Anda di halaman 1dari 46

Klasifikasi etiologi maloklusi :

 White and Gardiner's classification

 Salzmann's classification

 Moyer's classification

 Craber's classification.
1. Faktor Lokal : yang menyebabkan terjadinya
maloklusi pada area tertentu, satu-beberapa
gigi dan gigi antagonisnya

2. Faktor General : yang menyebabkan terjadinya


maloklusi pada area tertentu terutama
struktur dento-fasial.
1) Herediter
 Perkawinan campur (antar ras dan etnik)
menghasilkan keturunan yang dapat mewarisi
karakter yang saling berlawanan dari orang tuanya,
contoh: ukuran rahang dan gigi yang tidak seimbang.

 Karakteristik gigi dipengaruhi genetik (Lunsdtrom) :


- Lebar gigi : micro-macrodontia
- Dimensi lengkung rahang
- Gigi berjejal dan diastema (tidak seimbang antara
panjang lengkung dan ukuran gigi)
- bentuk gigi abnormal (peg shape)
- jumlah gigi abnormal (hypo/oligo/anodontia)
- Overjet
- Variasi lengkung gigi : transversal, sagital dan
vertikal
- Frenulum : ukuran, posisi, bentuk

Faktor genetik ini dapat dipengaruhi oleh faktor


lingkungan pre-natal atau post natal
2) Defek Congenital
 malformasi yang terlihat pada saat kelahiran
 Penyebabnya bervariasi : genetik, radiologi, kimia,
endokrin, infeksi dan faktor mekanis

 Dibagi menjadi 2 : defek congenital general dan lokal


a) Defek congenital general :
kondisi abnormal ibu saat kehamilan, malnutrisi,
endokrinopati, penyakit infeksi, gangguan metabolik
dan nutrisi, kecelakaan saat kehamilan dan kelahiran,
tekanan intrauterine, trauma saat kelahiran oleh
tekanan luar
b) Defek congenital lokal
- pertumbuhan rahang abnormal karena posisi intra-
uterine
- cleft/celah palatum atau wajah
- macro atau microglossia
- cleidocranial dysostosis

Beberapa kondisi kongenital yang sering dijumpai:


 Cleft/celah bibir dan palatum : disebabkan karena
kegagalan/non fusi pada tahap embrio, ditandai oleh
keadaan agenese gigi, luksasi gigi, rotasi gigi, cross
bite
 Syphillis kongenital: terjadi dari ibu terinfeksi sifilis
kepada bayinya  beberapa keadaan yang dapat
terjadi :
 Hutchinson’s incisors
 Mulberry molars
 Defisiensi enamel
 Ukuran maxilla yang lebih kecil dibanding
mandibula
 Crossbite anterior
Hutchinson’s incisors Mulberry molars
 Maternal rubella infections
- terjadi hipoplasia gigi, erupsi gigi terganggu, karies
yang parah

 Cleidocranial dysostosis
- partial/complete absence clavicula (unilateral atau
bilateral)
- retrusi maxilla- kemungkinan protrusi mandibula
- gigi desidui prolong retensi dan gigi permanen erupsi
terlambat
- adanya gigi supernumerary
- akar gigi yang pendek dan tipis
Dental manifestation of congenital rubella syndrome
(casereportbmj.com)
Dental manifestations in CCD
(jmedicalcasereports.biomedcentral.com)
 Cerebral Palsy
- ditandai dengan koordinasi otot yang lemah,
sering terjadi karena trauma saat kelahiran.
- kondisi otot yang kurang koordinasi dengan
baik dapat menyebabkan terjadinya maloklusi
researchgate.net
3) Faktor Lingkungan
 Prenatal
Pada beberapa keadaan, selama kehamilan dapat juga
menyebabkan maloklusi, misalnya :
- posisi abnormal fetus saat kehamilan
- diet selama kehamilan
- Infeksi saat kehamilan : german measles
- penggunaan obat2-an tertentu selama kehamilan spt
thalidomide dapat menyebabkan deformitas
kongenital spt celah/cleft
 Post natal
- pemakaian forceps dapat menyebabkan trauma TMJ
ankylosis  pertumbuhan mandibula terhambat 
hipoplasia mandibula
- luka traumatik yang menyebabkan fraktur kondilus,
yg menyebabkan asimetri wajah
- adanya jaringan parut, misal karena bedah pasien
celah bibir
- Milwaukee braces, yang dipakai pada perawatan
scoliosis
Concordortho.com
4) Gangguan metabolik
 Penyakit infeksi : sifilis, osteomyelitis, mumps, rubella

 Ketidakseimbangan Endokrin :

1. Hipotiroid, karakteristiknya :
 kurangnya deposisi kalsium pada tulang dan gigi
 Keterlambatan pembentukan benih dan erupsi gigi
 Gigi desidui prolong retensi, gigi permanen
terlambat erupsi
 Resorpsi gigi abnormal
 Susunan gigi yang kurang baik , crowding
2. Hipertiroid :
 Ditandai dengan percepatan maturasi dan
metabolisme. Pasien mengalami erupsi gigi
desidui prematur, gangguan resorpsi akar desidui,
erupsi gigi permanen lebih awal.
 Dapat mengalami osteoporosis, merupakan kontra
indikasi perawatan orto
3. Hipoparatiroid : berkaitan dengan perubahan
metabolisme kalsium  perubahan morfologi gigi,
erupsi gigi terlambat, gigi hipoplasia
4. Hiperparatiroid : peningkatan kalsium darah 
demineralisasi tulang dan gangguan struktur
tulang trabekular. Tulang kortikal hilang, resorpsi
alveolar  kegoyahan gigi
5) Masalah nutrisi
- kurang nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan
abnormal ; penyakit Ricketts, scurvy dan beri-beri

6) Kebiasaan postural
- tidak berhubungan langsung dengan maloklusi, tapi
tekanan abnormal dan ketidakseimbangan otot
meningkatkan resiko maloklusi
7) Trauma dan kecelakaan
- anak-anak selama masa pertumbuhan dapat
mengalami trauma dalam aktivitas sehari-hari 
terganggunya erupsi gigi permanen

8) Oral habit
 Anomali jumlah gigi : Supernumerary teeth
Missing teeth
 Anomali ukuran gigi
 Anomali bentuk gigi
 Anomali Frenulum labial
 Premature loss gigi desidui
 Prolong retensi, beberapa penyebab terjadinya:
tidak ada gigi benih permanen, gangguan
endokrin seperti hypothyroid, gigi desidui
ankylosis, gigi desidui non vital
 Erupsi gigi permanen yang terlambat,
beberapa penyebabnya adalah :
- tidak ada benih gigi permanen
- adanya gigi supernumerary
- adanya barrier mukosa yang tebal : incisi
- premature loss gigi desidui, karena ada
pertumbuhan tulang diatas tempat gigi
permanen
- gangguan hypotiroid
- adanya fragmen gigi desidui
 Arah erupsi gigi yang abnormal,
 hal ini dapat disebabkan karena memendeknya
panjang lengkung, adanya gigi supernumerary,
fragmen akar gigi yang tertinggal

 Ankylosis :
 keadaan sebagian atau keseluruhan akar gigi
menyatu dengan tulang alveolar
 dapat berhubungan dengan infeksi tertentu,
kelainan endokrin dan kelainan congenital seperti
cleidokranial dysplasia
 Karies gigi :
- prematur loss gigi desidui
- karies di proksimal

 Restorasi gigi yang kurang baik


- restorasi oklusal over contur, prematur
kontak dapat mengakibatkan shifting
fungsional mandibula.
- restorasi yang under kontur, menyebabkan
gigi antagonisnya supra erupsi
 Kebiasaan yang dilakukan yang menghasilkan tekanan
abnormal dengan durasi, frekuensi dan intensitas
tertentu, sehingga mengakibatkan deformitas
perkembangan muskuloskeletal.

 Beberapa klasifikasi habit/kebiasaan :


1. Bertekanan, tanpa tekanan dan kebiasaan menggigit
sesuatu
2. Compulsive dan non-compulsive habit (empty habit)
1) Kebiasaan menghisap jempol dan jari
- paling sering dijumpai
-kebiasaan ini masih normal sampai umur 3,5-4 thn
- etiologi : pengaruh dari aspek psikologis

 Efek menghisap jempol :


- menyebabkan perubahan pada bentuk lengkung
rahang dan jaringan pendukungnya
- keparahannya tergantung frekuensi, durasi dan
intensitas
- Tipping labial gigi anterior atas, overjet besar, open
bite anterior, tekanan otot pipi kuat  lengkung
maksila sempit
 Pasien dapat mengalami tongue thrust sebagai akibat
dari open bite anterior

 Bibir atas biasanya hipotonus, wajah bagian bawah


hipertonus

 Manajemen thumb sucking :


- pendekatan psikologis
- dengan alat mekanis : removable atau fixed habit
breakers
Palatal crib
2) Tongue thrust
- yaitu kondisi dimana lidah berkontak dengan gigi-
gigi anterior sampai molar selama proses penelanan

-Penyebab : faktor genetik, penggunaan susu botol


yang kurang tepat, kebiasaan menghisap jempol yang
terlalu lama, infeksi kronis tonsil dan infeksi saluran
pernapasan atas

- ciri-ciri klinis tongue thrust : proklinasi gigi anterior,


open bite anterior, protrusif bimaksiler, posterior open
bite, posterior cross bite
Sciencedirect.com
 Manajemen tongue thrust
- Habit breaker
- anak diajarkan kembali cara penelanan yang benar
- exercise otot lidah untuk mengadaptasi cara
penelanan yang benar

3) Mouth breathing
- tekanan yang terjadi dari pernapasan lewat mulut,
menyebabkan perubahan pada lengkung rahang dan
posisi lidah  keseimbangan orofasial terganggu 
maloklusi
 Penyebab obstruksi nasal :
- deviasi septum nasal, polip nasal, inflamasi kronis
nasal, adenoid, kondisi alergi dari mukosa nasal

 Ciri-ciri klinis mouth breather :


- wajah panjang dan sempit
- hidung sempit
- bibir atas pendek dan lemah/hipotonus
- overjet besar karena flaring gigi insisivus
- dapat terjadi anterior open bite
- lengkung atas kontraksi, dapat terjadi cross bite
- Gingivitis marginalis anterior
 Patofisiologi :
Pernafasan oral  terjadi perubahan postur/posisi :
- mandibula lebih rendah
- lidah ke arah bawah dan depan
- kepala agak tipping ke belakang

 Akibatnya keseimbangan orofasial terganggu, terdapat


aktivitas otot buccinator sehingga mempengaruhi posisi
gigi dan pertumbuhan lengkung rahang
sodental.com.au
 Manajemen mouth breathing :
- merujuk kepada dokter spesialis THT
- habit breaker : vestibular screen
- rapid palatal expansion

4) Bruxism
-adalah kebiasaan mengerot gigi atas dan bawah
tanpa tujuan fungsional
 Etiologi

-stress psikologis atau emosional


- gangguan kondisi oklusal, perbedaan antara relasi
sentrik dan oklusi sentrik
 Ciri-ciri klinis :
- abrasi pada permukaan oklusal gigi-gigi
- fraktur gigi atau restorasi
- kegoyahan gigi
- sakit pada otot saat bangun pagi
- hipertrofi otot mastikasi / nyeri tekan
- rasa tidak nyaman / nyeri TMJ

 Manajemen :
- pengelolaan stress ; hipnosis
- occlusal adjustment
- night guard ; occlusal splint
5) Kebiasaan minor
a. Lip biting ; lip sucking (bibir bawah) :
 tekanan akan diterima pada palatal gigi insisivus
atas :
a. proklinasi gigi anterior atas - retroklinasi gigi
anterior bawah
b. bibir bawah hipertrofi
c. bibir kering
 habit breaker : lip bumper

b. Nail biting (mengigit-gigit kuku) :


- dapat menyebabkan crowding ringan, rotasi gigi,
tepi incisal aus

Anda mungkin juga menyukai