Anda di halaman 1dari 33

TERAPI DIET PADA KEHAMILAN

Ratmawati, S.Gz., M.Gz


Prodi DIII Gizi
Poltekkes Pangkalpinang
Latar Belakang
 Pada wanita hamil terjadi perubahan
fisiologis yang berpengaruh terhadap
metabolisme karbohidrat.
 Hormon plasenta bersifat resistensi terhadap
insulin  kehamilan bersifat diabetogenik.
 Meningkatnya umur kehamilan, berbagai
faktor mengganggu keseimbangan metabolisme
KH  Gangguan toleransi glukosa.
Pengertian DMG

Suatu keadaan intoleransi glukosa


atau karbohidrat dengan derajat
yang bervariasi yang terjadi pertama
kali saat kehamilan berlangsung.
Faktor Resiko DMG

Umur ibu >30 tahun


Riwayat DM dalam keluarga
Pernah mengalami DMG pada kehamilan
sebelumnya
Obesitas
Berat badan ibu waktu lahir >5 kg
Infeksi saluran kemih berulang selama
kehamilan
Penatalaksanaan DMG

Penatalaksanaan DMG dilakukan secara terpadu


antara dokter penyakit dalam, ahli obstetri, ahli gizi
dan dokter spesialis anak.
Tujuan pengobatan  menurunkan angka kesakitan
dan kematian perinatal  tercapai normoglikemia
dan dipertahankan selama kehamilan sampai proses
persalinan.
Tujuan diet  mencapai normoglikemia dan
menghasilkan tumbang janin yang optimal.
Komposisi Makanan
Energi  30-35 kkal/Kg BBI
KH  60-70%
Protein  10-15%
Lemak  20-25%
Pemberian makan 6x dengan 3x makanan
utama dan 3x snack.
Masalah Pada Kehamilan

Emisis dan hiperemesis gravidarum


Diabetes mellitus gestasional
Hipertensi dalam kehamilan (Pre ekslamsi dan
Ekslamsi)
Anemia
Pengertian

Emisis  mual dan muntah dalam intensitas


sedang sampai usia kehamilan 16 minggu
merupakan hal yang wajar.
Hiperemesis gravidarum  suatu keadaan
pada awal kehamilan sampai trimester 2 yang
ditandai dengan rasa mual dan muntah yang
berlebihan dalam waktu relatif lama.
Pada hiperemesis terjadi penurunan BB,
dehidrasi, asidosis, dan hipokalemia.
ASUHAN GIZI TERSTANDAR UNTUK PASIEN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
• Nausea (mual) biasa terjadi pada trimester pertama
kehamilan.
• Pada ibu hamil dengan kondisi normal, keluhan mual ini
akan hilang ketika kehamilan memasuki usia trimester
kedua.
• Pada beberapa kasus, kondisi mual tetap bertahan
bahkan menjadi berat disertai muntah disebut
Hiperemesis Gravidarum sehingga perlu mendapat
intervensi khusus.
• Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual yang
parah disertai muntah yang dapat dialami satu dari
200 ibu hamil (Loh, KY, et al, 2015).
Gambaran klinis yang umum
• Adanya mual dan muntah terkait dengan hiperemesis
gravidarum bersifat persisten, sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, ketonuria, dan penurunan berat badan lebih
dari 5% dari berat badan ibu hamil.

• Kondisi ini akan menjadi penyulit kehamilan yang


berdampak pada kesehatan ibu hamil dan gangguan
pertumbuhan janin.

• Oleh karena itu, gangguan mual yang parah disertai


muntah terus menerus menjadi indikasi yang paling umum
bagi ibu hamil untuk segera mendapat perawatan medis
di rumah sakit saat awal kehamilan (Loh, KY,et al, 2015).
PENATALAKSANAAN TERAPI HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
• Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum tergantung pada
tingkat keparahan gejala.
• Secara umum, terdiri dari terapi nonfarmakologi dan
farmakologi.
• Terapi nonfarmakologi mulai dari pemberian penjelasan dan
dukungan emosional dan modifikasi diet (asuhan gizi).
• Sedangkan terapi farmakologi dengan penggunaan antiemesis
oral hingga pengobatan lainnya di rumah sakit untuk
memperbaiki ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
• Ibu hamil dengan tanda-tanda dehidrasi, diagnosis belum
jelas, ada penyakit medis yang mendasarinya atau terjadi
penurunan berat badan, merupakan kondisi Hiperemesis
Gravidarum tingkat sedang sampai berat yang membutuhkan
rawat inap di Rumah Sakit (Loh, KY, et al, 2015; Erick,
M,2008).
a. Asesmen Gizi
• Ketika melakukan asesmen gizi, ahli gizi
akan mereview data, melakukan verifikasi
data, lalu mengelompokkan data dan
menginterpretasikannya.
• Data meliputi 5 komponen yaitu data
riwayat terkait gizi dan makanan,
antropometri, biokimia, data fisik klinis
terkait gizi dan data riwayat klien atau
pasien Hiperemesis Gravidarum.
Standar Pembanding
• Standar pembanding digunakan untuk melakukan
interpretasi data pada asesmen gizi.
• Sebaiknya menggunakan standar pembanding yang
tepat sesuai kebutuhan.
• Salah satu standar pembanding yang dibutuhkan
adalah perhitungan estimasi kebutuhan energi untuk
mengevaluasi data asupan energi sehari.
• Untuk menghitung estimasi kebutuhan energi dengan
terlebih dahulu menghitung kebutuhan energi basal
atau disebut Resting Energy Expenditure (REE)
dengan rumus Mifflin-St.Jeor atau Harris – Benedict.
Standar Pembanding
• Setelah diperoleh angka REE, lalu menghitung
Total Energy Expenditure (TEE) sebagai
estimasi total kebutuhan energi sehari,
• dengan memperhatikan faktor aktivitas
(Activity Factor) dan faktor stress (Injury
Factor).
• Kemudian melakukan penambahan energi
sebanyak 180 kkal untuk kehamilan trimester
pertama atau 300 kkal untuk trimester kedua
agar dapat memenuhi kebutuhan energi
kehamilan.
b. Diagnosis Gizi
Problem/masalah gizi pada domain asupan yang
dialami pasien Hiperemesis Gravidarum:

• NI.1.2 Asupan energi inadequate


• NI.2.1 Asupan oral inadequate
• NI.2.11 Daya terima makanan terbatas
• NI.3.1 Asupan cairan inadequate
• NI.5.2 Asupan protein energi inadequate
b. Diagnosis Gizi

Problem gizi pada domain klinis yang sering


ditemukan pada pasien Hiperemesis Gravidarum
adalah:
• NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi
• NC.3.1 Berat badan kurang atau underweight
• NC.3.2 Penurunan berat badan yang tidak
diharapkan
• NC.4.1 Malnutrisi
b. Diagnosis Gizi
Pada domain perilaku ditemukan problem gizi
pada pasien Hiperemesis Gravidarum berupa:

• NB.1.5 Gangguan pola makan


• NB.2.4 Kemampuan menyiapkan makanan
terganggu
• NB.1.7 Pemilihan makanan yang salah
Contoh Diagnosis Gizi
• NI. 2.1 Asupan oral tidak adequate berkaitan dengan
adanya mual, muntah ditandai dengan asupan energi 45%
dari kebutuhan, asupan protein 52% dari kebutuhan.

• NC. 3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan


berkaitan dengan mual muntah terus menerus,
peningkatan kebutuhan gizi ditandai dengan berat badan
menurun 5% dalam 1 bulan.

• NB. 1.5 Gangguan pola makan berkaitan adanya mual,


muntah berlebihan, daya terima makanan terbatas
ditandai dengan perubahan frekuensi makan makanan
utama dan selingan, tidak mau sarapan, porsi makan
sedikit (3-4 sdm).
c. Intervensi Gizi
• Pada umumnya pasien hiperemesis gravidarum membatasi
asupan makan karena menghindari timbulnya keluhan
mual yang diikuti muntah, terutama makanan dengan
aroma yang tajam.
• Pasien lebih memilih makan dengan porsi kecil tetapi
dengan frekuensi lebih sering untuk mencegah munculnya
gangguan mual.
• Jenis makanan yang dianjurkan adalah makanan selingan
atau snacks yang mengandung karbohidrat tinggi seperti
sandwich, crackers, sereal saat sarapan, dan sebagainya.
• Jenis minuman berupa susu dan jus buah yang dapat
memberikan nilai gizi yang baik bagi kebutuhan ibu hamil
(Rees, G, 2014).
Tujuan Diet
 Mengganti dan persediaan glikogen tubuh
dan mengontrol asidosis.
Secara bertahap memberikan makanan
berenergi dan zat gizi yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan pasien.
Syarat Diet
1) Karbohidrat diberikan tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi
total
2) Protein diberikan sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3) Lemak diberikan rendah, yaitu < 10 % dari kebutuhan energi total.
4) Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai kebutuhan.
5) Makanan diberikan dalam bentuk kering, mudah dicerna, tidak
merangsang saluran cerna, diberikan dalam porsi kecil tetapi sering.
Strategi pemberian makan ini dilakukan untuk mengatasi mual dan
muntah, sehingga asupan makanan dapat meningkat.
6) Cairan diberikan sesuai dengan kondisi pasien, sekitar 7-10
gelas/hari. Upayakan pemberian cairan atau minum tidak bersamaan
dengan pemberian makanan utama, agar menghindari efek mual.
7) Bila makan pagi dan siang sulit diterima ibu, dioptimalkan pemberian
makan malam dan snack malam untuk meningkatkan asupan makanan
sehari.
8) Secara bertahap, makanan ditingkatkan pemberiannya dalam porsi
dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien.
• Diet Hiperemesis ini memiliki ciri khas yaitu
syarat pemberian makan ditekankan pada
makanan sumber karbohidrat kompleks,
menghindari makanan yang berlemak dan
goreng-gorengan untuk mengendalikan rasa
mual dan muntah, terutama pada pagi hari.

• Oleh karena itu, jenis makanan yang


dianjurkan adalah roti panggang, biscuit,
crackers, sari buah, buah segar, minuman
ringan, sirop, kaldu tidak berlemak, dan teh.
• Makanan yang tidak dianjurkan adalah jenis
makanan atau minuman yang merangsang
saluran cerna, menggunakan bumbu tajam,
mengandung alkohol, kopi, dan mengandung zat
tambahan seperti pengawet, pewarna,
penyedap dan sebagainya.
• Namun waktu pemberian makan dan minum
tidak bersamaan atau diberi jarak agar tidak
menjadi mual dan muntah.

(Instalasi Gizi Perjan RS dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi


Dietisien Indonesia, 2004)
Implementasi Diet Hiperemesis
• Diet Hiperemesis I yang ditujukan untuk
pasien Hiperemesis berat.
• Pemberian makanan terbatas berupa roti
kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar
atau rebus, dan buah-buahan.
• Pemberian cairan berjarak 1-2 jam setelah
pemberian makan utama.
Implementasi Diet Hiperemesis
• Jika rasa mual dan muntah sudah berkurang,
maka dapat diberikan Diet Hiperemesis II.
• Dengan pemberian makanan yang bernilai gizi
tinggi, namun diberikan secara bertahap.
• Minuman atau cairan tidak diberikan
bersamaan dengan makanan.
Implementasi Diet Hiperemesis
• Jika kondisi berangsur baik atau Hiperemesis
ringan, maka diberikan Diet Hiperemesis III.
• Diet ini mengandung energi cukup dan semua
zat gizi.
• Pemberian minuman diberikan bersamaan
dengan makanan.

(Instalasi Gizi Perjan RS dr.Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi


Dietisien Indonesia 2004)
d. Monitoring dan Evaluasi
• Indikator monitoring dan evaluasi asuhan gizi untuk
pasien Hiperemesis Gravidarum dapat ditetapkan dari
sign atau symptom,

• yaitu asupan makanan melalui oral atau asupan zat gizi


(energi, protein, lemak, karbohidrat), perubahan berat
badan, Lingkar Lengan Atas (LiLA), haemoglobin (Hb),
kadar elektrolit dalam darah (Kalium, Natrium,
Chlorida), keton urin, atau hasil pemeriksaan fisik
klinis seperti status hidrasi atau tanda-tanda
dehidrasi, dan tanda-tanda vital.
PRE EKSLAMSIA

Merupakan sindrom yang terjadi pada saat


kehamilan memasuki minggu ke 20 dengan
tanda-tanda hipertensi, proteinuria, edema,
mual dan muntah, pusing, nyeri lambung,
gelisah, oliguria, kesadaran menurun.
Terbagi atas  ringan dan berat (TD >160/110
mmHg).
Gejala Klinis Preekslamsi Berat

Nyeri epigastrum
Gangguan visual (penglihatan)
Sakit kepala  tidak respon obat
Sianosis (biru-biru) atau edema pulmonum
Sistolik : > 160 atau diastol : > 110
Oliguri (< 400 ml/24 jam)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Trombositopenia (trombosit rendah)


Proteinuria : >5 g/24 jam atau +++
Enzim hepar meningkat (SGPT, SGOT)

Ekslamsia  hipertensi dengan kejang

Prinsip Diet  Rendah Garam


TUJUAN DIET
 Mencapai dan mempertahankan status gizi normal
Mencapai dan mempertahankan tekanan darah
normal
Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air
Mencapai keseimbangan nitrogen
Menjaga kenaikan BB tidak melebihi normal
Mengurangi/mencegah timbulnya faktor resiko lain
atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah
melahirkan
SYARAT DIET

Energi dan semua zat gizi cukup


Garam rendah sesuai dengan berat ringannya
hipertensi
Protein tinggi  1.5-2 g/kg BB/hari
Lemak sedang
Vitamin cukup  vit B6 dan vit C tinggi
Mineral cukup terutama Ca dan K
Bentuk makanan disesuaikan dengan
kemampuan pasien
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai