakat yang bersangkutan, guna memulihkan
keadaan ini maka terjadilah reaksi-reaksi adat.

 Reaksi-reaksi adat sebagai koreksi terhadap pelanggaran hukum adat di


Indonesia di berbagai lingkaran hukum yaitu :
a. penggantian kerugian "immateriil” dalam berbagai rupa seperti
paksaan menikahi gadis yang telah dicemarkan
b. bayaran “uang adat” kepada orang-orang yang terkena berupa benda
yang sakti sebagai pengganti kerugian rohani
c. penutup malu, permintaan maaf
 Beberapa jenis Delik dalam hukum adat :
1. Delik yang paling berat adalah segala pelanggaran yang
memperkosa perimbangan antara dunia lahir dan dunia gaib serta
segala pelanggaran yang memperkosa susunan masyarakat;
2. Delik terhadap diri sendiri, kepala adat juga masyarakat seluruhnya;
3. Delik yang menyangkut perbuatan sihir atau tenung;
4. Segala perbuatan dan kekuatan yang mengganggu batin
masyarakat, dan mencemarkan suasana batin masyarakat ;
5. Delik yang merusak dasar susunan masyarakat misalnya incest ;
6. Delik yang menentang kepentinaan umum masyarakat dan
menentang kepentingan hukum suatu golongan famili;
7. Delik yang melanggar kehormatan famili serta melanggar
kepentingan hukum seorang sebagai suami;
8. Delik mengenai badan seseorang misalnya melukai.
Hukum Perjanjian Adat

 Pada dasarnya suatu adat delik itu merupakan suatu tindakan yang
melanggar perasaan keadilan dan kepatuhannya yang hidup dalam
masyarakat, sehingga menyebabkan terganggunya ketentraman serta
keseimbangan masyarakat yang bersangkutan, guna memulihkan
keadaan ini maka terjadilah reaksi-reaksi adat.

 Reaksi-reaksi adat sebagai koreksi terhadap pelanggaran hukum adat di


Indonesia di berbagai lingkaran hukum yaitu :
a. penggantian kerugian "immateriil” dalam berbagai rupa seperti
paksaan menikahi gadis yang telah dicemarkan
b. bayaran “uang adat” kepada orang-orang yang terkena berupa benda
yang sakti sebagai pengganti kerugian rohani
c. penutup malu, permintaan maaf
SISTEM HUKUM ISLAM
Pengertian Sitem Hukum Islam
 Menurut Prof H. Muhammad Daud Ali, S.H pengertian hukum Islam adalah
hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian dari agama Islam.

 Menurut Drs. H. Saidus Syahar, S.H., hukum islam berarti teori hukum
islam yakni dalil-dalil ushulu alfiqhincl. dasar dan tujuan syari’at. Hukum
islam sebagai bagian syari’at itu tidak berwatak sekuler, artinya ia tidak
terlepas bahkan dikatakan merupakan kesatuan dengan agama Islam,
karenanya penggunaan ratio dalam menetapkan (menemukan) hukum
tidak selalu bebas, kebebasan akal ada batasnya.

 Dari pengertian tersebut terdapat beberapa konsep yang menjadi kata


kunci dalam memahami hukum islam yaitu konsep hukum, hukm atau
ahkam, Syariah atau Syariat, dan Fiqih atau fiqh.
 Ruang lingkup Hukum Islam
1. Munakahat  hukum. Perkawinan
2. Wiraasah/faraid  hukum. Pembagian Waris
3. Mu’amalat (khas) hukum. benda dan perjanjian
4. Jinaayat  hukum. Pidana
5. al-Ahkam as-Sulthaniyah  hkm. Pemerintahan
6. Siyaar  hukum perang dan damai
7. Mukhashamat  peradilan, kehakiman dan hukum acara

 Hukm atau kaidah yang dipergunakan sebagai patokan mengukur perbuatan


manusia baik di bidang ibadah maupun di lapangan muamalah yaitu:
a. Ja’iz atau mubah atau ibahah (kebebasan memilih untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perbuatan)
b. Sunnat (anjuran untuk dilakukan karena jelas manfaatnya bagi pelaku)
c. Makruh (Kaidah yang seyogyanya tidak dilakukan karena jelas tidak berguna
dan akan merugikan orang yang melakukannya)
d. Wajib (perintah yang harus dilakukan) e. Haram (larangan untuk dilakukan)
Sumber Hukum Islam
1. Alquran
Al Qur’an adalah kitab suci yang memuat wahyu (firman Allah), Tuhan YME, asli se
disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya sedikitny
tahun 2 bulan 22 Hari, mula-mula di Makkah kemudian di Madinah untuk menjadi pedo
atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahtera
dunia ini dan kebahagiaan di akhirat.
2. As- Sunnah atau Al Hadis
Menurut ahli hadis, Sunnah berarti sesuatu yang berasal dari Nabi Saw. yang be
perkataan,perbuatan, penetapan, sifat, dan perjalanan hidup beliau baik pada w
sebelumdiutus menjadi Nabi maupun sesudahnya.
3. Akal Pikiran (Al-Ra’yu atau Ijtihad)
Sumber hukum ketiga adalah akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk beru
berikhtiar dengan seluruh kemampuan yang ada padanya memahami kaida-kaidah hu
yang fundamental yang terdapat dalam Al Quran, kaidah-kaidah hukum yang bersifat u
yang terdapat dalam Sunnah Nabi dan merumuskannya menjadi garis-garis hukum
SEJARAH SISTEM HUKUM INDONESIA

Sumber
Hukum islam

Era Kerajaan Era Kolonialisme Era Penjajahan


Era Kemerdekaan
Nusantara Belanda Jepang

Al Quran As Sunnah Akal Pikiran


1. Awal Kemerdekaan
Era VOC dan
AtauPersiapan
Al Hadis Atau Ijtihad
2. Demokrasi Parlementer
Hukum Adat,
Pemerintahan Kemerdekaan 3. Demokrasi Terpimpin
Hukum Agama
Hindia Belanda Indonesia 4. Orde Baru
Aqidah 5. Reformasi
Ijmak

Sunnah Rasul Qiyas


Teritorial

Istidal

Istihsan

Istisab
Perkawinan dan Waris Islam
 Pengertian Perkawinan menurut Hukum Islam menurut sebagian ulama
hanafiah “ nikah adalah akad yang memberikan faedah (mengakibatkan)
kepemilikan untuk bersenang-senang secara sadar bagi seorang pria dan
wanita.

 Pengertian perkawinan menurut peraturan perundang- undangan menurut


pasal 1 UU No. 1/1974 tentang Perkawinan, yang dimaksud perkawinan ialah
ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Prinsip-prinsip perkawinan dalam ajaran islam, yaitu:
a. Kerelaan, persetuan dan pilihan;
b. Hak dan kewajiban suami istri;
c. Perkawinan untuk selamanya;
d. Asas Monogami dan poligami.

 Hakikat Perkawinan
Menurut UU No. 1/1974 pasal 1, hakikat perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri. Jadi hakikat perkawinan
bukan sekedar ikatan formal belaka, tetapi juga ikatan batin antara pasangan yang
sudah resmi sebagai suami dan isteri.

 Asas Perkawinan
Menurut UU No. 1/1974 pasal 3 adalah asas monogami relatif, artinya boleh
sepanjang hukum dan agamanya mengizinkan. Asas tersebut sejalan dengan apa yang
dimaksud dengan KHI. Sedangkan KUHPerdata menganut asas monogami mutlak
karena ini berdasarkan kepada doktrin Kristen (Gereja).
Waris Dalam Islam
 Menurut Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam,
Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan
harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi
ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing (Pasal 171 huruf a).

 Seseorang akan mewaris, yaitu menerima bagian warisan dari harta peninggalan
seseorang yang meninggal, dimungkinkan oleh salah satu dari sebab:
1. Hubungan darah dekat (nasab)
2. Hubungan Perkawinan.
3. Wala’ (perjanjian pertolongan memerdekakan perbudakan)

 Sistem hukum kewarisan Islam adalah individual patrilinial dan mengandung tiga sifat
tersendiri yaitu memberikan bagian-bagian tertentu pada individu-individu tertentu,
sisanya diberikan pada ahli waris yang merupakan keluarga pada garis bapa. Dan
seandainya kepada mereka tidak dapat diberikan, maka akan diberikan pada ahli
 Pembagian warisan menurut Islam
Pembagian warisan menurut Islam dalah sebagai berikut.
a) Anak laki-laki mendapat dua kali bagian anak perempuan.
b) Ayah atau ibu mendapat seperenam bagian
c) Kalau yang meninggal tidak mempunyai anak laki-laki, maka ibu
mendapat seperenam bagian.
d) Jika yang meninggal mempunyai saudara, maka ibu mendapat
seperenam bagian.
e) Jika yang meninggal tidak mempunyai saudara, maka ibu mendapat
seperdelapan bagian.
f) Jika istri yang meninggal, dan tidak meninggalkan anak, maka suami
mendapat seperdua bagian.
g) Jika istri yang meninggal, tetapi mempunyai anak, maka suami hanya
mendapat seperempat bagian.
Zakat, Wakaf, dan Ekonomi Syariah

 Zakat
Kata “zakat” secara etimologis berasal dari kata “al-zaka”, artinya:
menumbuhkan dan berkembang, memberi keberkahan, dan menyucikan.
Sedangkan zakat menurut terminologi adalah sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan oleh Allah Swt.
Zakat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Zakat Nafs (jiwa) atau lazim disebut zakat fitri (fitrah)
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan setiap Muslim sebelum
hari raya Idul Fitri. Jumlah yang dikeluarkan sebanyak 2,5 kilogram atau
3,5 liter makanan pokok masyarakat setempat.
2. Zakat Mal (harta).
zakat mal adalah zakat yang dikeluarkan untuk hasil-hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, ternak, harta temuan, emas dan
perak, dan hasil kerja (profesi), yang masing-masing memiliki
Adapun asas dan tujuan pengelolaan zakat ini adalah berasaskan iman dan
takwa, keterbukaan, dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 (Pasal 4), yang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai
dengan tuntutan agama;
2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;
3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat serta dapat
dipertanggungjawabkan (Pasal 5).

Pengelolaan zakat dikelompokkan menjadi dua lembaga, yaitu


1. Badan Amil Zakat (Baznas) yang dibentuk oleh pemerintah
2. Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk atas prakarsa masyarakat.
 Wakaf
Menurut Mohammad Daud Ali wakaf adalah menahan suatu benda untuk
diambil manfaatnya sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Kamus istilah Fiqih,
wakaf adalah memindahkan hak milik pribadi yang menjadi milik suatu
badan yang memberi manfaatbagi masyarakat.

Sedangkan menurut UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf dijelaskan bahwa


wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Dari beberapa pengertian tentang wakaf di atas dapatlah diketahui bahwa
unsur-unsur wakaf itu adalah terdiri dari berikut ini.
1. Orang yang berwakaf (wakif) yaitu pemilik harta benda yang
diwakafkan.
2. Harta yang diwakafkan (mauquf bih).
3. Tujuan wakaf atau yang berhak menerima wakaf yang disebut mauquf
‘alaihi
4. Persyaratan wakaf dari wakil yang disebut shighat atau ikrar wakaf
5. Harta benda wakaf, adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama
dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi
menurut syari’ah yang diwakafkan oleh wakiff. (menurut UU No.41
Tahun 2002 Pasal 1)
6. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, selanjutnya disingkat PPAIW, adalah
pejabat berwenang yang ditetapkan oleh menteri untuk membuat akta
ikrar wakaf. (menurut UU No.41 Tahun 2002 Pasal 1)
 Ekonomi Syariah
Berdasarkan penjelasan Pasal 49 Huruf i Undang-undang Nomor 3 Tahun
2006 Tentang Peradilan Agama , yang dimaksud dengan Ekonomi Syariah
adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip
syariah yang lingkupnya meliputi:
1. Bank Syariah;
2. Asuransi Syariah;
3. Reasuransi Syariah;
4. Reksa Dana Syariah;
5. Obligasi Syariah dan Surat Berharga Berjangka Menengah Syariah;
6. Sekuritas Syariah,
7. Pembiayaan Syariah;
8. Pegadaian Syariah;
9. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah;
10.Bisnis – Syariah;
11.Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
Pengadilan Agama

 Peradilan agama dapat dirumuskan sebagai: kekuasaan negara dalam


menerima, memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan
perkaraperkara tertentu antara orang-orang yang beragama Islam
untuk menegakkan hukum dan keadilan.

 Lingkup kewenangan peradilan agama menurut Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1989, Pengadilan Agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang :
a. Perkawinan;
b. Kewarisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum
islam;
 Cakupan dan batasan Peradilan Agama meliputi komponen-komponen
sebagai berikut.
1) Kekuasaan negara;
2) Badan peradilan agama;
3) Prosedur berperkara di pengadilan;
4) Perkara-perkara;
5) Orang-orang yang beragama Islam;
6) Hukum Islam;
7) Penegakan hukum dan keadilan sebagai tujuan

 Menurut Daniel S. Lev, eksistensi Peradilan Agama di Indonesia dapat


dilihat sebagai penyempurnaan fungsi “haratsah al-din” yaitu
memelihara agama yang dilaksanakan oleh Pemerintah RI melalui
Departemen Agama, disamping “siyasah al-dun-ya” atau mengatur
dunia yang dilaksanakan oleh departemen-departemen lain.

Anda mungkin juga menyukai