Anda di halaman 1dari 37

Sociolinguistics

Amira Deani
Rachmi Retno
I. Pengertian Sosiolinguistik
Kridalaksana (2001)

Sumarsono dan Partana (2002)

Chaer dan Agustina (2004)

Sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mengkaji hubungan


dan penggunaan bahasa dan masyarakat penuturnya.
II. Ruang lingkup sosiolinguistik

1. Intragroup interaction
2. Berhubungan dengan
Mikro etnografi komunikasi, dan
sangat dekat dengan analisis
wacana dan pragmatik

intergroup interaction Makro


III. Kajian sosiolinguistik

1.A. Bahasa dan 1.B. Peristiwa tutur dan 1.C. Pelbagai Variasi D. Bilingualisme dan E. Alih Kode dan
Masyarakat tindak tutur dan Jenis Bahasa Diglosia Campur Kode
• Bahasa dan Tutur • Peristiwa Tutur • Variasi Bahasa
• Verbal Repertoire • Tindak Tutur • Jenis Bahasa
• Masyarakat Tutur • Tindak tutur
• Bahasa dan Tingkatan pragmatik
Sosial Masyarakat

F. Pergeseran dan G. Interfensi dan H. Pidgin dan Kreol I. Bahasa dan Budaya
Pemertahanan Bahasa Intergrasi
A. Bahasa dan Masyarakat

Bahasa dan
Masyarakat

Bahasa dan
Bahasa dan Verbal Masyarakat
Tingkatan Sosial
Tutur Repertoire Tutur
Masyarakat
1. Bahasa dan Tutur

Langage
• Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang digunakan manusia
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal dengan
sesamanya, atau langage juga disebut bahasa secara umum.

Langue
• Bahasa sebagai sebuah sistem lambang bunyi yang digunakan
oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu untuk
berkomunikasi

Parole • Merupakan pelaksanaan dari langue, dalam bentuk ujaran atau


tuturan, yang mempunyai ciri khas.
Lanjutan…
• Parole bersifat konkret pelaksanaan dari langue dalam bentuk ujaran
atau tuturan yang dilakukan oleh anggota masyarakat. Misalnya,
penduduk Garut selatan dan Karawang satu masyarakat bahasa dalam
satu bahasa karena mereka mengerti alat-alat verbalnya. Sama
dengan penduduk yang ada di Semarang, Surabaya, Banyumas satu
bahasa dan satu masyarakat bahasa.
Lanjutan..
• Berbeda kasus ada dua masyarakat Bahasa yang saling mengerti,
tetapi mengaku menggunakan dua bahasa yang berbeda dengan
nama berbeda. Misalnya, penduduk Malaysia dengan Indonesia saling
mengerti karena secara linguistik ada kesamaan sistem dan subsistem
di antara kedua parole yang digunakan. Penamaan tidak didasarkan
pada linguistik tetapi secara politis.
• Ciri khas bahasa seseorang disebut dengan istilah idiolek. Jadi, kalau
ada 1000 orang maka akan ada 1000 idiolek. Setiap bahasa sebagai
langue dapat terdiri dari sejumlah dialek, dan setiap dialek terdiri dari
sejumlah idiolek.
2. Verbal Repertoire
Kemampuan berkomunikasi yang di miliki oleh penutur

Milik masyarakat
tutur secara
Verbal keseluruhan
Repertoire Milik setiap
penutur secara
individual
3. Masyarakat Tutur
• Suatu kelompok orang atau suatu masyarakat yang mempunyai verbal
repertoire yang relative sama serta mereka mempunyai penilaian
yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang
digunakan.
• Fishman (1976:28) masyarakat tutur ialah suatu masyarakat yang
anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi tutur
besert norma-norma yang sesuai dengan pemakaiannya.
4. Bahasa dan Tingkatan Sosial Masyarakat

Segi
Kebangsawanan Segi Kedudukan
Sosial
B. Peristiwa Tutur dan Tindak Tutur

Peristiwa Tutur
dan Tindak
Tutur

Tinda Tutur dan


Peristiwa Tutur Tindak Tutur
Pragmatik
1. Peristiwa Tutur
• Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistic dalam satu
bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur,
dengan satu pokok tuturan, di dalam, tempat, dan situasi tertentu.
• Terjadinya peristiwa tutur itu harus memenuhi apa yang dikatakan oleh Hymes (1972)
yang disebut dengan “SPEAKING”, yaitu:
S : Setting and scene (tempat dan suasana tutur)
P : Participants (peserta tutur)
E : Ends= purpose and goal (tujuan tutur)
A : Act sequences (pokok tuturan)
K : Keys= tone or spirit of act (nada tutur)
I : Instrumentalities (sarana tutur)
N : Norms of interaction and interpretation (norma tutur).
G : Genres (Jenis tuturan )
2. Tindak Tutur
• Kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial, maka tindak tutur
merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur
dalam menghadapi situasi tertentu.
• Menurut tata bahasa tradisional, ada tiga jenis kalimat, yaitu kalimat
deklaratif, kalimat interogatif dan kalimat imperative.
• Kalimat deklaratif berdasarkan maknanya menjadi kalimat konstatif
dan kalimat performatif.
Lanjutan..
• Tindak tutur yang dilangsungkan dengan kalimat performatif oleh
Austin, dirumuskan sebagai tiga peristiwa tindakan yang berlangsung
sekaligus, yaitu:
• adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti terbatas, atau
Lokusi tindak tutur dalam kalimat yang bermakna dan dapat dipahami

• adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat


Ilokusi performatif yang eksplisit.

• adalah tindak tutur yang berkaitan dengan adanya ucapan orang lain
Perlokusi sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain
Lanjutan…
• Contoh:
Seorang lelaki tua bertanya kepada penjaga toko peti mati, “berapa harga
peti mati yang penuh ukiran ini?”

“Seratus lima puluh ribu rupiah, Tuan!” jawab penjaga toko.

“Bukan main mahalnya!” ujar lelaki tua tersebut.

“Tapi tuan, saya jamin pasti peti ini tak akan membuat tuan kecewa. Karena
sekali tuan masuk ke dalamnya, tuan tak akan pernah punya keinginan untuk
keluar lagi!” kilah sang penjaga toko.
Lanjutan…
• Lokusi: Tuan tak akan punya keinginan untuk keluar lagi
• Ilokusi: Tuan tak ingin keluar karena akan merasakan kepuasan
maksimal
• Prelokusi: Tuan tidak ingin keluar karena pada saat itu Tuan sudah
mati.
Lanjutan...
• Kalau dilihat dari konteks situasi, ada dua macam tindak tutur, yaitu:
1. tindak tutur langsung
2. tindak tutur tidak langsung
3. Tindak Tutur dan Pragmatik
• Tindak tutur sebenarnya merupakan salah satu fenomena dalam
masalah yang lebih luas, yang dikenal dengan istilah pragmatik.
Fenomena lainnya didalam kajian pragmatik adalah
a. Deiksis
b. presuposisi
c. implikatur percakapan

(Chaer dan Agustina, 2004).


C. Pelbagai Variasi dan Jenis Bahasa

Variasi
Bahasa

Dari Segi Dari Segi Dari Segi Dari Segi


penutur Pemakaian Keformalan Sarana
Jenis Bahasa

Berdasarkan
Berdasarkan Berdasarkan
Tahap Lingua Franca
Sosiologis Sikap Politik
Pemerolehan

Standarisasi atau Bahasa Pertama/


Bahasa Nasional
pembakuan Ibu

Otonomi atau Bahasa Kedua


Bahasa Resmi
keotomian (dan seterusnya

Faktor Bahasa Asing


historisitas atau Bahasa Negara
kesejarahan

Faktor vitalitas
Bahasa
atau
Persatuan
keterpakaian.
1. Variasi Bahasa
a. Dari Segi penutur
• Idiolek : Variasi bahasa yang bersifat perseorangan.
• Dialek : Variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya
relative.
• Kronolek : Variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada
masa tertentu.
Lanjutan…
• Sosiolek : Variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan dan kelas sosial para penuturnya.
Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para
penuturnya, variasi bahasa tersebut di bagi menjadi delapan variasi:
 Akrolek adalah realisasi variasi bahasa yang dipandang lebih bergengsi atau lebih tinggi dari varietas-
varietas yang lain.
 Basilek adalah realisasi variasi bahasa yang dipandang kurang bergengsi atau bahkan dipandang rendah.
 Vulgar adalah wujud variasi bahasa yang ciri-cirinya menunjukkan pemakaian bahasa oleh penutur yang
kurang terpelajar atau dari kalangan orang-orang bodoh.
 Slang adalah wujud atau realisasi variasi bahasa yang bersifat khusus dan rahasia.
 Kolokial adalah bahasa percakapan sehari-hari.
 Jargon adalah wujud variasi bahasa yang pemakaiannya terbatas pada kelompok-kelompok sosial tertentu.
 Argot adalah wujud variasi bahasa yang pemakaiannya terbatas pada profesi profesi tertentu dan bersifat
rahasia.
 Ken adalah wujud variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu dengan lagu yang dibuat-buat
supaya lebih menimbulkan kesan “memelas”.
2. Dari Segi Pemakaian
Variasi ini menyangkut tentang bahasa itu digunakan untuk
keperluan atau bidang apa. Contohnya:
a. Bedanya ragam bahasa di bahasa sastra dan jurnalistik
b. Bahasa Militer
c. Bahasa Perdagangan
d. Bahasa Pendidikan, dll.
3. Dari Segi Keformalan
Berdasarkan tingkat keformalannya Martin Joos (1967) dalam bukunya The
Five Clock membagi variasi bahasa dalam lima macam gaya, yaitu:
• Ragam beku (Frozen)
• Ragam resmi (Formal)
• Ragam usaha (Konsultatif)
• Ragam Santai (Kasual)
• Ragam Akrab (Intim)

4. Dari Segi Sarana


• Lisan
• Tulisan
D. Bilingualisme dan Diglosia
1. Bilingualisme
Secara sosiolinguistik, secara umum, bilingualisme diartikan sebagai
penggunaan dua bahasa seorang penutur dalam pergaulannya dengan
orang lain secara bergantian) untuk dapat menggunakan dua bahasa
tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. pertama,
bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan
yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa
keduanya(disingkat B2) (Fishman 1975).
2. Diglosia
(1) diglosia adalah suatu situasi kebahasaan yang relatif stabil, di
mana selain terdapat sejumlah dialek-dialek utama ( lebih tepat ragam-
ragam utama) dari satu bahasa, terdapat juga sebuah ragam lain;
(2) dialek-dialek utama itu, di antaranya, bisa berupa sebuah dialek standar,
atau sebuah standar regional;
(3) ragam lain (yang bukan dialek-dialek utama )itu memiliki ciri:
Sudah ( sangat ) terkodifikasi
Gramatikalnya lebih kompleks
Merupakan wahana kesusastraan tertulis yang sangat luas dan dihormati
Dipelajari melalui pendidikan formal
 Digunakan terutama dalam bahasa tulis dan bahasa lisan formal
Tidak digunakan (oleh lapisan masyarakat manapun ) untuk percakapan
sehari-hari
Lanjutan…
• Menurut Furgon dalam masyarakat diglosis terdapat dua variasi dari
satu bahasa: variasi bahasa pertama disebut dialek tinggi (disingkat
dialek T atau ragam T) dan yang kedua disebut dialek rendah
(disingkat dialek R atau ragam R). Distribusi fungsional dialek T dsn
dislek R mempunyai arti bahwa terdapat situasi di mana hanya dialek
T yang sesuai untuk digunakan, dan dalam situasi lain hanya dialek R
yang bisa digunakan. Fungsi T hanya pada situasi resmi atau formal,
sedangkan fungsi R hanya pada situasi informal dan santai.
3. Kaitan Bilingualisme dan Diglosia
Adanya 4 jenis hubungan antara bilingualism dan diglosia, yaitu
• Bilingualisme dan diglosia
• Bilingualisme tanpa diglosia
• Diglosia tanpa bilingualisme
• Tidak bilingualisme dan tidak diglosia.
E. Alih Kode dan Campur Kode

Alih Kode Campur Kode


• Menurut Hudson (1995), code switching adalah pergantian • Menurut Thelander (1976), apabila di dalam suatu peristiwa
bahasa, dimana seorang penutur tunggal menggunakan tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan
ragam yang berlainan pada waktu-waktu yang berbeda. terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid
phrases), dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi
• Mengekspresikan satu kalimat dengan menggunakan ragam mendukung fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang
tertentu dan kalimat laindalam ragam lain, dan sebagainya, terjadi adalah campur kode, bukan alih kode.
tetapi juga sama-sama dimungkinkan bahwa kedua ragam itu
untuk digunakan pada bagian-bagian lain dalam kalimat yang • Contoh :
sama.
Aku kemarin udah searching di internet tapi belum dapat
• Contoh : infonya.
Pembeli : Pinten niki?
Penjual : Niku sekawan setengah.
Pembeli : Kalau yang ini berapa bu?
Penjual : Itu lima setengah.
F. Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa

Faktor Pengaruh Pergeseran Bahasa Faktor Pengaruh Pemertahanan Bahasa


1. Komunitas penuturnya meninggalkan bahasa ibu. 1. Pemakaian turun temurun
2. Alih generasi 2. Monolingual
3. Globalisasi (tidak bangga terhadap bahasanya sendiri) 3. Sikap toleransi
4. Migrasi 4. Minimnya interaksi fisik antar kelompok minoritas dan
mayoritas
5. Perkembangan ekonomi
5. Loyalitas tinggi terhadap bahasa ibu
6. Sekolah bertaraf internasional
Contoh :
7. Bencana alam
Bahasa Melayu Loloan di Bali
Contoh :
Bahasa Wano, dituturkan oleh masyarakat Kampung Lumo,
Distrik Lumo, Kabupaten Puncak Jaya, Provinsi Papua. Bahasa itu
juga dituturkan di Kampung Gilibe, Kampung Kilulumo, dan
Kampung Iratoi.
G. Interferensi dan Integrasi

Interferensi Integrasi
• Interfensi menggunakan unsur bahasa • Jika unsur bahasa kedua (bahasa asing)
lain dalam menggunakan suatu bahasa, yang digunakan bisa diterima dan
namun dianggap sebagai suatu kesalahan digunakan oleh orang lain, maka jadilah
karena penyimpangan dari kaidah dan unsur tersebut sudah berintegrasi.
aturan bahasa yang digunakan. • Penyerapan itu dilakukan melalui bentuk
• Interferensi menjadi perusak bahasa ibu tulisan dalam bahasa aslinya, lalu bentuk
jika dikaji dalam ranah ilmu fonologi, tulisan itu disesuaikan menurut aturan
morfologi, dan sintaksis. yang terdapat dalam kedua dokumen
• ketika interferensi bahasa dikaji dalam kebahasaan.
wilayah semantic dan kosakata. • Kata system menjadi sistem, phonem
menjadi fonem, standard menjadi
standar.
H. Pidjin dan Kreol
Sifat Pembeda Pidjin dengan Ragam
Definisi Pidjin yang lain:
• Menurut Hudson (1995) pidjin adalah 1. Dituturkan secara turun temurun
ragam bahasa yang diciptakan untuk dan menjadi sejarah masyarakat
tujuan komunikasi yang langsung dan tersebut.
praktis antara orang-orang yang jika 2. Pidjin bukan ragam bahasa lain yang
tidak ada pidjin tersebut tidak meminjam kosakata dari bahasa lain
memiliki bahasa yang sama, dan raga karena sintaksis, fonologi, dan
m ini dipelajari oleh seseorang dari morfologi.
orang lain di dalam masyarakat yang
berangkutan sebagai cara 3. Pidjin tidak mempunyai penutur asli.
berkomunikasi yang disetujui dengan
anggota masyarakat lain.
Kreol
• Menurut Hudson (1995), kreol adalah sebuah bahasa pidjin yang
memperoleh penutur asli.
• Alasan kreol menjadi bahasa yang menarik, adalah:
1. Lebih banyak penuturnya (10-17 juta jiwa), sedangkan jumlah
penutur pidjin berkisar 6-12 juta jiwa.
2. Digunakan keturunan budak Afrika
3. Adanya kelompok minoritas seperti pendatang India Barat di Inggris
yang anggotanya menggunakan bentuk semacam kreol.
I. Bahasa dan Budaya
• Menurut Koentjaraningrat (1992), kerangka kebudayaan memiliki dua
aspek, yaitu :
• Gagasan
Wujud • Perilaku
kebudayaan • Fisik (benda)

• Bahasa
• Sistem teknologi
• Sistem mata pencaharian
Isi kebudayaan • Organisasi sosial
• Sistem pengetahuan
• Sistem religi
• Kesenian
Hubungan bahasa dan kebudayaan
• Subordinatif, artinya bahwa kebudayaan menjadi sistem utama,
sedangkan bahasa sebagai subsistem.
• Koordinatif, artinya sangat terikat erat dan menjadi corak budaya,
yang menentukan cara jalan pikiran manusia, sehingga
mempengaruhi tindakan manusia.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai