Anda di halaman 1dari 24

Oleh: Ns. Yunita Wahyu Wulansari, S.Kep., M.

Kep
 Sakit kritis  kejadian tiba-tiba & tidak
diharapkan serta membahayakan hidup bagi
pasien dan keluarga yang mengancam
keseimbangan internal, yang biasanya
terpelihara dalam unit keluarga tersebut.
Kejadian tersebut dapat berupa sakit akut atau
trauma & perburukan akut penyakit kronis
(Morton et al, 2011).
 Keadaan ini mengancam kesejahteraan keluarga
dan dapat memicu respon stres pada pasien
maupun keluarga (Morton et al, 2011).
Efek Kondisi Kritis
terhadap
Pasien

Psikologis Non psikologis


1. Stres akibat kondisi penyakit
2. Rasa cemas dan takut bahwa hidup
terancam (kematian)
3. Perasaan isolasi
4. Depresi
5. Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik
dan emosional*
(Morton et al, 2011) *(Hudak & Gallo, 1997)
Sebuah penelitian di Norwegia yang mereview
beberapa penelitian kualitatif pada pasien
yang dirawat diruang ICU menemukan bahwa
pasien mengalami stres yang berhubungan
dengan 3 tema besar, yaitu:
1. Stres berkaitan dengan tubuh mereka
2. Stres berkaitan dengan ruangan ICU
3. Stres berkaitan dengan relationship dengan
orang lain
(Jastremski, 2000 dalam Suryani, 2012)
1. Ketidakberdayaan
2. Pukulan (perubahan) konsep diri
3. Perubahan citra diri
4. Perubahan pola hidup
5. Perubahan pada aspek sosial-ekonomi
(pekerjaan, financial pasien,
kesejahteraan pasien dan keluarga)
6. Keterbatasan komunikasi (tidak mampu
berkomunikasi)*
(Morton et al, 2011) *(Suryani, 2012)
Efek Kondisi Kritis
terhadap
Keluarga

Psikologis Non psikologis


1. Stres akibat kondisi penyakit pasien
(anggota keluarga), prosedur penanganan
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman
kematian pada pasien (anggota keluarga)
3. Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien
(anggota keluarga)
(Hudak & Gallo, 1997)
1. Perubahan struktur peran dalam keluarga
2. Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam
keluarga
3. Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
4. Masalah financial keluarga*
5. Perubahan pola hidup keluarga *
(Hudak & Gallo, 1997) *(Morton et al, 2011)
PSIKOSOSIAL ASPEK
PADA KEPERAWATAN
KRITIS
Oleh: Ns. Yunita Wahyu Wulansari, S.Kep., M.Kep
 Inputsensori dengan menggunakan panca indera
yang selama ini digunakan dengan baik tidak dapat
difungsikan dengan optimal.

 Dalam mengendalikan stimulus lingkungan pada


unit keperawatan kritis, perawat harus menyadari
jenis dan jumlah input sensori yang ada.

(Hudak & Gallo, 1997)


INPUT SENSORI

KEHILANGAN SENSORI KELEBIHAN SENSORI


 Istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi
berbagai gejala yang terjadi setelah penurunan kualitas
dan kuantitas input sensori.
 Istilah lain yang digunakan untuk menyebut
kehilangan sensori adalah : isolasi, kurungan,
informasi terbatas, kehilangan persepsi, dan
pembatasan sensori.
 Kehilangan kesadaran terhadap waktu
 Kebosanan
 Adanya delusi, ilusi, dan halusinasi
 Ansietas dan rasa takut
 Gelisah
 Depresi
 Stimulus yang berlebihan di lingkungan
menyebabkan masalah psikologis pada pasien di
unit keperawatan kritis.

 Stimulus tersebut berupa bising yang berlebihan,


cahaya terang, dan hiperaktivitas.

(Hudak & Gallo, 1997)


 Peningkatan kebutuhan obat penurun rasa nyeri
 Tidak bisa tidur
 Merasa takut, tak berdaya, merasa dilupakan,
menarik diri.
 Reaksi bahwa pembicaraan, tawa, ditujukan pada
pasien
 Kekacauan mental, delusi, ilusi, dan halusinasi
Oleh: Ns. Yunita Wahyu Wulansari, S.Kep., M.Kep
 Bebas dari rasa sakit
 Kenyamanan
 Meningkatkan martabat dan rasa hormat
 Berada dalam kedamaian
 Mengalami kedekatan dengan mereka yang
peduli.
 Terbebas dari Nyeri
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres
adalah hal yang utama diinginkan pasien dalam
pengalaman EOL.
Nyeri merupakan ketidaknyamanan sensori
atau pengalaman emosi yang dihubungkan
dengan aktual atau potensial kerusakan
jaringan

(Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain


terms, 1979).
 Pengalaman Menyenangkan
Nyaman / atau perasaan menyenangkan
didefinisikan secara inclusive oleh Kolcaba (1991)
sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan, keadaan
tenteram dan damai, dan apapaun yang membuat
hidup terasa menyenangkan.
(Ruland and Moore, 1998, p 172).

 Merasakan Damai
Damai adalah “perasaan yang tenang, harmonis,
dan perasaan puas, bebas dari kecemasan,
kegelisahan, khawatir, dan ketakutan”. Tenang
meliputi fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
(Ruland & Moore, 1998, p 172).
 Pengalaman martabat (harga diri) dan kehormatan
Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin
dihormati dan dinilai sebagai manusia”
(Ruland & Moore, 1998,p, 172).

 Kedekatan untuk kepentingan lainnya


Kedekatan adalah “perasaan menghubungkan antara
antara manusia dengan orang yang menerima
pelayanan”. Melibatkan kedekatan fisik dan emosi
yang diekspresikan dengan kehangatan, dan
hubungan yang dekat (intim).
(Ruland & Moore, 1998, p 172). Ini

Anda mungkin juga menyukai