Anda di halaman 1dari 19

GORDON ALLPORT

• Lahir
Pada tanggal 11 september 1897 di
Monitezuma, india
• Setelah lulus SMA allport melanjutkan
studynya di Harvard dengan
mengambil jurusan psikologi
kepribadian
• Allport dianggap a trait theorist karna
dia percaya bahwa tiap individu
memiki jumlah trait yang sama yang
mendominasi kepribadianya (central
trait)
Allport tidak setuju dengan teori psikoanalisis. Allport meyakini
bahwa manusia adalah makhluk rasional yang digerakkan
kesadaran, yang berdasar pada masa kini, masa depan, dan
bukan masa lalu. Allport meyakini bahwa tingkah laku seseorang
adalah sesuatu yang terus menerus bergerak, sehingga konsep
utama teorinya adalah motivasi yang membuat orang terus
bergerak. Allport memandang kepribadian sebagai organisasi
dinamik dalam sistem psikofisik individu yang menentukan
penyesuaian unik dengan lingkungannya.

Yang menjadi kelebihan Allport yaitu antisipasi, dalam


teori Allport antisipasi penting untuk menentukan siapa dan
apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.
1. dynamic organization
(a) Adaya perubahan dan perkembangan kepribadian yang
berperan aktif dalam individu menyesuaikan diri dengan
lingkugannya, dan
(b) Dalam diri individu ada pusat organisasi yanng mewadai
semua komponen kepribadian, lalu menghubungkan satu
dengan yang lainnya
2. psychophysical systems
Menunjukkan bahwa kepribadian bukan hanya kontruks
hipotetik, namun merupakan fenomena nyata yang mencakup
aspek mental dan fisik,kemudian disatukan kedalam satu wadah
3. Determine
Kepribadian bukan sekedar konsep yang menunjukkan
tingkah laku seseorang,tetapi bagian dari individu yag
berperan aktif dalam tigkah laku orang tersebut

4. Unik atau khas


Menunjukkan bahwa tidak ada orang yang benar-benar
sama dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehigga
tidak ada orang yang memiliki kepribadian yang sama
Jika kita membahas teori kepribadian yang lain, maka
kita menemukan adanya pembahasan mengenai struktur dan
dinamika kepribadian secara terpisah. Namun hal ini tidak
berlaku jika kita membahas teori Allport. Hal ini disebabkan
karena menurut Allport, struktur kepribadian dinyatakan dalam
sifat (traits), dan dinamika kepribadian didorong juga oleh sifat
(traits)

Sifat (Trait) adalah predisposisi atau kecenderungan untuk


merespon secara sama terhadap kelompok stimulus yang mirip.
Dapat dikatakan juga, sifat adalah struktur psikofisik yang
mampu menjadikan banyak stimulus berfungsi ekuivalen,
membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif. Misalnya, hari ini
A marah karena B menghilangkan pena kesayangannya, maka
jika C menghilangkan buku kesayangannya, A akan marah juga.
Hal ini menunjukkan bahwa trait berfungsi konsisten, baik waktu,
stimulus, atau tempat.
Trait Umum (Nomothetic Trait). Trait umum adalah sifat bersama
yang dimiliki oleh banyak orang, dan digunakan untuk
membandingkan orang dari budaya berbeda. Asumsi yang
mendasari trait ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh
sosial. Misalnya, orang Batak memiliki sifat lebih terbuka
dibanding suku lain. Atau orang Jawa memiliki sifat lebih sopan
dalam berbicara dibanding suku lain.
Trait Individual (Personal Disposition atau Morphological Trait
atau Idiographic Trait). Trait individual adalah manifestasi trait
umum seseorang, sehingga selalu unik bagi orang itu. Sifat unik
ini merupakan gambaran tepat dari struktur kepribadian. Trait
individual merupakan subkategori dari trait umum, yang memiliki
tingkat generalitas berbeda-beda, ada yang mempengaruhi
tingkah laku secara umum, ada yang hanya mempengaruhi
tingkah laku tertentu saja.
1. Disposisi Kardinal (Cardinal Disposition)
sifat luar biasa khas yang hanya memiliki sedikit orang, sifat
yang sangat berperan dan mendominasi keseluruhan hidupnya.
Umumnya orang tidak memiliki disposisi cardinal, hanya beberapa
orng memilikinya dan kemudian dikenal dengan sifat khasnya itu

2. Disposisi Sentral (central disposition)


kecenderungan sifat yang menjadi ciri seseorang, yang menjadi
titik pusat tingkah lakunya. Trait sentral adalah sifat-sifat yang biasa
ditulis dalam surat rekomendasi yang menjelaskan sifat-sifat
seseorang, seperti: posesif, ambisius, baik hati, senang berkompetisi,
dan agresif.
3. Disposisi Sekunder (Secondary Disposition)
adalah trait yang semakin tidak umum, dan kurang
penting untuk menggambarkan kepribadian. Trait sekunder
tidak menyolok, jarang dipakai atau hanya dipakai pada
kesempatan yang sangat khusus

Allport membedakan penggunaan istilah trait, attitude,


habit, type, yang dalam kehidupan sehari-hari dianggap sama.
Trait, attitude, habit merupakan predisposisi. Ketiga hal itu
merupakan faktor genetik dan belajar, yang mengawali
tingkah laku. Type merupakan superordinasi dari ketiga konsep
lainnya
Type merupakan kategori nomotetik luas konsepnya. Type
merangkum ketiga konsep lainnya, yang dapat ditemui pada diri
seseorang. Trait merupakan kecenderungan umum untuk merespon
secara sama kelompok stimulus yang mirip. Attitude lebih umum
dibanding habit, tetapi kurang umum dibanding trait. Attitude
memiliki rentang dari yang sangat khusus sampai yang sangat
umum.
Ciri dari attitude ini adalah adanya sifat penilaian
(evaluatif). Habit. merupakan kecenderungan merespon satu
situasi atau stimulus. Misalnya, orang dengan tipe introvert (type)
akan cenderung menolak mengikatkan diri dengan lingkungannya
(trait). Orang seperti ini akan dinilai sebagai orang yang tidak
ramah atau kurang mampu bergaul (attitude). Selain itu, orang
seperti ini biasanya memiliki kebiasaan untuk duduk menyendiri di
tempat yang terpisah (habit).
Jika gambaran trait seseorang merupakan kombinasi dari
beberapa sifat sekaligus, maka variasi sifat manusia menjadi
tidak terbatas. Ini yang dimaksudkan bahwa tidak ada manusia
yang sama persis, karena masing-masing memiliki sifatnya yang
unik. Faktor munculnya trait pada seseorang dipengaruhi oleh
faktor keturunan dan belajar. Jika trait sudah menjadi bagian
kepribadian, maka trait akan menjadi penentu model respon
terhadap stimulus yang mirip. Pada akhirnya trait membuat
tingkah laku orang menjadi konsisten, karena menggunakan pola
yang sesuai traitnya. Misalnya :

Trait Stimulus Respon


 Senang Berteman > Nonton film, jalan-jalan > Mengajak teman
 Pemalu > Pesta, seminar > Diam, menyendiri
Proprium merupakan bagian sentral dan privat dari kehidupan
kita. Proprium mencakup semua aspek kepribadian yang menimbulkan
kehidupan emosional menjadi berbeda dari orang lain. Namun di sisi
lain menciptakan kesatuan sikap, persepsi, dan tujuan hidup seseorang.
Ahli teoritisi lain menyebut proprium dengan sebutan ego atau self.
Contoh dari proprium adalah self identity, self esteem, self image, dsb.
Proprium ini tidak dibawa sejak lahir, namun berkembang di dalam
perkembangan individu. Ada delapan aspek proprium yang
berkembang bertahap mulai dari bayi hingga dewasa, yaitu:
 Usia 0 – 3 tahun, mencakup tiga aspek proprium.
1. Sense of Bodily Self, yaitu kesadaran tentang fisik. Misalnya : “Ini
tanganku”.
2. Sense of Continuing Self Identity, yaitu kesadaran adanya identitas
diri yang berkesinambungan. Misalnya : anak menyadari bahwa
pada usianya yang ketiga, ia masih merupakan orang yang sama
dengan waktu usia 1 atau 2 tahun.
3. Self Esteem, yaitu berkembangnya perasaan bangga akan
kemampuan diri.
Ada dua ciri teori motivasi dari Allport, yaitu : (1) menolak
masa lalu sebagai elemen penting dari motivasi ; (2) pentingnya
proses kognitif, seperti tujuan dan perencanaan, sebagai dasar
motivasi. Dua teori ini menunjukkan keyakinan Allport bahwa
manusia adalah makhluk sadar dan rasional, yang bertingkah
laku berdasar apa yang diharapkan dapat dicapai, bukan
karena keinginan primitif atau pengalaman traumatik masa lalu.
Banyak tingkah laku orang dewasa yang tetap terjadi karena prinsip
sederhana. Namun, kematangan seseorang diukur dari seberapa jauh motivasi
menjadi fungsional otonom. Ada dua tingkat Otonomi Fungsional menurut
Allport, yaitu :
1. Perseverative Functional Autonomy, yaitu kecenderungan suatu pengalaman
mempengaruhi pengalaman berikutnya. Perilaku yang masuk dalam kategori
ini adalah perilaku yang berulang dan rutin.
Misalnya, kita minum kopi karena ingin mengatasi rasa kantuk. Namun setelah itu,
kita minum kopi bukan untuk mengatasi rasa kantuk lagi, tetapi karena sudah
terbiasa.
2. Propriate Functional Autonomy, yaitu kecenderungan yang dekat dengan inti
kepribadian, seperti minat yang dipelajari, nilai, sentimen, tujuan, motif pokok,
disposisi pribadi, gambaran diri, atau gaya hidup. Motivasi yang
berhubungan dengan gambaran diri tersebut lah yang disebut motivasi
proprium yang fungsional otonom.
Misalnya, X bekerja karena ingin mendapat uang. Ketika mulai bekerja,
pekerjaan itu tampak membosankan. Namun, setelah satu tahun, X menyukai
pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, kemudian bukan uang yang menahan X di
tempat kerja, melainkan pekerjaan itu sendiri yang menjadi motivasi dalam
bekerja.
Otonomi jenis ini berfungsi dengan menggunakan tiga prinsip kerja,
yaitu:
1. Mengorganisir tingkat energi, agar energi tidak digunakan untuk
hal yang merusak atau membahayakan. Misalnya, B memiliki
ambisi untuk menjadi kepala divisi keuangan. Energi yang dimiliki B
sangat besar untuk mencapai tujuannya. Namun energi itu
diarahkan dengan cara-cara yang tepat, seperti bekerja sebaik
mungkin, dan bukan menjegal rekan-rekan kerjanya.
2. Mendorong orang untuk mencapai tingkat tertinggi dalam
memuaskan motif nya, karena orang yang sehat akan termotivasi
untuk melakukan yang terbaik, supaya dapat mempertinggi
kompetensi dan penguasaan (competence and mastery).
3. Pola Propriate, yaitu usaha untuk memiliki kepribadian yang
konsisten dan integral, dengan cara mengorganisir proses persepsi,
kognitif, memperluas self yang propriate, dan menolak yang
nonpropriate.
1. Tingkah laku yang berasal dari dorongan biologis, seperti makan,
minum, tidur, bernafas
2. Refleks, seperti mengedip, mengangkat lutut, proses pencernaan ;
3. Peralatan Konstitusi, seperti kecerdasan, bentuk tubuh temperamen,
kesehatan
4. Habit
5. Tingkah laku yang tergantung pada penguat primer
6. Motif yang terkait langsung dengan usaha mereduksi dorongan
dasar
7. Tingkah laku non produktif, seperti kompulsi, fiksasi, regresi
8. Sublimasi.
1.Memiliki PERLUASAN PERASAAN DIRI, artinya kemampuan untuk
berpartisipasi dan menyukai rentang aktivitas yang luas.
Namun, aktivitas itu harus merupakan aktivitas yang relevan
dan penting bagi diri kita sendiri.
2.Memiliki HUBUNGAN HANGAT DENGAN ORANG LAIN, artinya
kemampuan untuk membina hubungan yang intim dengan
keluarga, teman, dan anak.
3.Memiliki RASA AMAN SECARA EMOSIONAL, artinya
kemampuan menerima emosi diri dengan rasa aman, tanpa
tertekan. Misalnya, tidak menyembunyikan rasa marah, namun
mengendalikannya dengan tepat, tidak menyerah pada
kekecewaan, dsb.
4.Memiliki PERSEPSI REALISTIS, artinya kemampuan memandang dunia
secara obyektif atau apa adanya.

5. Memiliki KETERAMPILAN, yang dapat digunakan untuk


menyelesaikan pekerjaan, tugas atau masalah. Orang yang sehat
secara psikis dapat melakukan pekerjaan dengan dedikasi,
komitmen, dan keterampilan yang dimiliki.

6.Memiliki PEMAHAMAN DIRI, artinya kemampuan untuk melihat


persamaan dan perbedaan antara gambaran diri ideal dengan
kondisi diri yang sesungguhnya, mampu melihat kelebihan dan
kelemahan diri sendiri.

7.Memiliki FILSAFAT HIDUP YANG MEMPERSATUKAN, artinya


kemampuan mengarahkan dirinya ke masa depan dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Kemampuan tersebut tentunya dibarengi
dengan nilai-nilai yang melekat kuat dalam pribadi seseorang.
Misalnya, menjadi orang yang jujur, dengan prinsip atau nilai
kejujuran yang dipegang sejak muda.

Anda mungkin juga menyukai